Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang, yaitu menghargai serta membolehkan
suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainnya yang berbeda
dengan pendirian sendiri. Toleransi antar agama adalah kesediaan seseorang untuk menerima
atau bahkan menghargai orang lain yang agamanya berbeda atau bahkan yang tak
disetujuinya sehingga orang tersebut tetap punya hak yang sama sebagai warga negara. Istilah
kerukunan umat beragama pertama kali dikemukakan oleh Menteri Agama, K.H. M.
Dachlan, dalam pidato pembukaan Musyawarah Antar Agama tanggal 30 Nopember 1967
antara lain menyatakan: "Adanya kerukunan antara golongan beragama adalah merupakan
syarat mutlak bagi terwujudnya stabilitas politik dan ekonomi yang menjadi program Kabinet
AMPERA. Oleh karena itu, kami mengharapkan sungguh adanya kerja sama antara
pemerintah dan masyarakat beragama untuk menciptakan “iklim kerukunan beragama ini,
sehingga tuntutan hati nurani rakyat dan cita-cita kita bersama mewujudkan masyarakat yang
adil dan makmur yang dilindungi Tuhan Yang Maha Esa itu benar benar terwujud”. Dari
pidato K.H. Ahmad Dachlan tersebutlah istilah “Kerukunan Umat Beragama” mulai muncul
dan kemudian menjadi istilah baku dalam berbagai dokumen negara dan peraturan
perundang-undangan.
Walaupun dalam pengabdian kepada masyarakat melalui Diskusi Lintas Iman tidak
berhasil membentuk forum Pemuda Lintas Iman, namun pengabdian ini berhasil berperan
sebagai wadah dan tempat menyatukan berbagai keyakinan. Pengetahuan yang di berikan
mengenai sikap toleransi antar agama di Desa Parda Suka berhasil disampaikan kepada
pemuda-pemudi lintas iman, terlihat dengan antusiasnya mereka mengajukan pertanyaan
yang berkaitan dengan permasalahan keyakinan dan sikap toleransi antar beragama.
Walaupun tidak berhasil membentuk forum Pemuda Lintas Iman, desa Parda Suka sudah
terkenal dengan julukan Desa Sadar Kerukunan Umat Beragama karena memiliki berbagai
keyakinan akan tetapi tetap menjaga kerukunan dan toleransi didalam nya.
Hasil positif dari Diskusi Lintas Iman juga terlihat dari sikap mereka yang tetap
berkumpul bersama dan melanjutkan diskusi walaupun forum telah selesai dan telah
dibubarkan. Kerukunan antar umat di Desa Parda Suka juga terlihat dari sikap mereka yang
menghargai perayaan hari-hari besar berbagai macam agama di Desa Parda Suka bahkan
mereka tidak segan ikut membantu berperan didalam perayaan hari raya tersebut meskipun
berbeda keyakinan.
Gambar 4.7 Piagam Desa Bakal Makmur Gambar 4.8 Piagam Desa Parda Suka
3. Al-Qur’an dan papan struktur masjid serta stempel untuk Masjid Roso Muttaqin
4. Membantu mengajar dan memberikan hadiah kepada Sekolah Dasar 117 Kaur
Kuliah Kerja Nyata berbasis masjid dan masyarakat desa yang merupakan desa
kerukunan merupakan salah satu cara mengenyam Pendidikan yang bersifat formal dan non-
formal yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas mahasiswa dan masyarakat yang terlibat.
Dari sini kita bisa sama-sama belajar yang mana tidak hanya mendapatkan pembelajaran saja
tapi juga memiliki tujuan dan fungsi social, transisi sikap, nilai-nilai, norma-norma dan
transfoemasi kebudayaan. Salah satunya adalah solidaritas. Sikap solidaritas ini perlu
diajarkan dan ditanamkan terutama di sekolah agar para siswa mempunyai kepedulian sosial
yang tinggi. Menurut mengemukakan bahwa, 'Sekolah ibaratnya sebagai museum kbijakan’.
Bentuk solidaritas yang dilakukan adalah bakti sosial atau lebih dikenal sebagai baksos
merupakan salah satu kegiatan wujud dari rasa kemanusiaan antara sesama manusia. Bakti
Sosial merupakan suatu kegiatan dimana dengan adanya kegiatan ini kita dapat membangun
solidaritas sosial siswa. Bakti sosial diadakan dengan tujuan – tujuan tertentu. Bakti sosial
antar warga yang dilakukan oleh mahasiswa khususnya para KKN adalah untuk mewujudkan
rasa saling menolong, rasa saling peduli mahasiswa kepada masyarakat luas yang sedang
membutuhkan uluran tangan mereka. Tatanan kehidupan sosial di masayarakat akan teratur
dan seimbang jika dihiasi dengan rasa solidaritas yang tinggi. Rasa solidaritas yang lebih
mementingkan kepentingan orang lain/kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi
akan menambah rasa kebersamaan dan sosial secara harmonis. Sebagai makhluk sosial, setiap
individu dituntut untuk memiliki sifat tersebut, karena sejatinya manusia tidak akan pernah
bisa menjalani hidup ini sendirian. Rasa solidaritas memang harus diajarkan sejak kecil,
mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat maupun di lingkungan formal seperti di sekolah.
Berbicara tentang solidaritas mungkin merupakan hal yang sangat mudah dilakukan oleh
banyak orang, tetapi setelah mengerti esensi betapa pentingnya solidaritas dalam dikehidupan
bersosial sudah selayaknya setiap individu mengusahakan agar solidaritas itu tetap ada dan
tidak hilang. Faktor-faktor yang mendukung adanya solidaritas dari dalam diri hendaknya
ditumbuh kembangkan menjadi suatu kebiasaan yang positif. Solidaritas tidak hanya sebatas
teori saja yang memiliki tujuan dan peranan penting dalam kehidupan setiap orang,
melainkan juga suatu praktik yang bersifat rendah hati, tulus dari dalam diri dan terus-
menerus. Hendaknya setiap orang yang mencintai perbedaan dan orang yang selalu menutup
diri terhadap perbedaan, dapat mengaplikasikan solidaritas antar orang lain, sehingga tujuan
dari solidaritas itu sendiri tercapai.
Adapun dampak daripada pengambidan kepada masyarakat adalah terbentuknya
masyarakat di wilayah atau kawasan desa binaan yang diindikasikan dengan meningkatnya
kualitas hidup dan apresiasi masyarakat terhadap dunia perguruan tinggi terutama UINFAS
serta terjalinnya hubungan harmonis antara dunia perguruan tinggi dan masyarakat.
Sistem yang digunakan dalam pengukuran tingkat kepuasan mitra pengabdian
menggunakan sistem survey yang dilakukan kepada pihak dosen dan mitra pengabdian.
Sampel yang digunakan adalah sampel total yaitu diambil dari seluruh populasi pengabdi
yang mendapatkan hibah internal. Dalam survey ini, instrumen yang digunakan adalah
berupa kuesioner yang diisi oleh seluruh mitra pengabdian. Analisis tingkat kepuasan
dilakukan
dengan metode pendekatan deskriptif kualitatif dengan membuat tabel frekuensi. Hasil yang
didapat melalui survey tersebut kemudian dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: (1)
Puas, (2) Cukup Puas dan (3) Tidak Puas. Sedangkan indikator yang digunakan ada 8
(delapan) indikator, yaitu: (1) Perencanaan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh para
dosen UINFAS telah sesuai dengan kebutuhan para mitra pengabdian masyarakat, (2)
Perencanaan pengabdian masyarakat telah dilakukan sesuai dengan standar K3 bagi mitra
pengabdian masyarakat, (3) Pelaksanaan pengabdian masyarakat dilakukan sesuai dengan
kaidah metode ilmiah, (4) Hasil pengabdian masyarakat sesuai dengan perencanaan
pengabdian masyarakat, (5) Hasil pengabdian masyarakat sesuai dengan solusi yang
diharapkan oleh mitra. Survey yang dilakukan dalam pengukuran tingkat mitra pengabdian
dilakukan bersamaan dengan Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu
pada bulan Maret dan April. Sedangkan perekaman survey tersebut dilakukan dengan
menempatkan borang survey pada simlitabmas UINFAS. Setelah melakukan perekaman,
analisis data kemudian dilakukan dengan menyandingkan 3 (tiga) kategori dan 5 (lima)
indicator yang ada untuk mengetahui tingkat kepuasan.
Tabel 5.1
Indikator Tingkat Kepuasan
No Indikator Sangat Puas Puas Tidak Puas
1 Perencanaan pengabdian
masyarakat yang
dilakukan oleh para
dosen UINFAS telah
sesuai dengan
√
kebutuhan para mitra
pengabdian masyarakat
2 Perencanaan pengabdian
masyarakat telah
dilakukan sesuai dengan
arahan DPL √
3 Pelaksanaan pengabdian
masyarakat dilakukan
sesuai dengan kaidah
metode ilmiah √
4 Hasil pengabdian
masyarakat sesuai
dengan perencanaan
pengabdian masyarakat √
5 Hasil pengabdian
masyarakat sesuai
dengan solusi yang
diharapkan oleh mitra √