A. Pendahuluan
Terminologi ini telah memberikan pemaknaan akan realitas sosial yang ada
dan terjadi terhadap bangsa ini, disatu sisi adanya kesadaran akan
perbedaan dan disisi yang lain perlunya persatuan dan kesatuan.
Apabila konflik yang terjadi dibungkus dengan label agama, maka yang
terjadi adalah kita akan tahu kapan konflik itu terjadi namun tidak akan
pernah tahun kapan akan berakhir.
Jauh sebelum FKUB ini dibentuk secara formal melalui Keputusan Bersama
Menteri Agama dan Mentri Dalam Negeri, kita di Bali patut berbangga
karena pada tahun 1998 ketika masa reformasi, para pemuka agama,
tokoh-tokoh agama dari berbagai agama di Bali telah memikirkan hal ini.
Forum ini ketika itu sangat berperan besar untuk ikut menjaga dan men-
sosialisasikan kerukunan antar umat beragama melalui konsep menyama
braya sehingga tidak terjebak pada “tunggangan” politik praktis.
Terbentuknya FKAUB ketika itu adalah murni dari aspirasi dan kehendak
bersama para tokoh-tokoh agama yang didasarkan atas keprihatinan dan
rasa tanggung-jawab dengan kesadaran kolektif yang terbangun
memandang perlu adanya Forum bersama sebagai wadah untuk
berkomunikasi, berinteraksi dan saling bertukar pikiran dan pengalaman
satu dengan yang lainnya.
Berbagai persoalan yang mengarah pada konflik antar umat beragama telah
dapat selesaikan dengan cara-cara yang beragama.
C. Peranan FKUB
Untuk itu ada dua peran yang paralel yang dapat dilakukan oleh Forum
Kerukunan Umat Beragama:
Hal ini merupakan pembeda antara agama yang satu dengan yang
lainnya yang harus dihormati.
D. Penutup
SUMBER:
http://www.yayasankorpribali.org/artikel-dan-berita/63-peranan-forum-kerukunan-umat-beragama-dalam-
memelihara-dan-memantapkan-kerukunan-umat-beragama-di-kabupaten-tabanan.html
KUB, Menjaga Kerukunan Umat Beragama
Oleh
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magelang
-
25 Juli 2017
Hal tersebut disampaikan Kepala Kankemenag Kab. Magelang Kudaifah, saat memberikan
materi Peran Kementerian Agama dalam rangka Menciptakan Kerukunan Umat Beragama pada
Rakor Bakohumas Kabupaten Magelang di Ruang Rapat Bina Karya Setda Kab. Magelang,
Selasa (25/7).
Menurut Kudaifah, tanggung jawab dalam pembinaan kehidupan umat beragama tidak dapat
semata dipikulkan kepada pemerintah, tetapi umat beragama sendirilah yang pertama-tama dan
terutama harus memikul tanggung jawab itu.
“Pemerintah lebih banyak berperan sebagai kekuatan penunjang, dan memberikan kesempatan
agar pelaksanaan ibadah dan pengamalan agama dapat berjalan dengan tenang dan tenteram.
Dalam upaya menciptakan ketenangan dan ketertiban serta keamanan bagi masyarakat serta
menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, pemerintah telah banyak mengeluarkan kebijakan
berupa Undang-undang, Perpres, Keputusan Bersama Menteri, KMA dan sebagainya,” kata
Kudaifah.
Kudaifah menuturkan, pluralisme penduduk Kabupaten Magelang yang terdiri atas berbagai
suku, bahasa, adat istiadat dan agama merupakan masyarakat majemuk, tersebar di 21 kecamatan
dari perkotaan hingga pedesaan terpencil sangat rawan akan konflik.
“Pluralisme masyarakat Kabupaten Magelang sangat rawan dengan konflik. Baik konflik
horizontal maupun konflik vertikal. Maka pelaksanaan Tri Kerukunan umat beragama yaitu
kerukunan antar intern umat beragama, kerukuan antar umat beragama, dan kerukunan antar
umat beragama dengan pemerintah harus senantiasa diwujudkan,” lanjutnya.
“Mengingat keberadaan FKUB yang anggotanya terdiri atas pemeluk lintas agama, sangat
berperan dalam menjaga kerukunan, sangat diharapkan semua pihak senantiasa menyadari
kedudukan masing-masing sebagai komponen bangsa dalam menegakkan kehidupan berbangsa
dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,” harapnya. (m45k/Af)
Sekjen Kemenag Nur Syam saat berbicara dalam Rakornas FKUB 2017 di Jakarta (Kemenag)
"Apalagi, tahun 2018 dan 2019 adalah tahun politik. Indonesia akan menyelenggarakan
Pemilihan Kepala Daerah dan Pemilihan Presiden. Ini tentu harus menjadi perhatian bersama
dalam menjaga kerukunan warga bangsa,” terang Sekjen Kemenag Nur Syam saat menjadi
narasumber pada Rakornas Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Jakarta, Selasa
(28/11/2017).
Untuk itu, Nur Syam mengajak FKUB untuk berbagi peran dengan Kementerian Agama dalam
menjaga kerukunan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut Nur Syam, ada sejumlah peran yang bisa dilakukan oleh FKUB, antara lain:
memelihara dan memperkuat prinsip kerukunan di tengah-tengah masyarakat, membangun
harmoni sosial, menciptakan situasi kehidupan keagamaan yang kondusif, serta mengeksplorasi
nilai-nilai kemanusiaan dari teologi masing-masing agama.
"FKUB juga dapat berperan dalam pendalaman nilai spiritual yang implementatif, menjauhkan
rasa saling curiga antar pemeluk agama, serta meningkatkan pemahaman umat bahwa perbedaan
adalah keniscayaan," ulas Sekjen Kemenag.
Sementara Kemenag, lanjut Nur Syam, akan terus melakukan sosialisasi regulasi, kebijakan dan
program terkait kerukunan umat beragama. Kemenag juga akan lebih intensif dalam melakukan
dialog dengan para aktor kerukunan, muali dari (tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat,
tokoh pemuda, tokoh perempuan, hingga akademisi dan insan pers.
"Koordinasi dengan majelis-majelis agama dan lintas kementerian/lembaga terkait juga akan
kami perankan secara optimal dalam waktu-waktu mendatang," ujarnya.
Di samping itu, Kementerian Agama juga akan terus membangun jaringan dengan
lembaga/organisasi/LSM yang memiliki concern terhadap program kerukunan. Kemenag juga
akan memberdayakan peran tokoh agama dan FKUB, baik melalui kebijakan maupun dukungan
anggaran.
"Kami berusaha mengalokasikan dana operasional bagi FKUB di 34 Provinsi dan 514 Kab/Kota.
Juga akan melakukan pembangunan kantor sekretariat FKUB," katanya.
“Berbagi peran antara FKUB dan Kemenag penting dalam rangka mendorong sikap-sikap
keberagamaan umat beragama yang menjunjung tinggi toleransi, moderasi dan infklusif,”
tandasnya.
Rakornas FKUB dan Silatnas Tokoh Agama diselenggarakan di Jakarta, pada 27 - 29 November
2017. Acara ini dihadiri 372 peserta yang terdiri dari perwakilan kabupaten/kota, ketua dan
sekretaris FKUB tingkat provinsi se-Indonesia, Kasubbag Hukum dan KUB Kanwil Kemenag,
serta representasi dari 6 agama. (agm)