di
Kuningan
Assalamu’alikum Wr. Wb
Salam Sejahtera kami sampaikan, semoga Bapak Bupati dalam keadaan sehat
dan senantiasa dalam lindungan Allah SWT, serta sukses menjalankan aktifitas sehari- hari.
Amin
Selanjutnya Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Kuningan bersama
ini menyampaikan permohonan dana melalui APBD Kabupaten Kuningan Tahun 2020
kepada Bapak Bupati Kuningan berkaitan dengan kegiatan FKUB Kab. Kuningan.
Sebagai bahan pertimbangan Bapak bersama ini kami lampirka n satu bundel
proposal.
Demikianlah permohonan dana ini kami sampaikan , atas perhatian dan bantuan
Bapak, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Ketua, Sekretaris,
A. Dasar Pemikiran
Kerukunan umat beragama merupakan bagian dari kerukunan nasional, ia menjadi inti
beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang dilandasi toleransi, saling
pengertian, saling menghormati, menghargai kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kerukunan
atau keharmonisan hidup beragama tersebut adalah proses dan suasana kehidupan beragama dari
umat dan pemeluk agama yang plural secara serasi dalam kehidupan bangsa, dimana agama-agama
yang berbeda dapat diamalkan oleh pemeluknya tanpa berbenturan satu dengan lainnya.
Hidup rukun dan berselisih di samping sebagai tabiat manusia "sunatullah", juga karena
faktor manusia itu sendiri (human error) yang di antaranya disebabkan oleh adanya keanekaraga man
agama dan budaya, seperti halnya di Indonesia. Di satu sisi berperan sebagai potensi modal dasar
pembangunan, akan tetapi di sisi lain sekaligus juga dapat menjadi penghambat. Terkecuali bila
perbedaan tersebut dikelola dengan baik, maka terciptalah ke rukunan hidup dalam masyarakatarakat
Karena itu untuk mewujudkan kerukunan tersebut negara membuat undang-undang dan
peraturan tentang pemeliharaan kerukunan umat beragama. Salah satunya yang sangat signifikan
adalah Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) No. 9 dan No. 8
Tahun 2006 yang mengatur tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah/wakil kepala daerah
dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama
Dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 29 dinyatakan bahwa negara berdasar atas
Ketuhanan Yang Maha Esa dan menjamin kemerdekaan penduduk untuk memeluk agama dan
masyarakatarakat religius yang pasti menganut salah satu diantara agama-agama resmi yang ada di
Indonesia (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan yang terbaru Konghucu) atau beberapa aliran
kepercayaan yang diakui keberadaannya di negara kita. Sedangkan asas kemerdekaan beragama
mengandung makna bahwa kemerdekaan memeluk agama dan beribadah menurut agamanya harus
dapat menerima kenyataan berbeda dengan sikap syukur sebagai realitas obyektif, bukan hanya
memahami dan mengerti tetapi juga sebagai potensi dinamik yang memberikan berbagai
kemungkinan dan harapan akan masa depan yang lebih baik dan bermakna.
kultural dengan memantapkan daya tahan ajaran agama secara efektif dalam perimbangannya
dengan semangat tri kerukunan umat beragama secara bertahap dan terjabarkan dalam kehidupan
mutlak pembangunan, FKUB Kabupaten Kuningan Periode 2012-2017 telah menetapkan agenda
program strategis yang meliputi Pengendalian Konflik, Pencegahan Konflik, Pembinaan Kerukunan
Umat Beragama, dan Pemantapan Kerukunan Umat beragama, dengan mengakomodir pimpinan,
tokoh umat beragama, serta pihak-pihak yang berhubungan dengan program kerukunan umat
Landasan Hukum
1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila (sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa).
3. Landasan Strategis, yaitu Ketatapan MPR No.IV tahun 1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan
Negara. Dalam GBHN dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000,
dinyatakan bahwa sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang penuh keimanan dan
ketaqwaan, penuh kerukunan yang dinamis antar umat beragama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, secara bersama-sama makin memperkuat landasan spiritual, moral dan
Landasan Operasional
1. UU No. 1/PNPS/l 965 tentang larangan dan pencegahan penodaan dan penghinaan agama
2. Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI. No.01/Ber/Mdn/1969
tentang pelaksanaan aparat pemerintah yang menjamin ketertiban dan kelancaran pelaksanaan
3. SK. Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri RI. No.01/1979 tentang tata cara pelaksanaan
pensyiaran agama.
4. Surat edaran Menteri Agama RI. No.MA/432.1981 tentang penyelenggaraan peringatan hari
besar keagamaan
6. Sosialisasi dan Dialog konsep kerukunan umat beragama, dengan berbagai segmen antar
umat beragama
Provins i Jawa Ba rat, terka it de nga n; fak tor ya ng me njad i pe mic u ko nflik a ta u
aga ma. (5 ). Pera yaa n har i bes ar kea ga maa n. (6). Pe nod aa n a ga ma. (7 ). Ke gia ta n
a lira n se mpa la n.
C. Tema Kegiatan
Kabupaten Kuningan “
1. Umum
FKUB.
2. Khusus
holder terkait.
e. Terbukanya wawasan untuk semakin terbuka dan reflektif terhadap perkembangan dan
F. Pelaksana Kegiatan
G. Peserta Kegiatan
Pimpinan ormas dan tokoh keagamaan, Mahasiswa/Pelajar, organisasi pemuda, Generasi Muda
I. Penutup
Demikian proposal kegiatan ini kami susun. Kami ucapkan terima kasih atas perhatian dan
kerjasamanya. Besar harapan kami, kepada semua pihak untuk ikut serta berpartisipasi dalam
kegiatan ini.
Ketua, Sekretaris,
TENTANG
Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun;
b. bahwa setiap orang bebas memilih agama dan beribadat menurut agamanya;
c. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu;
d. bahwa Pemerintah berkewajiban melindungi setiap usaha penduduk
melaksanakan ajaran agama dan ibadat pemeluk-pemeluknya, sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan perundangundangan, tidak menyalahgunakan atau menodai agama, serta tidak mengganggu
ketenteraman dan ketertiban umum;
e. bahwa Pemerintah mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan dan
pelayanan agar setiap penduduk dalam melaksanakan ajaran agamanya dapat berlangsung dengan
rukun, lancar, dan tertib;
f. bahwa arah kebijakan Pemerintah dalam pembangunan nasional di bidang
agama antara lain peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman agama, kehidupan beragama, serta
peningkatan kerukunan intern dan antar umat beragama;
g. bahwa daerah dalam rangka menyelenggarakan otonomi, mempunyai kewajiban
. melaksanakan urusan wajib bidang perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang serta
kewajiban melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan, dan kerukunan nasional serta keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
h. bahwa kerukunan umat beragama merupakan bagian penting dari kerukunan
nasional;
i. bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam rangka melaksanakan
tugas dan wewenangnya mempunyai kewajiban memelihara ketenteraman dan
ketertiban masyarakat;
j. bahwa Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor
01/BER/MDN-MAG/1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan
dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan
Ibadat Agama oleh PemelukPemeluknya untuk pelaksanaannya di daerah otonom,
pengaturannya perlu mendasarkan dan menyesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
k. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i, dan huruf j, perlu
menetapkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang
Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam
Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan
Umat Beragama dan Pendirian Rumah Ibadat;
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bersama ini yang dimaksud dengan :
1. Kerukunan umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama
yang dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai
kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
RepublikTahun 1945.
2. Pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama umat beragama dan Pemerintah
di bidang pelayanan, pengaturan, dan pemberdayaan umat beragama.
3. Rumah ibadat adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk
beribadat bagi para pemeluk masing-masing agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadat
keluarga.
4. Organisasi Kemasyarakatan Keagamaan yang selanjutnya disebut Ormas Keagamaan adalah
organisasi nonpemerintah bervisi kebangsaan yang dibentuk berdasarkan kesamaan agama oleh
warga negara Republik Indonesia secara sukarela, berbadan hukum, dan telah terdaftar di
pemerintah daerah setempat serta bukan organisasi sayap partai politik.
5. Pemuka Agama adalah tokoh komunitas umat beragama baik yang memimpin ormas keagamaan
maupun yang tidak memimpin ormas keagamaan yang diakui dan atau dihormati oleh masyarakat
setempat sebagai panutan.
6. Forum Kerukunan Umat Beragama, yang selanjutnya disingkat FKUB, adalah forum yang dibentuk
oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Pemerintah dalam rangka membangun, memelihara, dan
memberdayakan umat beragama untuk kerukunan dan kesejahteraan.
7. Panitia pembangunan rumah ibadat adalah panitia yang dibentuk oleh umat beragama,
ormas keagamaan atau pengurus rumah ibadat.
8. Izin Mendirikan Bangunan rumah ibadat yang selanjutnya disebut IMB rumah ibadat, adalah izin
yang diterbitkan oleh bupati/walikota untuk pembangunan rumah ibadat.
BAB II
TUGAS KEPALA DAERAH DALAM PEMELIHARAAN
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Pasal 2
Pemeliharaan kerukunan umat beragama menjadi tanggung jawab bersama umat beragama,
pemerintahan daerah dan Pemerintah.
Pasal 3
(1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di provinsi menjadi tugas dan kewajiban gubernur.
(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu oleh
kepala kantor wilayah departemen agama provinsi.
Pasal 4
(1) Pemeliharaan kerukunan umat beragama di kabupaten/kota menjadi tugas dan kewajiban
bupati/walikota.
(2) Pelaksanaan tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibantu
oleh kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.
Pasal 5
(1) Tugas dan kewajiban gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi :
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya
kerukunan umat beragama di provinsi;
b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di provinsi dalam pemeliharaan
kerukunan umat beragama;
c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling
percaya di antara umat beragama; dan
d. membina dan mengoordinasikan bupati/wakil bupati dan walikota/wakil walikota dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat
dalam kehidupan beragama.
(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d dapat
didelegasikan kepada wakil gubernur.
Pasal 6
(1) Tugas dan kewajiban bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi :
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya
kerukunan umat beragama di kabupaten/kota;
b. mengoordinasikan kegiatan instansi vertikal di kabupaten/kota dalam pemeliharaan
kerukunan umat beragama;
c. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling
percaya di antara umat beragama;
d. membina dan mengoordinasikan camat, lurah, atau kepala desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan
beragama;
e. menerbitkan IMB rumah ibadat.
(2) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d
dapat didelegasikan kepada wakil bupati/wakil walikota.
(3) Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c di wilayah kecamatan
dilimpahkan kepada camat dan di wilayah kelurahan/desa dilimpahkan kepada lurah/kepala desa
melalui camat.
Pasal 7
(1) Tugas dan kewajiban camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) meliputi:
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya
kerukunan umat beragama di wilayah kecamatan;
b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling
percaya di antara umat beragama; dan
c. membina dan mengoordinasikan lurah dan kepala desa dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah di bidang ketenteraman dan ketertiban masyarakat dalam kehidupan keagamaan.
(2) Tugas dan kewajiban lurah/ kepala desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (3) meliputi
a. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat termasuk memfasilitasi terwujudnya
kerukunan umat beragama di wilayah kelurahan/desa; dan
b. menumbuhkembangkan keharmonisan, saling pengertian, saling menghormati, dan saling
percaya di antara umat beragama.
BAB III
FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
Pasal 8
(1) FKUB dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota.
(2) Pembentukan FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh masyarakat
dan difasilitasi oleh pemerintah daerah.
(3) FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hubungan yang bersifat konsultatif.
Pasal 9
(1) FKUB provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas:
a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;
b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;
c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi sebagai
bahan kebijakan gubernur; dan
d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan
yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat.
(2) FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) mempunyai tugas :
a. melakukan dialog dengan pemuka agama dan tokoh masyarakat;
b. menampung aspirasi ormas keagamaan dan aspirasi masyarakat;
c. menyalurkan aspirasi ormas keagamaan dan masyarakat dalam bentuk rekomendasi
sebagai bahan kebijakan bupati/walikota;
d. melakukan sosialisasi peraturan perundang-undangan dan kebijakan di bidang keagamaan
yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama dan pemberdayaan masyarakat; dan
e. memberikan rekomendasi tertulis atas permohonan pendirian rumah ibadat.
Pasal 10
(1) Keanggotaan FKUB terdiri atas pemuka-pemuka agama setempat.
(2) Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB , kabupaten/kota
paling banyak 17 orang.
(3) Komposisi keanggotaan FKUB provinsi dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan berdasarkan perbandingan jumlah pemeluk agama setempat dengan keterwakilan
minimal 1 (satu) orang dari setiap agama yang ada di propinsi dan kabupaten/kota.
(4) FKUB dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1(satu) orang sekretaris, 1
(satu) orang wakil sekretaris, yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.
Pasal 11
(1) Dalam memberdayakan FKUB, dibentuk Dewan Penasihat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota.
(2) Dewan Penasihat FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas :
a. membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan pemeliharaan kerukunan umat
beragama; dan
b. memfasilitasi hubungan kerja FKUB dengan pemerintah daerah dan hubungan antar sesama
instansi pemerintah di daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama.
(3) Keanggotaan Dewan Penasehat FKUB provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh gubernur dengan susunan keanggotaan:
a. Ketua : wakil gubernur;
b. Wakil Ketua : kepala kantor wilayah departemen agama
provinsi; c. Sekretaris : kepala badan kes atuan bangsa dan politik
provinsi; d. Anggota : pimpinan instansi terkait.
(4) Dewan Penasehat FKUB kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
oleh bupati/walikota dengan susunan keanggotaan:
a. Ketua : wakil bupati/wakil walikota;
b. Wakil Ketua : kepala kantor departemen agama kabupaten/kota;
c. Sekretaris : kepala badan kesatuan bangsa dan politik kabupaten/kota;
d. Anggota : pimpinan instansi terkait.
Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut mengenai FKUB dan Dewan Penasihat FKUB provinsi dan kabupaten/kota
diatur dengan Peraturan Gubernur.
BAB IV
PENDIRIAN RUMAH IBADAT
Pasal 13
(1) Pendirian rumah ibadat didasarkan pada keperluan nyata dan sungguh-sungguh berdasarkan
komposisi jumlah penduduk bagi pelayanan umat beragama yang bersangkutan di wilayah
kelurahan/desa.
(2) Pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap menjaga
kerukunan umat beragama, tidak mengganggu ketenteraman dan ketertiban umum, serta
mematuhi peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan umat beragama di wilayah kelurahan/desa
sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak terpenuhi, pertimbangan komposisi jumlah
penduduk digunakan batas wilayah kecamatan atau kabupaten/ kota atau provinsi.
Pasal 14
(1) Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis
bangunan gedung.
(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendirian rumah ibadat
harus memenuhi persyaratan khusus meliputi :
a. daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 (sembilan
puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3);
b. dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang disahkan
oleh lurah/kepala desa;
c. rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; dan
d. rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota.
(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhi sedangkan
Pasal 15
Rekomendasi FKUB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) huruf d merupakan hasil
musyawarah dan mufakat dalam rapat FKUB, dituangkan dalam bentuk tertulis .
Pasal 16
(1) Permohonan pendirian rumah ibadat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diajukan oleh panitia
pembangunan rumah ibadat kepada bupati/walikota untuk memperoleh IMB rumah ibadat.
(2) Bupati/walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari sejak
permohonan pendirian rumah ibadat diajukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 17
Pemerintah daerah memfasilitasi penyediaan lokasi baru bagi bangunan gedung rumah ibadat yang
telah memiliki IMB yang dipindahkan karena perubahan rencana tata ruang wilayah.
BAB V
IZIN SEMENTARA PEMANFAATAN BANGUNAN GEDUNG
Pasal 18
(1) Pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat sebagai rumah ibadat sementara harus
mendapat surat keterangan pemberian izin sementara dari bupati/walikota dengan mem enuhi
persyaratan :
a. laik fungsi; dan
b. pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat.
(2) Persyaratan laik fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu pada
peraturan perundang-undangan tentang bangunan gedung.
(3) Persyaratan pemeliharaan kerukunan umat beragama serta ketenteraman dan ketertiban
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi:
a. izin tertulis pemilik bangunan;
b. rekomendasi tertulis lurah/kepala desa;
c. pelaporan tertulis kepada FKUB kabupaten/kota; dan
d. pelaporan tertulis kepada kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.
Pasal 19
(1) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan -gedung bukan rumah ibadat
oleh bupati/walikota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) diterbitkan setelah
mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota dan
FKUB kabupaten/kota.
(2) Surat keterangan pemberian izin sementara pemanfaatan bangunan gedung bukan rumah ibadat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku paling lama 2 (dua) tahun.
Pasal 20
(1) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (1) dapat dilimpahkan kepada camat.
(2) Penerbitan surat keterangan pemberian izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan setelah mempertimbangkan pendapat tertulis kepala kantor departemen agama
kabupaten/kota dan FKUB kabupaten/kota.
BAB VI
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Pasal 21
(1) Perselisihan akibat pendirian rumah ibadat diselesaikan secara musyawarah oleh
-
' I masyarakat setempat.
(2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dicapai, penyelesaian
perselisihan dilakukan oleh bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama
kabupaten/kota melalui musyawarah yang dilakukan secara adil dan tidak memihak dengan
mempertimbangkan pendapat atau saran FKUB kabupaten/kota.
(3) Dalam hal penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak, dicapai,
penyelesaian perselisihan dilakukan melalui Pengadilan setempat.
Pasal 22
Gubernur melaksanakan pembinaan terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah dalam
menyelesaikan perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
BAB VII
PENGAWASAN DAN PELAPORAN
Pasal 23
(1) Gubernur dibantu kepala kantor wilayah departemen agama provinsi melakukan pengawasan
terhadap bupati/walikota serta instansi terkait di daerah atas pelaksanaan pemeliharaan
kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama dan pendirian
rumah ibadat.
(2) Bupati/walikota dibantu kepala kantor departemen agama kabupaten/kota melakukan
pengawasan terhadap camat dan lurah/kepala desa serta instansi terkait di daerah atas
pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat
beragama, dan pendirian rumah ibadat.
Pasal 24
(1) Gubernur melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan
forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di provinsi kepada
Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama dengan tembusan Menteri Koordinator Politik, Huk um
dan Keamanan, dan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat.
(2) Bupati/walikota melaporkan pelaksanaan pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan
forum kerukunan umat beragama, dan pengaturan pendirian rumah ibadat di kabupaten/kota
kepada gubernur dengan tembusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) disampaikan setiap 6 (enam)
bulan pada bulan Januari dan Juli, atau sewaktu-waktu jika dipandang perlu.
BAB VIII
BELANJA
Pasal 25
Belanja pembinaan dan pengawasan terhadap pemeliharaan kerukunan umat beragama serta
pemberdayaan FKUB secara nasional didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara.
Pasal 26
(1) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memelihara ketenteraman dan
ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan
FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat di provinsi didanai dari dan atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
(2) Belanja pelaksanaan kewajiban menjaga kerukunan nasional dan memelihara ketenteraman dan
ketertiban masyarakat di bidang pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan
FKUB dan pengaturan pendirian rumah ibadat dikabupaten/kota didanai dari dan atas beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/ kota.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 27
(1) FKUB dan Dewan Penasehat FKUB di provinsi dan kabupaten/kota dibentuk paling lambat
1 (satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan.
(2) FKUB atau forum sejenis yang sudah dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota disesuaikan
paling lambat 1(satu) tahun sejak Peraturan Bersama ini ditetapkan.
Pasal 28
(1) Izin bangunan gedung untuk rumah ibadat yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah sebelum
berlakunya Peraturan Bersama ini dinyatakan sah dan tetap berlaku.
(2) Renovasi bangunan gedung rumah ibadat yang telah mempunyai IMB untuk rumah ibadat,
diproses sesuai dengan ketentuan IMB sepanjang tidak terjadi pemindahan lokasi.
(3) Dalam hal bangunan gedung rumah ibadat yang telah digunakan secara permanen dan/atau
merniliki nilai sejarah yang belum memiliki IMB untuk rumah ibadat sebelum berlakunya
Peraturan Bersama ini, bupati/walikota membantu memfasilitasi penerbitan IMB untuk rumah
ibadat dimaksud.
Pasal 29
Peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh pemerintahan daerah wajib disesuaikan
dengan Peraturan Bersama ini paling lambat dalam jangka waktu 2 (dua) tahun.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30
Pada saat berlakunya Peraturan Bersama ini, ketentuan yang mengatur pendiri an rumah ibadat dalam
Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 01/BER/MDN -MAG/1969 tentang
Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintahan dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan
Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 31
Peraturan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Maret 2006
KTP KETUA FKUB KAB. KUNINGAN
KTP SEKRETARIS
KTP BENDAHARA FKUB KAB. KUNINGAN
NPWP FKUB KAB. KUNINGAN
REKENING FKUB. KAB. KUNINGAN
ANGGARAN DASAR
FORUM KERUKUNAN UMAT BERAGAMA
KABUPATEN KUNINGAN
PERIODE 2017-2022
——————————————————————
BAB I
Pasal 1
Nama
Pasal 2
Waktu
FKUB ini didirikan pada tanggal 21 Maret 2006 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Pasal 3
Kedudukan
Pasal 4
Pembentukan
BAB II
Pasal 5
Asas
Forum Kerukunan Umat Beragama ini berasaskan Pancasila dan Undang- undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945.
Pasal 6
Sifat
2) Hubungan FKUB Provinsi dengan FKUB kab/kota bersifat konsultatif dan koordinatif.
Pasal 7
Tujuan
Organisasi ini bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan kerukunan umat beragama
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
BAB III
Pasal 8
Tugas
Pasal 9
2) Memfasilitasi hubungan kerja antara Pemerintah Daerah dengan majelis- majelis agama;
Pasal 10
2) Memfasilitasi hubungan kerja antara Pemerintah Daerah dengan majelis- majelis agama;
BAB IV
Pasal 11
Keanggotaan
2) Jumlah anggota FKUB provinsi paling banyak 21 orang dan jumlah anggota FKUB
kabupaten/kota paling banyak 17 orang;
5) Tehnis Penghitungan
Pasal 12
Masa bakti pengurus FKUB selama 5 (lima) tahun atau sesuai dengan peraturan Gubernur.
Pasal 13
a. Mencalonkan diri menjadi calon legislatif maupun kepala daerah dan wakil kepala
daerah;
Pasal 14
Penggantian Keanggotaan
1) Penggantian keanggotaan atas usul Majelis Agama yang anggotanya berhenti atau
diberhentikan;
2) Penggantian keanggotaan dapat dilakukan oleh anggota FKUB yang diusulkan dari
pemuka-pemuka agama setempat.
BAB V
Pasal 15
Struktur Organisasi
Struktur organisasi FKUB Provinsi, Kab/Kota terdiri dari Dewan Penasehat dan Pengurus
merangkap anggota, serta kesekretariatan.
Pasal 16
Dewan penasehat FKUB Provinsi sebagaimana dimaksud pasal 15 ditetapkan oleh gubernur
dengan susunan keanggotaan:
3) Sekretaris adalah Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik atau sebutan lainnya
Provinsi;
Pasal 17
3) Sekretaris adalah Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Po litik atau sebutan lainnya
kab/kota;
Pasal 18
Kepengurusan
Pengurus FKUB Provinsi, Kab/Kota terdiri dari 1 (satu) orang Ketua, 2 (dua) orang wakil
ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris dan 1 (satu) orang bendahara
yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.
Pasal 19
Kesekretariatan
1) Sekretariat FKUB terdiri dari seorang kepala dan dibantu staf keuangan dan administrasi
yang diatur berdasarkan Peraturan Gubernur, Bupati/Walikota;
2) Tugas dan tanggung jawab sekretariat ditetapkan dan diatur oleh pengurus FKUB.
BAB VI
KEUANGAN
Pasal 20
BAB VII
ASET
Pasal 21
Aset Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) diperoleh dari Pemerintah dan/atau pihak
lain yang sah.
BAB VIII
PEN UT U P
Pasal 22
Hal-hal yang belum diatur dalam anggaran dasar ini akan diatur dalam anggaran rumah
tangga dan/atau peraturan organisasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).
ANGGARAN RUMAH TANGGA
KABUPATEN KUNINGAN
PERIODE 2017-20
——————————————————————————————–
BAB I
KEDUDUKAN
Pasal 1
BAB II
SIFAT
Pasal 2
1) FKUB bersifat independent dan tidak berafiliasi kepada salah satu organisasi sosial politik
manapun;
2) Hubungan FKUB Provinsi dengan FKUB kab/kota bersifat konsultatif dan tidak hierarkis;
BAB III
TUGAS
Pasal 3
3) FKUB Kabupaten/Kota;
e. Memberikan pendapat atau saran dalam hal penyelesaian perselisihan pendirian rumah
ibadat kepada bupati/walikota;
4) FKUB Kecamatan;
d. Memberikan pendapat atau saran dalam hal penyelesaian perselisihan pendirian rumah
ibadat kepada FKUB kab/kota;
BAB IV
Pasal 4
Dewan Penasehat
2) Fungsi Dewan Penasehat FKUB Provinsi Kab/Kota adalah memberda yakan FKUB;
3) Dewan Penasehat FKUB Provinsi, Kab/kota sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan
oleh gubernur, bupati/walikota dengan susunan keanggotaan:
b. Wakil Ketua adalah Kanwil Departemen Agama, Kepala Kantor Agama Kab/Kota
c. Sekretaris adalah Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik atau dengan sebutan
lainnya Provinsi, Kab/Kota.
Pasal 5
Kesekretariatan
3) Kesekretariatan FKUB bisa terdiri dari kepala kesekretariatan, staf keuangan dan
administrasi, yang ditetapkan Dewan Penasehat FKUB;
BAB V
Pasal 6
Struktur Organisasi
2) FKUB Dalam menjalankan tugasnya difasilitasi sebagaimana pasal 5 ayat (2) dan (4).
Pasal 7
Kepengurusan
3) Pengurus FKUB sebagaimana disebutkan pada pasal 18 Anggaran Dasar terdiri dari 1
(satu) orang Ketua, 2 (dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang sekretaris, 1 (satu) orang
wakil sekretaris yang dipilih secara musyawarah oleh anggota.
Pasal 8
Keanggotaan
2) Anggota FKUB Provinsi, berjumlah 21 (dua puluh satu) orang yang dipilih berdasarkan
musyawarah pemuka-pemuka agama setempat;
5) Untuk menentukan jumlah anggota FKUB Provinsi, Kab/Kota maka masing- masing
agama diwakili oleh 1 (satu) orang terlebih dahulu sehingga terdapat 6 (enam) orang
mewakili 6 (enam) agama;
6) Untuk menentukan kekurangan sehingga berjumlah 21 (dua puluh satu) untuk provinsi dan
17 (tujuh belas) untuk kab/kota ditetapkan berdasarkan ketentuan pasal 10 ayat (3)
Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun
2006 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam
Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat
Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadat.
BAB VI
Pasal 9
Tata Administrasi
Tata administrasi umum dan keuangan FKUB dan Dewan Penasehat FKUB diatur oleh
peraturan gubernur.
Pasal 10
Atribut
1) Desain Logo, lambang dan bendera FKUB dapat dikonsultasikan kepada Dewan
Penasehat FKUB;
BAB VII
Pasal 11
PELAKSANA HARIAN
c. Menyampaikan informasi kepada pemerintah dan umat secara timbal balik serta
mengadakan konsultasi dan koordinasi dengan pemerintah dan umat;
a. Ketua dan Wakil ketua memimpin kelancaran kegiatan sehari- hari, serta bertanggung
jawab terhadap kinerja FKUB;
BAB VIII
Pasal 12
Menyusun program kerja tahunan;
Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program tahun sebelumnya.
2) Keputusan yang diambil FKUB melalui musyawarah dan mufakat, serta tidak melalui
voting.
BAB IX
PENGELOLAAN PENDANAAN
Pasal 13
Pengelolaan dana Sumber lain yang sah, dapat dipergunakan untuk keperluan sebagai berikut:
c. Pendidikan;
d. Kesehatan;
g. Dan Lain- Lain Dalam Rangka Ketahanan: Pangan, Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Bangsa
Untuk Memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
BAB IX
Pasal 14
ASET
1) Aset Forum Kerukunan Umat Beragama yang diperoleh dari Pemerintah maupun pihak
lain yang sah wajib dipelihara;
BAB X
PENUTUP
Pasal 15
1) Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan ditentukan
oleh rapat pengurus/keanggotaan FKUB dan disahkan dalam rapat pleno;
2) Anggaran Rumah Tangga ini disahkan oleh rapat Pleno Rakornas FKUB Provinsi,
Kab/Kota pada tanggal 20 September 2017, di Kuningan.
Ketua, Sekretaris,