Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yeni Atika Ria

Kelas : 1-54
Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

1. Lima perintah susila Pancasila yang menjadi otonom perilaku bermasyarakat

Istilah pancsila pertama kali ditemukan dalam buku “Sotasoma”karya Mpu Tantular
yang ditulis pada jaman majapahit. Dalam buku itu istilah “pancasila” diartikan sebagai
perintah kesusilaan yang lima jumlahnya (Pancasila krama) yang berisi lima larangan untuk
(1). Melkukan kekerasn,
(2). Mencuri,
(3). Berjiwa dengki,
(4). Berbohong,
(5). Mabuk akibat miniman keras. Selanjutnya istilah “Sila” itu sendiri dapat
diartikan sebagai aturan yang melatar belakangi perlaku seorang atau bangsa, kelakuan atau
perbuatan yang menurut adab (sopan santun), akhlak dan moral.

2. Dasar hukum lahirnya Pancasila :

1. Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7 Tahun 1946


2. Instruksi Presiden No. 12 Tahun 1968 menegaskan tentang rumusan Pancasila
yang benar dan sah yang berarti Pancasila ditegaskan sebagai dasar negara dan
ideologi negra
3. Ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan Ketetapan MPR RI
No.II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka
Prasetya Pancakarsa)
4. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yakni dasar negara dari Negara
Kesatuan RI harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara dan
ditegaskan bahwa pembentukan pemerintahan negara Indonesia dilandasai oleh
Pancasila.

3. Pancasila sebagai ideologi memiliki nilai-nilai yang meliputi:


a. Nilai Dasar
Nilai dasar adalah adalah nilai yang ada dalam ideologi Pancasila yang
merupakan representasi dari nilai atau norma salam masyarakat, bangsa dan
negara Indonesia. Nilai dasar merupakan nilai yang tidak bisa berubah ubah
sepanjang bangsa Indonesia berpedoman pada nilai tersebut. Contoh nilai
dasar adalah sila-sila pancasila yang ada dalam alinea ke-4 Pembukaan UUD
1945.
b. Nilai Instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang merupakan pendukung utama dari
nilai dasar (pancasila). Nilai ini dapat mengikuti setiap perkembangan zaman,
baik dalam negeri maupun dari luar negeri. Nilai ini dapat berupa TAP MPR,
UU, PP dan peraturan perundangan yang ada untuk menjadi tatanan dalam
pelaksanaan ideologi pancasila sebagai pegangan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Nilai dapat berubah sesuai perkembangan zaman.
c. Nilai Praksis
Nilai Praksis adalah nilai yang harus ada dalam peraktik penyelenggaraan
negara. Sifat nilai ini adalah abstrak. Artinya berupa semangat para
penyelenggara negara dari pusat hingga ke tingkat yang terbawah dalam
struktur sistem pemerintahan negara Indonesia. Semangat yang dimaksud
adalah semangat para penyelenggara negara untuk membangun sila-sila
dalam pencasila secara konsequen dan istiqomah. Contoh memeri teladan
untuk tidak KKN dll.

4. Implementasi sila pertama Pancaila dalam kehidupan beragama:

a. Percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

Setiap warga negara Indonesia harus percaya dan bertakwa kepada Tuhan yang
Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Pengertian
percaya adalah setiap warga negara menerima sesuatu yang berasal dari Tuhan sebagai
kebenaran dan menganutnya. Sedangkan pengertian takwa adalah kepatuhan setiap
pemeluk agama dengan adanya kesadaran dan iman untuk melaksanakan segala
perintah Tuhan dan menjahukan semua larangan-Nya.

Pemahaman percaya dan bertakwa ini berimplikasi bahwa setiap pemeluk agama
dan kepercayaan harus memahami ajaran agama dan melaksanakan dengan baik dan
benar dalam kehidupan sehari-hari. Pemahaman agama dapat dilaksanakan dengan
memberikan pendidikan, serta kemampuan belajar tentang agama, tentang apa yang
harus dijalankan dan apa yang dilarang oleh Tuhan. Oleh sebab itu, segala macam
bentuk amal perbuatan atas dasar keyakinan agama, harus disarkan pada ilmu
pengetahuan dan proses pembelajaran. Bentuk-bentuk amalan dan perbuatan dengan
dasar keyakinan agama tanpa didasari ilmu dan proses belajar dari setiap individu akan
menyebabkan kekurangyakinan akan ketuhanan dan bisa terjadi kesalahan dan
menjalankan perintah Tuhan.

b. Hormati menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.

Pancasila, sesuai dengan butir ke-2, sila pertama menghendaki adanya kerja sama
antarpemeluk agama dan kepercayaan untuk mencapai kerukuna hidup umat bersama.
Bekerja sama diartikan bahwa setiap pemeluk agama melakukan pekerjaan secara
bersama-sama menurut kesepakatan sehingga terjadi persatuan dalam suatu wilayah.
Seperti diketahui bahwa agama dan kepercayaan setiap warga negara adalah berbeda,
namun demikian setiap warga negara diharapkan dapat bekerja sama untuk urusan
sosial dan kemasyarakatan sehingga tercipta kerukunan antarumat beragama. Setiap
individu bermasyarakat tetap menjalankan ibadah sesuai agamanya, dan di dalam
masyarakat yang berbeda-beda agama dan kepercayaan, pemeluk Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha, Kong Hu Cu, dan aliran kepercayaan, tetap menjalankan agama
dan kepercayaannya, dan di masyarakat dapat membuat kesepakatan untuk bekerja
sama dalam berbagai hal seperti penanggulangan kemiskinan dan peningkatan
perekonomian, pengamanan lingkungan, perbaiakan sarana prasarana, peningkatan
kesehatan, olahraga, pendidikan dan lain sebagainya.

c. Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
Kepercayaan.

Setiap pemeluk agama dan kepercayaan dapat menjalankan ibadah sesuai dengan
agamanya dengan perasaan bebas, aman, dan nyaman. Penganut agama Islam dapat
beribadah di masjid, umat Kristen dan Katolik beribadah di gereja, umat Budha di
wihara, umat Hindu di pura, umat Konghucu di klenteng, dan bermacam bentuk tempat
ibadahlain. Setiap waraga negara harus bekerja sama agar setiap pemeluk agama dapat
beribadah sesuai dengan agamanya. Setiap warga negara tidak boleh menghalangi,
mengganggu, bahkan menghancurkan peribadatan agama lain. Oleh sebab itu, setiap
warga negara dapat bermusyawarah dan bekerja sama untuk menentukan tempat-
tempat ibadah yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya, tidak berlebihan dan tidak
memaksakan antar satu agama dengan agama lain. Seyogyanya ibadah agama
dilaksanakan di tempat peribadatan yang sudah ditentukan dan layak dengan prinsip
tidak mengganggu ketentraman masyarakat.

d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

Ketakwaan mengharuskan penerimaan kebenaran Tuhan kepada umat manusia


sesuai agama dan kepercayaannya. Dalam masyarakat dengan jumlah agama dan
kepercayaan lebih dari satu, tidak boleh ada pemaksaan agama dari satu agama ke
agama lain dengan cara apapun. Kegiatan sudah beragama dan percaya kepada Tuhan.
Oleh sebab itu, toleransi beragama harus dikembangkan sejak dini. Keyakinan
bahwa “agamaku adalah agamaku, dan agamamu adalah agamamu” harus ditekankan
kepada setiap warga negara.

5. Implementasi sila pertama Pancaila dalam kehidupan remaja:

a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan


negara atas kepentingan pribadi atau golongan. Butir ini menghendaki warga
negara Indonesia menempatkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi
dan golongan. Oleh sebab itu, perang antar suku, dan agama tidak perlu lagi
terjadi, kita harus saling menghormati dan bersatu demi Indonesia. Pemain politik
dan ekonomi tidak boleh mengorbankan kepentingan negara demi kelompoknya
seperti penjualan aset negara dan masyarakat dirugikan. Oleh sebab itu, setiap
warga negara harus melakukan pengawasan yang bersifat aktif terhadap
penyelamatan kepentingan negara.
b. Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara. Butir ini menghendaki
setiap warga negara rela memberikan sesuatu sebagai wujud kesetiaan kepada
negara. Pengorbanan kepada negara ini dapat dilakukan dengan menjadi militer
sukarela, menjaga keamanan lingkungan, menegakkan disiplin, dan sebagian besar
warga negara dilakukan dengan bekerja keras dan taat membayar pajak sebagai
kewajiban warga negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa. Butir ini menghendaki setiap warga negara mencintai
atau adanya keinginan setiap warga negara memiliki rasa ke-Indonesiaan.
Kecintaan akan Indonesia dapat dilakukan dengan mengagungkan nama Indonesia
dalam berbagai kegiatan seperti Olimpiade olahraga maupun Ilmu Pengetahuan,
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, dan melestarikan kekayaan
alam dan budaya Indonesia.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia bertanah air Indonesia. Butir ini menghendaki
adanya suatu sikap yang terwujud dan tampak dari setiap warga negara Indonesia
untuk menghargai tanah air Indonesia, mewarisi budaya bangsa, hasil karya, dan
hal-hal yang menjadi milik bangsa Indonesia. Sikap bangga ini ditunjukan dengan
berani dan percaya diri menunjukan identitas sebagai warga negara Indonesia baik
lewat budaya, perilaku, dan teknologi yang berkembang di Indonesia, mencintai
produk Indonesia adalah wujud rasa bangga bertanah air Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhineka
Tunggal Ika. Butir ini menghendaki adanya pergaulan, dan hubungan baik
ekonomi, politik, dan budaya antar suku, pulau dan agama, sehingga terjalin
masyarakat yang rukun, damai, dan makmur. Kemakmuran terjadi karena pada
dasarnya setiap suku, agama, dan pulau mempunyai kekhususan yang bernilai
tinggi, dan hal ini juga bermanfaat bagi yang lain, sehingga tukar-menukar ini akan
meningkatkan nilai kesejahteraan bagi manusia.

Anda mungkin juga menyukai