Anda di halaman 1dari 5

Secara sederhana dapat dipahami bahwa metode dakwah merupakan cara yang

dipakai dalam menyampaikan dakwah, sehingga sasaran dakwah dapat mengetahui,


memahami dan meyakini terhadap materi yang disampaikan. Sehingga tujuan dakwah dapat
tercapai dengan baik.

Terhadap pentingnya sebuah metode dakwah tersebut menurut Sulaiman Gozalam,


bahwa aktifitas dakwah di kalangan muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar masih sangat
sederhana, dan terkesan monoton. Oleh karena itu, diperlukan penerapan metode dakwah
yang lebih maksimal, tidak hanya sebatas sebagai rutinitas tanpa adanya perubahan ke arah
yang lebih baik.

Pada dasarnya, metode yang diterapkan oleh para pelaku dakwah bagi masyarakat muslim
etnis Tionghoa adalah sebagai berikut:

a. Metode ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan maksud untuk
menyampaikan keterangan, petunjuk, pengertian dan penjelasan tentang sesuatu
kepada pendengar dengan menggunakan lisan. Secara umum metode yang digunakan
bagi masyarakat muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar adalah metode ceramah
(muhadarah).
Menurut Badaruddin, bahwa:
“Dakwah yang dilakukan selama ini adalah dengan ceramah. Biasanya ketika
dilakukan pengajian mingguan ataupun bulanan. Baik itu pengajian organisasi
maupun pengajian majelis taklim.”
b. Metode diskusi dan tanya jawab.
Selain metode ceramah, terkadang juga dilakukan diskusi dan tanya jawab.
Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran (gagasan, pendapat) antara
sejumlah orang untuk membahas suatu masalah-masalah tertentu untuk memperoleh
kebenaran. Melalui metode ini, para da’I dapat mengembangkan kualitas pengetahuan
agama para peserta, dan dapat memperluas wawasan tentang materi-materi ceramah.
Adapun diskusi dilakukan dalam kegiatan dakwah muslim etnis Tionghoa di Kota
Makassar adalah seperti yang kemukakan oleh Sulaiman Gozalam, yaitu bahwa:
“Sebagaimana jadwal pengajian yang disusun oleh pengurus PITI bidang Dakwah,
terdapat pengajian dengan menguraikan isi kitab tertentu (biasanya kitab-kitab hadis.
Maka, dalam penyajian materi sering terjadi diskusi antara pemateri dan para jama’ah.
Terkadang peserta mencocokkan antara hasil bacaannya dengan penjelasan pak ustadz
(yang menjelas kan kitab hadis tersebut.”
Kemudian, metode tanya jawab merupakan metode yang dilakukan dengan
menggunakan Tanya jawab untuk mengetahui sampai sejauh mana ingatan atau
pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi dakwah. Badaruddin
menambahkan:
“Metode tanya jawab ini digunakan sebagai cara yang dilakukan ketika ada ceramah
yang diampaikan pak ustaz, dan materinya kurang dimengerti. Jadi, ini sifatnya
memperjelas materi ceramah yang belum jelas.”
c. Metode dakwah dengan karya nyata
Metode dakwah ini merupakan metode dakwah dalam bentuk alam kongkrit,
kerja nyata dan upaya-upaya positif yang dilakukan untuk mengubah kondisi umat
menuju kondisi yang baik sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasulnya. Adapun
kegiatan yang dilakukan oleh komunitas muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar
adalah:
1. Bakti sosial
2. Memberikan Santunan kepada fakir miskin
3. Penyaluran daging kurban
Menurut H. John Adam, bahwa:
“Bakti sosial biasanya dilakukan terkait dengan adanya bencana, seperti peduli
sesama korban banjir, dan korban kebakaran. Selain itu, juga dilakukan pemberian
santunan kepada fakir miskin, baik dalam bentuk infaq maupun shadaqah dan zakat.
Kemudian, penyaluran daging kurban biasanya dilakukan di beberapa tempat yang
ada di wilayah Kota Makassar, khususnya di panti-panti asuhan
Sebagai pengurus organisasi PITI, H. John Adam memahami secara baik
bagaimana kegiatan dakwah yang dilakukan oleh muslim Tionghoa, baik secara
internal maupun eksternal komunitas mereka. Namun, tidak dapat dipungkiri
terdapatnya kelemahan dan kekurangan dalam proses pelaksanaan kegiatan dakwah
tersebut. Oleh karena itu, selain melaksanakan dakwah sebagai bahagian dari program
kerja secara rutin, tetapi juga harus memperhatikan efektifitas kegiatan tersebut.
Sedangkan media dakwah dapat diartikan segala perlengkapan yang
diperlukan untuk terlaksananya dakwah Islam baik media, alat material maupun alat
immaterial.
Media dakwah yang diterapkan bagi muslim etnis Tionghoa relevan dengan
bentuk-bentuk penyampaian dakwah yang ditawarkan oleh Hamzah Ya’kub yaitu
media lisan, tulisan, lukisan audio visual dan akhlak (keteladanan). Sedangkan
Asmuni Syukir membagi media antara lain: lembaga-lembaga pendidikan formal,
lingkungan keluarga, organisasi-organisasi Islam, hari-hari besar Islam, media massa
dan seni budaya.
Sehubungan dengan hal tersebut dakwah di kalangan muslim etnis Tionghoa
di Kota Makassar secara umum menggunakan media sebagai berikut:
a. Media Massa
Kegiatan dakwah di kalangan muslim etnis Tionghoa tidak lepas dari media massa
dalam mengaplikasikan pesan dakwahnya. Media masa yang dimaksud adalah
media elektronik maupun media cetak. Seperti menggunakan Radio, Televisi,
Surat Kabar (Koran), majalah, dan bulletin.
Bagi muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar, media yang paling sering
digunakan dalam menyampaikan pesan dakwahnya adalah media surat kabar.
Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh muslim etnis Tionghoa di Kota Makassar,
misalnya semangat membangun masjid dipublikasikan, kegiatan amal sosial,
pengajian rutin, dan perayaan hari besar Islam. Bahkan ketika menjelang dan pada
bulan Ramadhan. Pemanfaatan media melalui surat kabar menjadi strategi dakwah
muslim etnis Tionghoa. Baik untuk memperkenalkan eksistensi muslim etnis
Tionghoa bagi seluruh umat Islam di Kota Makassar, maupun bagi mereka yang
notabene adalah Etnis Tionghoa yang non-muslim.
b. Lingkungan keluarga.
Bagi muslim etnis Tionghoa, mereka juga memahami bahwa keluarga merupakan
unit terkecil di masyarakat oleh karenanya sangat efektif bila dijadikan media
dakwah, selain itu keluarga mempunyai ikatan yang kuat. Bila ikatan keluarga
dijiwai oleh semangat ajaran Islam, maka akidah dan amaliyahnya akan semakin
kuat serta dakwah dalam keluarga akan selalu berjalan dengan baik bahkan dapat
memberikan pengaruhi terhadap keluarga yang lain. Ketika keluarga tentram dan
pengamalan ajaran agamanya tinggi maka dalam kehidupan masyarakatpun akan
berjalan dengan baik dan terwujud ketentraman. Mereka sangat memperhatikan
peranan keluarga sebagai media dakwahnya, menurut mereka lingkungan keluarga
sangat efektif untuk kegiatan dakwah. Seperti melakukan silaturahmi dan privat
keagamaan.
Media lingkungan keluarga, karena muslim Tionghoa dalam menggunakan media
keluarga sebagai media dakwah ini dilakukan melalui seperti privat keagamaan,
bimbingan baca tulis al-Qur’an, pengajian dan silaturrahim dan konsultasi kepada
ulama atau tokoh agama.
c. Media lembaga Komunitas,
yaitu penggunaan sarana organisasi komunitas muslim etnis Tionghoa, yaitu
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dengan program-program yang
berhubungan dengan kegiatan dakwah, misalnya dengan melakukan pertemuan
langsung antara mubalig dengan jama’ah muslim etnis Tionghoa melalui berbagai
bentuk pertemuan seperti, pengajian-pengajian pada majelis taklim, peringatan
hari besar Islam, dan peringatan hari raya Imlek
d.
Menurut peneliti pada dasarnya muslim etnis Tionghoa dan para da’i telah
menyadari akan pentingnya media massa dalam melakukan dakwah, karena informasi
menjadi tulang punggung kehidupan artinya informasi sudah menjadi kebutuhan
hidup masyarakat setiap hari baik kebutuhan ekonomi, politik maupun pesan-pesan
agama. Oleh karena itu, penggunaan media dalam dakwah sangat relevan. Betapa
pentingnya media dakwah mengingat hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan
mengajak manusia untuk mengikuti (menjalankan) ideologi (pengajak)-nya.
Sedangkan pengajak (da’i) sudah barang tentu memiliki tujuan yang akan dicapai.
Maka dalam proses dakwah tersebut agar dapat tercapai tujuan yang efektif dan
efisien, para pelaku dakwah harus mengorganisir komponen-komponen (unsur)
dakwah secara baik dan tepat, salah satu komponennya adalah media dakwah.
Dalam penggunaan media dakwah melalui media elektronik maupun cetak di
kalangan muslim etnis Tionghoa kurang maksimal. Faktor tersebut dapat dilihat dari
rendahnya penggunaan dan ketidak keseriusan untuk menggunakan media elektronik
dan media cetak. Berdasarkan pengamatan peneliti, dalam hal ini penggunaan media
tersebut hanya sifatnya menyesuaikan dan menunggu kesempatan dan waktu yang
ada. Diantaranya jika ada permintaan kegiatan dakwah di Radio atau Televisi,
kemudian dalam penerbitan buletin atau majalah juga menunggu kalau ada
permintaan. Apalagi sejauh ini muslim etnis Tionghoa, atau bahkan DPD PITI Kota
Makassar belum banyak membuat dan menerbitkan namun menunggu kalau ada event
tertentu atau kalau ada yang mengajak dari pihak lain, sehingga untuk penggunaan
media massa kurang maksimal.
Selain media tersebut di atas, kegiatan dakwah di kalangan muslim etnis
Tionghoa juga memanfaatkan lembaga-lembaga yang ada sebagai media dakwah,
yaitu sebagai berikut:
1. Lembaga pendidikan
a. Secara formal, Bagi pelajar dan mahasiswa muslim etnis Tionghoa, mereka
memperoleh Pendidikan agama di sekolah atau diperguruan tinggi, di mana
mereka menempuh pendidikan
b. Kemudian, bagi muslim etnis Tionghoa juga mengembangkan pemehaman
keagamaan (ajaran Islam), melalui kegiatan Majelis Taklim.
c. Selain itu, terdapat bimbingan khusus bagi mereka yang baru memeluk agama
Islam (muallaf), yaitu sebagai berikut:
i. Bimbingan baca tulis al-Qur’an
Bimbingan baca tulis al-Qur’an adalah bagi mereka yang belajar mulai
mengenal huruf sampai bimbingan tadarrus.
ii. Bimbingan shalat
Selain bimbingan baca tulis al-Qur’an, mereka juga diajarkan tentang
tata cara, bacaan serta do’a-do’a shalat
iii. Bimbingan agama (keislaman)
Untuk memperdalam pemahaman mereka tentang ajaran Islam, maka
mereka diberikan bimbingan keagamaan.
2. Lembaga Dakwah
Lembaga dakwah merupakan wadah yang digunakan dalam rangka pelaksanaan
kegiatan dakwah. Adapun lembaga dakwah bagi muslim Tionghoa di Kota
Makassar adalah sebagai berikut:
a. Organisasi Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
Pendirian PITI Sulawesi Selatan adalah atas inisiatif dan gagasan warga
Keturunan Tionghoa muslim bernama Faizal Thung, sehingga beliau juga
sering disebut sebagai Perintis Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI)
Sulsel pertama.
3. Masjid Selain sebagai tempat ibadah shalat, masjid juga merupakan sarana atau
tempat melaksanakan ibadah lainnya seperti kegiatan dakwah, pendidikan atau
bimbingan keislaman. Bagi muslim Tionghoa di Kota Makassar dan sekitarnya
(khususnya Kabupaten Gowa), keberadaan masjid merupakan salah satu agenda
terbesar dalam rangka memaksimalkan kegiatan keagamaan (keislaman),
termasuk untuk pembinaan para muallaf etnis Tionghoa.

Anda mungkin juga menyukai