Anda di halaman 1dari 25

MORAL AKHLAK BERBANGSA dan

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA


(Wawasan Kebangsaan dari Aspek
Sosial Budaya dan Agama)

Oleh : Efendi Rahmat,M.Ag


Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Barat

PENDAHULUAN
Konsep Berbangsa bernegara yang pernah dianut
oleh Dunia:
- Kapitalisme
- Liberalisme
- Sosialisme
- Komunisme
- Sekularisme
- Stalinisme
- Leninisme
- Mao tse Tung
-Konsep
Berbangsa
bernegara
Yang
Berlandaskan Agama (Islam, Kristen, Hindu,
Budha) Liberal, Moderat dan Radikal

INDONESIA
Melalui proses panjang dan perjuangan yang
tidak sedikit memakan korban, maka wakil
rakyat dan pemimpin bangsa menetapkan
ideologi dan konsep berbangsa dan bernegara
Indonesia adalah PANCASILA dan UUD 45.
Ditengah perjuangan penataan peradaban
bangsa indonesiam justru bangsa indonesia
terpuruk, karena persepsi individual dan
kelompok yang terlalu dipaksakan karena
memiliki ego politik dan ego kepentingan
kelompok yang terlalu dikedepankan.

KOMITMEN

MORAL

KEJUJURAN

Undang-Undang

KETULUSAN

Norma

KEPERCAYAAN

KEPENTINGAN
- INDIVIDU
- KELOMPOK/
GOLONGAN/
PARTAI

Peraturan

- Universal
- Kebenaran
- Keadilan
- Kesejahteraan
- Kemakmuran

Pengertian Moral dan Akhlak (Etika)


Moral Prinsip-prinsip yang berhubungan dengan
benar atau salah, pengertian tentang perbedaan
antara salah dan benar.
Akhlak Suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan
mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan
pikiran lebih dahulu (Imam Al-Ghazali).
Etika Tata susila dan tata sopan santun dalam
pergaulan hidup sehari-hari baik dalam keluarga,
masyarakat,
pemerintahan,
berbangsa
dan
bernegara.

Beberapa Pengertian
Etika sistem daripada prinsip-prinsip moral
Ethos (Jiwa) karakteristik dari masyarakat
tertentu atau kebudayaan tertentu.
Norma merupakan standar, pola, patokan,
ukuran, kriteria yang mantap dari masyarakat
atau pemerintah.
Moral Prinsip-prinsip yang berhubungan
dengan benar atau salah, pengertian tentang
perbedaan antara salah dan benar.

ETIKA, MORAL DAN KEHIDUPAN


BERAGAMA
Keberhasilan dan kegagalan suatu negara terletak
pada sikap dan prilaku dari seluruh komponen
bangsa, baik pemerintah, pengusaha, penegak
hukum dan masyarakat.
Bangsa kita terlalu terkonsentrasi dengan teori politik
dan teori kehidupan yang berkiblat pada dunia barat
dan timur saat membangun masyarakat.
Seluruh bentuk pembangunan orientasinya adalah
untuk memperbaiki moralitas bangsa dan untuk
memberdayakan masyarakat pemeluknya untuk
hidup aman (hasanah) di dunia dan di akhirat kelak.

ETIKA BERKUASA MENURUT


AL-GHAZALI
Jika penguasa korup, maka korupsi akan
menjadi trend dikalangan para pengikutnya.
Kemakmuran suatu bangsa sangat bergantung
pada perilaku dan etika berkuasa pemimpinnya.
Agama dan kekuasaan adalah saudara kembar
seperti dua orang bersaudara yang dilahirkan dari
satu perut yang sama , oleh karena itu wajib bagi
seorang penguasa untuk menyempurnakan
agamanya
dan
hal
yang
mengurangi
kesempurnaan syariat.

PEMBANGUNAN DI
JAWA BARAT
Visi Jawa Barat :
Terwujudnya Agama sebagai landasan moral
dan spiritual dan etika dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di kalangan masyarakat
Jawa Barat yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa sehingga menjadikan Jawa
Barat sebagai Provinsi termaju di Indonesia dan
mitra terdepan Ibu kota Negara tahun 2010

Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat


Ruh-nya terdapat pada komitmen penguatan etika
moral agama dalam mewujudkan kesalehan
sosial
masyarakat
Jawa
Barat,
artinya
pembangunan masyarakat sudah masuk pada
level konsistensi pemberdayaan masyarakat dan
membangun masyarakat Jawa Barat dengan
mengedepankan pada penekanan etika, moral
dan agama.

Akar Masalah Penyebab Timbulnya Konflik Agama


Konflik adalah ketidak sepahaman alamiah yang
terjadi antara individu atau kelompok yang berbeda
dalam sikap, kepercayaan, nilai dan kebutuhan.
Konflik dapat juga berasal dari persaingan dimasa
lalu maupun perbedaan individual.
Masyarakat Indonesia yang majemuk mengandung
potensi konflik karena setiap warga atau kelompok
umat beragama, etnis memiliki kepentingan yang
berbeda
yang
harus
dipenuhi
dan
dalam
pemenuhannya
terkadang
apa
yang
harus
dikorbankan.

Akar Masalah Konflik dengan Persoalan Agama


1. Pelecehan/penodaan agama
2. Fanatisme agama yang sempit
3. Diskomunikasi dan miskomunikasi

Kerukunan Umat Beragama


Kerukunan hidup umat beragama berarti perihal
hidup rukun yaitu hidup dalam suasana baik dan
damai, tidak bertengkar; bersatu hati dan bersepakat
antar umat yang berbeda-beda agamanya; atau
antara umat dalam satu agama.
Pemerintah secara resmi menggunakan konsep
kerukunan hidup beragama mencakup 3 kerukunan,
yaitu :
- Kerukunan intern umat beragama
- Kerukunan antar umat yang berbeda-beda agama
- Kerukunan antara pemuka umat beragama dengan
pemerintah

Faktor Penghambat Kerukunan Hidup Beragama


-

Warisan politik penjajah (devide et impera)


Fanatisme dangkal
Sikap kurang bersahabat
Cara-cara agresif dalam dakwah yang ditujukan
kepada orang yang telah beragama
Pendirian tempat ibadah tanpa mengindahkan
peraturan perundang-undangan
Pengaburan nilai-nilai ajaran agama
Munculnya berbagai sekte dan faham keagamaan
Kurang memahami ajaran agama dan peraturan
pemerintah dalam hal kehidupan beragama

Faktor Pendukung Kerukunan Hidup Beragama

- Sifat bangsa Indonesia yang religius


- Nilai-nilai luhur budaya yang telah
mengakar dalam masyarakat, seperti
gotong royong
- Saling hormat menghormati kebebasan
menjalankan
ibadah
sesuai
dengan
agamanya
- Kerjasama di kalangan intern umat
beragama, antar umat beragama dan
antara umat beragama dengan pemerintah

Upaya memantapkan kerukunan hidup


antar umat beragama
1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal
dan antar umat beragama
2. Membangun harmoni sosial dan persatuan
nasional
3. Menciptakan suasana kehidupan beragama
yang kondusif
4. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual
5. Menempatkan cinta dan kasih dalam
kehidupan umat beragama
6. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu
realita dalam kehidupan bermasyarakat

Pemecahan Masalah Konflik


A. Pendekatan Sosiologis
B. Pendekatan Kultural
C. Pendekatan Demografi

Tindak lanjut dari berbagai pendekatan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Melalui sosialisasi
Melayani dan menyediakan kemudahan bagi
penganut
Tidak mencampuri urusan akidah/dogma suatu
agama
Negara dan Pemerintah membantu/membimbing
penunaian ajaran agama
Membentuk forum KUB
Meningkatkan
wawasan
kebangsaan
dan
multikultural
Meningkatkan
pemberdayaan
SDM
untuk
ketahanan dan kerukunan masyarakat
Melindungi agama dari penyalahgunaan dan
penodaan
Aksi sosial bersama antar umat beragama

6 Dosa besar (the six deadly sins in maintaining


relegious harmony) yang harus kita hindari dalam
memelihara kerukunan beragama, yaitu :
1. Jangan berperilaku yang bertentang dengan ajaran
agama
2. Jangan tidak peduli terhadap kesulitan orang lain
walaupun berbeda agama
3. Jangan mengganggu orang lain yang berbeda
agama
4. Jangan melecehkan agama dan keyakinan orang
lain
5. Jangan menghasut
6. Jangan saling curiga

Kebijakan Pembinaan Kerukunan


Umat Beragama
1.
2.
3.
4.
5.

Penetapan Presiden RI Nomor 1 Tahun 1965 tentang


Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama.
Penjelasan atas Penetapan Presiden RI Nomor 1 Tahun
1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau
Penodaan Agama.
Penetapan Presiden RI Nomor 4 Tahun 1963 tentang
Pengamanan terhadap Barang-barang Cetakan yang
Isinya dapat Mengganggu Ketertiban Umum.
Instruksi Presiden RI Nomor 14 tahun 1967 tentang
Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat Cina.
Petunjuk Bapak Presiden sehubungan dengan Surat
Edaran Menteri Agama Nomor M.A/432/1981.

6. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam


Negeri No. 01/BER/Mdn-Mag/1969 tentang Pelaksanaan
Tugas Aparatur
Pemerintahan
dalam
Menjamin
Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan
dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-pemeluknya.
7. Instruksi Menteri Agama RI Nomor 3 Tahun 1995 tentang
Tindak lanjut Keputusan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Dalam Negeri Nomor 01/BER/MDN-MAG/1969 di
Daerah.
8. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 70 Tahun 1978 tentang Pedoman
Penyiaran Agama.
9. Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 1 Tahun 1979 tentang Tatacara
Pelaksanaan Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri
kepada Lembaga Keagamaan di Indonesia.

10. Keputusan Menteri Agama Nomor 35 Tahun 1980 tentang


Wadah Musyawarah Antar Umat Beragama.
11. Keputusan Pertemuan Lengkap wadah Musyawarah Antar
Umat Beragama tentang Penjelasan Atas Pasal 3, 4 dan 6
serta pembetulan Susunan Penandatanganan Pedoman
Dasar Wadah Musyawarah Antar Umat Beragama.
12. Instruksi Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
1981 tentang Pelaksanaan Pembinaan Kerukunan Hidup
Umat Beragama di Daerah Sehubungan dengan Telah
Terbentuknya Wadah Musyawarah antar Umat Beragama.
13. Keputusan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor : Kep108/J.A/5/1984 tentang Pembentukan Team Koordinasi
Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat.
14. Surat
Kawat
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor
264/KWT/DITPUM/DV/V/75 perihal Penggunaan Rumah
Tempat Tinggal sebagai Gereja.

15. Surat
Kawat
Menteri
Dalam
Negeri
Nomor
933/KWT/SOSPOL/DV/XI/75 perihal Penjelasan terhadap
Surat
Kawat
Menteri
dalam
Negeri
Nomor
264/KWT/DITPUM/DV/V/75 tanggal 28 Nopember 1975.
16. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 455.2-360 tentang
Penataan Klenteng.
17. Instruksi Menteri Agama Nomor 4 Tahun 1978 tentang
Kebijaksanaan Mengenai Aliran-aliran Kepercayaan.
18. Instruksi Menteri Agama Nomor 8 Tahun 1979 tentang
Pembinaan, Bimbingan dan Pengawasan terhadap
Organisasi dan Aliran dalam Islam yang Bertentangan
dengan Ajaran Islam.
19. Surat Edaran Menteri Agama Nomor MA/432/1981 tentang
Penyelenggaraan Hari-hari Besar Keagamaan.
20. Keputusan Pertemuan Lengkap Wadah Musyawarah Antar
Umat Beragama tentang Peringatan Hari-hari Besar
Keagamaan.

21. Instruksi Direktur Jenderal Bimas Islam Nomor


Kep/D/101/78 tentang Tuntunan Penggunaan Pengeras
Suara di Masjid dan Mushalla.
22. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 84 Tahun 1996
tentang
Petunjuk
Pelaksanaan
Penanggulangan
Kerukunan Hidup Umat Beragama.
23. Keputusan Menteri Agama RI Nomor 473 Tahun 2003
tentang
Petunjuk
Pelaksanaan
Penanggulangan
Kerawanan Kerukunan Hidup Umat Beragama.
24. Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,
Pemberdayaan
Forum
Kerukunan
Antar
Umat
Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat.

SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai