Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PANCASILA

MEMBANTU ANAK-ANAK PANTI ASUHAN

DOSEN PENGAMPU LILIK PRASAJA, M.SC

Disusun Oleh :

Alinda Aurelia 43010230157

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS NEGERI SALATIGA

TAHUN 2023/2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah sebagai dasar filsafah negara Indonesia, sehingga
dapat diartikan kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar filsafah dan
ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa
Indonesia, sebagai dasar pemersatu, lambang pemersatu dan kesatuan,
serta bagian pertahanan bangsa dan negara.
Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa
Indonesia tidak ada yang mampu menandinginya. Indonesia yang terdiri
atas berbagai suku dan bangsa dapat dipersatukan oleh pancasila. Itu
sebabnhya sering kali pancasila dianggap sebagai ideologi yang sakti. Siapa
pun yang mencoba menggulingkannya, akan berhadapan langsung dengan
seluruh komponen-komponen kekuatan bangsa dan negara Indonesia.
Sebagai dasar negara republik Indonesia (way of life), pancasila
nilai-nilainya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu.
Nilai-nilai tersebut meliputi nilai budaya, adat-istiadat dan religiusitas yang
diimplimentasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jati diri bangsa Indonesia
melekat kuat melalui nilai-nilai tersebut yang dijadikan pandangan hidup.
Tindak-tanduk serta perilaku masyarakat nusantara sejak dahulu kala telah
tercermin dalam nilai-nilai pancasila. Untuk itu, pendiri republik Indonesia
berusaha merumuskan nilai-nilai luhur itu kedalam sebuah ideologi
bernama pancasila.
Dalam pembahasan makalah kali ini kita akan membahas nilai
pancasila yaitu sila ke-2 yang berbunyi “kemanusiaan yang adil dan
beradab”. Banyak sekali nilai-nilai yang terkandung dalam sila ke-2 dan
harus kita terapkan, diantara lain: mengakui dan memperlakukan manusia
sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang maha
Esa, menyambut tantangan ke depan bangsa Indonesia dalam
menghadapi zaman globalisasi ekonomi, ancaman bahasa laten terorisme,
komunisme dan fundamentalisme yang merupakan sebuah tantangan
tersendiri bagi bangsa Indonesia. Di sisi lain itu yang patut dicatat
diwaspadai adalah pengelompokan suku bangsa di Indonesia yang kini
semakin kuat. Ketika bangsa ini kembalu dicoba oleh pengaruh bernyanyi
untuk dikotak-kotakan tidak saja oleh konflik vertikal tetapi juga oleh
pandangan terhadap Ketuhanan Yang Maha esa.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan isi makalah penulis, penulis bisa mendapatkan
masalah-masalah diantaranya:
1. Apakah makna kemanusiaan yang adil dan beradab?
2. Apa alasan pentingnya keberadaan sila kemanusiaan yang adil dan
beradab?
3. Apa penerapan nilai pancasila dalam membantu anak panti asuhan?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini diantaranya adalah:
1. Untuk mengetahui makna kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Untuk mengetahui alasan pentingnya keberadaan sila kemanusiaan
yang adil dan beradab.
3. Untuk mengetahui penerapan nilai pancasila dalam membantu anak
panti asuhan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Makna kemanusiaan yang adil dan beradab


Arti kemanusiaan dalam sila kedua mengandung makna
keseimbangan sifat-sifat dan keadaan negara dengan hakikat (abstrak)
manusia. Isi arti sila-sila pancasila adalah suatu kesatuan bulat dan utuh.
Oleh karena itu sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah dijiwa dan
didasari oleh sila “Ketuhanan yang Maha Esa”. Dan mendasari sila
Persatuan Indonesia karena persatuan tersebut maka sila “Kemanusiaan
yang adil dan beradab” selalu terkandung dalam keempat sila yang
lainnya.
Pengamalan sila kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung
nilai kesamaan derajat maupun kewajiban dan hak, cinta mencintai,
hormat menghormati, keberanian membela kebenaran dan keadilan,
toleransi, dan gotong royong. Nilai kemanusiaan yang adil mengandung
makna bahwa hakekat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan
beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu pengertian
bahwa hakekat manusia harus adil dalam hubungan diri sendiri, adil
terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat, bangsa dan negara, adil
terhadap lingkungannya serta adil terhadap Tuhan yang Maha Esa.

B. Alasan pentingnya keberadaan sila ke-2


Dari ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1978 dapat dimaknai bahwa
bentuk-bentuk nilai sila kemanusiaan yang adil dan beradab yang
seharusnya dapat dijadikan pedoman dalam berperilaku baik di
lingkungan sekolah maupun dilingkungan masyarakat adalah mengakui
dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk Tuhan, saling mencintai sesama manusia,
mengembangkan sikap tenggang rasa, mengembangkan sikap tidak
semena-mena terhadap orang lain, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,
senang melakukan kegiatan kemanusiaan, berani membela kebenaran dan
keadilan, dan bangga menjadi warga negara Indonesia.
Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa mengandung makna
bahwa sebagai individu yang beragama harus bisa menghargai orang lain
karena semua orang memiliki harkat dan martabatnya masing-masing bila
dalam kehidupan tidak ada yang mengakui persamaan harkat dan
mafrtabat pasti hidup manusia tidak akan mendapatkan ketenangan
dalam melakukan segala hal, negara Indonesia juga pasti tidak akan
makmur dan sejahtera bila masyarakatnya tidak saling menghargai antara
satu dengan yang lainnya, agar kehidupan bangsa Indonesia menjadi lebih
baik dari negara-negara yang lain maka masyarakat Indonesia perlu
bekerjasama antara satu dengan yang lain.
Nilai-nilai sila kedua mengakui persamaan derajat, persamaan
hak, dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. Semua orang
memiliki derajat yang sama dan persamaan hak di dalam menentukan
hidupnya kearah yang lebih baik atau kearah yang lebih buruk, setiap
orang memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan, memiliki agama,
antara sesama manusia berhak untuk membantu orang lain yang sedang
dalam kesusahan dan berhak memberikan pertolongan kepada orang yang
membutuhkan dengan hati yang ikhlas.
Nilai-nilai sila kedua mengembangkan sikap tenggang rasa.
Manusia menyukai rasa damai dalam dirinya, maka manusia tersebut pasti
akan merasa nyaman, menerima tanpa membeda-bedakan, maka
tenggang rasa diperlukan sikap baik dalam melakukan segala hal seperti,
menghargai perasaan orang lain, menghormati, dalam kehidupan sangat
diperlukan sikap saling menghargai dan menghormati agar bangsa
Indonesia memiliki jiwa-jiwa yang orang-orang berakhlak mulia dan
bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang makmur dan damai sejahtera.
Oleh karena itu, kita sebagai warga negara harus sadar akan
pentingnya menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila terutama
sila kedua, sehingga masyarakat dan bangsa Indonesia dapat menjaga
keharmonisan dan kelangsungan hidup bangsa Indonesia yang merdeka,
bersatu dan berdaulatan rakyat serta penuh semangat Pancasila untuk
mewujudkan bangsa yang sejahtera, adil dan makmur untuk masa yang
akan datang, terutama dalam karakter bangsa serta rasa nasionalisme
yang tinggi. (Yudhanegara, 2015).
C. Penerapan nilai pancasila dalam membantu anak panti asuhan
Keluarga merupakan tempat awal seorang anak memulai
pembentukan karakternya. Hubungan antara anggota keluarga memiliki
dampak besar pada perkembangan nilai-nilai dari karakter anak, termasuk
perilaku sosial dan etika mereka (Wulandari, 2012). Isu-isu terkait karakter
dan perilaku anak-anak semakin mendapat perhatian dalam berbagai
perbincangan. Perundungan, tawuran, pelanggaran moral, dan kejahatan
seringkali melibatkan anak-anak, baik sebagai pelaku maupun korban.
Fenomena-fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari peran keluarga sebagai
tempat pertama dimana anak-anak belajar dan tumbuh (Preskila &
Jatmiko, 2020). Keluarga yang utuh merupakan aspek kunci dalam
mendidik anak, orang tua berperan penting sebagai pendengar yang baik
dan sumber solusi ketika anak-anak menghadapi masalah (Putri Salsabila
et al., 2022).
Namun, umumnya tidak semua anak memiliki keberuntungan
untuk hidup bersama keluarganya. Banyak di antara mereka yang
kehilangan orang tua sejak kecil karena berbagai alasan (Nashihin, 2019).
Pada dasarnya, perkembangan identitas anak sangat dipengaruhi oleh
dukungan sosial yang diberikan oleh orang tua. Namun, tidak semua anak
memiliki keberuntungan yang sama dalam hal menerima dukungan sosial
dan kasih sayang dari orang tua mereka. Sebagian anak tidak
mendapatkan cukup kasih sayang, perhatian, dan kedekatan dari orang
tua. Sehingga mereka ditempatkan di panti asuhan untuk mendapatkan
pendidikan dan pengasuhan (Lestari Anugrahwati & Sri Wiraswati, 2020).
Diperlukan perhatian khusus terhadap anak-anak yang tinggal di panti
asuhan, dan peran ini bisa dijalankan oleh orang tua asuh. Lembaga ini
menyatukan anak-anak yang kurang beruntung dalam satu tempat agar
mereka dapat menjalani kehidupan yang normal sesuai dengan hak-hak
mereka sebagaimana diatur dalam UU RI Nomor 23 tahun 2002 Bab II
pasal 2 (Nashihin, 2022).
Anak-anak hidup di panti asuhan memiliki kecenderungan
mengembangkan pola negatif terhadap diri mereka sendiri, rentan
mengalami depresi, PTSD (gangguan stress pascatrauma), serta memiliki
sikap agresif yang tinggi (Hermenau et al., 2015). Bahkan penerimaan diri,
perkembangan pribadi, dan kesejahteraan psikis seorang anak yang hidup
di panti asuhan secara umum lebih rendah dibandingkan dengan remaja
yang tidak tinggal di panti asuhan (Khan & Jahan, 2015). Penerapan pola
asuh adalah unsur krusial yang berpengaruh terhadap pengembangan
kepribadian anak yang tinggal di panti asuhan. Oleh karena itu, orang tua
asuh perlu melaksanakan pola asuh yang tepat guna memastikan anak
dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang mandiri, disiplin,
percaya diri, dan bertanggung jawab. Hal ini sejalan dengan penerapan
yang disampaikan oleh (Gusniwar & Satria, 2022), (Eunice et al., 2023),
(Somantri & Rifai, 2021 : Putri Salsabila et al., 2022).
Menurut Baumrind (Dariyo, 2006), seperti yang dipaparkan oleh
(Sumantri & Rifai, 2021), (Barus & Rahma, 2022), terdapat 4 jenis pola
asuh yaitu:
1. Ororiter (Authoritarian)
Dalam pola asuh otoriter, orang tua selalu dianggap sebagai
aturan yang harus dipatuhi oleh anak.
2. Permisif (Permissive)
Pada pola asuh ini, orang tua sering kalu menyetujui semua
permintaan dan keinginan anak tanpa banyak pertimbangan.
3. Demokratis (Authoritative)
Kombinasi pola asuh otoriter dan permisif digunakan untuk
mencapai keseimbangan dalam pemikiran, sikap, dan tindakan antara
orang tua dan anak. Dalam pola asuh ini, baik orang tua maupun anak
memiliki peluang yang sama untuk mengungkapkan gagasan ide,
keinginan, dan pendapat mereka guna mencapai keputusan bersama.
4. Situasional
Penerapan ketiga pola asuh sebelumnya disesuaikan dengan situasi,
kondisi, tempat, dan waktu yang relevan dalam konteks setiap
keluarga yang terlibat. Dalam sumber lain mengatakan terdapat
hanya 3 jenis pola asuh, yaitu otoriter, demokratis dan permisif
seperti yang dipaparkan oleh (Salenussa & Soetjiningsih, 2022),
(Gusniwar & Satria, 2022), (Putri Salsabila et al., 2022).

Pancasila merupakan suatu falsafah dan pandangan hidup yang


digunakan sebagai pedoman untuk menjalani kehidupan dalam konteks
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan tujuan untuk mencapai
cita-cita dan tujuan nasional (Adawiyah & Ramadhan, 2021). Penting
untuk mengajarkan nilai-nilai pancasila dan moral sejak dini. Dengan
mendasarkan sikap dan perilaku pada pancasila dan nilai-nilai moral,
karakter anak-anak dapat terbentuk sehingga mereka tumbuh menjadi
individu dengan akhlak yang luhur, berakhlak mulia yang sesuai dengan
harapan masyarakat umum dan pancasila serta nilai-nilai moral yang
berfungsi sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan dalam masyarakat
(Nafisah et al., 2022).

Dari sila ke-2 terdapat 4 nilai yang bisa diambil yaitu:

1. Kesopanan dan adab


Maka bangsa Indonesia perlu berperilaku dan bersikap sopan dan
beradab sesama manusia lainnya.
2. Empati dan kasih sayang
Dengan adanya kedua rasa tersebut, bangsa Indonesia akan
mudah untuk saling tolong menolong.
3. Nilai kesamaan derajat manusia
Dimata negara dan hukum semua manusia mempunyai derajat
yang sama.
4. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
Adanya nilai ini membuat kita terdasar bahwa menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan akan memberikan manfaat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila sila ke-2 yang berbunyi “Kemanusiaan Yang Adil dan
Beradab” mengandung makna bahwa hakekat manusia sebagai makhluk
yang berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Yang berarti nilai sila
kedua mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia. Semua orang memiliki derajat yang
sama dan persamaan hak di dalam menentukan hidupnya kearah yang
lebih baik atau kearah yang lebih buruk, setiap orang memiliki hak untuk
mendapatkan perlindungan, memiliki agama, antara sesama manusia
berhak untuk membantu orang lain yang sedang dalam kesusahan dan
berhak memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan
dengan hati yang ikhlas contohnya dengan membantu anak-anak yang
kurang beruntung dalam kasih sayang orang tua sehingga mereka
ditempatkan di panti asuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Asriari, N., Fauzan, M. R., Aprilia, R., Najla, S. N., Shasa, Asshofa, S., . . . Herdiana,
D. (2022). Meningkatkan Nilai Kemanusiaan Dengan Cara Saling
Membantu Dalam Kehidupan Bermasyarakat. Jurnal Pengabdian
Masyarakat, 1(4), 207-208.

Juniarti, I. G., Furnamasari, Y. F., & Dewi, D. A. (2021). Implementasi Nilai-nilai Yang
Terdapat Pada Sila Kedua Pancasila Terhadap Kehidupan Bangsa. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 5(3), 7275-7276.

Nurhajarurahmah, Z., Khairunnas, Rofikah, U., & Syafruddin. (2023). Implementasi


Nilai Moral Pancasila Pada Pola Asuh Anak Panti. Communnity
Development Journal, 4(5), 10792-10793.

Anda mungkin juga menyukai