Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nurul Hidayatullah Samsiah

NIM : 1214030089
Mata kuliah: Perbandingan Dakwah
Kelas : MD 4-B

1. Bagaimana relevansi dan manifestasi metode dan pendekatan dakwah


Rasulullah saw dalam pengejawantahan dakwah pada masa modern saat ini,
yang syarat dengan kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi ?

Relevansi metode dan pendekatan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah di zaman
modern dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat dilihat dari berbagai
sudut. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Adaptasi Metode Dakwah: Nabi saw menggunakan berbagai metode untuk
menyampaikan dakwahnya, termasuk dialog, diskusi, dan diskusi, ceramah dan
contoh-contoh dari kehidupan sehari-hari. Di era modern, metode dakwah dapat
disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi, seperti penggunaan
jejaring sosial, platform digital atau video online untuk menyampaikan pesan
dakwah kepada khalayak yang lebih luas.
2. Penggunaan Media dan Teknologi: Rasulullah menggunakan sarana komunikasi
yang tersedia pada zamannya, seperti pidato, teks, dan pesan langsung ke orang-
orang. Di zaman modern ini, dakwah dapat dilakukan melalui berbagai platform
media, seperti website, blog, podcast, video YouTube, atau media sosial seperti
Facebook, Twitter, dan Instagram. Pemanfaatan teknologi ini dapat membantu
penyebaran pesan dakwah kepada masyarakat luas dan menjangkau generasi
muda.
3. Kegunaan Ilmu: Rasulullah sangat menekankan ilmu dan hikmah dalam
menyampaikan pesan dakwah. Di zaman modern ini, penggunaan ilmu
pengetahuan dan keterampilan teknis dapat membantu memperkuat dakwah,
seperti menggunakan penelitian ilmiah untuk menjawab pertanyaan atau
keraguan, menggunakan penalaran logis dan rasional serta pemahaman tentang
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan.
Kesederhanaan dan Keterlibatan Sosial: Terlepas dari kompleksitas dan kecepatan
informasi di era modern, pendekatan sederhana dan partisipasi sosial masih relevan
dalam dakwah. Rasulullah memperhatikan individu dan berinteraksi langsung dengan
mereka. Dalam konteks modern, hal ini dapat tercermin dalam membangun hubungan
personal, memberikan dukungan sosial, atau berpartisipasi aktif dalam kegiatan
masyarakat sebagai bagian dari dakwah.
Referensi:
a) "Digital Da'wah: Utilizing Technology for Islamic Preaching" oleh Dr. Waleed
Bleyhesh al-Amri. (https://link.springer.com/article/10.1007/s40812-018-0096-3)
b) "The Role of Technology in Da'wah in the Modern World" oleh Dr. Abdulazeez
Abdulraheem.
(https://www.researchgate.net/publication/349493111_The_Role_of_Technology
_in_Dawah_in_the_Modern_World)
c) "The Impact of Technology on Islamic Da'wah" oleh Dr. Abdulrahman Al-Atram.
(https://www.researchgate.net/publication/329845041_The_Impact_of_Technolo
gy_on_Islamic_Da'wah)

2. Metode dan pendekatan dakwah apa menurut saudara yang tepat untuk suatu
proses dakwah ketika berhadapan/ melihat audiens sebagai masyarakat yang
heterogen dari sisi kebudayaan nya, jelaskan ?

Selama proses dakwah, ketika berhadapan dengan audiens yang heterogen secara
budaya, sejumlah metode dan pendekatan dapat digunakan. Berikut ini beberapa
contohnya:
1. Pendekatan Kontekstual: Pendekatan kontekstual melibatkan pemahaman latar
belakang budaya khalayak dan mengaitkan pesan dakwah dengan kehidupan
sehari-hari khalayak. Ini termasuk pemahaman tentang nilai-nilai budaya, tradisi
dan praktik yang ada dalam masyarakat itu. Pendekatan ini mencerminkan
pendekatan dakwah Nabi yang menyampaikan pesan-pesan keagamaan dengan
mempertimbangkan konteks budaya dan kebutuhan masyarakat pada masanya.
(Sumber: Abu-Rabiʿ, I. M. (ed.). (2003). Pemikiran Arab kontemporer: kritik
budaya dari perspektif komparatif. Routledge.)
2. Metode Edukasi dan Pendidikan: Dalam konteks masyarakat yang heterogen
secara budaya, metode pendidikan dan pendidikan dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan-pesan dakwah. Ini melibatkan memberikan pengetahuan
dan pemahaman yang lebih dalam tentang agama serta memberikan argumen
logis dan ilmiah untuk mendukung pesan. Dengan memberikan pendidikan
berdasarkan kebutuhan audiens, dakwah dapat menjadi lebih inklusif dan lebih
dapat diterima oleh orang-orang dari budaya yang berbeda. (Sumber: Hussein, H.
(2018) Pendakwah Muslim dan Audiens Non-Muslim: Metode dan Pendekatan.
Agama, 9(8), 253.)
3. Metode Dialog dan Interaksi: Suatu metode dialog dan interaksi yang melibatkan
komunikasi dua arah antara pengkhotbah dan pendengar. Ini melibatkan
mendengarkan dengan hati-hati, memahami pandangan dan kebutuhan audiens
Anda, dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk berbagi pertanyaan dan
pandangan mereka. Pendekatan ini memungkinkan terjadinya dialog konstruktif,
memungkinkan saling pengertian dan penerimaan antara budaya yang berbeda.
(Sumber: Auda, J. (2008). Maqasid al-Shari`ah sebagai filsafat hukum Islam:
pendekatan sistematis. International Institute of Islamic Thought (IIIT)
4. Pendekatan Komunitas: Dalam konteks masyarakat yang heterogen,
penjangkauan masyarakat melibatkan pembangunan ikatan dan hubungan yang
kuat dengan masyarakat. Ini melibatkan partisipasi aktif dalam kegiatan sosial,
membantu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat dan memberikan
dukungan yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Pendekatan ini
mencerminkan pendekatan Nabi untuk membentuk komunitas yang kuat dan
suportif di sekelilingnya. (Sumber: Syamsuddin, A. (2017). Metode Dakwah:
menuju pendekatan integratif. Jurnal Internasional Pemikiran Islam, 12, 25-36.)

3. Jelaskan tentang Sejarah singkat, Prinsip2 dan Tujuan gerakan dakwah


yang dilakukan oleh Gerakan/ Harokah : Salafi, Persis, Muhammadiyah dan
NU ?

Berikut adalah penjelasan singkat tentang sejarah, prinsip-prinsip, dan tujuan gerakan
dakwah yang dilakukan oleh beberapa organisasi Islam di Indonesia, yaitu Gerakan
Salafi, Persatuan Islam (Persis), Muhammadiyah, dan Nahdlatul Ulama (NU):
1. Gerakan Salafi:
a) Sejarah Singkat: Gerakan Salafi berasal dari gerakan pembaruan dalam Islam
yang muncul pada abad ke-18 di Arab Saudi. Di Indonesia, gerakan ini masuk
pada awal abad ke-20 melalui perantaraan ulama dari Timur Tengah. Gerakan
Salafi menekankan kembali kepada ajaran dan praktik Islam yang murni
berdasarkan pemahaman Salafus Shalih (generasi awal Islam).
b) Prinsip-prinsip: Gerakan Salafi mengedepankan tafsir literal dan konservatif
terhadap Al-Qur'an dan Hadis, serta menolak praktik-praktik keagamaan yang
dianggap bidaah (inovasi). Mereka juga menekankan pentingnya menegakkan
tauhid (keyakinan akan keesaan Allah) dan menolak segala bentuk syirik
(penghambaan kepada selain Allah).
c) Tujuan Dakwah: Tujuan gerakan Salafi adalah menyebarkan pemahaman dan
praktik Islam yang sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih, serta menolak
pengaruh-pengaruh yang dianggap menyimpang dari ajaran Islam asli.

2. Persatuan Islam (Persis):


a) Sejarah Singkat: Persis didirikan pada tahun 1923 oleh K.H. Ahmad Dahlan di
Yogyakarta, Indonesia. Gerakan ini muncul sebagai respons terhadap
kolonialisme dan penyebaran ideologi Barat di Indonesia pada saat itu.
b) Prinsip-prinsip: Persis menekankan pentingnya mengembalikan dan memurnikan
ajaran Islam yang telah terdistorsi akibat pengaruh budaya dan ideologi asing.
Mereka mengutamakan pemahaman Islam yang sejalan dengan al-Qur'an, Hadis,
dan ijtihad (pemikiran kritis).
c) Tujuan Dakwah: Tujuan utama Persis adalah mengembalikan kesadaran dan
kebangkitan umat Islam, serta mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam yang
murni untuk memperbaiki kondisi umat dan masyarakat Indonesia.

3. Muhammadiyah:
a) Sejarah Singkat: Muhammadiyah didirikan pada tahun 1912 oleh K.H. Ahmad
Dahlan di Yogyakarta, Indonesia. Gerakan ini juga muncul sebagai respons
terhadap kolonialisme dan pengaruh budaya Barat.
b) Prinsip-prinsip: Muhammadiyah menekankan pemahaman dan praktik Islam
yang mengutamakan akhlak (moralitas), ilmu pengetahuan, dan kemandirian
umat. Mereka juga menekankan keadilan sosial dan pembaruan dalam berbagai
bidang kehidupan.
c) Tujuan Dakwah: Tujuan Muhammadiyah adalah menyebarkan ajaran Islam yang
berlandaskan kebenaran, memberikan pendidikan Islam yang berkualitas, serta
mendorong perbaikan sosial, ekonomi, dan moral masyarakat.

4. Nadlatul Ulama (NU):


a) Sejarah Singkat: NU didirikan pada tahun 1926 oleh K.H. Hasyim Asy'ari di
Jombang, Jawa Timur, Indonesia. Gerakan ini juga merupakan reaksi terhadap
kolonialisme dan perluasan pengaruh gerakan reformis Islam.
b) Prinsip-prinsip: NU menganut ajaran Ahlussunnah Wal Jama'ah yang
menghormati tradisi dan praktik keagamaan yang telah berlangsung lama.
Mereka mengutamakan keselarasan antara ajaran Islam, budaya Jawa, dan tradisi
lokal.
c) Tujuan Dakwah: Tujuan utama NU adalah mempertahankan dan memperkuat
ajaran Islam yang moderat, membangun kesatuan umat Islam, serta
mengadvokasi kepentingan dan kesejahteraan umat melalui pendidikan, sosial,
dan politik.

Sumber referensi:
 Barton, G. D. (2013). A History of Islam in Indonesia: Unity in Diversity.
Edinburgh University Press.
 van Bruinessen, M. (2013). Contemporary Developments in Indonesian Islam:
Explaining the "Conservative Turn." Journal of Southeast Asian Studies, 44(3),
458-482.
 Noorhaidi, H. (2005). The Reassertion of Islam and the Rise of Radical Islamic
Movements in Indonesia. Asian Survey, 45(2), 181-202.

Anda mungkin juga menyukai