Anda di halaman 1dari 13

JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri)

http://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm
Vol. 4, No. 4, September 2020, Hal. 633-645
e-ISSN 2614-5758 | p-ISSN 2598-8158
:https://doi.org/10.31764/jmm.v4i4.2611

PENGUATAN SIKAP BERAGAMA PADA KAUM MUALAF SUKU AKIT


DESA PENYENGAT KABUPATEN SIAK

Abd. Madjid1*, Hilman Latief2, Santoso3


1,2
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia
3
Universitas Muhammadiyah Riau, Indonesia
1 2 3
madjidabdul.madjid8@gmil.com, hilman.latief@gmail.com, santoso@umri.ac.id

ABSTRAK
Abstrak: Artikel ini memebahas tentang problematika yang dialami kelompok muallaf
Muslim dalam masyarakat Suku Akit di Siak, Provinsi Riau. Selama bertahun-tahun
Suku Akit telah menjadi tempat kontestasi bagi penyebaran agama Islam, Kristen dan
Buddha. Suku Akit sebagaian kecil sudah memeluk agama Islam tetapi mereka banyak
mendapatkan problematika keagamaan seperti fasilitas serta pembinaan keagamaan.
Tujuan dari pengabdian ini adalah memberikan pembinaan, penguatan konsep
keagamaan, praktek pelatihan ibadah bagi kelompok Muallaf Suku Akit di Siak dan
penguatan ekonomi. Adapun metode pelaksanaan melalui Tiga tahapan. Tahapan
pertama melakukan observasi kepada kelompok Muallaf Suku Akit, lingkungan, kondisi
fasilitas, sosial keberagamaan, serta sosial ekonomi. Tahapan kedua melakukan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat kelompok Suku Akit. Tahapan Ketiga
melakukan evaluasi kegiatan pengabdian. Kegiatan ini berlangsung dengan
menghasilkan kegiatan yang baik serta bermanfaat bagi kelompok Muallaf Suku Akit
setidaknya mereka memiliki fasilitas yang cukup memadai dalam beribadah. Kegiatan
pengabdian ini juga berdampak positif bagi kelompok Muallaf Suku Akit dengan
adanya pelatihan dan penyuluhan dapat meningkatkan ketaatan dan semangat
beribadah.
Kata kunci: suku akit; komunitas adat terpencil; ibadah.
Abstract: This paper examines the problems faced by (Muslim) converts among the
Akit tribe who reside in Siak, Riau Province. Over the years the Siak trible has been a
place of contestation for the spread of Islam, Christianity, and Buddhism. The small
part of the Siak trible people have converted to Islam, but they often get religious
problems such as facilities and religious formation. The purpose of this service is to
provide guidance and strengthening religious concepts and practice of religious
training for the Akit Muslim converts in Siak. The method of implementation is
through three stages, the first stage is observing the Akit converts, the environment,
the condition of the facilities, and social diversity. The second stage is carrying out
community service activities for the Akit ethnic group. The third Stage evaluates
community service activities. This study took place by producing good activities and
benefiting the Akit converts, at least they had adequate facilities in worship. This
dedication activity also had a positive impact on the Akit Tribal group, with training
and counseling to increase obedience and the spirit of worship.
Keywords: akit trible; indigenous communit; worship,

Article History:
Received: 17-07-2020
Revised : 24-08-2020
Accepted: 26-08-2020 This is an open access article under the
Online : 07-09-2020 CC–BY-SA license

633
634 | JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 4, No. 4, September 2020, hal. 633-645

A. LATAR BELAKANG
Agama adalah satu kata yang paling populer di muka bumi. Diskusi dan
isu tentang agama dengan berbagai sudut pandang menjadi persoalan yang
sangat menarik. Pengertian agama secara kebahasaan adalah ajaran atau
sistem yang mengatur prinsip keimanan (kepercayaan) dan peribadatan
kepada al-Khaliq. Lebih dalam Kunawi Basyir mengatakan Agama
merupakan salah satu proses sistem sosial yang non-empiris kekuatan (suci)
dan akan digunakan oleh pengikutnya untuk mencapai keselamatan
(Kunawi, 2019). Agama sudah dijadikan sebagai Ideologi dalam
menciptakan dan menggerakkan spirit motivasional bagi manusia sebagai
bentuk aktualisasi diri dalam kehidupan (Fathani & Qodir, 2020).
Secara praktis agama bertujuan untuk memelihara atau mengatur
hubungan antara makhuk dengan realitas tertinggi yaitu Tuhan sebagai
penciptanya. Agama juga mengatur hubungan di antara sesama manusia
dan manusia dengan alam semesta. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (leksikal), kata agama diartikan sebagai prinsip kepercayaan
kepada Tuhan (Jalil, 2020). Sedangkan menurut istilah, agama adalah
satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas adanya sesuatu
yang mutlak di luar manusia dan sistem ritus (tata kepribadian) yang
mengatur hubungan manusia dengan sesamanya, dan hubungan manusia
dengan alam, sesuai dengan tata keimanan dan tata kepribadian (Jonar,
2020).
Dalam perkembangan keyakinan seseorang terhadap agama, terdapat
kemungkinan untuk melakukan perpindahan keyakinan atau konversi.
Konversi agama adalah berpindahnya keyakinan atau agama seseorang
pada keyakinan baru. Bila ditinjau dari sudut kebahasaan (etimologis),
istilah konversi (Zamhari, Utama, & Mersyah, 2019) berasal dan kata
“Conversio” yang berarti: bertobat, berpindah, dan berubah keyakinan atau
agama. Kata “Conversio” selanjutnya diserap dalam bahasa Inggris
conversion yang mengandung pengertian: berubah dan suatu keadaan atau
dan suatu agama ke agama lain (Ilahi, K., & Rabain, 2019).
Dalam hal fenomena konversi agama, terdapat kelompok masyarakat
yang sangat menarik, yaitu masyarakat adat Suku Akit. Masyarakat adat
Suku Akit adalah masyarakat tradisional yang berada di Desa Penyengat,
Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Secara geografis
Desa Penyengat terbagi menjadi dua daerah dengan tiga wilayah
administratif. Satu wilayah administratif yaitu Dusun Mungkal berada di
daerah kepulauan. Letaknya terpisah oleh selat dengan dua wilayah
administratif lainnya, yaitu Dusun Tanjung Pal dan Sungai Rawa. Jarak
antara Dusun Mungkal dengan Dusun Tanjung Pal kurang lebih 2 (dua)
jam perjalanan air dengan menggunakan kapal pompong atau kapal kayu
dengan penggerak mesin diesel. Sementara itu jarak Dusun Tanjung Pal ke
Dusun Sungai Rawa kurang lebih 7 Km.
635
Abd. Madjid, Penguatan Sikap Beragama...

Berdasarkan data statistik dari Pemerintah Desa Tahun 2015, secara


demografis jumlah penduduk Desa Penyengat sebesar 1.013 Jiwa dengan
331 kepala keluarga. Dari jumlah penduduk tersebut komposisi masyarakat
pemeluk agama formal Suku Akit adalah sebagai berikut; 80 % beragama
Kristen, 10 % aliran kepercayaan (Animisme-dinamisme), 5% Buddha dan
2,5% Islam dan selebihnya tidak memiliki orientasi keyakinan (data
Statistik Desa Penyengat, 2015). Komposisi ini merupakan fenomena yang
sangat menarik, mengingat provinsi Riau dan lebih khusus lagi Kabupaten
Siak adalah daerah akar kebudayaan Melayu yang identik dengan Islam.
Kaum mualaf Suku Akit menjadi bagian dari salah satu suku proto Melayu
yang hidup sebagai kelompok minoritas dalam lingkungan budaya Islam
yang mayoritas.
Ditinjau dari aspek keberagamaannya, masyarakat Suku Akit memiliki
keyakinan dasar animisme dan dinamisme (Ghafur, 2014). Hal ini nampak
jelas dari keyakinan- keyakinan terhadap roh dan kekuatan-kekuatan
ghaib yang dianggap melingkupi kehidupan mereka. Aktifitas berburu ke
hutan atau menjaring ikan ke laut misalnya, tidak dapat lepas dari ritual
do’a yang diselenggarakan di bawah pohon kayu tua yang dikenal dengan
nama pohon Punak. Do’a ritual biasanya disertai dengan sesaji telesung
yang berisi tembakau dan sirih. Telesung adalah tempat sajian yang
terbuat dari daun pisang atau nangka yang dilipat seperti kukusan kecil,
kemudian dikancing dengan lidi. Dalam kebiasaan masyarakat Jawa sering
disebut dengan conthong.
Akibat dari mulai adanya interaksi dengan kelompok masyarakat lain
terutama dengan etnis Tionghua, Jawa, dan Melayu, masyarakat Suku Akit
mulai mengenal agama-agama formal; Buddha, Kristen dan Islam.
Sebagian dari kelompok masyarakat Suku Akit kemudian mulai tertarik
untuk ‘menerima’ agama-agama resmi, penggunaan kata ”menerima”
karena pada prinsipnya mereka masih sangat berpegang teguh pada
keyakinan dasar animisme dan dinamisme. Penerimaan mereka pada
agama formal pada umumnya belum merupakan bentuk keyakinan
keberagaman yang kuat namun banyak dilatarbelakangi oleh motif
ekonomi dan orientasi pragmatis lainnya. Namun demikian kebiasaan-
kebiasaan animisme dan dinamisme masih terasa kental dalam kehidupan
mereka.
Ekspresi keberagamaan formal masyarakat Suku Akit terdapat
fenomena yang cukup menarik, penerimaan mereka terhadap agama-
agama resmi tidak serta merta mengarahkan pada satu keyakinan dan
ketaatan pada agama tertentu (Khairi, 2020). Uniknya masyarakat Suku
Akit seringkali tidak dapat memilah acara keagamaan agamanya dengan
acara-acara seremonial agama lain (Fauzi, M., & Mulyadi, 2020). Secara
faktual mereka memiliki kecenderungan untuk turut merayakan semua
kegiatan seremonial keagamaan, prilaku ini dilakukan bukan karena
orientasi keyakinan, tetapi lebih karena orientasi hiburan dan pesta.
636 | JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 4, No. 4, September 2020, hal. 633-645

Sehingga sering ditemukan fenomena seseorang pemeluk agama formal


tertentu akan merayakan Natal, juga merayakan Idul Fitri dan Imlek.
Fenomena ini cukup menarik untuk diamati sebagai sebuah ekspresi
pluralism (Duraesa, M. A., & Ahyar, 2019) pada masyarakat trandisonal
terutama Suku Akit (Santoso, S., & Niko, 2019).
Pada hakikatnya mereka ingin menjadi Islam Aktual yaitu suatu
gerakan untuk membangun tindakan aktif religius dalam menyikapi
permasalahan hidup dengan cara mengaktualisasikan nilai-nilai normatif
doktrinal Islam yang terkandung dalam Al-Quran dan Sunnah (Fahrurrozi,
2015). Seperti halnya kaum mualaf, ekspresi kebergamaan justru lebih
tegas dan jelas mengarah pada keyakinan terhadap ajaran Islam. Tamapak
dari motivasi mereka yang relatif kuat untuk terus belajar mendalami
ajaran agama Islam. Keinginan yang kuat dalam medalami Islam
dilatarbelakangi oleh beberapa alasan.
Alasan pertama adalah persepsi masyarakat Suku Akit tentang ajaran
agama Islam. Bagi masyarakat Suku Akit di Desa Penyengat, Islam
dipersepsikan sebagai agama yang paling berat diantara agama-agama
yang mereka kenal. Diantara ajaran yang mereka anggap berat adalah
puasa, khitan bagi kaum laki-laki, Shalat Subuh, dan berzakat. Hal ini
berbeda dengan ajaran agama lain yang dianggap relatif lebih ringan.
Selain itu perubahan sikap yang terjadi pada pemeluk agama, Ansor dan
Laila mengatakan “Conversion of religion requires them to leave behind the
inherited ancestral traditions and to adapt to new religious doctrinal
conceptions (Ansor dan Masyhur, 2013), yaitu konversi agama
mengharuskan mereka untuk meninggalkan warisan keyakinan leluhur
mereka serta beradaptasi dengan doktrinal agama baru.
Penguatan Pemahaman keagamaan menjadi titik tumpu dalam
menciptakan manusia yang religious (agamis), dalam artikelnya Neal Deroo
mengatakan: “To show that this spirituality is religious, we must fisrt make sense
of what it mean for something to be religious”.
Latar belakang kedua adalah kuatnya keyakinan animism dan
dinamisme yang secara nyata sangat bertentangan dengan pokok-pokok
ajaran Islam. Diantara keyakinan animisme dan dinamisme yang secara
kentara berseberangan dengan ajaran Islam adalah kepercayaan tentang
kekeramatan anjing sebagai hewan suci, kebiasaan berburu dan
mengkonsumsi babi, persembahan-persembahan adat di batang kayu
Punak, pemujaan terhadap benda-benda keramat dan sejenisnya (Saputra,
A., Wahyuni, S., & Syafitri, 2020).
Dalam keyakinan masyarakat adat Suku Akit, hewan anjing disebut
dengan istilah koyok. Koyok sering dipakai sebagai media persaksian yang
menentukan sah atau tidak dalam upacaya perkawinan masyarakat Suku
Akit. Dalam kebiasaan acara perkawinan seekor anjing akan dihadirkan
ketika upacara perkawinan diselenggarakan. Seorang Batin (tetua adat)
akan memukul anjing pada saat prosesi persaksian perkawinan. Bila suara
637
Abd. Madjid, Penguatan Sikap Beragama...

tertentu dari anjing akan menunjukkan sah tidaknya perkawinan. Dari


keyakinan ini muncul istilah; “Kaing kato koyok, sah kato Batin” (Jegatesen,
2019).
Latar belakang yang ketiga adalah minimnya fasilitas dan pembinaan
secara praktis bagi kaum mualaf. Hal ini sebabkan oleh kurangnya tenaga
pendakwah yang bersedia untuk masuk dalam lingkungan mereka. Kondisi
ini berbeda dengan agama lain, terutama Kristen dan Buddha. Kedua
agama ini memiliki tokoh-tokoh pensyiar yang relatif lebih banyak. Dari
aspek ketersediaan fasilitas ibadah kedua agama ini juga relatif lebih
menonjol. Berdasarkan hasil pengamatan di Desa Penyengat terdapat 2
(dua) buah geraja dengan bangunan permanen dan satu geraja semi
permanen bagi pemeluk agama Kristen. Di Desa Penyengat juga telah
dibangun sebuah Vihara megah senilai 1,7 milyar bagi pemeluk agama
Buddha. Sementara itu hanya terdapat 1(satu) masjid permanen bantuan
pemerintah kabupaten Siak tahun 2005 di Dusun Tanjung Pal dan satu
mushala papan bantuan Pimpinan Wilayah Muhammadiayah Riau tahun
2014 di Dusun Mungkal yang dipisahkan oleh selat dengan jarak tempuh
tiga jam perjalanan pompong (perahu mesin) dengan kecepatan rata-rata 15
s.d 20 Km/jam.
Lemahnya pemahaman agama yang dimiliki oleh kelompok Muallaf
Suku Akit menyebabkan mereka masih berpegang teguh pada keyakinan
sebelumnya sehingga keIslaman mereka tidak berpedoman pada ajaran-
ajaran pokok agama Islam. Pemahaman keagamaan yang lemah bisa
membuat mereka berpindah-pindah dari satu agama ke agama yang lain.
Selain itu, meskipun sudah memeluk agama Islam mereka masih meyakini
adanya kekuatan ghaib pada tempat-tempat tertentu seperti di laut, sungai,
tempat keramat, pohon sehingga sering melakukan ritual-ritual guna
menghormati roh-roh leluhur mereka yang sudah mati (Hasbullah, 2018).
Penguatan keberagamaan Masyarakat Muallaf Suku Akit tidak di
dukung oleh fasilatas yang memadai serta minimnya pembinaan secara
praktis. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah dan
kurangnya tenaga pendakwah yang bersedia untuk masuk kedalam
lingkungan mereka. Kondisi ini berbeda dengan agama lain yang memiliki
tokoh pensyiar yang relatif lebih banyak.
Penyebab minimnya fasilitas dikerenakan Ekonomi yang rendah yang
disebabkan juga karena lapangan pekerjaan yagn sulit, sehingga membuat
mereka lebih memilih untuk bekerja dari pada harus beribadah sehingga
agama hanya sebatas di KTP. Aspek ekonomi sangat berpengaruh dalam
menentukan arah dan tujuan beragama, karenanya ekonomi menjadi faktor
penting. Ekonomi menjadi tolak ukur dan latar belakang terjadinya
perubahan agama serta status sosial (Zainuddin, 2014).
Fenomena yang menarik lagi adalah kecenderungan masyarakat Suku
Akit di Desa Tanjung Pal yang mayoritas lebih memilih untuk masuk
agama Kristen Katolik. Hal ini merupakan fenomena yang cukup
638 | JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 4, No. 4, September 2020, hal. 633-645

berseberangan dengan prinsip identitas dasar Melayu yang Islami. Dalam


pepatah Melayu lama dikatakan “Melayu itu Islam, Islam itu Melayu, adat
Melayu bersendikan syara’, syara’ bersendikan kitabullah.”
Dengan keterbatasan kondisi yang sedemikian rupa kaum mualaf Suku
Akit tetap meneguhkan pilihannya untuk berislam. Keteguhan niatnya
ditunjukkan oleh motivasi mereka dalam mengikuti kegiatan belajar agama
Islam. Kegiatan belajar agama kaum mualaf Suku Akit Desa Penyengat
dipusatkan di masjid Dusun Tanjung Pal. Kegiatan belajar dilaksanakan
secara informal di sebuah masjid Desa (Farradinna & Anugrah, 2019).
Kegiatan belajar diasuh oleh seorang mubaligh dari Jawa yang sengaja
datang di wilayah Desa Penyengat untuk mengajarkan Agama Islam,
muballigh itu bernama Mursidin yang memang mendedikasikan dirinya
untuk menjdi pengajar di kampung Mungkal.
Kelompok belajar terdiri dari kelompok anak serta remaja dan kelompok
dewasa. Kegiatan belajar dilaksanakan setiap hari Jum’at untuk kelompok
dewasa dan hari selasa seusai shalat Maghrib untuk anak serta remaja.
Bagi kaum mualaf Suku Akit, menghadiri kegiatan belajar agama di masjid
adalah hal yang sangat berat. Hal ini disebabkan oleh jarak rumah ke
masjid yang rata-rata cukup jauh dengan fasilitas jalan yang belum
memadahi. Disamping itu meninggalkan rumah bagi mereka adalah satu
hal yang mengandung resiko besar. Praktik pencurian dikalangan
masyarakat Suku Akit masih kerap terjadi. Konstruksi rumah papan yang
mereka memiliki relatif mudah untuk dibobol kawanan pencuri.

B. METODE PELAKSANAAN
Adapun tahapan pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap 1: Observasi Kondisi Keagamaan Kaum Muallaf Suku Akit
Kaum Mualaf Suku Akit Desa Penyengat Kabupaten Siak.
Pada tahapan ini tim Pengabdian Kepada Masyarakat (selanjutnya
disebut PKM) melakukan survei kondisi kaum Muallaf suku akit,
untuk melihat keadaan kaum suku akit secara langsung, kondisi
sosial ekonomi masyarakat kaum Muallaf suku akit serta melihat
kondisi sosial keagamaannya yang menjadi tujuan penelitian ini.
Dalam tahapan ini tim PKM melakukan kerja sama dengan
bebebrapa pihak antara lain, masyarakat kaum Muallaf suku akit
setempat, ketua adat, tokoh agama dan kaum Muallaf. Serta
observasi ini bertujuan untuk menentukan jadwal atau waktu
pelaksanaan dan komunikasi antara tim PKM dan masyarakat.

2. Tahap 2: Tahapan Pelaksanaan


Tahapan ini adalah tahapan inti dari PKM, yaitu pelaksanaan. Pada
pelaksanaan ini Tim PKM melakukan 3 tahapan dalam pelaksanaan,
yaitu:
639
Abd. Madjid, Penguatan Sikap Beragama...

a. Penyuluhan agama yaitu penyampaian pemahaman agama


kepada masyarakat Kaum Muallaf suku Akit melalui ceramah
agama, pelatiahan, diskusi dan Pengajaran Al-Quran.
b. Aksi lapangan berupa pelatihan sholat, wudhu dan baca tulis Al-
Quran.
c. Pemeberian bantuan berupa Mukena, Sajadah, Al-Quran dan
bantuan lainnya.
d. Pemberian Bantuan Ekonomi Berupa Bibit Sawit sebagai sarana
penguatan ekonomi.
3. Tahap 3: Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu
kegiatan yang telah dilakukan.
Tahapan Persiapan

Tahapan Pelaksanaan

Penyampaian Materi Pembelajaran Pemeberian Bantuan

Evaluasi Kegiatan

Gambar 1. Diagram Alur Pelaksanaan PKM

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Bimbingan dan Pelatihan Ibadah Paktis
Kaum mualaf suku Akit di Desa Penyengat adalah komunitas beragama
yang baru mengenal dan menerima Islam sebagai agama resmi. Sebagai
sebuah komunitas baru pemahaman dan praktik keagamaan mereka
sebagai seorang Muslim masih sangat terbatas. Kondisi ini tentu saja tidak
dapat dibiarkan berlarut lama. Perlu ada langkah praktis untuk
memperkuat pemahaman dan praktik ibadah praktis sebagai upaya
memperkokoh keyakinan berislam mereka.
Dengan latar belakang di atas, maka dirancang progam pengabdian
kepada masyarakat ini diantaranya berupa Bimbingan dan Pelatihan
Ibadah Praktis. Program Bimbingan dan Pelatihan dilaksanakan selama 3
(tiga) bulan dimlai sejak Bulan Februari sampai dengan April 2020.
Intensitas pertemuan dilaksanakan 2 (dua) kali dalam sebulan, sehingga
640 | JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 4, No. 4, September 2020, hal. 633-645

total pertemuan berjumlah 6 enam) kali. Adapun jadwal pertemuan yang


telah terlaksana sesuai Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
Waktu Kegiatan Materi
8 februari 2020 Pendataan peserta dan orientasi kegatan
22 Februri 2020 Pelatihan Thaharah
7 Maret 2020 Bimbingan praktik Thaharah
28 Maret 2020 Pelatihan Shalat wajib
14 April 2020 Bimbingan praktik Shalat wajib
25 April 2020 Pelatihan Shalat sunah
Peserta dalam kegiatan ini berjumlah 26 orang terdiri dari 18 orang
dewasa dan 6 anak-anak. Dikarenakan keterbatasan tenaga dan waktu
maka tidak dilakukan pemisahan bimbingan dan pelatihan untuk anak dan
orang dewasa. Di samping itu materi yang ditetapkan juga merupakan
materi pokok dan umum yang dapat diterima oleh semua kalangan, baik
anak-anak maupun orang dewasa.
Kegiatan dilaksanakan sesuai jadwal setelah Shalat Asar pada pukul
16.30 WIB sampai dengan 18.30 WIB. Untuk memanfatkan waktu
kunjungan acara dilanjutkan setelah shalat Isa’ sampai dengan pukul 21.00
WIB. Pusat kegiatan dilaksanakan di dua titik kegiatan yaitu Masjid
Nurul Hidayah di dusun Tanjung Pal dan Mushala Attanwir di dusun
Mungkal.
Dalam pelaksanaan kegiatan peserta menunjukkan sikap yang antusias
dan bersemangat. Hal ini ditunjukan dengan jumlah kehadiran peserta
yang relatif optimal pada setiap perteman. Suasana belajar juga terbangun
sangat aktif dan dinamis. Berbagai pertanyaan sering disampaikan oleh
peserta sebagai bentuk antusias mereka terhadap materi yang diberikan.
Secara eksplisit antusias peserta disampaikan oleh salah Seorang warga
mualaf suku Akit:
“Macem inilah yang kami tunggu kemarin, kami dibimbing dari awal
betol. Kami belum tahu kemarin macem mane nak bersuci, nak
sembahyang. Jadi selame ini kami dah Islam, tapi macm mane care kite
sembahyang tak tahu kami. Kami teriakasih betol lah same Bapak-
bapak ini.”

Gambar 2. Kegiatan Bimbingan dan Pelatihan Ibadah Praktis


di Mushala Attanwir dusun Mungkal desa Penyengat
641
Abd. Madjid, Penguatan Sikap Beragama...

Kegiatan bimbingan dan pelatihan dalam program ini sangat dibantu


oleh tokoh agama setempat yaitu Ustazd Mursidin. Ustazd Mursidin adalah
orang yang dengan suka rela membantu melanjutkan program di sela-sela
waktu Tim pengabdian tidak berada di lokasi. Materi materi yang
diberikan pada saat bimbingan kemudian diperkuat oleh Ustazd Mursidin
pada hari-hari lain yang memungkinkan untuk dilakukan bimbingan.

2. Penguatan Ibadah Melalui Penguatan Ekonomi


Faktor lain yang menyebabkan lemahnya pemahaman agama bagi
masyarakat Kelompok Muallaf Suku Akit di Siak adalah ekonomi,
setidaknya dari sebagian besar para Muallaf adalah nelayan yang pada
saat ini tidak lagi bisa melakukan kegiatan nelayan dikarenakan fasilitas
yang tidak memadai serta sebagian besar kaum mualaf Suku Akit memiliki
pekerjaan yang tidak tetap. Seiring dengan menyempitnya area hutan dan
terbatasnya sumber daya perairan masyarakat Suku Akit Mualaf,
khususnya mengalami kendala dalam hal ekonomi keluarga. Pada akhirnya
mereka memilih bekerja serabutan atau menjadi karyawan pengusaha
Tionghoa yang berkeyakinan agama lain (Anshari, 1993). Kegiatan
Ekonomi produktif salah satu jalan yang dilakukan oleh Tim untuk
membantu produktifitas dan keberlangsungan kehidupan ekonomi keluarga
kelompok Muallaf Suku Akit. Dengan adanya program ini mereka tidak lagi
fokus pada pekerjaan sehingga mampu membagi waktu untuk belajar
agama serta menghadiri pengajian sebagai bentuk penguatan agama.
Asiong seorang mualaf di Dusun Tanjung Pal, lebih lugas menjelaskan
tentang permasalahan kendala ekonomi kepada tim.
“ .... Waktu kami untuk belajar agame agak payah Pak. Paling paling
kami belajar sama pak Ustadz hari Jum’at itulah. Itupun tidak rutin
kami datang. Kadang harus kerja jauh, yang lain melaut, yang lain lagi
jage rumah. Memang payah kami ini nak belajar tetap. Sebab ekonomi
juga tidak menentu. Jadi macem mane kami nak belajar, beras tak ade.
Tapi bace-bace buku kadang-kadang adelah dirumah. Baca do’a-do’a
sembahyang. Adelah.”

Dari Asiong jelas terungkap betapa sebenarnya kaum mualaf Suku Akit
memiliki minat yang besar untuk meneguhkan sikap beragama mereka.
Kondisi ekonomi keluarga yang rata-rata mengamai kendala, tidak menjadi
kendala yang berarti untuk belajar agama dalam suasana yang relatif semi-
formal, seperti pengajian.
Dalam upaya mensikapi hal tersebut, maka dirancang program
penguatan ekonomi (Setiawan, 2019) dalam rangka memperkokoh sikap
beragama mereka. Upaya penguatan ekonomi dilakukan dengan
mencermati potensi lokal yang paling memungkinkan dan produktif.
Setelah berdiskusi dan mencermati kondisi potensial desa Penyengat, maka
tim memutuskan untuk memulai penguatan ekonomi dengan budi daya
nenas buah. Budi daya nenas ini dipilih karena melihat di beberapa
642 | JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 4, No. 4, September 2020, hal. 633-645

pekarangan warga terlihat tanaman nenas yang tumbuh subur dan


berbuah bagus (A, Melay, 2016).

Gambar 3. Momentum mencari bibit (tampang) nenas di Rimbo Panjang, Kabupaten


Kampar

Untuk memulai budi daya nenas Tim mencari bibit tampang nenas di
daerah Rimbo Panjang, kabupaten Kampar sebanyak 10.000 bibit.
Pengadaan bibit dilakukan pada awal bulan April 2020. Bibit ini kemudian
ditanam pada lahan kas masjid seluas 1 hektar. Tanaman nenas tersebut
kemudian dirawat oleh warga mualaf seacara bergiliran. Pola perawatan
ini dibuat sekaligus sebagai proses pembelajaran budi daya nenas bagi
mereka.
Tanaman nenas yang telah dirawat diperkirakan akan panen pada
bulan ke-8, atau pada bulan November 2020. Untuk rencana pemasaran
tim mulai membuat jaringan dengan beberapa pedagang dan pasar di kota
Pekanbaru, Selat Panjang dan Siak. Dari hail penelusuran tim terhadap
harga nenas di beberapa kota tersebut ditemukan informasi awal bahwa
harga nenas berkisar antara Rp. 1.500 - Rp. 3.000 perbuah dengan standar
kualitas A untuk kualitas super, B untuk kulaitas bagus, dan C untuk
kualitas biasa. Dengan melihat potensi dan adanya jaringan ini diharapkan
akan menjadi peluang pemasaran pada masa panen. Bila panen dapat
berhail optimal maka diperkiraan pada lahan 1 hektar akan didapat
keuntungan sebesar Rp. 30.000.000. Untuk biaya tanam dan perawatan
diperkirakan membutuhkan dana sebesar 5 juta sampai masa panen.

3. Penguatan literasi keislaman


Expresi keagamaan menjadi pilar penting dalam menjalankan ritual
agama yang dapat merubah sikap seseorang yang beragama sehingga
mejadi sebuah identitas dan entitas. Identitas keagamaan menjadi
kewajiban setiap orang yang beragama dalam mempertahankannya(Ahmad
& Riawan, 2014). Sikap ber-Islam pada kaum mualaf tidak hanya berkaitan
dengan keterbatsan ekonomi dan bimbingan. Persepsi masyarakat secara
umum terhadap Islam sebagai agama yang berat dan sulit sangat
mempengaruhi sikap mereka terhadap agama baru yang mereka yakini.
Diantara persepsi berat dan sulitnya Islam pada umumnya berkaitan
643
Abd. Madjid, Penguatan Sikap Beragama...

dengan kewajiban sunat (khitan) pada kaum pria dan puasa Ramadhan
(Setiawan, 2019).
Dalam mensikapi kondisi tersebut, diperlukan literasi tentang
keislaman secara objektif dan subtantif. Hal tersebut dimaksudkan untuk
memperkuat keyakinan mereka terhadap kebenaran agama baru yang
mereka yakini. Kesalahan informasi tentang Islam akan sangat
mengganggu keyakinan kaum mualaf untuk mengauatkan sikapnya dalam
beragama dengan baik.
Memperhatikan pentingnya pembentukan persepsi positif (Kim, Choe,
& Kaufman, 2019) tentang Islam terhadap pembentukan sikap beragama
bagi kaum mualaf, sehingga dapat membentuk moral yang baik,
Nurzakiyah menekankan pentingnya peningkatan literasi agama agar
masyarakat belajar hidup bersama satu sama lain (Nurzakiyah, 2018).
Maka tim menyusun program literasi keislaman. Program ini
diselenggarakan dalam bentuk diskusi seputar tema-tema aktual yang
berkembang di lingkungan masyarakat adat suku Akit seputar Islam.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan pemahaman yang
objektidf dan positif tentang Islam.
Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk diskusi seacara santai di sela-sela
kegiatan utama bimbingan dan perlatihan ibadah praktis. Diskusi di buka
oleh Tim Pembimbing setelah kegiatan pokok. Biasanya mereka bertanya
seputar isu-isu negatif tentang Islam di lingkungan adat suku Akit seperti
khitan, puasa dan shalat. Berkaitan erat dengan program literasi ini, Tim
PKM memberikan sumbangan buku-buku keislaman, Al-Qur’an dan
perlengakapan ibadah.

Gambar 4. Penyerahan Buku Keislaman dan Al-Qur’an sebagai media literasi kaum
mualaf Suku Akit di dusun Mungkal

Program litarasi ini dirasa sangat bermanfaat bagi para mualaf,


berbagai persoalan dapat terkonfirmasi dengan baik sehingga dapat
meluruskan berbagai pemahaman yang salah tentang Islam. Dalam
kegiatan literasi terungkap berbagai maqoshid (Saifuddeen, Rahman, Isa,
& Baharuddin, 2014) /tujuan dari syariat Islam yang dapat mencerahkan
pemahaman mereka. Sebagai contoh kewajiban khitan (Dariah, Salleh, &
644 | JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) | Vol. 4, No. 4, September 2020, hal. 633-645

Shafiai, 2016) bagi kaum pria yang sering dipersepsi sebagai sesuatu yang
menakutkan pada akhirnya dapat mereka terima dengan baik, karena
dalam kewajiban khitan tersebut terkandung esensi kebersihan yang
sangat besar hikmahnya bagi kesehatan (Siti Khotijah, 2015). Dengan
adanya program literasi ini maka kaum mualaf merasa semakin yakin
dengan pilihan agama yang telah mereka tetapkan dalam hidup yaitu,
Islam. Islam ternyata adalah agama yang penuh dengan kasih sayang dan
pada hakikatnya sangat sesuai dengan naluri manusia dengan latar
belakang etnis dan budaya apapun.

D. SIMPULAN DAN SARAN


Kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) memiliki peran penting
dalam mengambangkan potensi-potensi desa-desa yang tertinggal.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui potensi keagamaan dan kondisi
keagamaan masyarakat kaum Muallaf suku akit di Desa Mungkal Tanjung
pal. Proses pelaksanaan kegiatan ini disambut dengan penuh antusias oleh
masyakat setempat sehingga kegiatan bisa terlaksana dengan baik. Dengan
adanya kegiatan penyuluhan, pemberian materi keagamaan melulai
pengajian dan pengajaran serta pelatihan keagamaan mampu memberikan
perkembangan positif terhadap pemahaman keagamaan bagi Kaum
Muallaf Suku Akit ini. Namu proses kegiatan ini tidak berjalan lama atau
tidak permanen sehingga perkembangan pemahaman masyarakat terbatas
pada waktu, maka hendaknya pemerintah harus memberikan perhatian
berupa penerjunan da’i atau instansi menerjunkan mahasiswa baik PKM,
KKN untuk menindak lanjuti program pelatihan keagamaan ini, serta para
peneliti baik dosen ataupun yang lain juga bisa bersinergi dalam
mengembangkan pemahaman keagamaan masyarakat Kaum Muallaf Suku
Akit.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih Tim sampaikan kepada 1). Masyarakat Kaum Muallaf Suku
Akit Desa Mungkal, 2) kepada para tokoh agama, 3) kepada tokoh adat, 4)
kepada perangkat desa yagng telah mendukung berjalannya kegiatan ini, 5)
kepada LP3M Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang memberikan
bantuan materi dan Imateri, 6) kepada Universitas Muhammadiyah Riau
yang siap menjadi partner kolaborasi dalam kegiatan ini, dan kepada
semua elemen yang sudah membantu.

DAFTAR RUJUKAN
’ A., Melay, R., & ’ T. (2016). Perkembangan Sosial Ekonomi Kabupaten Siak pada
Era Pemekaran Daerah Tahun 2000-2014. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau, 3(1), 1–12.
Ahmad, & Riawan, H. Z. (2014). Ekpresi Keagamaan, dan Narasi Identitas : Studi
Program Pesantren Tahfidz Intensif Darul Quran Cipndoh Tangerang. Jurnal
Multikultural Dan Multireligius, 13(2), 64.
Anshari, E. S. (1993). Wawasan Islam :Pokok- pokok Fikiran tentang Islam.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
645
Abd. Madjid, Penguatan Sikap Beragama...
Dariah, A. R., Salleh, M. S., & Shafiai, H. M. (2016). A New Approach for
Sustainable Development Goals in Islamic Perspective. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 219, 159–166. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2016.05.001
Duraesa, M. A., & Ahyar, M. (2019). Pluralisme Asimetris: Pluralitas Dan Gerakan
Sosial Masyarakat Indonesia Kontemporer. Al-A’raf: Jurnal Pemikiran Islam
Dan Filsafat, 16(2), 287–310.
Farradinna, S., & Anugrah, S. (2019). Motivasi Belajar Pada Siswa Etnis Melayu
Dan Tionghoa. AN-NAFS, 13(2), 108–116.
Fathani, A. T., & Qodir, Z. (2020). Agama musuh pancasila? Studi sejarah dan
peran agama dalam lahirnya pancasila. Al-Qalam, 26(1), 117–128.
Fauzi, M., & Mulyadi, M. (2020). Struktur Argumen Bahasa Melayu Dialek Akit
Pulau Padang Kepulauan Meranti. Jurnal Ilmu Budaya, 16(2), 110–119.
Ghafur, H. &. (2014). Transformasi Sosial-Kultural Masyarakat Suku Asli (Akit) di
Desa Penyengat Kecatatan Sungai Apit Kabupaten Siak (Lembaga Penelitian
dan Pengembangan Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian
dilakukan di Desa Penyengat, Kecamatan Sungai Apit,. 65–66.
Ilahi, K., & Rabain, J. (2019). Dari Islam Ke Kristen Konversi Agama pada
Masyarakat Suku Minangkabau. Madania: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 8(2),
201–227.
Jalil, M. (2020). Sinergitas Filsafat Dan Agama Bagi Masyarakat Di Era
Kontemporer. Ath Thariq Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 3(2), 215–234.
Jegatesen, G. (2019). The Aboriginal People of Peninsular Malaysia: From the
Forest to the Urban Jungle. New York: Routledge.
Jonar, R. A. (2020). Partisipasi Dan Keadilan: Studi Teologis Dalam Hubungan
Manusia Dan Tanah. Sola Gratia:Jurnal Teologi Biblika Dan Praktika, 1(1).
Khairi, A. (2020). Metode Dakwah Pengurus Da’i Rupat Dalam Pembinaan Agama
Pada Suku Akit Di Kecamatan Rupat. UIN Sultan Syarif Kasim Riau.
Kim, S., Choe, I., & Kaufman, J. C. (2019). The development and evaluation of the
effect of creative problem-solving program on young children’s creativity and
character. Thinking Skills and Creativity, 33, 100590.
https://doi.org/10.1016/J.TSC.2019.100590
Saifuddeen, S. M., Rahman, N. N. A., Isa, N. M., & Baharuddin, A. (2014). Maqasid
al-Shariah as a Complementary Framework to Conventional Bioethics.
Science and Engineering Ethics, 20(2), 317–327.
https://doi.org/10.1007/s11948-013-9457-0
Santoso, S., & Niko, P. F. (2019). Strategi Penguatan Motivasi Belajar Agama
Islam Pada Kaum Mualaf Suku Akit Desa Penyengat Kecamatan Sungai Apit
Kabupaten Siak. Jurnal Islamika, 2(1), 51–64.
Saputra, A., Wahyuni, S., & Syafitri, R. (2020). Perbedaan Pandangan Masyarakat
Pendatang Dan Masyarakat Tempatan Terhadap Mitos Batu Jongkong Di
Desa Nyamuk Kecamatan Siantan Timur Kabupaten Kepulauan Anambas.
Student Online Journal (SOJ) UMRAH-Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, 1(1),
216–224.
Setiawan, J. (2019). Model Kemitraan Kelompok Usaha Mikro Dengan Lembaga
Keuangan Dalam Pemberdayaan Dan Penguatan Ekonomi Rumah Tangga.
Jurnal Agribisnis Terpadu, 12(2), 278. https://doi.org/10.33512/jat.v12i2.6788
Siti Khotijah, N. : 131410000052. (2015). Khitan Menurut Hukum Islam Dan
Kesehatan. Unisnu.
Zamhari, A., Utama, S. P., & Mersyah, R. (2019). Ekonomi Konversi Lahan Sawah
Menjadi Kebun Kelapa Sawit Di Kecamatan Kedurang Kabupaten Bengkulu
Selatan Provinsi Bengkulu. Naturalis: Jurnal Penelitian Pengelolaan Sumber
Daya Alam Dan Lingkungan, 8(1), 1–8.
https://doi.org/10.31186/naturalis.8.1.9156

Anda mungkin juga menyukai