“FENOMENA-FENOMENA DAKWAH”
Dosen pengampu:
Disusun Oleh:
Nadhira Adelia
(50200123098)
TAHUN 2023/2024
A. Pengertian Fenomena Dakwah
alam kehidupan di tengah masyarakat, sering kali dakwah diartikan hanya seperti dalam hadis
(al-Bukhari, t.t.: VII: 149), ulama sebagai pendakwah menyampaikan pesanya di hadapan khalayak.
Akhirnya, dakwah dipahami sebagai tugas ulama semata. Bentuk dakwah hanya ceramah agama, dan
mitra dakwah selalu terdiri dari banyak orang. Pemahaman yang tidak tepat ini telah diterima secara
umum oleh masyarakat, sehingga perlu dikemukakan beberapa fenomena dakwah yang lain.
Pada rentang waktu yang panjang, dakwah merupakan fenomena agama dan sosial, yang sama
tuanya dengan agama Islam. Dakwah juga merupakan suatu yang tanpa akhir (on going proses). Antara
dakwah dan Islam terjadi hubungan dialektis, Islam tersebar karena dakwah, dan dakwah dilakukan atas
dasar tuntunan ajaran Islam. Setidaknya ada dua hal yang penting dalam hal ini. Pertama, adanya
kebenaran yaitu pesan-pesan nilai hidup dan kehidupan yang selayaknya dimengerti dan diterima, serta
dijadikan dasar kehidupan oleh segenap manusia. Kedua, adanya keterbukaan, yaitu proses
penyerahterimaan dan pengamalan pesan antara da’i dan mad’u hendaknya terjadi secara manusiawi,
berdasarkan atas rasionalitas tertentu, dan tanpa paksaan. Oleh karena itu perjalanan dakwah bukan
hanya perjalanan yang damai tetapi juga dinamis dan harmonis,
"Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat)
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung."
Sebagai wujud kedinamisan itu, dalam proses yang di tempuhnya, dakwah memiliki kekayaan
nuansa. Hal itu karena dakwah harus berhadapan dengan dinamika kehidupan manusia di manapun
berada. Oleh karena itu, dakwah ”dituntut” mengalami dinamika secara internal, yang dalam prosesnya
terjadi “tarik-ulur” antara dakwah dengan kondisi masyarakat. Antara “merekayasa” kondisi masyarakat
dan “direkayasa” oleh masyarkat yang di “ciptakannya”.
Perjalanan dakwah, awalnya diperitahkan, dilaksanakan, dan disebarluaskan. Dakwah kemudian disadari
sebagai kebutuhan, karena searah dengan manfaat dan kegunaan serta penyelamatan. Berikutnya,
dakwah pun jadi aktivitas disetiap tempat dan waktu tertentu, menghadapi berbagai situasi, kondisi, dan
tantangan zaman. Dakwah Islam pada dasarnya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad saw, namun
bentuk dan cara penyampaiannya berlainan, yakni disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat
sekitar. Dakwah dapat dilaksanakan dengan berbagai metode, seperti: ceramah, diskusi, tanya jawab,
keteladanan serta dapat pula dilaksanakan dengan berbagai media, seperti: seni ketoprak, seni ludruk,
seni wayang, seni teater dan lain-lain.Dengan demikian bagi juru dakwah untuk mempermudah
menyampaikan dakwah dan juga agar mudah dipahami oleh sasaran dakwah, maka sebaiknya dakwah
dilakukan dengan menggunakan media yang sudah ada. Hal ini untuk menyesuaikan keadaan
masyarakat yang tidak sama, dimana satu sisi sudah maju dan di sisi lain masih ketinggalan. Oleh karena
itu dalam berdakwah walaupun menggunakan media modern, setidaknya tidak menghilangkan media
tradisional yang masih dapat digunakan dengan baik.
B. Jenis-Jenis Fenomena Dakwah
1. Fenomena dakwah dimasa kini
Mungkin banyak orang, wacana, atau tulisan yang membahas tentang kondisi moralitas
masyarakat saat ini dari berbagai aspek dan realita di lapangan. Sebagian besar, tema tulisan adalah
mengangkat tentang bagaimana bobroknya moralitas masyarakat, khususnya kawula muda, di tengah-
tengah globalisasi atau modernitas seperti saat ini. Ntah itu pergaulan bebas, narkoba, hamil di luar
nikah (married by accident), dsb. Dalam hal ini, sebenarnya media massa mainstream atau sosial media
juga berperan dalam mengonstruksi realita sosial di tengah-tengah masyarakat, dengan membangun
wacana secara kontinyu tentang kondisi remaja saat ini. Apa yang sepintas diwacanakan publik di media
sosial dan publik, memang seakan-akan ada kondisi yang gawat darurat pada generasi muda Indonesia
saat ini.
Untuk Mempertahankan Ke-Islaman Dari Zaman Rasulullah Ke Zaman Yang Modern Ini Umat
Muslim Harus Memiliki Pemikiran Yang Dan Pengetahuan Luas. Maka, Ada Empat Pola Pikir Yang
Memengaruhi Fenomena Islam Dimasa Kini, Yakni:
Pertama, Pemikiran Liberalis Dengan Membuka Pemikiran Seluas Luasnya Dalam Menerapkan
Islam Di Kehidupan Sosial Kontenporer Ini.
Kedua, Pemikiran Nasional Yakni Menanamkan Bahwa Agama Islam Adalah Agama
Yang Rahmatan Lil’alamin, Dimana Islam Bisa Berbaur Dengan Kebudayaan Setempat Tanpa
Merubah Aqidah Dan Syari’at Islam.
Ketiga, Pemikiran Apologis Yakni Keinginan Mempertahankan Keislaman Dalam Kebenaeran
Yang Normatif Dan Berkiblat Pada Hal Yang Sudah Baku, Dan Bila Ada Penyimpangan Baik Dalam
Bentuk Apapun Harus Diakhiri.
Keempat, Pemikiran Dinamis Yakni Membuat Pijakan Atau Pondasi Yang Kuat Dalam Pergerakan
Agama Islam Yang Benar, Dengan Tingkat Ketaatan Yang Tinggi.
Seiring Berkembangnya Teknologi Dan Ilmu Pengetahuan, Maka Lebih Mudah Bagi Seseorang Untuk
Mencari Informasi Melalui Perkembangan Teknologi Dan Berkembangnya Pola Pikir Manusia. Maka
Harus Lebih Berhati Hati Pula Dalam Menyerap Informasi Yang Sudah Di Dapat. Terutama Hal Yang
Berkaitan Dengan Ke-Agamaan.Karena Banyak Sekali Orang Diluar Sana Yang Menyalahgunakan ‘Agama’
Dengan Memperalat Para Pemuda Pemudi Islam Yang Sedang Belajar Pendalaman Islam. Sebagai Umat
Islam Yang Cerdas Dan Ber-Akhlaqul Karimah, Hendaknya Kita Harus Menggali Sumber Informasi Yang
Kita Dapat, Apakah Ajaran Tersebut Baik Untuk Diri Kita Sendiri Maupun Orang Lain.
Sudah Banyak Kasus Yang Bertebaran Di Masyarakat Bahwa Banyak Orang Yang Mengaku Dirinya
Sebagai Seorang Ulama’ Lalu Mengatas Namakan Agama, Namun Ternyata Apa Yang Dikatakan Adalah
Doktrin-Doktrin Negatif Yang Dibalut Lembut Oleh Syari’at Agama Dan Sasaran-Sasaran Yang Difokuskan
Diarahkan Kepada Pemuda Pemudi Muslim Yang Baru Belajar Agama Islam. Oleh Karena Itu, Mari
Menjadi Pemuda Pemudi Islam Yang Rahmatan Lil’alamin Dan Melahirkan Kondisi Yang Damai Begi
Seluruh Umat Manusia Di Muka Bumi Ini.
2. Fenomena dakwah dimedia sosia
Salah satu faktor yang mendorong terciptanya trend hijrah di tengah-tengah masyarakat,
khususnya kawula muda, adalah dengan adanya dakwah di media-media sosial. Jika dulu
dakwah sering ditemukan di mesjid-mesjid atau ruang publik lainnya, maka kini beriringan
dengan perkembangan teknologi komunikasi dan sosial media, teknik dakwah pun mulai
berkembang masuk ke ranah media-media sosial.
Saat ini, banyak muncul forum kajian-kajian islami ustad-ustad pendatang muda yang
menerapkan metode dakwah kekinian di media-media sosial. Jenis dakwah kekinian ini
cenderung meletakkan perhatiannya pada kalangan generasi muda yang melek dengan
teknologi, khususnya media-media sosial. Dakwah metode ini sangat penting, terutama ketika
metode dakwah konvensional dianggap tidak lagi efektif diterapkan untuk menjangkau
kalangan muda yang punya berbagai background berbeda. Metode dakwah kekinian,
dipandang lebih mampu menjangkau para generasi muda dengan strategi pendekatan yang
menarik, unik, kreatif, dan persuasif. Tipikal pendakwah yang menggunakan ikon pop
culture seperti media sosial Youtube, Instagram, Facebook, Twitter, dsb ini cenderung lebih
mampu menggaet massanya secara lebih luas daripada pendakwah konvensional yang hanya
berpaku di mesjid atau forum publik lainnya di dunia nyata. Penggunaan media sosial
merupakan pemecah masalah eksistensi bagi pendakwah, terutama para pendatang baru.
Media sosial jenis ini merupakan gambaran kepopuleran budaya masa kini masyarakat generasi
Z, yang sudah melek media dan bergantung pada internet sebagai bahan pencarian berbagai
informasi. Media jenis ini dianggap lebih punya pengaruh besar terhadap pembetukan pola
pikir dan perilaku masyarakat generasi Z ini.
Di sisi lain, untuk menjangkau jamaah khusus kawula muda, juga ada beberapa ustad
muda yang mulai populer sebagai figur inspiratif karena menerapkan metode dakwah kekinian
ini. Diantaranya adalah Hannan Attaki, Muzammil Hasballah, Evie Effendi dan Salim A Fillah.
Ustad-ustad muda ini punya jumlah fans dan follower yang lumayan banyak, terutama kalangan
perempuan. Memang metode dakwahnya digemari kalangan muda karena konten dakwah yang
sifatnya yang persuasif dan tidak menghakimi, ditambah dengan penampilan mereka yang tidak
seperti para ustad pada umumnya yang sering menggunakan sarung, koko dan peci. Mereka
lebih memilih berpenampilan seperti gaya khas anak-anak muda, dengan memakai kemeja,
jeans, bahkan kupluk. Sehingga dengan demikian, anak-anak muda yang ingin mendalami
agama lebih mudah menerima ustad kekinian ini karena dianggap "sama" dengan mereka.
3. Fenomena Dakwah Masyarakat Modern
Dakwah Islam di era modern memiliki dua tantangan. Pertama adalah tantangan
keilmuan dakwah yang hingga sekarang belum tampak perkembangannya yang
menggembirakan. Kedua, problem atau tantangan praksis dakwah. Ilmu dakwah tampak
stagnan dalam tataran pengembangan keilmuannya. Jika mengacu pada dimensi
pengembangan keilmuan tersebut pada tulisan-tulisan ilmu dakwah yang sangat menonjol,
maka rasanya tidak kita jumpai karya akademis outstanding tentang dakwah tersebut.
Banyaknya buku atau jurnal yang di dalamnya menjadi instrumen bagi pengembangan ilmu
dakwah maka tentu akan menjadi ajang bagi pengembangan ilmu dakwah tersebut. Masyarakat
modern memiliki ciri-ciri :
Fenomena lain yang muncul adalah adanya kendala dihadapi oleh para penyeru dakwah
adalah dewasa ini sedang berhadapan dengan manusia yang memiliki multi budaya, beraneka
ragam suku, pekerjaan dan profesi yang serba professional dan bahkan menghadapi manusia-
manusia kontemporer dan mutaakhir. Isu-isu kontemporer mulai meramba kehidupan manusia,
baik di perkotaan maupun di pedesaan sudah memasuki seluruh sendi-sendi kehidupannya tak
terkecuali umat Islam. Pengaruh kehidupan modern mendorong umat Islam semakin gencar
mengikuti arus perubahan itu, baik orang tua maupun remaja dan anak-anak. Isu-isu tersebut
juga telah memasuki system dakwah yang sedang dikembangkan oleh para dai dan ilmuan
dakwah di Indonesia.