Anda di halaman 1dari 22

KPI UIN SGD BANDUNG Kamis, 13 Oktober 2022

Tema : Dakwah Minoritas


Topik : Dakwah Minoritas Tionghoa
Judul : Dakwah Minoritas Etnis Tioghoa di Makasar

● Jejak Muslim Tionghoa dalam Penyebaran Islam di Nusantara

LATAR BELAKANG
Dakwah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan risalah
atau nilai-nilai ajaran agama Islam untuk mengajak manusia menjalankan syariat
sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam serta membangun dan memelihara
kelangsungan hidup masyarakat serta senantiasa berpegang teguh pada kebenaran.

Bagi kaum muslimin dakwah merupakan kewajiban yang bersifat conditio


sinequanon yang tidak bisa dihindarkan dari kehidupan, sehingga orang yang
mengaku sebagai orang Islam secara otomatis ia juga sebagai juru dakwah.1
Sebagaimana dalam QS. Ali Imran (3) : 1042 , ayat tersebut dengan jelas
menyatakan bahwa dakwah adalah suatu kewajiban yakni dengan adanya kata lam
amar di dalam kalimat “wal takun”. Sedangkan “minkum” menunjukkan fard}u
kifa>yah namun jika sekelompok orang yang melaksanakannya maka dakwah
menjadi fardhu ‘ain bagi orang tertentu. Sementara itu, Kata minkum “min”

1
dimaknai “littab’i>dh” berarti sebagian, yang menunjukkan fard}u kifa>yah. Kata
min diartikan dengan “littabyin” atau “ lil-bayaniyyah” atau menerangkan
sehingga menunjukkan kepada hukum fard}u “kifa>yah”. berdasarkan syarat-
syarat yang ada pada mereka sebagaimana

TUJUAN
a. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
gambaran secara deskriptif tentang kegiatan dakwah pada etnis Tionghoa
di Kota Makassar
b. Secara khusus, penelitian ini untuk mengungkapkan konsep dan strategi
dakwah terhadap Etnis Tionghoa di Kota Makkassar yang terdiri dari:
1) Mengungkapkan eksistensi Muslim etnis Tionghoa di Kota
Makassar ditinjau dari segi keragaman agama dan budaya.
2) Mengungkapkan aktifitas dakwah di kalangan muslim etnis
Tionghoa di Kota Makassar perpektif sosio-antropologis.
3) Mengungkapkan peluang dan tantangan dakwah terhadap muslim
etnis Tionghoa di Kota Makassar

ISU
Etnis Tionghoa adalah entis minoritas di Indonesia. Etnis ini berasal dari
Asia Timur, yang pada umumnya bermigrasi untuk berdagang, dan kemudian
menetap dan menjadi warga negara yang ditempatinya. Menurut catatan sejarah,
orang Tionghoa diperkirakan datang ke Indonesia sejak masa Dinasti Han (206
SM- 220 SM). Pada saat itu diketahui bahwa Tiongkok telah membuka jalur
perdagangan ke Asia Tenggara dan Jawa termasuk Indonesia.

Etnis Tionghoa di Indonesia sendiri mencapai 2.382.510 orang atau 1.2%


dari total penduduk Indonesia pada tahun 2010 menempati peringkat ke 18 dari
suku-suku di Indonesia. Rata-rata tertinggi berada di Jakarta dengan 26.45%
penduduknya adalah etnis Tionghoa.

2
Pada dasarnya, etnis Tionghoa beragama Konghucu, sesuai dengan agama
leluhur mereka. Karena pada masa sebelum Orde Reformasi agama Konghucu
adalah agama yang dilarang oleh Pemerintah Indonesia, maka banyak orang
Tionghoa yang berhijrah ke agama lain yang dilegalkan Pemerintah. Konghucu
sendiri dulu dimasukkan ke dalam agama Buddha oleh pemerintah Indonesia
karena ajaran dan budayanya hampir sama. Karena itu, banyak etnis Tionghoa
berhijrah ke Buddha.

Gerbang kehormatan Tionghoa di Kesawan (September 1923).

Berdasarkan sensus 2010, mayoritas etnis Tionghoa di Indonesia


beragama Buddha, dengan total 1.388.829 orang, 1.211.692 beragama Kristen,
dan 131.682 orang beragama Islam. Paling banyak secara resmi beragama
Buddha, yang bisa diasumsikan banyak dari mereka sebenarnya Konghucu,
karena Konghucu baru pada Orde Reformasi diakui secara resmi. Etnis Tionghoa
yang beragama Konghucu hanya 94.005 atau sekitar 3 persen. Secara resmi, etnis
Tionghoa ini menjadi penganut agama Buddha nomor satu di Indonesia,
kemudian disusul oleh Jawa.

PENDEKATAN
Bentuk-bentuk dalam Menentukan Pendekatan Dakwah Minoritas Etnis
Tionghoa

Jika seorang da’i mampu menjalankan strategi atau pendekatan dakwah


secara bijak, insya Allah ia akan mudah mencapai keinginannya, yakni
keberhasilan dakwahnya.

3
Nabi Muhammad SAW, sebagai imam para da’i, telah menerapkan strategi
dakwah secara bijak, sehingga melalui beliau Allah SWT memberi manfaat
kepada hamba-Nya dan menyelamatkan mereka dari syirik menuju tauhid. Siasat
beliau tersebut bermanfaat besar dalam meyukseskan dakwahnya, membangun
negaranya, menguatkan kekuasaannya dan meninggikan kedudukannya

Sepanjang sejarah politik umat manusia tidak pernah ada seorang pun
pembaharu yang mempunyai pengaruh besar seperti Nabi Muhammad SAW.
Terkumpul padanya jiwa seorang pemimpin, pendidik yang bijak, kecerdasan
akal, orisinalitas pendapat, semangat yang kuat serta kejujuran. Semua itu telah
terbukti pada diri beliau.

Bentuk-bentuk dalam menentukan pendekatan dakwah antara lain sebagai berikut:

1. Memilih waktu kosong dan kegiatan terhadap kebutuhan penerima


dakwah (audiens).
Usahakan agar mereka tidak jenuh dan waktu mereka banyak terisi dengan
petunjuk, pengajaran yang bermanfaat, dan nasehat yang baik. Nabi SAW
tidak selalu monoton dalam memberikan nasihat, sehinga orang yang
dinasihati tidak merasa bosan. Stategi dakwah yang dicontohkan Nabi
SAW tersebut diikuti oleh para sahabat.
2. Jangan memerintahkan sesuatu yang jika tidak dilakukan
Terkadang seorang da’i menjumpai suatu kaum yang sudah mempunyai
tradisi mapan. Tradisi tersebut tidak menentang syariat, tetapi jika
dilakukan perombakan akan mendatangkan kebaikan. Jika seorang da’i
menyadari bahwa apabila dilakukan perombakan akan terjadi fitnah, maka
hal itu tidak perlu dilakukan. Nabi SAW tidak membiarkan ka’bah
direnovasi dari fondasi buatan Nabi Ibrahim karena mengindari fitnah
kaum yang baru mentas dari kehidupan jahiliah.
3. Menjinakkan hati dengan memberi maaf ketika dihina, berbuat baik ketika
disakiti, bersikap lembut ketika dikasari, dan bersabar Ketika dizhalimi.
Cemoohan dibalas dengan kesabaran, tergesah-gesah dibalas dengan
kehati-hatian.

4
Itulah cara-cara penting yang dapat menarik penerima dakwah (audiens)
ke dalam Islam dan membuat iman mereka lebih mantap. Dengan cara-
cara tersebut Nabi SAW mampu menyatukan hati para sahabat
disekitarnya. Mereka bukan saja sangat mencintai beliau, tetapi juga ikut
menjaga dan membela beliau dalam dakwahnya.
4. Pada saat memberi nasihat, jangan menunjuk langsung kepada orangnya,
tetapi berbicara pada sasaran umum seperti yang sering dilakukan Nabi
SAW.
5. Memberikan sarana yang dapat mengantarkan seorang pada tujuannya.
6. Seorang da’i harus siap menjawab berbagai pertanyaan, setiap pertanyaan
sebaiknya dijawab secara rinci dan jelas sehingga orang bertanya merasa
puas.
Pendekatan ini sering dilakukan oleh pengurus Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (PITI) secara personal misalnya pendekatan pesonal subtansial, dimana
para da‟I berani mendekatkan diri kepada etnis Tionghoa tertentu selanjutnya
menyampaikan materi yang tepat dari ajaran Islam, misalnya dalil-dalil tentang
kesempurnaan agama Islam terhadap agama lain kemudian menjabarkan secara
subtansial dengan baik, jelas, terperinci, diterangkan maksud dan tujuannya.

Bisa jadi ditempuh pendekatan pragmatis, dimana materi yang dijabarkan


sesuai dengan keperluan para peminat dakwah itu sendiri, disesuaikan dengan
kehidupan sehari-hari para etnis Tionghoa yang ingin masuk Islam. Setelah itu
Islam dirasakan sebagai petunjuk yang tepat.

METODE
Secara sederhana dapat dipahami bahwa metode dakwah merupakan cara
yang dipakai dalam menyampaikan dakwah, sehingga sasaran dakwah dapat
mengetahui, memahami dan meyakini terhadap materi yang disampaikan.
Sehingga tujuan dakwah dapat tercapai dengan baik.

5
Terhadap pentingnya sebuah metode dakwah tersebut menurut Sulaiman
Gozalam, bahwa aktifitas dakwah di kalangan muslim etnis Tionghoa di Kota
Makassar masih sangat sederhana, dan terkesan monoton. Oleh karena itu,
diperlukan penerapan metode dakwah yang lebih maksimal, tidak hanya sebatas
sebagai rutinitas tanpa adanya perubahan ke arah yang lebih baik.

Pada dasarnya, metode yang diterapkan oleh para pelaku dakwah bagi
masyarakat muslim etnis Tionghoa adalah sebagai berikut:

a. Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan maksud untuk


menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian dan penjelasan tentang sesuatu
kepada pendengar dengan menggunakan lisan. Secara umum metode yang
digunakan bagi masyarakat muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar adalah
metode ceramah (muhadarah).

Menurut Badaruddin, bahwa:

“Dakwah yang dilakukan selama ini adalah dengan ceramah. Biasanya ketika
dilakukan pengajian mingguan ataupun bulanan. Baik itu pengajian organisasi
maupun pengajian majelis taklim.”

b. Metode diskusi dan tanya jawab.

Selain metode ceramah, terkadang juga dilakukan diskusi dan tanya jawab.
Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran (gagasan, pendapat)
antara sejumlah orang untuk membahas suatu masalah-masalah tertentu untuk
memperoleh kebenaran. Melalui metode ini, para da’I dapat mengembangkan
kualitas pengetahuan agama para peserta, dan dapat memperluas wawasan tentang
materi-materi ceramah. Adapun diskusi dilakukan dalam kegiatan dakwah muslim
etnis Tionghoa di Kota Makassar adalah seperti yang kemukakan oleh Sulaiman
Gozalam, yaitu bahwa:

“Sebagaimana jadwal pengajian yang disusun oleh pengurus PITI bidang


Dakwah, terdapat pengajian dengan menguraikan isi kitab tertentu (biasanya

6
kitab-kitab hadis. Maka, dalam penyajian materi sering terjadi diskusi antara
pemateri dan para jama’ah. Terkadang peserta mencocokkan antara hasil
bacaannya dengan penjelasan pak ustadz (yang menjelas kan kitab hadis tersebut.”

Kemudian, metode tanya jawab merupakan metode yang dilakukan dengan


menggunakan Tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana ingatan atau
pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi dakwah. Badaruddin
menambahkan:

“Metode tanya jawab ini digunakan sebagai cara yang dilakukan ketika
ada ceramah yang diampaikan pak ustaz, dan materinya kurang dimengerti. Jadi,
ini sifatnya memperjelas materi ceramah yang belum jelas.”

c. Metode dakwah dengan karya nyata

Metode dakwah ini merupakan metode dakwah dalam bentuk alam


kongkrit, kerja nyata dan upaya-upaya positif yang dilakukan untuk mengubah
kondisi umat menuju kondisi yang baik sesuai dengan tuntunan Allah dan
Rasulnya. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh komunitas muslim etnis
Tionghoa di Kota Makassar adalah:

1. Bakti social
2. Memberikan Santunan kepada fakir miskin
3. Penyaluran daging kurban

Menurut H. John Adam, bahwa:

“Bakti sosial biasanya dilakukan terkait dengan adanya bencana, seperti


peduli sesama korban banjir, dan korban kebakaran. Selain itu, juga dilakukan
pemberian santunan kepada fakir miskin, baik dalam bentuk infaq maupun
shadaqah dan zakat. Kemudian, penyaluran daging kurban biasanya dilakukan di
beberapa tempat yang ada di wilayah Kota Makassar, khususnya di panti-panti
asuhan

Sebagai pengurus organisasi PITI, H. John Adam memahami secara baik


bagaimana kegiatan dakwah yang dilakukan oleh muslim Tionghoa, baik secara

7
internal maupun eksternal komunitas mereka. Namun, tidak dapat dipungkiri
terdapatnya kelemahan dan kekurangan dalam proses pelaksanaan kegiatan
dakwah tersebut. Oleh karena itu, selain melaksanakan dakwah sebagai bahagian
dari program kerja secara rutin, tetapi juga harus memperhatikan efektifitas
kegiatan tersebut.

Sedangkan media dakwah dapat diartikan segala perlengkapan yang


diperlukan untuk terlaksananya dakwah Islam baik media, alat material maupun
alat immaterial.

Media dakwah yang diterapkan bagi muslim etnis Tionghoa relevan


dengan bentuk-bentuk penyampaian dakwah yang ditawarkan oleh Hamzah
Ya’kub yaitu media lisan, tulisan, lukisan audio visual dan akhlak (keteladanan).
Sedangkan Asmuni Syukir membagi media antara lain: lembaga-lembaga
pendidikan formal, lingkungan keluarga, organisasi-organisasi Islam, hari-hari
besar Islam, media massa dan seni budaya.

Sehubungan dengan hal tersebut dakwah di kalangan muslim etnis


Tionghoa di Kota Makassar secara umum menggunakan media sebagai berikut:

a. Media Massa

Kegiatan dakwah di kalangan muslim etnis Tionghoa tidak lepas dari


media massa dalam mengaplikasikan pesan dakwahnya. Media masa yang
dimaksud adalah media elektronik maupun media cetak. Seperti menggunakan
Radio, Televisi, Surat Kabar (Koran), majalah, dan bulletin.

Bagi muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar, media yang paling sering
digunakan dalam menyampaikan pesan dakwahnya adalah media surat kabar.
Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar,
misalnya semangat membangun masjid dipublikasikan, kegiatan amal sosial,
pengajian rutin, dan perayaan hari besar Islam. Bahkan ketika menjelang dan pada
bulan Ramadhan. Pemanfaatan media melalui surat kabar menjadi strategi dakwah
muslim etnis Tionghoa. Baik untuk memperkenalkan eksistensi muslim etnis

8
Tionghoa bagi seluruh umat Islam di Kota Makassar, maupun bagi mereka yang
notabene adalah Etnis Tionghoa yang non-muslim.

b. Lingkungan keluarga.

Bagi muslim etnis Tionghoa, mereka juga memahami bahwa keluarga


merupakan unit terkecil di masyarakat oleh karenanya sangat efektif bila dijadikan
media dakwah, selain itu keluarga mempunyai ikatan yang kuat. Bila ikatan
keluarga dijiwai oleh semangat ajaran Islam, maka akidah dan amaliyahnya akan
semakin kuat serta dakwah dalam keluarga akan selalu berjalan dengan baik
bahkan dapat memberikan pengaruhi terhadap keluarga yang lain. Ketika keluarga
tentram dan pengamalan ajaran agamanya tinggi maka dalam kehidupan
masyarakatpun akan berjalan dengan baik dan terwujud ketentraman. Mereka
sangat memperhatikan peranan keluarga sebagai media dakwahnya, menurut
mereka lingkungan keluarga sangat efektif untuk kegiatan dakwah. Seperti
melakukan silaturahmi dan privat keagamaan.

Media lingkungan keluarga, karena muslim Tionghoa dalam menggunakan


media keluarga sebagai media dakwah ini dilakukan melalui seperti privat
keagamaan, bimbingan baca tulis al-Qur’an, pengajian dan silaturrahim dan
konsultasi kepada ulama atau tokoh agama.

c. Media lembaga Komunitas,

yaitu penggunaan sarana organisasi komunitas muslim etnis Tionghoa,


yaitu Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dengan program-program yang
berhubungan dengan kegiatan dakwah, misalnya dengan melakukan pertemuan
langsung antara mubalig dengan jama’ah muslim etnis Tionghoa melalui berbagai
bentuk pertemuan seperti, pengajian-pengajian pada majelis taklim, peringatan
hari besar Islam, dan peringatan hari raya Imlek

Menurut peneliti pada dasarnya muslim etnis Tionghoa dan para da’i telah
menyadari akan pentingnya media massa dalam melakukan dakwah, karena
informasi menjadi tulang punggung kehidupan artinya informasi sudah menjadi
kebutuhan hidup masyarakat setiap hari baik kebutuhan ekonomi, politik maupun

9
pesan-pesan agama. Oleh karena itu, penggunaan media dalam dakwah sangat
relevan. Betapa pentingnya media dakwah mengingat hakekat dakwah adalah
mempengaruhi dan mengajak manusia untuk mengikuti (menjalankan) ideologi
(pengajak)-nya. Sedangkan pengajak (da’i) sudah barang tentu memiliki tujuan
yang akan dicapai. Maka dalam proses dakwah tersebut agar dapat tercapai tujuan
yang efektif dan efisien, para pelaku dakwah harus mengorganisir komponen-
komponen (unsur) dakwah secara baik dan tepat, salah satu komponennya adalah
media dakwah.

Dalam penggunaan media dakwah melalui media elektronik maupun cetak


di kalangan muslim etnis Tionghoa kurang maksimal. Faktor tersebut dapat dilihat
dari rendahnya penggunaan dan ketidak keseriusan untuk menggunakan media
elektronik dan media cetak. Berdasarkan pengamatan peneliti, dalam hal ini
penggunaan media tersebut hanya sifatnya menyesuaikan dan menunggu
kesempatan dan waktu yang ada. Diantaranya jika ada permintaan kegiatan
dakwah di Radio atau Televisi, kemudian dalam penerbitan buletin atau majalah
juga menunggu kalau ada permintaan. Apalagi sejauh ini muslim etnis Tionghoa,
atau bahkan DPD PITI Kota Makassar belum banyak membuat dan menerbitkan
namun menunggu kalau ada event tertentu atau kalau ada yang mengajak dari
pihak lain, sehingga untuk penggunaan media massa kurang maksimal.

Selain media tersebut di atas, kegiatan dakwah di kalangan muslim etnis


Tionghoa juga memanfaatkan lembaga-lembaga yang ada sebagai media dakwah,
yaitu sebagai berikut:

1. Lembaga pendidikan
a. Secara formal, Bagi pelajar dan mahasiswa muslim etnis Tionghoa,
mereka memperoleh Pendidikan agama di sekolah atau
diperguruan tinggi, di mana mereka menempuh Pendidikan
b. Kemudian, bagi muslim etnis Tionghoa juga mengembangkan
pemehaman keagamaan (ajaran Islam), melalui kegiatan Majelis
Taklim.

10
c. Selain itu, terdapat bimbingan khusus bagi mereka yang baru
memeluk agama Islam (muallaf), yaitu sebagai berikut:
i. Bimbingan baca tulis al-Qur’an

Bimbingan baca tulis al-Qur’an adalah bagi mereka yang belajar mulai
mengenal huruf sampai bimbingan tadarrus.

ii. Bimbingan shalat

Selain bimbingan baca tulis al-Qur’an, mereka juga diajarkan tentang tata
cara, bacaan serta do’a-do’a shalat

iii. Bimbingan agama (keislaman)

Untuk memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran Islam, maka


mereka diberikan bimbingan keagamaan.

2. Lembaga Dakwah

Lembaga dakwah merupakan wadah yang digunakan dalam rangka


pelaksanaan kegiatan dakwah. Adapun lembaga dakwah bagi muslim Tionghoa di
Kota Makassar adalah sebagai berikut:

a. Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)

Pendirian PITI Sulawesi Selatan adalah atas inisiatif dan gagasan warga
Keturunan Tionghoa muslim bernama Faizal Thung, sehingga beliau juga sering
disebut sebagai Perintis Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Sulsel
pertama.

3. Masjid Selain sebagai tempat ibadah shalat, masjid juga


merupakan sarana atau tempat melaksanakan ibadah lainnya seperti
kegiatan dakwah, pendidikan atau bimbingan keislaman. Bagi
muslim Tionghoa di Kota Makassar dan sekitarnya (khususnya
Kabupaten Gowa), keberadaan masjid merupakan salah satu
agenda terbesar dalam rangka memaksimalkan kegiatan

11
keagamaan (keislaman), termasuk untuk pembinaan para muallaf
etnis Tionghoa.

PROSES
Akatifitas dalam kehidupan beragama khususnya bagi minoritas muslim
etnis Tionghoa di Kota Makassar dilakukan dengan melibatkan seluruh
unsurunsur syiar agama Islam. Sebab, pemahaman agama yang efektif yang
dibangun dengan keterlibatan atau penggunaan seluruh komponen kegiatan untuk
mengajak kepada al-Islam, yakni: orang yang mengajak ber-Islam, materi-materi
ke-Islam-an, metode penyampaian pesan, penggunaan media, dan sasaran
(minoritas muslim etnis Tionghoa). Pertama, orang yang bisa memperkenalkan
dan memberikan pemahaman keislaman yang moderat bagi minoritas muslim
etnis Tionghoa di Kota Makassar terbagi atas dua, yaitu 1) Internal muslim etnis
tionghoa, dan 2) Eksternal atau dari kalangan akademisi dan lembaga atau
Organisasi Masyarakat Islam (ORMAS Islam).

Internal

Pihak internal muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar adalah para


Muballigh dari etnis Tionghoa atau pengurus organisasi Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (PITI). Bagi muslim etnis Tionghoa, bimbingan agama dari golongan
mereka (etnis Tionghoa) akan memberikan nuansa kekeluargaan atau unsur
kekerabatan, sehingga dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
pemahaman keagamaan bagi mereka. Untuk wilayah Kota Makassar, fenomena
seperti itu tentu saja memberikan perubahan pola pikir bagi masyarakat Makassar.
yang selama ini memandang bahwa komunitas etnis Tionghoa adalah non Islam
dan mempraktekkan ajaran agama seperti Budha, atau Konghucu. Bahkan
diperparah dengan prasangka, dan stereotip yang sering berdampak pada
terjadinya konflik di kalangan masyarakat Makassar.

Eksternal

12
Tugas kerisalahan di kalangan muslim etnis Tionghoa tidak hanya
dibebankan kepada mereka yang minoritas muslim etnis Tionghoa, tetapi juga
bagi mereka yang banyak memahami ajaran agama Islam atau orang yang
memiliki dasar pendidikan agama yang mantap, yaitu para praktisi dakwah atau
da’i profesional.

Kedua, Materi-materi yang diterapkan melalui moderasi


beragama/moderasi Islam pada hakekatnya bersumberkan dari al-Qur’an dan
alSunnah.

Ketiga, Secara sederhana dapat dipahami bahwa metode merupakan cara


yang dipakai dalam menyampaikan ajaran Islam, sehingga dapat diketahui,
dipahami dan diyakini sebagaimana tujuan Al-Islam tercapai dengan baik. Pada
dasarnya, metode yang diterapkan bagi masyarakat muslim etnis Tionghoa adalah
sebagai berikut: Metode ceramah, Metode diskusi dan tanya jawab, Metode karya
nyata (Bakti social, Memberikan Santunan kepada fakir miskin, Penyaluran
daging kurban).

Keempat, Sehubungan dengan tawaran Islam yang moderat di kalangan


muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar secara umum menggunakan media
sebagai berikut: Media Massa (Seperti menggunakan Radio, Televisi, Surat Kabar
(Koran), majalah, dan bulletin), Lingkungan keluarga, Media lembaga Komunitas,
yaitu penggunaan sarana organisasi komunitas muslim etnis Tionghoa, yaitu
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dengan programprogram yang
berhubungan dengan kegiatan dakwah, misalnya dengan melakukan pertemuan
langsung antara mubalig dengan jama’ah muslim etnis Tionghoa melalui berbagai
bentuk pertemuan seperti, pengajian-pengajian pada majelis taklim, peringatan
hari besar Islam, dan peringatan hari raya Imlek.

Kelima, adapun sasaran dalam penyampaian konsep ajaran Islam yang


moderat adalah Kalangan Internal Muslim etnis Tionghoa, yakni kepada mereka
para muallaf atau muslim etnis Tionghoa yang sangat memerlukan pembinaan
yang berupa bimbingan dan pendampingan untuk mengetahui tentang agama

13
Islam yang baru saja mereka anut dan juga untuk melaksanakan ajaran Islam
secara benar.

Masuknya masyarakat etnis Tionghoa ke dalam Islam memiliki latar


belakang yang yang juga berbeda-beda dan bahkan membutuhkan waktu yang
panjang. Seperti: keturunan, pergaulan, pernikahan, panggilan hati (hidayah) dan
studi atau pengkajian. Membangun kehidupan beragama yang moderat, khususnya
bagi minoritas muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar dilakukan dengan
melibatkan seluruh unsur-unsur dalam rangka syiar agama Islam. Sebab,
pemahaman agama yang efektif yang dibangun dengan keterlibatan atau
penggunaan seluruh komponen kegiatan untuk mengajak kepada al-Islam, yakni:
orang yang mengajak ber-Islam, materi-materi ke-Islam-an, metode penyampaian
pesan, penggunaan media, dan sasaran (minoritas muslim etnis Tionghoa).

TANTANGAN
Terdapat tantangan dalam berdakwah di kalangan minoritas etnis
Tionghoa karena orang-orang Tionghoa sendiri mempunyai beberapa kendala
untuk dapat ber-Islam secara baik. Terdapat beberapa faktor baik intern yaitu dari
orang-orang Tionghoa sendiri maupun faktor ekstern yaitu berasal dari luar ke-
Tionghoaan orang Tionghoa, yang menjadi tantangan dalam berdakwah di
kalangan minoritas etnis Tionghoa.

Wikipedia.org/Collectie Tropenmuseum

1) Tantangan Lingkungan Rumah

Menjadi Muslim bukanlah keputusan yang mudah bagi orang Tionghoa. Ada
banyak rintangan dan tantangan yang mereka hadapi dan seringkali bereaksi

14
terhadap kehidupan baru mereka. Padahal, kondisi ini sudah menjadi gejala
umum di kalangan Tionghoa perantauan di Indonesia, khususnya di kota
Makassar. Islam adalah ajaran yang bertentangan dengan budaya mereka dan
asing bagi mereka, seringkali dianggap sebagai agama yang identik dengan
kebodohan, kemiskinan juga keterbelakangan. Pandangan ini merupakan akibat
dari kebijakan Belanda yang membagi wilayah jajahan, sehingga tidak ada aliansi
antara orang Tionghoa dan orang Aborigin (penduduk Makassar).

Etnis Tionghoa yang masuk Islam dianggap sangat aneh dan bertentangan
dengan keyakinan mereka, terutama oleh keluarga mereka. Mereka tidak
mempertimbangkan apakah ada anggota keluarga yang masuk Islam sebagai
anggota keluarga besar. Hingga akses ekonomi dibatasi. Oleh karena itu, tindakan
yang dilakukan oleh keluarga Tionghoa perantauan dapat membuat mereka
semakin dibenci di kalangan masyarakat (Muslim) setempat. Mereka dapat dilihat
sebagai orang-orang yang melecehkan Islam karena mereka melarang orang-
orang beriman untuk menjalankan agamanya (Islam) secara bebas. Hal ini juga
dapat menimbulkan kesan di masyarakat luas bahwa orang Tionghoa masih
enggan atau tidak mau berintegrasi lebih dekat dengan masyarakat pribumi
(Muslim), berbeda jika kebebasan mengekspresikan identitas diri justru dapat
menjadi jembatan untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia mandiri yang
bebas berhubungan dengan masyarakat Makassar, semakin memperkuat
keyakinan bahwa Islam merupakan faktor penting dalam membangun hubungan
yang lebih harmonis dengan masyarakat Makassar.

2) Tantangan Dakwah untuk Pembinaan Muallaf

Perkembangan Muslim Tionghoa perantauan adalah tanggung jawab besar


yang harus dibagi. Dafa dan bimbingan untuk mualaf, terutama Muslim China,
tidak diperlakukan dengan baik. Ternyata masih kurangnya kelembagaan untuk
pemberdayaan muallaf khususnya yang berfokus pada pemberdayaan muallaf di
kota Makassar. Akibatnya, tata cara pembinaan muallaf masih kurang optimal.
Padahal, para muallaf membutuhkan bimbingan dan pemberdayaan, termasuk
bimbingan iman, pengetahuan tambahan, dan keamanan finansial. Banyak muallaf

15
yang diusir dari keluarga mereka dan tidak tahu harus pergi ke mana. Oleh karena
itu perlu adanya suatu lembaga khusus dengan sarana dan prasarana, yang selain
digunakan sebagai pusat dakwah juga berfungsi sebagai tempat berkumpulnya
masyarakat dan menjalin tali silaturrahmi. Bahkan, juga siap menjadi pusat
pemberdayaan ekonomi bagi mualaf Tionghoa.

Sulaeman Gozalam menyatakan bahwa dukungan moral adalah hal yang


mendesak diberikan kepada semua mualaf. Mualaf sering menghadapi berbagai
masalah pasca-Islam, mulai dari pengusiran dari keluarga hingga masalah
keuangan. Sebagian masalah juga muncul dari umat Islam sendiri. Mereka
memperlakukan Islam seperti mereka mengamalkan ajaran agama seolah-olah
mereka mengetahuinya sejak lahir. Agamamu harus sempurna. Padahal, tingkat
keislaman mereka baru memasuki tahap belajar. Oleh karena itu, penyambutan
dan pembinaan mualaf memerlukan upaya yang terkoordinasi oleh berbagai
pemangku kepentingan. Masjid, lembaga keislaman, dan ormas harus memberikan
referensi dan pedoman untuk wawasan keislaman yang benar. Formatnya bisa
dalam bentuk pelatihan, pembacaan, lokakarya. Hal ini membuat proses
pembinaan konversi lebih fokus dan efektif. Selain itu, muallaf, khususnya
Muslim Tionghoa yang cenderung berwirausaha, membutuhkan langkah-langkah
pemberdayaan ekonomi.

Ajaran Buya Hamka membuka jalan bagi orang Tionghoa Indonesia untuk
mendapatkan tempat yang layak di Bumi ketika Yunus Jahya membawa pria dan
wanita muda Tionghoa ke rumahnya dan meneriakkan dua kata Syahadat.
Setidaknya, ajarannya selalu selaras dengan Muslim Karin dalam menghadapi,
sehingga selalu mempesona. Ia memahami filosofi dan cara hidup orang Tionghoa
di Indonesia. “Mengenai Khonghucu, Al-Qur’an tidak menyebut nama nabi yang
satu ini, namun menurutnya, tidak semua nabi disebutkan satu per satu dalam
kitab suci yang dipegang oleh umat Islam. Ada banyak persamaan antara ajaran
Khonghucu dan Islam, di atas semua kewajiban untuk mencintai, berbuat baik,
dan menghormati orang tua kita dan orang tua kita.Tentang Laotze dijelaskan.
Oleh karena itu Tao identik dengan jalan yang lurus dan dikaitkan dengan makna

16
Tauhid dalam ajaran Islam. Lembaga diakui keberadaannya, namun peran dan
kontribusinya belum sepenuhnya diapresiasi. Oleh karena itu, melalui keberadaan
lembaga pusat ini, perhatian dan kepedulian terhadap mualaf dapat ditingkatkan.
Kekhawatiran ini diabaikan oleh umat Islam, tidak hanya untuk mualaf Cina,
tetapi untuk mualaf pada umumnya. Bentuk kepeduliannya tidak terbatas pada
materi, tetapi meluas ke dukungan dan arahan untuk memperkuat Islam.
Tantangan Pengakuan Muslim Cina dan Non-Muslim

Tantangan Dakwah di kalangan Muslim Cina adalah untuk mengubah


kesalahpahaman dan citra negatif dari mualaf dan Muslim Cina. Muslim
Tionghoa perantauan umumnya dipandang rendah oleh kalangan mereka sendiri
karena mereka dianggap masuk Islam, yang menyebabkan melemahnya ekonomi.
Terlebih lagi, asumsi yang menyimpang ini diperparah dengan serangan teroris
yang dituduhkan kepada Islam.

Beberapa bentuk kesalahpahaman, seperti:

a) Rasa takut dan malu ketika pihak Cina mengaku sebagai Muslim, takut
dikucilkan dari keluarga, takut terputus dari jaringan keluarga. , dan takut
pemerintah iklim juga berkontribusi untuk ini.
b) Masih ada preferensi yang kuat untuk tanah leluhur.
c) Masih ada Muslim Tionghoa yang umumnya tidak mau atau enggan
bergabung dengan komunitas Islam.
3) Tantangan Organisasi Muslim Etnis Tionghoa

Pelaksanaan dakwah yang laksanakan oleh Persatuan Islam Tionghoa,Indonesia


(PITI) bagi etnis Tionghoa di Kota Makassar selama ini masih banyak terhambat
dengan beberapa faktor yaitu kurang adanya konsolidasi dan komunikasi antar
pengurus, minimnya sumber daya manusia (pelaku dakwah), minimnya dana yang
ada serta lemahnya manajemen pengorganisasian, kesibukan pengurus yang
begitu tinggi sehingga menyita perhatian dan waktunya dalam menjalankan
sebuah organisasi, di samping itu juga adanya perpindahan tempat tinggal oleh
pengurus.

17
4) Tantangan Sosialisasi/Komunikasi Dakwah
a) Sosialisasi yang efektif (jalur budaya, acara pernikahan, pertunjukan
barongsai, lagu islami dengan iringan musik Tionghoa) atas nama Muslim
Tionghoa
b) Tidak eksklusif, tetapi dapat bergabung dengan masyarakat umum atas
nama Muslim Tionghao
5) Keterbatasan Dana Dakwah

Masalah dana juga menjadi kendala dalam pengembangan dakwah serta


pembinaan muslim etnis Tionghoa, khususnya bagi mereka yang muallaf. Oleh
karena itu, diperlukan antara lain meningkatkan kemandirian dengan kemampuan
berwirausaha sehingga kondisi ekonomi dapat menopang kelangsungan
pengembangan dakwah di lingkungan muslim etnis Tionghoa, baik secara
perorangan (para muallaf) maupun bagi organisasi dapat membaik membaik.
Seorang bendahara PITI berkata: Oleh karena itu, ada harapan yang kuat agar
Muslim Tionghoa, khususnya yang tergabung dalam organisasi PITI, dapat
mentransfer atau menyumbangkan sebagian dari kekayaannya. Meskipun kecil,
hal itu dapat menciptakan rasa memiliki karena seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangan organisasi, sehingga menimbulkan memiliki rasa memiliki dan
dimiliki.

6) Lembaga dakwah

sering bergumul dengan masalah ekonomi dan termasuk lembaga yang


dipimpin oleh Muslim Tionghoa. Program jangka panjang membutuhkan kerja
sama dan komitmen berbagai organisasi untuk mendukung Muslim Tionghoa
perantauan. Dalam bentuk bantuan spiritual atau material. Umat Islam memiliki
kewajiban untuk membimbing dan membantu mereka menerima. Termasuk
dukungan materiil kepada mualaf dari berbagai lembaga zakat dan individu yang
tertarik dengan Dakwah Islam, seperti Institut Islam Tionghoa Indonesia (PITI).
Dana tersebut kemudian digunakan untuk mempromosikan dan memperkuat
ekonomi para mualaf. Selain itu, mualaf berhak atas persentase tertentu dari dana
zakat mereka. Oleh karena itu, bagi para mualaf Cina, dana tersebut dapat

18
dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian. Sumber pendanaan umumnya
termasuk, namun tidak terbatas pada: kontribusi (anggota, warga etnis), dan
sumbangan (Muslim/non-Muslim, organisasi, lembaga, individu). Krisis dan
Pembaruan Identitas

Di kalangan Tionghoa perantauan, umat Islam masih enggan atau bahkan


takut mengungkapkannya. Saya tidak ingin menekankan. “Saya baru masuk
Islam, apalagi waktu masih kecil. Kalau begitu, mungkin sajak, seperti lancar
membaca Al-Qur'an, membaca doa, dll. Dalam Islam, di sisi lain, peringkat
seorang Muslim diukur dengan tingkat keimanan dan ketakwaannya. Ahmad
David Muallaf berkata: Menurut Islam, semua manusia memiliki kedudukan yang
sama di hadapan Tuhan. Tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, Cina,
pekerja, dll.

7) Sedikitnya Dukungan Pemerintah

Komunitas Muslim Tionghoa di Kota Makassar sangat membutuhkan


dukungan dari pemerintah, khususnya pemerintah daerah Kota Makassar. Namun,
dia tampaknya hanya memberi setengah perhatian pada komunitas Muslim
Tionghoa perantauan. Kita tidak boleh lupa bahwa Muslim Cina adalah minoritas.
Bahkan minoritas di dalam etnis minoritas Tionghoa yang kebetulan non-Muslim,
jika ini terjadi, maka keberadaan etnis Tionghoa Muslim akan terancam dan
terlebih lagi jika mereka tidak terpinggirkan. Dan harus diberdayakan sebagai
warga negara, mereka adalah Muslim masyarakat. Pada umumnya banyak
masyarakat Tionghoa perantauan yang terabaikan, terpinggirkan, bahkan
didiskriminasi, seperti dianggap kurang loyal kepada negara.

Kebijakan penting lainnya yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah


memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara Indonesia,
khususnya Tionghoa perantauan yang beragama Islam, tidak hanya di bidang
ekonomi, tetapi di segala bidang. Berkeras. Tetapi kami juga berusaha untuk
mendukung negara bagian jika memungkinkan di wilayah lain.

19
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data tentang dakwah terhadap
muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar, maka dapat ditarik kesimpulan, yaitu
sebagai berikut:

1. Muslim etnis Tionghoa yang ada di kota Makassar umumnya adalah


muallaf. Sebelum meyakini Islam sebagai agama, mereka meyakini ajaran
agama yang bervariasi, yaitu Nasrani, Konghucu, Budha dan lain-lain.
Masuknya masyarakat etnis Tionghoa ke dalam Islam memiliki latar
belakang yang yang juga berbeda-beda dan bahkan membutuhkan waktu
yang panjang. Pada umumnya etnis Tionghoa yang Muslim di Kota
Makassar bukan karena asal usulnya. Tetapi lebih disebabkan masuk Islam
karena beberapa faktor, seperti: keturunan, pergaulan, pernikahan,
panggilan hati (hidayah) dan studi atau pengkajian. Jika Jumlah muslim
etnis Tionghoa di Sulawesi Selatan yang tercatat dalam data Persatuan
Islam Tionghoa Islam (PITI) sekitar 1000 orang, dan diperkirakan sekitar
1500 orang termasuk yang tidak tercatat dapat menunjukkan eksistensinya.
maka Khusus untuk Kota Makassar sendiri, muslim etnis Tionghoa yang
terdeteksi, dapat menjadi anggota yang aktif dalam organisasi muslim
Tionghoa, yaitu Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), bahkan dapat
berperan aktif dalam pengembangan dakwah terhadap etnis Tionghoa di
Kota Makassar.
2. Aktifitas dakwah terhadap muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar
merupakan sebuah dinamika dakwah yang mengalami berbagai macam
problematika dakwah yang sifatnya spesifik, baik bagi da’i, materi,
metode, sarana, maupun mad’u. Dakwah terhadap Muslim Etnis Tionghoa

20
di Kota Makassar, meliputi: (a) apabila aktifitas dakwah melalui unsur-
unsur dakwah dengan pertimbangan budaya dan agama yang berhubungan
dengan da’i, materi, metode, media dan mad’u, serta berbagai unsur yang
terlibat dalam interaksi keberlangsungan dakwah terhadap etnis Tionghoa
di Kota Makassar. maka dakwah terhadap etnis Tionghoa dapat dikajian
secara objektif dengan menggunakan konsep al-Qur’an dan as-Sunnah. (b)
jika strategi dakwah terhadap etnis muslim Tionghoa di Kota Makassar
direncanakan secara matang, bijak dan rasional tentang fenomena-
fenomena sosiologis maupun antropologis yang religius, maka tujuan
dakwah dapat terlaksana sesuai perencanaan dan target yang hendak
dicapai. selanjutnya jika metode yang digunakan berorientasi pada
pemberdayaan umat bidang sosial dan ekonomi. Maka amal usaha muslim
etnis Tionghoa di Kota Makassar, baik secara individu maupun organisasi
dapat sejajar dengan etnis Tionghoa pada umumnya.
3. Adapun Peluang dan tantangan dakwah terhadap muslim etnis Tionghoa di
Kota Makassar dapat dilihat antara lain: pertama, peluang; apabila
keluarga Tionghoa sudah terbuka dengan Islam. Maka dengan menjadi
muslim, seseorang (etnis Tionghoa) akan menjadi lebih mudah diterima
dalam kehidupan bermasyarakat. Kemudian apabila kebijakan pemerintah
terhadap etnis Tionghoa semakin longgar dalam segala bidang, maka
muslim etnis akan semakin eksis dalam pembinaan persatuan Islam
Tionghoa Indonesia (PITI) di Kota Makassar. Kedua, tantangan, yaitu: jika
tantangan di lingkungan keluarga, tantangan pembinaan para muallaf,
Tantangan Mengenai Persepsi Muslim Etnis Tionghoa dan Tionghoa non-
muslim, tantangan organisasi muslim Etnis Tionghoa, keterbatasan dana
dakwah, krisis identitas dan regenerasi, dan rendahnya dukungan
pemerintah dapat diminimalisir. Maka, dengan adanya program yang
terpadu mengenai dakwah di kalangan etnik Tionghoa, yang benar-benar
dapat diarahkan ke masyarakat muslim etnis Tionghoa berdasarkan
strategi dan metode dakwah sesuai dengan keadaan lapangan yang digarap
dalam pelaksanaan dakwah dapat diatasi. Oleh sebab itu diperlukan

21
pendekatan-pendekatan yang tepat guna yang mampu mengatasi masalah
dakwah di kalangan muslim etnis Tionghoa yang minoritas di Kota
Makassar. Konsep dakwah yang dimaksudkan adalah dakwah minoritas
(al-da’wah al-aqaliyyah)

22

Anda mungkin juga menyukai