Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Meskipun di tinjau berdasarkan unsur-unsur yang membentuk Negara, hampir semua


Negara mempunyai kesamaan, namun ditinjau dari segi tumbuh dan terbentuknya Negara serta
susunan Negara, setiap Negara di dunia ini memiliki spesifikasi serta cirri khas masing-masing.
Demikian pula bangsa Indonesia yang tumbuh dan berkembang dengan dilatarbelakangi oleh
kekuasaan dan penindasan bangsa asing seperti penjajahan Belanda dan Jepang. Oleh karena itu,
bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatarbelakangi oleh adanya kesamaan nasib, yaitu
bersama-sama dalam penderitaan di bawah penjajahan bangsa asing serta berjuang merebut
kemerdekaan.

Bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa dari masyarakat Internasional, memiliki sejarah
serta prinsip dalam hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Tatkala bangsa
Indonesia berkembang menuju fase nasionalisme modern, diletakkanlah prinsip-prinsip dasar filsafat
sebagai suatu asas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Para pendiri Negara menyadari akan
pentingnya dasar filsafat ini, kemudian melakukan suatu penyelidikan yang dilakukan oleh badan
yang akan meletakkan dasar dan filsafat bangsa dan Negara, yaitu BPUPKI. Prinsip-prinsip dasar itu
ditemukan oleh para pendiri bangsa tersebut yang diangkat dari filsafat hidup atau pandangan hidup
bangsa Indonesia, yang kemudian diabstraksikan menjadi suatu prinsip dasar filsafat Negara, yaitu
Pancasila.

Pancasila merupakan ideology bangsa Indonesia. Dimana nilai-nilai yang terkandung di


dalamnya bisa di implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal-hal positif yang ada
merupakan cerminan diri kita sebagai bangsa Indonesia. Makna-makna yang terkandung di dalam
pancasila bisa merekatkan kita sebagai suatu kesatuan yang tidak bisa terpecah. Pancasila juga bisa
dijadikan sebagi jalan keluar suatu masalah jika bangsa Indonesia sedang mengalami permasalahan-
permasalahan. Permasalahan-permasalahan tersebut seperti misalnya perbedaan-perbedaan yang
ada di antara kita, seperti perbedaan agama, perbedaan suku, bahasa, dan budaya, serta perbedaan-
perbedaan mendasar lainnya. Perlu di ingat bahwa Indonesia merupakan Negara kepulauan, dimana
di setiap pulau yang ada mengandung banyak keragaman. Keragaman bukan merupakan pemecah
akan tetapi sebagai perekat dan merupakan sesuatu yang memperkaya bangsa kita. Setiap masalah
yang ada bisa di selesaikan dengan pancasila. Dan pendahulu-pendahulu kita juga mengharapkan hal
yang sama, yaitu pancasila sebagai jalan keluar bagi setiap permasalahan yang ditimbulkan oleh
keanekaragaman/perbedaan yang dimiliki oleh Indonesia.
B.     Tujuan

ü  Diharapkan agar generasi muda bangsa Indonesia dapat mengamalkan sila-sila pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

ü  Diharapkan Indonesia tetap berpegang teguh pada ideology Negara kita yaitu pancasila. Karena
pancasila merupakan solusi terhadap setiap permasalahan yang bangsa kita hadapi.

C.     Manfaat

Manfaat yang bisa kita peroleh dari penulisan uraian ini adalah menambah pengetahuan
mengenai nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila pancasila sehingga kita bisa
mengimplementasikannya di dalam kehidupan nyata. Selain itu juga diharapkan untuk menjadikan
pancasila sebagai bahan pertimbangan untuk menyelesaikan masalah yang ada baik untuk
lingkungan, bangsa, maupun Negara.

BAB II

ULASAN MATERI

Susunan pancasila adalah hirarkhis dan mempunyai bentuk pyramidal. Pengertian


matematika pyramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan hirarkhis sila-sila dari pancasila
dalam urut-urutan luas (kwantitas) dan juga dalam hal sifat-sifatnya (kwalitas). Kalau di lihat dari
intinya, urut-urutan lima sila menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya dan isi-sifatnya,
merupakan pengkhususan dari sila-sila yang dimukanya. Jika urut-urutan lima sila dianggap
mempunyai maksud demikian, maka diantara lima sila ada hubungan yang mengikat yang satu
kepada yang lain sehingga pancasila merupakan suatu kesatuan keseluruhan yang bulat. Andai kata
urut-urutan itu di pandang sebagai tidak mutlak. Di antara satu sila dengan sila lainnya tidak ada
sangkut pautnya, maka pancasila  itu menjadi terpecah-pecah, maka pancasila itu menjadi terpecah-
pecah, oleh karena itu tidak dapat tidak dapat dipergunakan sebagai suatu asas kerokhanian bagi
Negara.

Dalam susunan hirarkhis dan pyramidal ini maka Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis
kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan, dan keadilan social. Sebaliknya, Ketuhanan Yang
Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan, yang membangun, memelihara dan
mengembangkan persatuan Indonesia, yang berkerakyatan dan berkeadilan social. Demikian
selanjutnya sehingga tiap-tiap sila di dalamnya mengandung sila-sila lainnya.
1.      Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya.
Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa Negara yang didirikan adalah sebagai
pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan Negara, bahkan moral Negara, moral
penyelenggara Negara, politik Negara, pemerintahan Negara, hukum dan peraturan perundang-
undangan Negara, kebebasan dan hak-hak asasi warga Negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa.

Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Ketuhanan

Setiap warga Negara Indonesia sudah seharusnya memiliki pola pikir, sikap, dan perilaku
yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan menempatkan Pancasila
sebagai ideologi terbuka, setiap warga Negara Indonesia diberikan kebebasan untuk memilih  dan
menentukan sikap dalam memeluk salah satu agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia. Sikap
dan perilaku positif nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa sehubungan dengan Pancasila sebagai
ideologi terbuka antara lain:

a.       Melaksanakan kewajiban dalam keyakinannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

b.      Membina kerja sama dan tolong-menolong dengan pemeluk agama lain sesuai dengan situasi dan
kondisi di lingkungan masing-masing.

c.       Mengembangkan toleransi antarumat beragama menuju terwujudnya kehidupan yang selaras,


serasi, dan seimbang.

d.      Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang
lain.

2.      Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Sila kemanusiaan yang adil dan beradab secara sisitematis didasari dan dijiwai oleh sila
Ketuhanan Yang Maha Esa, serta mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya. Sila kemanusiaan
sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan kemasyarakatan. 

Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai  bahwa Negara harus menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Oleh karena itu dalam kehidupan
kenegaraan terutama dalam peraturan perundang-undangan Negara harus mewujudkan 
tercapainya tujuan ketinggian harkat dan martabat manusia, terutama hak-hak kodrati (hak asasi)
harus dijamin dalam peraturan perundang-undangan Negara.

Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral
dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam  hubungan
dengan norma-norma dan kebudayaan pada umumnya, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia,
maupun lingkungan. Nilai kemanusiaan yang beradab adalah pewujudan nilai kemanusiaan sebagai
makhluk yang berbudaya, bermoral, dan beragama.

Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai
makhluk yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung pengertian bahwa
hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia lain, adil
terhadap masyarakat bangsa dan Negara, adil terhadap lingkungannya, serta adil terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.

Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Kemanusiaan

Dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan sifat ideologi pancasila yang
terbuka, sikap dan perilaku harus senantiasa menempatkan manusia sebagai mitra sesuai dengan
harkat dan martabatnya. Hak dan kewajiban dihormati secara beradab. Sikap dan perilaku positif
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan antara lain:

a.       Memperlakukan manusia/orang lain sesuai harkat dan martabatnya sebagai makhluk ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa.

b.      Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa membeda-bedakan
suku, keturunan, agama, jenis kelamin, kedudukan social, dan sebagainya.

c.       Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa, dan tidak semena-mena
terhadap orang lain.

d.      Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti menolong orang lain, memberi bantuan kepada
yang membutuhkan, menolong korban banjir, dll.

3.      Persatuan Indonesia

Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan
keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat sistematis. Sila
persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab serta mendasari dan menjiwai sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.

 Dalam sila persatuan Indonesia, terkandung nilai bahwa Negara ialah sebagai penjelmaan
sifat kodrat manusia monodualis, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Negara adalah
merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk Negara
yang berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun kelompok agama. Oleh karena itu, perbedaan
adalah bawaan kodrat manusia dan juga ciri khas elemen-elemen yang membentuk Negara.
Konsekuensinya Negara adalah beraneka ragam, tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu
persatuan yang dilukiskan dalam suatu seloka, Bhinneka Tunggal Ika.

Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu maupun golongan
agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya harkat dan martabat seluruh
warganya, Negara memberikan kebebasan atas individu, golongan,suku, ras maupun golongan
agama untuk merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral.

Sikap dan Perilaku Positif Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Persatuan Indonesia

Menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan Indonesia sesuai dengan sifat ideolog pancasila yang
terbuka berarti mengharuskan setiap warga Negara Indonesia agar tetap mempertahankan
keutuhan dan tegak kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sikap dan perilaku positif
menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan Indonesia  antara lain:

a.       Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara jika suatu saat diperlukan.

b.      Mencintai tanah air dan bangga terhadap bangsa dan Negara Indonesia.

c.       Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika

d.      Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4.      Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan di dasari oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan mendasari serta menjiwai sila Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia.

Nilai filosofis yang terkandung yang terkandung didalamnya adalah bahwa hakikat Negara
adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
Hakikat rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang
bersatu yang bertujuan mewujudkan harkat dan martabat manusia dalam suatu wilayah Negara.
Rakyat adalah merupakan subyek pokok pendukung Negara. Negara adalah dari, oleh, dan untuk
rakyat. Oleh karena itu rakyat adalah asal mula kekuasaan Negara. Sehingga dalam sila kerakyatan
terkandung nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup Negara.

Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Permusyawaratan Perwakilan

Nilai-nilai permusyawaratan /perwakilan mengandung makna bahwa hendaknya dalam


bersikap dan bertingkah laku mrnghormati dan mengedepankan kedaulatan Negara sebagai
perwujudan kehendak seluruh rakyat. Rakyatlah yang sesungguhnya memiliki kedaulatan atau
kedudukan terhormat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sesuai dengan
sifat ideologi pancasila yang terbuka, maka dalam memaknai nilai-nilai permusyawaratan
/perwakilan, aspirasi rakyat ,menjadi pangkal tolak penyusunan kesepakatn bersama dengan cara
musyawarah/perwakilan. Sikap dan perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai
permusyawaratan/perwakilan antara lain:

a.       Mengutamakan musyawarah mufakat dalam setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan


bersama.

b.      Tidak boleh memaksakan kehendak, melakukan intimidasi dan berbuat anarkis (merusak) kepada
orang/barang milik orang lain.

c.       Mengakui bahwa setiap warga Negara Indonesia memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban yang
sama.

d.      Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil rakyat yang telah terpilih untuk melaksanakan
musyawarah dan menjalankan tugasnya dengan baik.

5.      Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Nilai yang terkandung dalam sila keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia di dasari dan
dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, serta Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.

Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan Negara sebagai
tujuan dalam hidup bersama. Maka di dalam sila kelima tersebut terkandung nilai keadilan yang
harus terwujud dalam kehidupan bersama ( kehidupan sosial ). Keadilan tersebut didasari dan dijiwai
oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya, serta hubungan
manusia dengan Tuhannya.

Konsekuensinya nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam hidup bersama adalah
meliputi (1) keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara Negara terhadap warganya ,
dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi, dalam
bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan
atas hak dan kewajiban. (2) keadilan legal (keadilan bertaat) yaitu suatu hubungan keadilan antara
warga Negara terhadap Negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi
keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam Negara.
(3) keadilan komutatif yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan lainnya secara
timbal balik.

Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Keadilan Sosial

Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan soaial bagi seluruh rakyat Indonesia yang
sesuai dengan sifat pancasila sebagai ideologi terbuka , diharapkan kesejahteraan lahir dan batin
yang berkeadilan soaial bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali bisa terwujud. Kesejahteraan
harus dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dan merata di seluruh daerah. Sikap dan
perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan keadilan social antara lain:

a.       Mengembangkan sikap gotong royong dan kekeluargaan dengan lingkungan masyarakat sekitar.

b.      Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan kepentingan orang lain/umum,


seperti mencoret-coret pagar/tembok sekolah atau orang lain, merusak sarana umum, dll.

c.       Suka bekerja keras dalam memecahkan atau mencari jalan keluar (solusi) atau masalah-masalah
pribadi, masyarakat, bangsa, dan Negara.

d.      Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan social
melalui karya nyata, seperti melatih tenaga produktif untuk terampil dalam sablon, perbengkelan,
teknologi tepat guna, membuat pupuk kompos, dll.

BAB III

PENUTUP

Simpulan
Dari pembahasan di atas, dapat di simpulkan bahwa pancasila sebagai ideologi Negara memiliki nila-
nilai positif yang terkandung di dalamnya. Dimana nilai-nilai positif tersebut sudah kita laksanakan
dalam kehidupan sehari-hari, dan sudah seyogyanya nilai-nilai positif tersebut tetap kita jaga dan
laksanakan.

Saran

ü  Agar pancasila tidak hanya harus dihafalkan oleh seluruh rakyat Indonesia, namun juga harus
dimengerti, dan diamalkan, serta dilaksanakan dalm kehidupan bermasyarakat dan bernegara agar
fungsi pancasila sebagai ideologi Negara tetap terjaga.

ü  Agar setiap rakyat Indonesia lebih memaknai inti dari sila-sila pancasila agar tercipta kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang lebih nyaman.

ü  Agar generasi muda lebih menghargai ideology bangsa kita sendiri dengan cara mengamalkan
pancasila di dalam kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Erlangga: Jakarta.

Kaelan. Pendidikan Pancasila. 2004. Paradigma: Yogyakarta

Kaelan, Achmad Zubaidi. Pendidikan Kewarganegaraan. 2007. Paradigma: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai