DISUSUN OLEH
MA 16. 032
MA’HAD ALY
PENDAHULUAN
Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang setiap warganya harus hafal dan
mematuhi segala isi dalam pancasila tersebut. Namun sebagian besar warga negara Indonesia
hanya menganggap pancasila sebagai dasar negara/ideologi semata tanpa memperdulikan
makna dan manfaatnya dalam kehidupan. Tanpa manusia sadari nilai-nilai makna yang
terkandung dalam pancasila sangat berguna dan bermanfaat.
Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan nilai budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta
didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,dan mewujudkan di dalam kehidupan sehari-
hari dengan sepenuh hati.
1.2. RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk itu diperlukan pendidikan karakter untuk menumbuhkan kesadaran mengenai rasa
kesatuan dan persatuan berbangsa, juga memperbaiki nilai-nilai yang telah menyimpang dan
mengembalikannya ke nilai-nilai yang sesuai demi kesatuan Negara Indonesia. Dan
mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan melalui pendidikan karakter bagi para
generasi bangsa.
1. Pengertian Nilai
a. Nilai sebagai pembentuk cara berfikir dan berprilaku yang ideal dalam masyarakat.
b. Nilai dapat menciptakan semangat pada manusia untuk mencapai sesuatu yang
diinginkannya.
c. Nilai dapat digunakan sebagai alat pengawas prilaku seseorang dalam masyarakat.
d. Nilai dapat mendorong, menuntun, dan menekan orang untuk berbuat baik.
Pancasila merupakan suatu dasar negara yang mempunyai sistem nilai yang hakikatnya
merupakan suatu kesatuan. Dalam setiap sila terkandung nilai-nilai yang memiliki perbedaan
antara satu dengan lainnya namun semua itu merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila adalah sebagai berikut.
Sila kemanusiaan sebagai dasar fundamental dalam kehidupan kenegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan. Nilai kemanusiaan ini adalah susunan kodrat rohani dan jasmani.
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradab. Kemanusiaan yang adil dan
beradab adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia
dengan didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma
dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama manusia
maupun terhadap lingkungannya.
3. Persatuan Indonesia
Dalam sila persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan
sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Negara
merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk
negara yang berupa suku, ras, maupun kelompok.
Oleh karena itu perbedaan merupakan kodrat manusia dan ciri khas elemen-elemen yang
membentuk negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi satu, mengikat diri
dalam persatuan yang dilukiskan dalam suatu Bhineka Tunggal Ika.
Perbedaan bukan untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan diarahkan
pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama
untuk mewujudkan tujuan bersama sebagai bangsa.
Dalam sila kelima tersebut terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara sebagai
tujuan dalam hidup bersama. Maka dalam sila tersebut terkandung nilai keadilan yang harus
terwujud dalam kehidupan bersama. Keadilan tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat
keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
manusia dengan manusia lain, manusia dengan masyarakat, bangsa dan negaranya serta
hubungan manusia dengan Tuhannya.
Konsekuensi nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama adalah
meliputi:
1. Keadilan distributif, yaitu suatu hubungan keadilan antara negara terhadap warganya,
dalam arti pihak negaralah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan membagi,
dalam bentuk kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup bersama yang
didasarkan atas hak dan kewajiban.
2. Keadilan legal (keadilan bertaat), yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara
terhadap negara dan dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam
bentuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara.
3. Keadilan Komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan lainnya
secara timbal balik.
Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan dalam
hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan
kesejahteraan seluruh warganya.
Dengan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila inilah kita diharapkan dapat melaksanakannya
dalam kehidupan sehari-hari, bertindak mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
3. Pengertian pendidikan karakter
Pengertian pendidikan karakter berkaitan dengan pengertian pendidikan dan karakter.
Pendidikan adalah Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam
mengembangkan potensi siswa (Puskur, 2010: 4). Pengertian karakter Karakter adalah watak,
tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma,
seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain (Puskur, 2010 :
5). Bila dua pengertian tadi digabung, akan menjadi pendidikan yangmengkarakterkan siswa.
Lebih lanjut, pengertian pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-
nilai budaya dan karakter bangsa pada diri siswa sehingga mereka memiliki nilai dan karakter
sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai
anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif
(Puskur, 2010 : 4).
Oleh karena itu, memaknai kandungan nilai-nilai dalam pancasila seperti nilai ketuhan,
kemanusiaan,persatuan,kemasyarakatan serta sebuah keadilan merupakan suatu hal yang
perlu diterapkan melalui pendidikan karakter agar bangsa Indonesia menjadi manusia yang
taat beragama, berkemanusiaan, adil dan berguna bagi dirinya, oranglain, bangsa dan negara.
Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan siswa menjadi warga
negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan
menerapkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara (Puskur, 2010:
8).
Nilai Pendidikan Karakter
1. Religius : Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Penerapan atau penanaman nilai-nilai setiap butiran pancasila yang harus diajarkan agar
individu memiliki sikap dan prilaku yang sesuai dengan karakter luhur bangsa dan tidak
menyimpang dari nilai pancasila yang sesuai dengan sila-sila dalam pancasila adalah sebagai
berikut:
Tidak berbohong kepada guru maupun teman.
Bersyukur kepada Tuhan karena memiliki keluarga yang menyayanginya.
Tidak meniru jawaban teman (menyontek) ketika ulangan ataupun mengerjakan tugas di kelas.
Tidak mengganggu teman yang berlainan agama dalam beribadah.
Menceritakan suatu kejadian berdasarkan sesuatu yang diketahuinya, tidak ditambah-tambah
ataupun dikurangi.
Tidak meniru pekerjaan temannya dalam mengerjakan tugas di rumah.
Percaya pada kemampuan sendiri dalam melakukan apapun , karena Allah sudah memberian
kelebihan dan kekurangan kepada setiap manusia.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Menolong teman yang sedang kesusahan.
Tidak membeda-bedakan dalam memilih teman.
Berbagi makanan dengan teman lain jika sedang makan didepan teman lain.
Mau mengajari teman yang belum paham dengan pelajaran tertentu.
Memberikan tempat duduk kepada orang tua, ibu hamil, atau orang yang lebih membutuhkan
saat ada di kendaraan umum.
Tidak memaki-maki teman bersalah kepada kita.
Meminta maaf atau memaafkan apabila melakukan kesalahan.
Hormat dan patuh kepada guru, tidak membentak-bentaknya.
Hormat dan patuh kepada orang tua.
3. Persatuan Indonesia
Mengikuti upacara bendera dengan tertib.
Bergotong royong membersihkan lingkungan sekolah.
Tidak berkelahi sesama teman maupun dengan orang lain.
Memakai produk-produk dalam negeri.
Menghormati setiap teman yang berbeda ras dan budayanya.
Bangga menjadi warga negara Indonesia.
Tidak sombong dan membangga-banggakan diri sendiri.
Mengagumi keunggulan geografis dan kesuburan tanah wilayah Indonesia.
Seorang ketua memberikan tugas yang merata dan sesuai dengan kemampuan anggotanya.
Seorang guru memberikan pujian kepada siswa yang rajin dan memberi nasihat kepada siswa
yang malas.
Tidak pilih-pilih dalam berteman.
Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila pada masing-masing bagian tersebut,
dapat dikemukakan sebagai berikut :
a) Karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman dan bertakwa, jujur,
amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil
resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotic.
b) Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif,
ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif.
c) Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat,
sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif,
ceria, dan gigih.
d) Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling
menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli,
kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis),
bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan Secara
psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian, yakni
olah hati, olah pikir, olah raga, olah rasa dan karsa. Olah hati berkenaan dengan
perasaan sikap dan keyakinan/keimanan. Olah pikir berkenaan dengan proses nalar
guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis, kreatif, dan inovatif. Olah
raga berkenaan dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan penciptaan
aktivitas baru disertai sportivitas. Olah rasa dan karsa berkenaan dengan kemauan dan
kreativitas yang tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan beretos kerja.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pancasila memiliki nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan pedoman hidup dalam berbangsa
dan berbegara.
Penanaman dan penerapan nilai-nilai Pancasila sangat penting dan diperlukan dalam
membentuk kepribadian generasi bangsa yang berkarakter dan bermoral serta mampu
bersaing dalam segala bidang.
SARAN
Diharapkan agar semua lapisan masyarakat dapat menerapkan nilai-nilai yang terkandung
dalam pancasila tidak hanya sebatas mengetaui saja namun melaksanakannya dalam
kehidupan. Dan penerapan pendidikan karakter harus ditanamkan sejak dini agar kelak nilai
pancasila akan melekat dalam karakter dan kepribadian tiap individu dalam bermasyarakat
agar senantiasa tercipta bangsa Indonesia yang damai.
DAFTAR PUSTAKA
http://nurwijayantoz.wordpress.com/pendidikan-4/upaya-mendisiplinkan-siswa-melalui-
pendidikan-karakter/
http://setya-wa2n.blogspot.com/2011/02/pengamalan-nilai-nilai-pancasila-dalam.html
http://aonejoeanda.blogspot.com/p/penerapan-nilai-nilai-karakter-bangsa.html
http://abdulgoffarr.blogspot.com/2012/01/makna-nilai-nilai-pancasila.html
http://multiajaib.blogspot.com/2014/10/nilai-yang-terkandung-dalam-setiap-pancasila.html
http://windawiyon.blogspot.com/2013/05/pancasila-sebagai-landasan-pendidikan.html
http://egoaspbatch2kelasb.blogspot.com/2015/05/makalah-pancasila-penerapan-nilai-
nilai.html