Kelas : 1-54
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Istilah pancsila pertama kali ditemukan dalam buku “Sotasoma”karya Mpu Tantular
yang ditulis pada jaman majapahit. Dalam buku itu istilah “pancasila” diartikan sebagai
perintah kesusilaan yang lima jumlahnya (Pancasila krama) yang berisi lima larangan untuk
(1). Melkukan kekerasn,
(2). Mencuri,
(3). Berjiwa dengki,
(4). Berbohong,
(5). Mabuk akibat miniman keras. Selanjutnya istilah “Sila” itu sendiri dapat
diartikan sebagai aturan yang melatar belakangi perlaku seorang atau bangsa, kelakuan atau
perbuatan yang menurut adab (sopan santun), akhlak dan moral.
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Pengertian
percaya adalah setiap warga negara menerima sesuatu yang berasal dari Tuhan sebagai
kebenaran dan menganutnya. Sedangkan pengertian takwa adalah kepatuhan setiap
pemeluk agama dengan adanya kesadaran dan iman untuk melaksanakan segala
perintah Tuhan dan menjahukan semua larangan-Nya.
Pemahaman percaya dan bertakwa ini berimplikasi bahwa setiap pemeluk agama
dan kepercayaan harus memahami ajaran agama dan melaksanakan dengan baik dan
benar dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman agama dapat dilaksanakan dengan
memberikan pendidikan, serta kemampuan belajar tentang agama, tentang apa yang
harus dijalankan dan apa yang dilarang oleh Tuhan. Oleh sebab itu, segala macam
bentuk amal perbuatan atas dasar keyakinan agama, harus disarkan pada ilmu
pengetahuan dan proses pembelajaran. Bentuk-bentuk amalan dan perbuatan dengan
dasar keyakinan agama tanpa didasari ilmu dan proses belajar dari setiap individu akan
menyebabkan kekurangyakinan akan ketuhanan dan bisa terjadi kesalahan dan
menjalankan perintah Tuhan.
b. Hormati menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
Pancasila, sesuai dengan butir ke-2, sila pertama menghendaki adanya kerja sama
antarpemeluk agama dan kepercayaan untuk mencapai kerukuna hidup umat bersama.
Bekerja sama diartikan bahwa setiap pemeluk agama melakukan pekerjaan secara
bersama-sama menurut kesepakatan sehingga terjadi persatuan dalam suatu wilayah.
Seperti diketahui bahwa agama dan kepercayaan setiap warga negara adalah berbeda,
namun demikian setiap warga negara diharapkan dapat bekerja sama untuk urusan
sosial dan kemasyarakatan sehingga tercipta kerukunan antarumat beragama. Setiap
individu bermasyarakat tetap menjalankan ibadah sesuai agamanya, dan di dalam
masyarakat yang berbeda-beda agama dan kepercayaan, pemeluk Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, dan aliran kepercayaan, tetap menjalankan agama
dan kepercayaannya, dan di masyarakat dapat membuat kesepakatan untuk bekerja
sama dalam berbagai hal seperti penanggulangan kemiskinan dan peningkatan
perekonomian, pengamanan lingkungan, perbaiakan sarana prasarana, peningkatan
kesehatan, olahraga, pendidikan dan lain sebagainya.
c. Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
Kepercayaan.
Setiap pemeluk agama dan kepercayaan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya dengan perasaan bebas, aman, dan nyaman. Penganut agama Islam dapat
beribadah di masjid, umat Kristen dan Katolik beribadah di gereja, umat Budha di
wihara, umat Hindu di pura, umat Konghucu di klenteng, dan bermacam bentuk tempat
ibadahlain. Setiap waraga negara harus bekerja sama agar setiap pemeluk agama dapat
beribadah sesuai dengan agamanya. Setiap warga negara tidak boleh menghalangi,
mengganggu, bahkan menghancurkan peribadatan agama lain. Oleh sebab itu, setiap
warga negara dapat bermusyawarah dan bekerja sama untuk menentukan tempat-
tempat ibadah yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya, tidak berlebihan dan tidak
memaksakan antar satu agama dengan agama lain. Seyogyanya ibadah agama
dilaksanakan di tempat peribadatan yang sudah ditentukan dan layak dengan prinsip
tidak mengganggu ketentraman masyarakat.