PENDAHULUAN
agama itu disebut dengan hormat dan khidmat (De Graaf dan Pegeaud, 1985: 18).
Para penguasa di kota pelabuhan Sumatra Utara dan Aceh pada abad ke-13
sudah menganut Islam. Pada zaman ini pengaruh politik di Jawa Timur masih di
tangan raja-raja beragama Syiwa dan Budha. Pada abad-13 di Jawa juga sudah ada
pemukiman di pantai utara Jawa. Pusat pemukiman orang Islam di pantai utara
Jawa berada di Gresik dan Surabaya, sehingga Gresik dan Surabaya dianggap
sebagai pusat-pusat tertua agama Islam di Jawa Timur (De Graaf dan Pegeaud,
1985: 20).
Wali yang merupakan penyebar agama Islam di Jawa muncul pada abad
ke-17 dan ke-18 setelah kesusastraan Jawa banyak bercerita mengenai para wali
yang menyebarkan agama Islam di Jawa. Kedudukan para wali sangat dihormati
para wali pun mendapat kekuasaan duniawi di tempat mereka berdakwah (De
1
2
akibat adanya desakan di kota-kota besar yang tidak lagi dikuasai oleh orang-
orang Islam maupun pedagang Islam, sehingga orang Islam menyingkir dan
menyebarkan agama Islam ke desa. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuntowijoyo
pada mulanya, Islam masuk ke Indonesia memang melalui kota, tetapi ketika
kota-kota sebagai pusat peradaban Islam itu tidak lagi dikuasi oleh orang-orang
Islam, para pedagang Islam, dan para penyebar agama Islam, maka Islam pun
pada seluruh dimensi kehidupan dan di semua tingkatan. Pada tataran lokal, dalam
hal ini dakwah di sebuah desa, masalah-masalah yang dihadapi dakwah memiliki
kekhasan tersendiri dan berbeda dari masalah-masalah yang berada pada tingkatan
lainnya. Sejalan dengan itu, dakwah memiliki peranan yang sangat penting dalam
cendekiawan, dan da’i menjadi sangat penting sebagai kelompok yang bertugas
untuk meningkatkan umat manusia agar senantiasa dalam jalan agama yang benar.
Desa Kaliori memiliki cara dakwah Islam yang berbeda, perbedaan itu
terletak dari keadaan penduduk yang majemuk dalam hal agama dan
berkembangnya dua agama besar yang dianut penduduk desa Kaliori, yaitu agama
Islam dan Kristen Katholik dan Protestan. Melihat kondisi agama masyarakat desa
dengan tempat lainnya. Dakwah Islam di desa Kaliori harus menjunjung tinggi
3
nilai-nilai persatuan dan toleransi antar pemeluk agama yang berbeda, sehingga
daerah secara mendalam. Sebagai objek penelitian, penulis memilih desa Kaliori,
khususnya agama Kristen dan juga keadaan masyarakat yang majemuk dalam
bidang agama, hal ini tentu berbeda dengan dakwah Islam di tempat lainnya.
Penulis akan melakukan penelitian di desa tersebut dimulai dari sejarah dakwah
Banyumas tahun 1980 – 2015. Alasan penulis mengambil batasan tahun dari
tahun 1980 karena pada tahun ini mulai berkembang agama lainnya, terutama
Islam.
B. Rumusan Penelitian
C. Tujuan Penelitian
Dari Permasalahan yang sudah dipaparkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
a. Masyarakat
b. Pemuka Agama
majemuk.
E. Kajian Pustaka
Dakwah adalah bentuk kata kasar (Masdar) bahasa Arab dari kata kerja
da’a yad’u – da’wah yang berarti panggilan, seruan atau ajakan. Dakwah juga
berarti doa atau permohonan. Pengertian dakwah secara istilah menurut Thaha
Yahya Umar dalam buku Ilmu Dakwah, bahwa dakwah berarti mengajak manusia
dengan cara bijaksana ke jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk
Isa Ansary, Dakwah ialah menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil
umat manusia agar menerima dan mempercayai keyakinan dan pandangan hidup
individual, kegiatan dakwah tidak lain adalah suatu kegiatan komunikasi, yaitu
6
dakwah) dengan media tertentu, agar terjadi perubahan pada diri komunikan.
yang terjadi akan menyangkut aspek akidah (iman), akhlak, ibadah, dan
dakwah), thariqah (metode), dan atsar (efek dakwah) (Munir dan Wahyu, 2009:
21).
Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik lisan, tulisan, maupun
dakwah sebagai suatu amaliah pokok bagi tugas ulama. Da’i harus mengetahui
cara menyampaikan dakwah tentang Allah, alam semesta, kehidupan, dan apa
pemikiran dan perilaku manusia tidak salah dan melenceng (Munir dan Wahyu,
2009: 21).
7
penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia
yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara
untuk mengajak mereka untuk mengikuti agama Islam, sedangkan kepada orang-
orang yang telah beragama Islam dakwah bertujuan untuk meningkatkan kualitas
Maddah dakwah adalah isi pesan atau materi yang disampaikan da’i
kepada mad’u. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah
adalah ajaran Islam itu sendiri. Masalah pokok yang dikaji dan mejadi materi
dakwah antara lain adalah masalah akidah, masalah syariah, dan masalah akhlak
wasilah. Hamzah Ya’qub membagi wasilah dakwah menjadi lima macam yaitu
lisan, tulisan, lukisan, audiovisual, dan akhlak (Munir dan Wahyu, 2009: 32).
Thariqah atau metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru
dakwah, metode sangat penting peranannya. karena suatu pesan walaupun baik,
tapi jika disampaikan lewat metode yang tidak benar maka pesan itu bisa saja
Atsar adalah efek yang ditimbulkan akibat adanya dakwah, atau sering
disebut juga umpan balik. Efek ditunjukan untuk masyarkat, baik secara langsung
pustaka yang penulis gunakan, tinjauan pustaka tersebut terdiri dari penelitian
yang berkaitan dengan dakwah Islam yang sudah ada diantaranya yaitu:
Artikel yang ditulis oleh Masmuddin (2011: 1) dengan judul Dakwah dan
masyarakat. Dakwah dalam Islam adalah sebuah upaya untuk mengajak manusia
kepada jalan yang benar yang diridhai oleh Allah SWT. Dakwah masa kini tidak
cukup dimaknai sebagai aktivitas amar ma’ruf nahi mungkar saja, tetapi lebih
Islam adalah manusia tanpa kecuali. Manusia, secara sosiologis cultural selalu
perubahan masyarakat yang selalu menuntun manusia ke arah yang lebih baik.
9
Islam adalah ajaran agama yang dinamis, tidak statis karena itu ajarannya sangat
Artikel yang ditulis oleh Yuliyatun Tajadudin (2014: 374) dengan judul
dalamnya ada penyampai pesan (da’i) dan penerima pesan (mad’u). Dakwah
(da’i dan mad’u) berlangsung. Jadi, di sinilah kontribusi komunikasi menjadi hal
dalam merancang kegiatan dakwah yang efektif sehingga pesan-pesan Islam yang
menjadi isi materi dakwah dapat tersampaikan dan berefek pada perubahan sikap
mad’u ke arah yang lebih baik sesuai tujuan kehidupan Islam, bahagia dunia
akherat.
pelajaran yang dipakai merupakan gabungan antara mata pelajaran nasional dan
agama Islam.
Penelitian yang dilakukan oleh Iyan Harbu Wianda (2013) dengan judul
pondok Pesantren dilakukan dengan cara mengajarkan para santri tentang Kitab
kuning, belajar mengaji serta bermain, sehingga para santri akan bertambah
Agama Islam dan Kristen di Masjid Al Hidayah dan Gereja Baptis Kalam
11
Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini berbeda dengan penelitian yang
lainnya, hal ini karena dalam penelitian lainnya dakwah Islam tidak dilakukan
1. Kerangka Teoretis
Dalam ilmu antropologi, ada beberapa teori yang membahas mengenai asal usul
a. Teori Evolusi Religi dari E.B Tylor. Menurut Tylor asal mula religi adalah
kesadaran manusia akan adanya jiwa yang disebabkan oleh dua hal, yaitu
perbedaan yang tampak pada manusia antara hal-hal yang hidup dan hal-hal
yang mati, serta peristiwa mimpi. Tylor juga menjelaskan mengenai asal usul
merupakan bentuk religi yang tertua. Kemudian pada tingkatan kedua dalam
evolusi religi, manusia yakin bahwa gerak alam yang hidup disebabkan oleh
suatu kepribadian dengan kemauan dan pikiran yang kemudian disebut dewa-
hakikatnya hanya merupakan penjelmaan dari satu dewa saja. Akibat dari
b. Teori J.G Freazer, menurut Freazer asal mula timbulnya religi dimulai saat
manusia yang berada diluar batas kemampuan akal manusia. Namun, lambat
laun terbukti ilmu gaib yang digunakan manusia tidak ada hasilnya, maka
yang lebih berkuasa daripada manusia, dan akhirnya manusia mulai mencari
d. Teori Marett tentang kekuatan luar biasa. Menurut Marett pangkal religi
adalah suatu emosi atau getaran jiwa yang timbul karena kekaguman manusia
upacaranya itu tetap. Religi muncul dari upacara atau ritual, karena pusat dari
keduanya mempunyai sistem nilai dan simbol, dan keduanya juga mudah merasa
merupakan nilai dan simbol. Agama adalah simbol yang melambangkan nilai
ketaatan kepada Tuhan. Kebudayaan juga mengandung nilai dan simbol supaya
agama itu final, abadi, dan tidak mengenal perubahan, sedangkan kebudayaan itu
Interaksi agama dan kebudayaan itu dapat terjadi melalui beberapa cara,
yaitu:
14
Dalam hubungannya antara dakwah dan seni, seni digunakan pada zaman
menggunakan wayang, masyarakat Jawa pada saat itu menyambut dengan baik
dakwah yang dilakukan oleh sunan Kalijaga. Namun seni sebenarnya bukan
hanya dijadikan alat komunikasi dalam dakwah, melainkan seni juga merupakan
ekspresi, impresi, dan juga pemikiran. Dengan seni orang dapat beribadah,
dakwah, seni tidak boleh dipandang semata-mata alat dakwah saja, tetapi sebagai
184).
bagaimana kita mengubah. Sikap agama seperti ini tidak jauh berbeda dengan
15
filsafat yang ingin mengubah dunia agar sesuai dengan angan-angan mengenai
desa dan kota, petani dan pedagang, dan juga antara masyarakat agraris dan
industri. Perbedaan ini perlu dimengerti agar dakwah dapat menyesuaikan diri
dengan berbagai kepentingan. Hanya ada satu komitmen, yaitu pada agama.
Komitmen pada organisasi adalah alat dan bukan tujuan (Kuntowijoyo, 2001:
184).
menggunakan cara atau metode yang sesuai dengan situasi masyarakat yang akan
nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan dapat menyentuh hati mereka.
c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah dengan cara bertukar pikiran
keramat, dengan tujuan untuk meminta berkah kepada yang terkubur, hal ini
antara ajaran agama Islam dengan berbagai kepercayaan dari ajaran agama lain,
sebagai contoh adanya tradisi memberikan sesaji yang ditunjukan kepada para
yang berarti pekabaran Injil (kitab suci agama Nasrani). Maksudnya adalah usaha-
usaha untuk menyebarkan agama Nasrani. Gerakan Zending dibawa oleh bangsa
Belanda ketika memasuki negeri Indonesia. Misi Zending ini erat kaitannya
dengan semboyan 3G, yaitu gold (kekayaan), glory (kejayaan), dan gospel
oleh para pemimpin agama Kristen yang memang tugas mereka selain memimpin
2002: 118).
17
menggarap penduduk bumi putra lewat dua langkah besar, yaitu Asosiasi dan
program yang ditunjukkan untuk mengubah agama penduduk, yang Islam ataupun
yang bukan Islam menjadi Kristen (Kemal dan Ahmad, 2002: 124).
Zending Kristen dengan cepat berkembang ke seluruh wilayah Indonesia saat itu
2. Pendekatan
1987: 1).
18
G. Metode Penelitian
terdapat unsur manusia, ruang dan waktu. Metode penelitian sejarah meliputi,
sumber atau bukti-bukti sejarah. Sumber sejarah dibedakan menjadi tiga yaitu:
Sumber sejarah yang bersifat umum dan khusus, sumber sejarah yang bersifat
tertulis dan tidak tertulis, serta sumber sejarah primer dan sumber sejarah
Data yang diburu oleh sejarawan dalam penelitian dan penulisan sejarah
lisan adalah kesaksian suara yang berasal dari masa lampau. suara yang
dipersaksikan itu muncul dari para pelaku dalam bentuk kata-kata dan kalimat-
kalimat yang bersifat verbal. Cara yang paling efektif untuk mendapatkan sumber
intensif dan terus menerus agar mendapat data yang akurat. Dalam mengendapkan
Kaliori, da’i yang sering melakukan dakwah di desa Kaliori, ulama desa Kaliori,
pendiri yayasan Nurul Umah, wakil pimpinan Lembaga Dakwah Islam Indonesia
desa Kaliori, dan tokoh lainnya yang berkaitan dengan perkembangan dakwah
Islam.
Agus Sumbodo. Penulis juga mewawancarai Kepala Desa Kaliori Offan Sofyan.
Untuk da’i penulis mewawancarai Kirsun dan Kuntoro, tokoh-okoh inilah yang
mengadakan dakwah Islam di desa Kaliori. H. Ansori, Basuki, dan Naswin yang
merupakan ulama desa Kaliori. Muslim yaitu pendiri yayasan Nurul Umah yang
merupakan salah satu media dakwah Islam di desa Kaliori. Ribudi yaitu wakil
pimpinan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) anak cabang desa Kaliori.
kritik ekstern yang mencari otentisitas atau keotentikan (keaslian) sumber dan
kritik intern yang menilai apakah sumber itu memiliki kredibilitas (kebiasaan
lisan yang berversi-versi itu dibandingkan satu sama lain sehingga akan diketahui
versi yang kuat dan versi yang lemah. Kritik ekstern bermain pada keautentikan
atau keaslian sumber, sedangkan kritik intern bekerja pada kawasan kredibilitas
sumber, bukanlah merupakan dua langkah kegiatan yang terpisah secara sekat satu
3. Interpretasi
merupakan bagian dari fenomena realitas masa lampau, dan yang harus didasari
bahwa fenomena itu bukan realitas masa lampau itu sendiri (Daliman, 2012: 83).
fakta, yaitu mantifact, sociafact, dan artifact dari berbagai sumber atau data
Penulis menyajikan laporan hasil penelitian dari awal hingga akhir, yang
rekonstruksi itu hanya akan menjadi eksis apabila hasil-hasil pendirian tersebut