Anda di halaman 1dari 18

EKSISTENSI FKUB DALAM MEMELIHARA

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA

Oleh :
Kejaksaan Negeri Kutai Kartanegara
13 November 2019
Latar Belakang lahirnya FKUB
Beragama adalah hak yang paling hakiki
bagi setiap orang oleh karenanya memeluk
agama merupakan pengejawantahan dari
keyakinan akan adanya Tuhan sebagai pencipta
alam semesta.
Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 :
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya
DASAR HUKUM :

Pasal 28.E ayat (1) UUD 1945 :


Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran,
memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih
tempat tinggal diwilayah negara dan meninggalkannya,
serta berhak kembali.

Pasal 28.E ayat (2) UUD 1945 :


Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati
nuraninya.
Walaupun UUD 1945 telah menjamin
kebebasan bagi setiap warga Negara Indonesia
untuk memeluk agama dan untuk beribadat
sesuai agamanya namun dalam kenyataannya
masih ada individu dan kelompok masyarakat
tertentu yang belum mampu hidup
berdampingan dalam keberagaman.
Sejarah mencatat berbagai peristiwa yang
mengarah pada adanya Disintegrasi Bangsa
pada saat itu, peristiwa Ambon, Maluku,
Poso, dll.
Dalam rangka merajut kembali rasa kebangsaan,
persatuan dan kesatuan antar sesama anak Bangsa ,
Pimpinan Majelis-Majelis agama mendorong Pemerintah
untuk segera mengambil langkah strategis untuk mencegah
bahaya ancaman Diintegrasi bangsa tersebut sehingga
lahirlah Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 tahun 2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah dalam
memelihara kerukunan umat beragama dan pendirian
rumah ibadah.
Sebagai langkah membangun, membimbing dan
memelihara kerukunan, Pemerintah melalui Peraturan
Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor
9 dan 8 tahun 2006 memfasilitasi pembentukan Forum
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) tingkat Nasional, Propinsi
maupun Kabupaten/Kota.
PEMERINTAH DAN PEMBINAAN
KERUKUNAN
- Penetapan Presiden Nomor 1 tahun 1965
tentang Pencegahan Penyalahgunaan
dan/atau penodaan agama
- Keputusan Jaksa Agung RI Nomor:Kep-108/
JA/5/1984 tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan
Masyarakat
- Peraturan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 8 dan Nomor
9.
Fungsi FKUB Propinsi
1. Memberikan saran dan pendapat dalam merumuskan kebijakan
umum pembangunan, pemeliharaan dan pemberdayaan umat
beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan kepada Gubernur;
2. Memfasilitasi hubungan kerja antara Pemda dengan Majelis-Majelis
Agama;
3. Melakukan dialog antar umat beragama untuk memelihara
kerukunan sesuai dengan tingkatannya;
4. Menampung aspirasi di kalangan umat beragama yang berkaitan
dengan pemeliharaan kerukunan dan pemberdayaan masyarakat;
5. Menyalurkan aspirasi umat beragama kepada Pemerintah Daerah
dan Pusat;
6. Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan kerukunan;
7. Membantu Pemerintah dalam menyelesaikan perselisihan yang
berkaitan dengan kerukunan umat beragama.
Tugas FKUB Propinsi
Bab.III Pasal 9 PBM Nomor 9 dan Nomor 8 tahun 2006 ayat 1, FKUB
mempunyai tugas :

• Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh


masyarakat ;
• Menampung aspirasi Ormas keagamaan dan aspirasi
masyarakat;
• Menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan
masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai
bahan kebijakan Gubernur, dan;
• Melakukan sosialisasi peraturan perundang-
undangan dan kebijakan dibidang keagamaan yang
berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan
pemberdayaan masyarakat.
Fungsi FKUB Kabupaten/Kota
• Memberikan saran dan pendapat dalam merumuskan kebijakan umum
pembangunan, pemeliharaan dan pemberdayaan umat beragama untuk
kerukunan dan kesejahteraan kepada Bupati/Wali Kota;
• Memfasilitasi hubungan kerja antar Pemda dengan Majelis-Majelis
Agama;
• Melakukan dialog antar umat beragama untuk memelihara kerukunan
sesuai dengan tingkatannya;
• Menampung aspirasi di kalangan umat beragama yang berkaitan
dengan pemeliharaan kerukunan dan pemberdayaan masyarakat;
• Menyalurkan aspirasi umat beragama kepada pemerintah daerah dan
pusat;
• Melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan kerukunan;
• Membantu Pemerintah dalam menyelesaikan perselisihan yang
berkaitan dengan kerukunan umat beragama;
• Memberikan rekomendasi Pendirian Rumah Ibadah dan pertimbangan
izin tempat ibadah sementara (Pasal 5 pedoman dan tata kerja FKUB)
Peran FKUB Dalam Membina Kerukunan Antar
Umat Beragama
• Melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh
masyarakat;
• Menampung aspirasi Ormas keagamaan dan masyarakat
• Menyalurkan aspirasi Ormas keagamaan dan masyarakat
dalam bentuk rekomendasi sebagai bahan kebijakan
Bupati;
• Melakukan sosialisasi peraturan Perundang-Undangan
dan kebijakan di bidang keagamaan yang berkaitan
dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan
masyarakat dan memberikan rekomendasi tertulis atas
permohonan pendirian rumah ibadah.
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
FAKTOR PENDUKUNG
1. FKUB berdiri di bawah naungan payung hukum negara
sehingga memudahkan komunikasi denga umat beragama
dan pemerintah. FKUB menjembatani antara kepentingan
masyarakat dengan kepentingan Pemerintah. Melalui
FKUB, Pemerintah dapat mensosialisasikan Peraturan
Perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan
kepada masyarakat;
2. FKUB mendapat dukungan finansial/fasilitas melalui
APBN/APBD;
3. Keanggotaan FKUB yang lintas agama bisa menumbuhkan
toleransi dari dalam , Beda agama beda keyakinan boleh
tetapi harus saling menghormati dan menghargai satu
sama lain sebagai Warga Negara Indonesia.
FAKTOR PENGHAMBAT :
Faktor Eksternal :
1. Kemunculan Kelompok-Kelompok Radikal;
2. Sikap Ekslusif
3. Pemahaman agama yang sempit;

Faktor Internal :
3.Dibeberapa daerah, pendanaan untuk melaksanakan
program-program FKUB belum memadai;
4.Pemahaman PBM nomor 9 dan nomor 8 belum
maksimal.
Peran Tokoh Agama diharapkan dapat memberikan
Pencerdasan Spiritual menjadi sangat penting. Untuk itu
ada 2 peran yang Paralel yang dapat dilakukan FKUB yaitu:
• Forum hendaknya menjadi jembatan penghubung di internal
umat masing-masing
Artinya, masing-masing agama secara vertikal memiliki
keyakinan, cara, etika, susila yang dimiliki dan bersifat hakiki.
Oleh karena itu FKUB melalui Perwakilan di masing-masing
agama harus dapat menularkan kerukunan di internal umat dan
menjaga aspek sakralisasi pelaksanaan tradisi keberagaman
masing-masing dengan tetap berpegang pada kaidah agama;
• Secara Horizontal
Disamping intern, maka dalam perpektif Sosiologi agama,
hubungan yang bersifat sosial dengan umat beragama lainnya
perlu dijaga dan dikembangkan. Dalam konteks ini FKUB
menjalankan peran dan fungsinya sebagai:
1. Wahana komunikasi, interaksi satu dengan yang lainnya
dalam memberikan informasi terhadap tafsir agama masing-
masing sehingga tercipta suasana saling memahami dan
saling menghormati;
2. Wahana Mediasi setiap persoalan yang mengarah pada
terjadinya konflik baik yang bersifat laten maupun manifest;
3. Media harmonisasi hubungan satu dengan yang lain dalam
mengkomunikasikan pelaksanaan kegiatan-kegiatan
keagamaan;
4. Pelaksana Sosialisasi kepada masing-masing umat beragama
agar dalam kehidupan sosial tidak bersifat Ekslusif sehingga
terbangun Kohesi Sosial di kalangan umat beragama;
5. Pembantu Pemerintah Daerah dalam mensukseskan
program-program pembangunan;
6. Bersama-sama Pemerintah dan aparat keamanan ikut
menjaga iklim sosial dan politik yang kondusif.
PENGUATAN FKUB
FKUB perlu diperkuat pada dua segi yaitu:
1. Sumber Daya Manusia
Bagian dari sisi SDM yang harus Diperkuat dari FKUB yaitu:
a. Peningkatan kapasitas dan pengetahuan anggota FKUB
mengenai tiga isu: Hak Azasi Manusia, Pola Konflik
Keagamaan dan Demokrasi.
b. Pembekalan anggota FKUB dengan skill dasar resolusi
konflik seperti teknik negosiasi dan persuasi;
c. Pelaksanaan tugas FKUB dalam sosialisasi peraturan
perundang-undangan dan kebijakan mengenai
keagamaan yang terkait dengan kerukunan;
d. Memperkenalkan pegiat FKUB kepada dunia maya;
e. Keterlibatan Generasi Muda
2. Jaringan
FKUB tidak dapat bekerja sendiri, urusan dengan Pemerintah khususnya
terkait rekomendasi pendirian rumah ibadah, hubungannya sudah cukup
jelas. Begitu juga urusan menampung aspirasi dan menyalurkan melalui
rekomendasi kepada Pemerintah juga cukup jelas tetapi Pemberdayaan umat
beragama untuk kerukunan tidak dapat bekerja sendirian. FKUB harus
berjejaring dengan pihak lain dan memelihara jaringan tersebut dengan baik.

Jaringan yang harus diperkuat oleh FKUB selain dengan Pemerintah


dan Umat Beragama yaitu :
• Lembaga Kepolisian
Secara formal jejaring dengan Kepolisian perlu dilakukan melalui
program Polmas (Polisi masyarakat) , Polisi tentu melihat posisi dan
peran penting FKUB untuk menjadi bagian dari jaringan untuk sosialisasi

• Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)


FKUB harus menjalin jejaring dengan LSM yang selama ini bekerja
untuk isu lintas iman dan kebebasan beragama. Mandat PBM untuk
FKUB sebenarnya sudah menjadi bagian dari kerja berbagai LSM baik di
Kesimpulan
FKUB merupakan produk Peraturan
Perundang-Undangan yang bertujuan memelihara
kerukunan umat beragama di Indonesia. Tidak bisa
dipungkiri, hingga saat ini FKUB di beberapa daerah
belum mampu memberikan konstribusi secara
optimal sebagaimana diamanahkan PBM nomor 9
dan nomor 8 tahun 2006 karena berbagai kendala
yang dihadapi. Namun demikian, keberadaan dan
peran FKUB harus didukung oleh seluruh elemen
masyarakat. FKUB merupakan aset yang sangat
berharga bagi pemeliharaan kerukunan umat
beragama di Indonesia.
Sekian
dan
Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai