Anda di halaman 1dari 14

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No.

3, Oktober 2015

POLITIK BAHASA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG

EDO GALIH PERMADI


Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Surabaya
Email: edogalihpermadi@gmail.com

Sri Mastuti Purwaningsih


Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Surabaya

Abstrak
Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional bangsa Indonesia yang memiliki latar belakang sejarah yang
begitu panjang. Berbagai bentuk peristiwa sejarah dan perjuangan para tokoh pergerakan di setiap masa mewarnai
perkembangan bahasa nasional ini. Begitu pula pada masa pendudukan Jepang yang merupakan titik balik
perkembangan bahasa Indonesia.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana bentuk politik bahasa yang dijalankan oleh Jepang
di Indonesia jika dilihat melalui teori Language Planning. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian
sejarah. Langkah awal yaitu mengumpulkan sumber-sumber terkait tentang kebijakan politik bahasa yang dilakukan
oleh Jepang, sumber primer didapat dari majalah Kanpo dan surat kabar yang terbit pada masa pendudukan Jepang.
Sedangkan sumber sekunder didapat dari buku-buku, tesis dan jurnal online mengenai politik bahasa di masa
pendudukan Jepang. Sumber yang telah dikumpulkan kemudian dipilah dan disusun untuk mempermudah penafsiran
sumber sejarah. Selanjutnya dicari keterkaitan antara sumber – sumber primer dan sekunder yang sesuai dengan tema
penelitian. Tahap terakhir adalah historiografi yang menjadi hasil rekonstruksi semua fakta sejarah sesuai dengan tema
penulisan sejarah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Jepang memberlakukan politik bahasa di Indonesia dengan melarang
penggunaan bahasa Belanda dan mewajibkan penggunaan bahasa Indonesia serta menyebarkan bahasa Jepang. Politik
bahasa yang dilakukan oleh Jepang tersebut termasuk kedalam kebijakan Language Planning. Jepang juga
memanfaatkan bahasa daerah untuk menyebarkan bahasa Jepang dan memobilisasi masyarakat daerah yang tidak
menguasai bahasa Indonesia. Tujuan Jepang memberlakukan politik bahasa yakni agar mempermudah Jepang dalam
berkomunikasi dengan bangsa Indonesia yang memiliki bermacam – macam bahasa lokal dan menghilangkan pengaruh
bahasa Belanda di Indonesia. Kebijakan Jepang ini membawa perubahan dalam perkembangan bahasa Indonesia.
Politik bahasa pemerintah Jepang memperkuat kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan menggantikan
kedudukan bahasa Belanda yang sebelumnya menjadi bahasa kelas sosial atas.
Kata Kunci: politik bahasa, Language Planning, masa pendudukan Jepang, bahasa Indonesia, bahasa Jepang,
bahasa daerah

Abstract
Indonesian Language is a national language of Indonesian which have a long historical background. There
were many historical event and movement leaders’ struggle in every period accompanying this national language’s
development. Likewise during Japanese occupation period which is the turning point of Indonesian language’s
development.
The purpose of this research are to know how was the form of Language Planning applied by the Japanese in
Indonesia when seen through the theory of Language Planning. This research was using the method of historical
research. The first step was gathering the relevant sources of language politic conducted by the Japanese. Primary
sources was obtained from Kanpo and newspapers published during the Japanese occupation. While the secondary
sources was obtained from books, theses and online journals regardingthe language politic during the Japanese
occupation. Sources that have been collected then sorted and arranged afterwards to facilitate the interpretation of
historical resources. Next is searching the link between the primary and secondary sources that match the theme of
research. The last step was historical writing based on the result of reconstructing all historical facts in accordance
with the theme of the historical writing.
The result shows that the Japanese enforced the language politic in Indonesia to prohibit the use of the Dutch
language and obligate the use of Indonesian language as well as spreading the Japanese language. Language politic

590
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

conducted by the Japanese was included into the Language Planning policy. Japan also used the local language to
spread the Japanese language and mobilized the local communities who didn’t know the Indonesian language yet. The
objectives of the Japanese when enforced the language politic was in order to facilitate communication with the
Indonesian people, which has wide variety of local languages and eliminate the influence of Dutch language in
Indonesia. This Japanese’s Policy had bring a change in the development of Indonesian language. Japanese’ language
politic had strengthen the position of Indonesian language as the national language and replaces the previous position
of Dutch language as the language of the first class people.
Keywords : language politic, Language Planning, Japanese occupation period, Indonesian language, Japanese
language, local language

menerapkan perlakuan-perlakuan kasar dan keji terhadap


PENDAHULUAN rakyat Indonesia
Masa penjajahan Jepang selama tiga setengah Kebijaksanaan Jepang terhadap rakyat Indonesia
tahun merupakan salah satu periode yang paling mempunyai dua prioritas: menghapus pengaruh-pengaruh
menentukan dalam sejarah Indonesia. Sebelum serbuan Barat di kalangan mereka dan memobilisasi mereka demi
Jepang, tidak ada satu pun tantangan yang serius terhadap kemenangan Jepang.3 Dalam upayanya untuk menghapus
kekuasaan Belanda di Indonesia. 1 Dengan mudahnya, pengaruh-pengaruh Barat di kalangan rakyat Indonesia,
Jepang mampu merebut Indonesia dari kekuasaan Jepang melakukan berbagai cara. Salah satu cara tersebut
Belanda. Satu per satu tempat strategis yang ada di adalah pelarangan penggunaan bahasa Belanda dan
Nusantara berhasil direbut Jepang dari tangan Belanda. sebagai gantinya adalah penggunaan bahasa Jepang.
Tarakan merupakan wilayah Nusantara yang pertama kali Sedikit yang menguasai bahasa Jepang, sehingga bahasa
jatuh ke tangan Jepang, yakni pada tanggal 12 Januari Indonesia menjadi sarana bahasa yang utama untuk
1942. Akhirnya perlawanan Belanda terhadap serangan propoganda dan dengan demikian, statusnya sebagai
Jepang pun berakhir dengan ditanda-tanganinya bahasa nasional menjadi semakin kokoh. 4
perjanjian Kalijati oleh pihak Belanda dan Jepang pada Saat Jepang menduduki Indonesia, Jepang
tanggal 9 Maret 1942 yang juga menandakan dimulainya terpaksa menumbuhkan bahasa Indonesia dengan cepat
masa pendudukan Jepang. agar segala urusan pemerintahan, ekonomi, pengajaran,
Indonesia dibagi menjadi tiga wilayah oleh perhubungan, dan sebagainya dapat berjalan dengan
Jepang. Sumatera ditempatkan di bawah Angkatan Darat lancar. Bagi masyarakat Indonesia hal itu berarti suatu
ke 25, sedangkan Jawa dan Madura berada di bawah revolusi yang sangat besar, karena dalam waktu yang
Angkatan Darat ke 16; kedua wilayah ini berada di singkat pejabat-pejabat dalam segala lapangan dengan
bawah Angkatan Darat Wilayah ke 7 dengan markas cepat harus beralih dari bahasa Belanda ke bahasa
besarnya di Singapura. Kalimantan dan Indonesia Timur Indonesia.5
dikuasai oleh Angkatan Laut. Kebijakan di wilayah- Pelaksanaan peraturan ini berjalan dengan lancar
wilayah tersebut sangat berbeda. Pada umumnya, Jawa dan semua kalangan rakyat Indonesia sangat
dianggap sebagai daerah yang secara politik paling maju mematuhinya. Hal ini disebabkan ketegasan dan
namun secara ekonomi kurang penting; sumber dayanya kekejaman Jepang yang tidak segan dalam menghukum
yang utama adalah manusia. Kebijakan-kebijakan Jepang para pelanggar. Pemaksaan tersebut sangat efektif dalam
di sana membangkitkan rasa kesadaran nasional yang menghapus penggunaan bahasa Belanda. Beberapa tokoh
jauh lebih mantap dari pada di kedua wilayah lainnya, pergerakan juga menggunakan peraturan ini sebagai
dan dengan demikian semakin memperbesar perbedaan kesempatan untuk mengembangkan bahasa Indonesia.
tingkat kecanggihan politik antara Jawa dan daerah- Keharusan penggunaan bahasa Indonesia yang
daerah lainnya.2 dicanangkan Jepang merupakan kebijakan yang bisa
Kemenangan balatentara Jepang terhadap penjajah dibilang membawa keuntungan bagi Jepang dan
Belanda, pada mulanya disambut hangat dan bahagia masyarakat Indonesia. Bagi Jepang, peraturan ini akan
oleh semua rakyat Indonesia. Mereka bangga karena memudahkan Jepang dalam menjalankan pemerintahan
kemenangan Jepang adalah kemenangan bangsa Timur pendudukan di Indonesia yang harus dijalankan dengan
terhadap bangsa Barat. Mitos yang menyatakan bahwa cepat sehingga dapat membantu jalannya peperangan.
bangsa Barat selalu lebih unggul dari bangsa Timur telah Jepang hanya perlu mempelajari satu bahasa untuk dapat
hilang dari pikiran mereka. Namun lama-kelamaan niat melancarkan komunikasi dalam pelaksanaan
Jepang yang sesungguhnya pun mulai terlihat. Peraturan- kekuasaannya serta menghapus pengaruh-pengaruh
peraturan yang mengekang kebebasan rakyat Indonesia Belanda yang saat itu masih kental dalam kehidupan
pun mulai bermunculan. Janji-janji manis yang pernah masyarakat Indonesia. Selain itu Jepang juga
mereka ucapkan pada rakyat Indonesia pun mulai terlihat menggunakan bahasa Indonesia sebagai media
kebohongannya. Tak cukup sampai disitu, mereka juga propaganda sehingga membantu Jepang dalam

3
M.C. Ricklefs, Op Cit, hal. 425
1 4
M.C. Ricklefs, 2010, Sejarah Indonesia Modern, Jakarta : Ibid, hal. 427
5
Serambi, hlm. 421. S. Takdir Alisjahbana, 1957, Dari Perjuangan dan
2
Ibid, hal. 421-422. Pertumbuhan Bahasa Indonesia, Jakarta : Pustaka Rakyat, hlm. 125

591
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

memobilisasi rakyat Indonesia untuk kepentingan perang Indonesia berkembang pesat dan mulai kuat
Jepang. kedudukannya dalam bangsa Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia, keharusan penggunaan Tidak adanya tulisan sejarah yang khusus
bahasa Indonesia telah merangsang perkembangan membahas perkembangan bahasa Indonesia pada masa
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang sebelumnya Jepang dan politik bahasa yang dilakukan oleh Jepang
dengan berbagai cara dicegah oleh Belanda agar tidak adalah hal yang menjadi kekurangan dalam kesejarahan
menjadi bahasa persatuan, oleh Jepang dijadikan sebagai Indonesia. Padahal sangat perlu untuk menulis sejarah
satu-satunya bahasa pengantar. perkembangan bahasa Indonesia dalam setiap zaman,
Berbagai upaya juga dilakukan oleh bangsa khususnya pada masa pendudukan Jepang, mengingat
Indonesia untuk memperkuat kedudukan bahasa bahwa bahasa Indonesia adalah identitas dari bangsa
Indonesia, seperti menyempurnakan perbendaharaan kata Indonesia dan masa Jepang adalah masa yang penting
dalam bahasa Indonesia serta menghimbau rakyat dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia karena
Indonesia tentang betapa pentingnya bahasa Indonesia masa ini adalah titik balik bagi perkembangan bahasa
dan kewajibannya untuk senantiasa menggunakannya Indonesia.
sebagai bahasa persatuan. Tema ini sangat menarik karena mengungkap
Hal yang melatarbelakangi penulis untuk bagaimana peraturan Jepang yang melarang penggunaan
mengambil judul politik bahasa pada masa pendudukan bahasa Belanda membawa keuntungan bagi Jepang dan
Jepang adalah meluasnya penggunaan bahasa Indonesia masyarakat Indonesia sekaligus. Di satu sisi peraturan ini
sebagai dampak dari peraturan Jepang yang melarang dapat menghilangkan pengaruh Belanda dan
penggunaan bahasa Belanda dan mengharuskan mempermudah memobilisasi rakyat Indonesia, di sisi lain
penggunaan bahasa Indonesia. peraturan ini membantu mengembangkan penggunaan
Bahasa Indonesia merupakan sebuah identitas bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Saat Jepang
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bahkan sebelum menyerah, kedudukan bahasa Belanda sebagai bahasa
datangnya Jepang dan penerapan politik bahasa Jepang. formal yang penting telah jatuh dan digantikan oleh
Indonesia adalah suatu bangsa yang terdiri dari berbagai bahasa Indonesia. Penulis berusaha mengupas bagaimana
macam etnis dan bahasa daerah. Bangsa Indonesia Jepang menerapkan politik bahasa ini di Indonesia
menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dengan permasalahan bagaimana bentuk politik bahasa
agar dapat berkomunikasi satu sama lain dan nantinya yang dijalankan oleh Jepang di Indonesia?
bahasa Melayu inilah yang menjadi cikal bakal bahasa
Indonesia. METODE
Setelah melalui perkembangan yang panjang, Metode penelitian yang digunakan dalam menulis
bangsa Indonesia telah sampai pada sebuah kesepakatan skripsi tentang kebebasan penggunaan bahasa Indonesia
untuk menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pada masa Jepang ini adalah metode sejarah. Dalam
persatuan. Hal ini diwujudkan dalam Kongres Pemuda I sistem keilmuan, metode merupakan seperangkat
di tahun 1926 dan Kongres Pemuda II di tahun 1928 yang prosedur, alat atau piranti yang digunakan (sejarawan)
menghasilkan Sumpah Pemuda. Namun perkembangan dalam tugas meneliti dan menyusun sejarah. Gilbert J.
bahasa Indonesia tak cukup sampai di situ. Banyak Garraghan menyatakan bahwa yang dimaksud metode
rintangan yang menghalangi berkembangnya bahasa sejarah ialah sekumpulan prinsip dan aturan yang
persatuan ini. sistematis, dimaksudkan untuk memberikan bantuan
Pemerintah kolonial Hindia Belanda dengan secara efektif dalam pengumpulan sumber, penilaian
berbagai upaya mencegah berkembangnya kedudukan secara kritis terhadapnya, kemudian menyajikan sebagai
bahasa Indonesia di Hindia Belanda. Untuk situasi sintesis, biasanya dalam bentuk tertulis. 6
formal, khususnya dalah hal administrasi, bahasa Belanda Pada tahap awal penelitian, penulis
wajib digunakan, sedangkan untuk bahasa sehari-hari mengumpulkan sumber-sumber sejarah yang terkait
pribumi menggunakan bahasa daerah masing-masing. dengan penggunaan Bahasa Indonesia dan peraturan
Pada masa itu Bahasa Indonesia, yang dahulu adalah Jepang yang melarang penggunaan Bahasa Belanda, baik
bahasa Melayu, digunakan sebagai bahasa pengantar berupa artikel dan berita dari koran-koran dan majalah
lintas suku bagi para pribumi. Meskipun sejak dahulu sejaman, maupun buku-buku yang membahas tentang
digunakan sebagai bahasa pengantar, tetap saja Indonesia pada masa pendudukan Jepang.
kedudukan bahasa Indonesia masih berada di bawah Setelah sumber dibaca dilakukan pengkategorian
bahasa Belanda yang merupakan bahasa pemerintah. sumber berdasarkan peraturan-peraturan pemerintah
Pada masa pendudukan Jepang, bahasa Indonesia Jepang mengenai pelarangan bahasa Belanda dan
baru memiliki kesempatan untuk berkembang keharusan penggunaan bahasa Indonesia, perkembangan
kedudukannya. Bangsa Jepang yang ingin menghapus penggunaan bahasa Indonesia di berbagai aspek dan
pengaruh dari Belanda, meninggikan derajat bahasa berita-berita lain mengenai politik bahasa pada masa
Indonesia dengan melarang penggunaan bahasa Belanda pendudukan Jepang. Penulis juga mencari keterkaitan
dan mengharuskan penggunaan bahasa Indonesia. antar sumber yang akan diteliti, sehingga dapat
Kebijakan Jepang ini merupakan sebuah politik bahasa. ditetapkan sebagai sumber utama atau sumber
Ini lah yang menjadikan masa pendudukan Jepang
menarik untuk dikaji karena pada masa itu bahasa 6
Aminuddin Kasdi, 2005, Memahami Sejarah. Surabaya :
Unesa University Press, hlm. 10

592
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

pendukung, dan sumber-sumber lainnya. Langkah melakukan survey terhadap bahasa – bahasa lokal dan
terakhir yaitu fakta yang telah ditafsirkan ditulis dalam menulis perbandingan tata bahasa dari bahasa – bahasa
bentuk karya tulis. lokal tersebut yang muncul di tahun 1848, yang
Penelitian ini menganalisis politik bahasa yang kemudian diikuti dengan membuat sebuah kamus di
dijalankan oleh Jepang dengan menggunakan teori tahun 1850. Setelah itu melakukan percobaan
Language Planning. Language Planning (Perencanaan “Kodifikasi” norma – norma bahasa nasional
Bahasa) adalah suatu aktivitas mempersiapkan sebuah menggunakan hasil perbandingan bahasa – bahasa lokal
ortografi, tata bahasa, dan kamus yang normatif untuk tersebut, yang kemudian diikuti dengan satu volume buku
panduan para penulis dan pembicara dalam suatu yang berisi tentang contoh – contoh bahasa di tahun
komunitas bahasa yang non-homogen. 7 Language 1853, sebuah buku tata bahasa definitif di tahun 1864,
Planning selalu digunakan saat ada masalah tentang dan sebuah kamus di tahun 1873.
bahasa. Jika terdapat ketidakpuasan dalam suatu situasi Selanjutnya adalah prosedur “Pengembangan”
linguistik, Language Planning selalu memiliki ruang yakni prosedur untuk membuat bahasa tersebut dapat
untuk dijalankan. memenuhi kebutuhan masyarakat nasional di masa
Language Planning menawarkan sebuah program perkembangan teknologi dan literatur yang pesat. 11
aksi, yang dianalisis ke dalam sebuah tujuan, sebuah Prosedur “Pengembangan” biasanya dilakukan dengan
kebijakan atau sepaket kebijakan-kebijakan yang diyakini peminjaman dan imitasi dari bahasa lain. Aasen
akan menuntun perencana bahasa / pemerintah ke tujuan menganjurkan agar “Pengembangan” dilakukan dengan
dan prosedur yang spesifik yang akan cara mencari terlebih dahulu kosa kata yang terdapat
mengimplementasikan kebijakan tersebut. Language pada bahasa-bahasa lokal sebelum meminjam kosa kata
Planning dibedakan ke dalam “Normalisasi” dan dari bahasa asing.
“Kultivasi” : “Normalisasi” membutuhkan bentuk Prosedur yang terakhir adalah “Penyebaran”.
“Seleksi” dan “Kodifikasi”, sedangkan “Kultivasi” Aasen berpendapat bahwa bentuk bahasa baru ini
membutuhkan fungsi “Pengembangan” dan seharusnya secara positif tidak diputuskan atau
“Penyebaran”. 8 Bentuk Language Planning ini dipaksakan kepada siapapun, seseorang seharusnya
sebelumnya telah ditulis dalam essai buatan Ivar Aasen di menganjurkan pemakaiannya, namun di lain pihak
tahun 1836. Ivar Aasen adalah seorang pembaharu mengizinkan semua orang memakai yang baru atau yang
linguistik asal Norwegia yang ingin menerapkan lama sesuai kemauannya. 12 Dalam prosedur
Language Planning di negaranya karena situasi “Penyebaran”, Aasen memilih untuk menyebarkan
Norwegia pada saat itu memiliki berbagai jenis bahasa bahasa ini tanpa adanya pemaksaan dan polemik.
yang beredar di masyarakat, sama seperti di Indonesia. Meskipun keputusan Aasen sangat lunak, hal ini
Prosedur “Seleksi” yang dilakukan Ivar Aasen mengakibatkan jangka waktu penyebaran bahasanya
yakni dipandu oleh kebijakannya membuat bahasa rakyat menjadi sangat lama.
sebagai standarnya. Ini berarti bahwa dia tidak dapat
mendasarkan pada suatu dialek, sebagaimana yang telah
dilakukan sebagian besar program-program Language PEMBAHASAN
Planning, baik itu dari suatu elit sosial maupun dari suatu
daerah khusus. 9 Ivar Aasen menganggap bahwa bahasa Kebijakan Language Planning Jepang
yang digunakan sebagai bahasa utama dalam Language Pada masa pendudukan Jepang yang dimulai pada
Planning tersebut tidak seharusnya berasal dari salah satu tahun 1942, Jepang menerapkan politik bahasa yang
bahasa lokal. Bahasa lokal hanyalah sebagai bahasa berupa kebijakan Language Planning di Indonesia.
pembanding untuk mengembangkan bahasa utama dalam Jepang melarang penggunaan bahasa Belanda serta
Language Planning tersebut. Ivar Aasen juga memilih memperluas penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa
bahasa lokal yang tidak mendapatkan pengaruh dari Jepang di Indonesia. Usaha Jepang untuk memastikan
bahasa – bahasa asing sebagai pembanding dalam kebijakannya ini dapat berjalan dengan lancar juga tidak
mengembangkan bahasa utama. main-main. Jepang mengumumkan satu-persatu hal-hal
Prosedur kedua, “Kodifikasi”, dilakukan oleh apa saja yang diharuskan untuk menggunakan bahasa
sebuah perhimpunan. Aasen menulis, “didirikan oleh Jepang dan bahasa Indonesia, seperti merek, nama toko,
orang-orang yang kompeten dalam perbahasaan”, surat, dan lain - lain. Ini dilakukan Jepang agar penduduk
contohnya ahli bahasa, yang seharusnya menerima tidak melewatkan hal sekecil apapun dalam pelaksanaan
glosarium, membuat perbandingan dan seleksi, serta peraturan ini. Prosedur - prosedur Language Planning
menentukan norma, kemudian mereka memasukkan hal – yang dijalankan di Indonesia pada masa pendudukan
hal tersebut ke dalam sebuah kamus Norwegia yang Jepang juga memiliki ciri yang sama dengan prosedur
lengkap dan sebuah tata bahasa yang sesuai. 10 yang dilakukan oleh Ivar Aasen.
“Kodifikasi” dilakukan oleh ahli - ahli bahasa agar Alasan Jepang menerapkan kebijakan Language
tercipta bahasa dengan susunan yang baku. Ivar Aasen Planning yakni agar Jepang dapat dengan mudah
memahami informasi-informasi dalam bahasa Indonesia.
7
Einar Haugen, 1972, The Ecology of Language, California : Jika Jepang tidak tegas memerintahkan penggunaan
Stanford University Press, hlm. 161
8
Ibid, hlm. 288
9 11
Ibid, hlm. 290 Ibid, hlm. 292
10 12
Ibid, hlm. 291 Einar Haugen, loc cit

593
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

bahasa Indonesia, maka akan sulit bagi Jepang untuk Semua penduduk Indonesia, baik pribumi,
berkomunikasi dengan masyarakat indonesia mengingat Belanda maupun bangsa lainnya, diwajibkan untuk
banyaknya jenis bahasa daerah dan logat yang ada di menaati peraturan ini dengan ancaman akan dianggap
Indonesia. sebagai musuh dan ditindak keras oleh pihak yang
Prosedur “Seleksi” adalah prosedur pemilihan berwajib. Ancaman dari Jepang ini bukanlah main-main
bahasa lokal sebagai standar dalam penentuan bahasa mengingat ketegasan Jepang yang sudah sangat dikenal
nasional. Dalam menentukan bahasa perhubungan, dalam menindak berbagai pelanggaran.
Jepang tidak memilih bahasa Jawa ataupun bahasa Penggunaan bahasa Indonesia ini bahkan
Melayu dari suatu daerah sebagai bahasa perhubungan diterapkan dalam setiap pertemuan – pertemuan penting
yang menggantikan bahasa Belanda. Jepang antara tokoh – tokoh pergerakan dengan petinggi –
memanfaatkan bahasa Indonesia yang sebelumnya telah petinggi balatentara Jepang. Dalam persidangan Chuuo
dijadikan sebagai bahasa nasional oleh tokoh-tokoh Sangi-In contohnya, petinggi – petinggi Jepang
pergerakan Indonesia. Bahasa Indonesia ini juga menyampaikan perkataannya menggunakan bahasa
memiliki bentuk yang berbeda dari bahasa-bahasa Jepang yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
Melayu lainnya setelah mengalami berbagai Indonesia. Begitupun sebaliknya, tokoh – tokoh
pembaharuan. Indonesia menyampaikan perkataannya menggunakan
Jepang melakukan pelarangan terhadap bahasa Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa
penggunaan bahasa Belanda sebagai bagian dari Jepang. 14 Balatentara Jepang tidak memaksa tokoh –
usahanya untuk menghilangkan pengaruh-pengaruh tokoh Indonesia untuk menggunakan bahasa Jepang.
Belanda di Indonesia. Pelarangan bahasa Belanda dan Mereka menyadari bahwa bahasa Jepang belum banyak
keharusan menggunakan bahasa Indonesia ini tidak dikuasai oleh bangsa Indonesia, sehingga sebagai
hanya terbatas pada bahasa tutur, namun juga mencakup gantinya mereka mengharuskan penggunaan bahasa
pada bahasa tulis. Berbagai peraturan yang melarang Indonesia.
penggunaan bahasa Belanda diumumkan oleh Jepang Kebijakan Jepang menyebarkan bahasa nasional
melalui majalah ataupun surat kabar. Salah satu peraturan dan bahasa Jepang ini tidak hanya terjadi di Indonesia,
tersebut tertulis dalam majalah Kanpo tahun 1943. namun di seluruh daerah jajahan Jepang. Di daerah lain,
seperti di Filipina, Jepang juga berusaha mengangkat
“Sebagaimana oemoem telah mengetahoei, bahasa asli Filipina yakni bahasa Tagalog dan
bahwa nama toko-toko, peroesahaan, demikian menyebarkan bahasa Jepang. Sebuah surat kabar
djuga dalam hal soerat menyoerat, pembitjaraan memberitakan bahwa Lope Santos, pemimpin baru
telpon dan pengiriman kawat, haroes ditoelis Sekolah Bahasa Kebangsaan Filipina memberi perintah
(dilakoekan) dalam bahasa Nippon atau Indonesia. pada seluruh pegawai agar menggunakan bahasa Tagalog
Hal ini soedah ditetapkan oleh jang berwadjib. dalam percakapan dan surat – menyurat. Lope Santos
Oentoek penggantian nama-nama dalam bahasa juga mengatakan pentingnya menggunakan bahasa
jang telah ditentoekan itoe, jang berwadjib djoega Tagalog sebagai bahasa rakyat Filipina dan pentingnya
telah memberi kesempatan seloeasnja. Akan tetapi menggunakan bahasa Jepang untuk seluruh bangsa Asia
sampai pada saat ini masih djuga ada orang jang Timur. 15 Dengan menggunakan strategi semacam ini
masih menggoenakan bahasa Belanda dan/ataoe Jepang dapat menghilangkan pengaruh bahasa asing
Inggris, baik dalam pertjakapannja, soerat dengan menumbuhkan bahasa nasional di daerah jajahan
menyoerat maoepoen oentoek nama ataoe merek tersebut, kemudian memanfaatkan rasa nasionalisme
toko (peroesahaannja). Maka sekali lagi di sini bangsa tersebut yang tumbuh seiring dengan tingginya
diberi kesempatan kepada mereka jang beloem kesadaran terhadap bahasa nasional untuk memobilisasi
mengganti nama/merk, dan lain-lainnja itoe, dan rakyatnya.
selambat-lambatnja sampai tanggal 1 boelan 3 Selain bahasa Indonesia, Jepang juga
tahoen 2603, soepaya berboeat sebagaimana jang memberitahukan bahwa bahasa yang diperbolehkan
soedah ditentoekan. Selandjoetnja, djika setelah untuk dipakai dalam tulisan di surat yang akan dikirim
tanggal jang terseboet di atas itoe masih terdapat adalah bahasa Jepang, Indonesia, Jawa, Madura dan
djoega orang-orang jang memakai bahasa jang Sunda. 16 Jepang juga memberitahukan bahwa
terlarang itoe, yakni Belanda dan/ataoe Inggris, pembicaraan dalam telpon harus menggunakan bahasa
maka mereka akan dianggap seolah-olah berlakoe Jepang, bahasa Indonesia dan bahasa daerah. 17 Pada masa
sebagai moesoeh, demikian djoega peroesahaannja pendudukan Jepang juga terdapat surat kabar – surat
akan tergolong djoega kepoenyaan moesoeh dan kabar yang menggunakan bahasa daerah seperti surat
di sitoe pihak jang berwadjib akan bertindak kabar Madioen Syuu.
terhadap mereka sebagai moesoeh djoega, sedang
terhadap mereka akan diambil tindakan jang 14
Tjahaja, Persidangan Kedoea Tyuuoo Sangi-In, no. 28, th.
keras.”13 III, Senin 31 Januari 1944
15
Sinar Baroe, Menghidoepkan Bahasa Tagalog di Kalangan
Rakjat Pilipina, no. 354, th. II, Senin 30 Agustus 1943
16
Kanpo, Makloemat Kantor Pos, no. 5, th. 1, Desember 1942,
hlm. 4-5
13 17
Kanpo, Makloemat : Tentang Memakainja Bahasa Nippon Kanpo, Makloemat tentang Larangan Bitjara dengan Tilpon
atau Indonesia, no. 7, th. II, Febuari 1943, hlm. 19-20 dengan Bahasa Inggris dan Belanda, no. 3, th. I, Oktober 1942, hlm. 10

594
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Berdasarkan teknik – teknik propaganda Jepang Iinkai) terdiri dari : Pemimpin harian (T. Ichiki, Mr.
menurut Decker, pemilihan bahasa Indonesia sebagai Soewandi, St. Takdir Alisjahbana), Komisi Gramatika /
bahasa nasional masuk ke dalam kategori Teknik Paramasastera (Prof. Hoesein Djajadiningrat (ketua), A.
Pengalihan (transfer). Teknik semacam ini adalah Soetan Pamuntjak, Sanoesi Pane, Mr. Soedjono, Y.
propaganda yang memanfaatkan wibawa, kesepakatan Minami dan K. Soetan Pamuntjak), Komisi Bahasa Baru
dan kehormatan sebagai sarana untuk memperkuat / penguji kata – kata baru (S. Mangoensarkoro (ketua),
penerimaan masyarakat dalam propaganda. Dalam teknik St. P. Boestami, T. Ichiki, Dr. Poerbatjaraka, Dr. Prijono,
ini biasanya berlaku sistem simbol, seperti bendera Ir. Soekarno, Prawiradinata dan H. Agus Salim), dan
melambangkan bangsa. Simbol itu dipakai untuk Komisi Kata – Kata Pengertian / kata – kata istilah
mengobarkan perasaan – perasaan.18 (Moehammad Hatta (ketua), dr. Aulia, Armijn Pane, Ir.
Bahasa Indonesia digunakan oleh Jepang sebagai Tjokronolo, Soemanang, Soetardjo, St. Takdir
simbol untuk mengobarkan semangat dan rasa Alisjahbana, Prof. K. Uyehara, Kagami dan Mr. Amir
kehormatan rakyat Indonesia yang sebelumya memiliki Sjarifuddin).21
kedudukan dibawah bahasa Belanda. Dipilihnya bahasa Lebih lanjut, pada Komisi Kata – Kata Istilah
Indonesia sebagai bahasa nasional juga memberikan terdapat seksi – seksi kecil yang melingkupi berbagai
kesan bahwa Jepang memiliki niat baik untuk membuat bidang dalam kehidupan dan keilmuan. Seksi – seksi
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Jepang kecil tersebut, yaitu : Seksi Kecil Dokter (Dr. Aulia, Dr.
berharap agar bangsa Indonesia semakin mendukung Bahder Djohan, K.St. Pamoentjak, Dr. Ramali, Dr.
Jepang dan memiliki semangat untuk melawan kekuasaan Soetomo Tjokronegoro), Seksi Kecil Keuangan (Mr. L.
Barat sehingga lebih mudah memobilisasi mereka demi Hakimi, Moekti, Moetalib, Noegraha, Mr.R. Rem, Mr.
kepentingan perang Jepang. Selain itu penggunaan Soedarisman), Seksi Kecil Kimia (Poernomo, Ir.
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dapat Soerachman, Dr. Soetarman, Ir. Soedibio Tjokronolo),
menghapus pengaruh bahasa Belanda yang sangat kental Seksi Kecil Ilmu Pasti dan Ilmu Fisika (H. Johannes, Ir.
dan mempermudah Jepang dalam berkomunikasi dengan Sakirman, Ir. Soedibio Tjokronolo), Seksi Kecil Hukum
rakyat Indonesia mengingat banyaknya bahasa-bahasa (Oerip Adiwidjaja, Thalib Dalimoente, Katja Soengkana,
lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Ny. Salijah, Mr. Samjono, Mr. R. Soenarjo), dan Seksi
Prosedur “Kodifikasi” adalah prosedur yang Kecil Rumah Tangga (Boediardjo, A. Chatib, E.
dilakukan oleh ahli – ahli bahasa yang menerima Djajadiningrat, Djuweriah, Kartini, Moerdono, Murjati,
glosarium (daftar kata - kata), membuat perbandingan Ruata, Suhadi, Suratmi).22
dan seleksi bahasa – bahasa yang telah dipilih, Komisi Bahasa Indonesia melakukan prosedur
menentukan norma – norma bahasa yang kemudian Kodifikasi dengan melalui berbagai tahapan. Menurut
memasukkannya ke dalam kamus yang lengkap dan tata pendahuluan Kamoes Istilah (ditulis oleh Alisjahbana),
bahasa yang sesuai. Pada masa pendudukan Jepang, ada tugas ahli – ahli terminologi KBI meliputi empat tahap,
upaya untuk melakukan prosedur “Kodifikasi” ini. yaitu : 1) kerja perseorangan atau berkelompok antara
Sebenarnya, seperti juga pendapat A. Moeliono, Jepang anggota – anggota seksi kecil, 2) diskusi seksi kecil, 3)
turut menetapkan politik bahasa (garis haluan diskusi dalam rapat antar seksi, 4) pengambilan
kebahasaan), sementara pihak Indonesia ditugaskan keputusan dalam sidang paripurna KBI yang dipimpin
untuk mengurus dua sisi yang lainnya, yaitu oleh direktur Kantor Pengajaran. Jadi secara resmi,
pengembangan bahasa dan pembinaan bahasa. 19 Oleh semua keputusan harus diambil melalui Kantor
sebab itu prosedur Kodifikasi dilakukan oleh bangsa Pengajaran. Akan tetapi, dalam sebuah teks kemudian
Indonesia sementara Jepang mengawasi pelaksanaannya (1978), Alisjahbana lebih merinci tahap – tahap
agar tidak ada yang bertentangan dengan kemauan pekerjaan KBI. Alisjahbana menekankan peran penting
Jepang. kantor bahasa yang dipimpinnya dan juga menyebut
Upaya kodifikasi tersebut dilakukan dengan peran pihak luar, yakni : 1) para penerjemah dan guru
pembentukan suatu panitia yang bertugas untuk mengumpulkan istilah – istilah yang mereka gunakan
melaksanakan pengembangan dan pembinaan bahasa dalam sebuah bidang tertentu dan menyerahkannya
Indonesia. Kantor Pengajaran membentuk panitia kepada KBI, 2) tim kantor bahasa menyelaraskan
penyempurnaan bahasa Indonesia yang bernama peristilahan itu, memperbaiki dan melengkapinya, 3)
Indonesiago Seibu Iinkai (Komisi Bahasa Indonesia) peristilahan baru dikirimkan kepada guru – guru, 4)
pada tanggal 20 Oktober 1942.20 diskusi dengan para guru dan pakar bidang ilmu dalam
Prosedur “Kodifikasi” ini juga diserahkan kepada rapat seksi kecil, 5) hasil kerja itu diajukan kepada
ahli bahasa Indonesia yang ternama. Secara lengkap, anggota – anggota seksi peristilahan yang kemudian
struktur Komisi Bahasa Indonesia (Indonesiago Seibu menyelaraskan hasil kerja seksi – seksi kecil, 6) daftar
istilah ditetapkan dalam sidang paripurna. 23
18 Melalui tahap – tahap dalam prosedur
Yundi Fitrah, 1997, Propaganda Jepang Dalam Cerpen-
Cerpen Majalah Djawa Baroe, Depok : Prodi Ilmu Susastra Program “Kodifikasi” yang dilakukan oleh Komisi Bahasa
Pasca Sarjana Bidang Ilmu Pengetahuan Budaya UI, hlm. 19
19
Jerome Samuel, 2008, Kasus Ajaib Bahasa Indonesia?
21
Pemodernan Kosakata dan Politik Peristilahan, Jakarta : Kepustakaan Pembangoen, Komisi Bahasa Indonesia, no. 104, th. X,
Populer Gramedia, hlm. 199 Rabu 21 Oktober 1942, hlm. 3
20 22
Kanpo, Makloemat : Tentang Menyempoernakan Bahasa Jerome Samuel, op cit, hlm. 209
23
Indonesia, no. 5, th. I, Desember 1942, hlm. 7 Jerome Samuel, op cit, hlm. 211 - 212

595
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Indonesia, muncul berbagai istilah, norma – norma dan “Kodifikasi” bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia
tata bahasa yang digunakan pada masa pendudukan dan bahasa daerah.
Jepang. Hasil “Kodifikasi” bahasa Indonesia tersebut Prosedur “Pengembangan” adalah prosedur untuk
dapat dilihat pada kolom bahasa yang ada di surat kabar – membuat bahasa nasional dapat memenuhi kebutuhan
surat kabar yang terbit pada masa pendudukan Jepang. masyarakat nasional di masa perkembangan teknologi
Contoh istilah – istilah hasil “Kodifikasi” Komisi Bahasa dan literatur yang pesat. Tugas Komisi Bahasa Nasional
Indonesia seperti Agoeng = besar dan terhormat, bandel / pada prosedur “Pengembangan” yakni memperbaharui
membandel = tidak peduli pada nasehat, boeta hoeroef = kosa kata bahasa Indonesia untuk mengungkapkan kata –
tidak pandai membaca dan menulis.24 Sedangkan kamus kata modern. Sebelum masa pendudukan Jepang banyak
hasil “Kodifikasi” Komisi Bahasa Indonesia baru ditemui penggunaan kosa kata Belanda untuk
diterbitkan pada tahun 1946 dan 1947 dengan judul menjelaskan hal-hal yang berasal dari Barat. Meskipun
Kamoes Istilah yang terbit dalam dua jilid (jilid I Asing – begitu, prosedur “Pengembangan” yang dilakukan tidak
Indonesia dan Jilid II Indonesia - Asing) dan digunakan bisa lepas sepenuhnya dari kosa kata bahasa asing. Ada
sebagai pedoman hingga tahun 1949.25 beberapa kosa kata baru yang merupakan hasil serapan
Upaya “Kodifikasi” tidak hanya terjadi pada dari kosa kata asing.
bahasa Indonesia saja, tetapi juga pada bahasa Jepang dan Sebelum Komisi Bahasa Indonesia dibentuk,
bahasa daerah. Jepang melalui Kantor Pengajaran sebenarnya ada kelompok lain yang melakukan
melakukan “Kodifikasi” terhadap bahasa Jepang ke pengembangan bahasa Indonesia. Kelompok tersebut
dalam bahasa Indonesia dan bahasa daerah agar yaitu Balai Poestaka dengan majalahnya yang bernama
memudahkan rakyat Indonesia untuk mempelajari bahasa Pandji Poestaka. Sejak tanggal 1 Agustus 1942 anggota –
Jepang. Upaya tersebut ditunjukkan melalui kolom anggota kelompok ini bertemu di setiap hari sabtu dan
bahasa Jepang yang ada pada surat kabar berbahasa dipimpin oleh Alisjahbana, Rasjad dan Soebadio serta
Indonesia dan daerah (Jawa). Contoh kolom bahasa jika perlu mengundang seorang pakar bidang ilmu untuk
Jepang tersebut terdapat pada surat kabar Soeara Asia diminta pendapatnya. Sementara itu, Pandji Poestaka
tahun 1942 dan Madoen Syuu tahun 1944. (lihat gambar bertugas memuat daftar istilah yang telah disepakati.
15 dan gambar 16) Pekerjaan peristilahan yang secara tidak resmi dilakukan
Jepang memberikan perhatian terhadap bahasa oleh Balai Poestaka ini berhenti setelah KBI (Komisi
daerah di Indonesia yang beraneka ragam. Pada masa Bahasa Indonesia) didirikan. 28 Usaha Balai Poestaka ini
pendudukan Jepang dibentuk Perserikatan Penyelidik menghasilkan pedoman penerjemahan yang tidak
Bahasa Melayu dan Indonesia yang memiliki tugas untuk dihasilkan oleh KBI dan diduga digunakan oleh KBI
menyelidiki dan membuat standarisasi bahasa – bahasa mengingat anggota – anggota Balai Poestaka turut
daerah yang ada di Indonesia dan tanah Melayu. 26 berpartisipasi dalam kegiatan KBI.
Meskipun begitu lembaga ini tidak begitu menonjol
karena jarang diberitakan dan kemungkinan tujuan “I. Bahasa Seoemoemnja di Balai Poestaka
pendiriannya agar Jepang dapat lebih mudah 1. Bahasa salinan hendaklah sama
memobilisasi rakyat khususnya di daerah – daerah soeasananya dengan bahasa asing jang
terpencil serta mempermudah menyebarkan bahasa disalin itoe. Tetapi hal ini tidak berarti
Jepang. bahwa soeasana ataoe atoeran jang
Prosedur “Kodifikasi” yang dilakukan Jepang khoesoes bagi bahasa Indonesia
dengan membentuk komisi bahasa dan mengumpulkan dilenyapkan.
ahli bahasa merupakan sebuah teknik propaganda. 2. Bahasa Indonesia jang dipakai ialah bahasa
Menurut teori Decker mengenai teknik – teknik Indonesia zaman sekarang.
propaganda yang digunakan oleh Jepang, prosedur II. Kata – Kata
“Kodifikasi” termasuk ke dalam Teknik Mengatur 1. Sedapatnya dicari kata Indonesia jang
Keadaan (Card Stacking). Teknik ini mengarahkan soedah ada oentoek mengganti kata asing
masyarakat kepada keadaan pemikiran yang dikehendaki. ataoe kalaoe tidak ada kata daerah jang
Teknik ini menerapkan seni mengelabui demi moedah didjadikan kata Indonesia
kepentingan kelompok, bangsa, perbuatan, kepercayaan 2. Kalaoe kedoeanya tidak ada, oleh karena
atau cita – cita. 27 Jepang mendirikan Komisi Bahasa pengertian ataoe benda jang diperkatakan
Indonesia untuk mengatur ahli – ahli bahasa Indonesia itoe tidak ada ataoe tidak diketahoei dalam
dan menghilangkan pengaruh – pengaruh bahasa Belanda lingkoengan bahasa Indonesia, maka
dalam bahasa Indonesia. Jepang juga berusaha hendaklah diboeat kata baroe ataoe
mengarahkan lembaga ini untuk membantu Jepang dalam soesoenan baroe jang sesingkat –
menyebarkan bahasa Jepang. Hal ini terbukti dengan singkatnja.
adanya tokoh – tokoh Jepang dalam lembaga tersebut dan 3. Memboeat kata baroe itoe sedapat –
dapatnja dengan djalan memperhatikan
24
Tjahaja, Kepoetoesan Komisi Bahasa Indonesia I, no. 13, th. pengertian ataoe benda itoe sendiri.
III, Jumat 14 Januari 1944 4. Kalaoe tidak dapat kata dengan djalan 3,
25
Jerome Samuel, op cit, hlm. 212 baroelah boleh menjalin arti kata asing itoe.
26
Tjahaja, Menjelidiki Bahasa – Bahasa Daerah di Indonesia
dan Melajoe, no. 26, th. III, Sabtu 29 Januari 1944
27 28
Yundi Fitrah, op cit, hlm. 20 Jerome Samuel, op cit, hlm.204

596
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

5. Kalaoe djalan 4 tidak djoega berhasil, oleh Jepang di negerinya sendiri. Jepang dengan tegas
baroelah boleh memakai kata asing memerintahkan penggunaan bahasa Indonesia sebagai
6. Dalam memilih kata – kata menoeroet 5, bahasa perhubungan dan melarang penggunaan bahasa
bahasa Arab, bahasa Sanskerta dan bahasa Belanda. Meskipun penggunaan bahasa daerah tidak
Nippon didahoeloekan. dilarang, penggunaan bahasa Indonesia tetap diharuskan
7. Kata Barat dipakai sedapat – dapatnja dalam situasi-situasi formal.
dengan memilih kata jang bersifat Selain memaksa penggunaan bahasa Indonesia,
Internasional Jepang juga menerapkan cara lain untuk melancarkan
III. Ejaan penyebaran bahasa Indonesia dan melenyapkan pengaruh
1. Oentoek sementara, sebeloem ada bahasa Belanda. Cara tersebut yakni mengganti
ketentoean baroe sedapat – dapatnja bermacam-macam nama Belanda ke dalam bahasa
dipakai ejaan Van Ophuysen Indonesia. Nama tersebut seperti nama wilayah atau
2. Sedapat – dapatnja kata asing hendaklah jalan, nama rokok, nama toko, dan lain - lain. Contoh
ditoelis dengan edjaan dan boenji bahasa perubahan nama – nama peninggalan pada masa
Indonesia.”29 penjajahan Belanda yakni sebagai berikut :
- “Batavia” resmi diganti menjadi “Jakarta” pada 8
Pedoman penerjemahan ini digunakan oleh Desember 1942 saat perayaan Hari Pembangunan
Komisi Bahasa Indonesia untuk menjalankan prosedur Asia Raya.32
“Pengembangan”. Contoh hasil prosedur - “Heerenstraat” menjadi “Embong Lodji”,
“Pengembangan” tersebut dapat dilihat pada kolom “Marktstraat” menjadi “Embong sangar Ketjil”,
bahasa Indonesia yang ada di dalam surat kabar yang “Kalverstraat” menjadi “Embong Kali
terbit pada masa itu, yaitu : Gembong”33
- “Koersoes” dari kata asing “cursus” yang berarti - “Volks en desascholen” menjadi “Sekolah
kesempatan belajar Pertama”, “Volledige 2e Klasse School” dan
- “Lambang” dari kata asing “Symbool” segala macam sekolah sambungan
- “Nomor Boekti” dari kata asing “Vervolgscholen” menjadi “Sekolah Rakyat” 34
“Bewijsnummer”30 - “Barbier” menjadi “tukang cukur”,
- “Maart” menjadi “Maret” “Schoenmaker” menjadi “tukang sepatu”,
- “Augustus” menjadi “Agoestoes” “Drukkerij” menjadi “percetakan”35
- “October” menjadi “Oktober” Jepang juga menarik buku-buku berbahasa
- “December” menjadi “Desember” Belanda dan sebagai gantinya menerbitkan buku-buku
- “Kami tidak berbuat demikian, ‘althans’ saya berbahasa Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang
tidak” menjadi “Kami tidak berbuat demikian , tercatat bahwa komposisi terbitan – terbitan yakni
‘yang sudah terang’ saya tidak” atau “itu perlu, terbitan berbahasa Indonesia (338 item atau 88,2%),
‘althans’ buat saya” menjadi “itu perlu, ‘hanya’ bahasa Jawa (53 item atau 13,8%), bahasa Jepang (48
buat saya”.31 item atau 12,5%) dan bahasa Sunda (27 item atau 7%). 36
Prosedur “Pengembangan” yang dilakukan oleh Tak kurang akal, Jepang mengumumkan sayembara-
Komisi Bahasa Indonesia termasuk ke dalam Teknik sayembara menggunakan bahasa Indonesia kepada
Mengatur Keadaan (Card Stacking), sama seperti pada masyarakat, seperti sayembara untuk membuat lagu
prosedur “Kodifikasi”. Jepang berusaha mengatur Komisi tentang menabung dalam bahasa Indonesia sebagai
Bahasa Indonesia dalam prosedur “Pengembangan” agar propaganda Jepang dalam mengajak rakyat Indonesia
melakukan hal yang diinginkan oleh Jepang. Hal tersebut agar giat menabung. 37 Jepang bahkan mengajarkan
dapat terlihat dalam pedoman penerjemahan yang bahasa Indonesia pada prajurit – prajuritnya.38
digunakan oleh Komisi Bahasa Indonesia. Pada nomor 6 Selain itu Komisi Bahasa Indonesia juga sangat
bagian Kata –Kata dalam mengartikan kata – kata asing giat menyelidiki dan menyebarkan kosa kata bahasa
jika tidak bisa menggunakan bahasa Indonesia atau Indonesia yang baku. Kosa kata bahasa Indonesia yang
bahasa daerah, diutamakan menggunakan bahasa Arab, baku tersebut disebarkan melalui surat kabar yang terbit
bahasa Sanskerta dan bahasa Jepang. Poin ini pada masa itu. Usaha lain untuk memperluas penggunaan
memberikan keuntungan bagi penyebaran bahasa Jepang. bahasa Indonesia yang baku adalah penyelenggaraan
Prosedur “Penyebaran” adalah prosedur yang
dilakukan untuk menyebarkan bahasa yang sebelumnya 32
Kanpo, Makloemat : Nama ‘Batavia’ Diganti dengan
telah dirancang. Berbeda dengan Aasen, Jepang ‘Djakarta’, no. 5, th. I, Desember 1942, hlm. 5
menerapkan prosedur “Penyebaran” dengan tegas dan 33
Soeara Asia, Penggantian Nama – Nama Djalan, no. 19, th.
memaksa. Cara Jepang yang memaksakan penyebaran 1, Senin 22 Juni 1942, hlm. 4
34
Kanpo, Atoeran tentang Sekolah, no. 1, th. I, Agustus 1942,
bahasa Indonesia ini mirip dengan cara yang diterapkan hlm. 33
35
Kanpo, Makloemat : Tentang Nama – Nama Bahasa
29
Pandji Poestaka, 29 Agustus 1942, dalam Jerome Samuel, Belanda dan Palang Merah, no. 4, th. I, November 1942, hlm. 20
36
op cit, hlm. 205 Jerome Samuel, op cit, hlm. 202
30
Tjahaja, Kata – Kata Baroe yang soedah Disahkan oleh 37
Asia Raja, Sajembara ‘Njanjian Menaboeng Oeang’ dalam
Komisi Bahasa Indonesia, no. 16, th. III, Selasa 18 Januari 1944 Bahasa Indonesia, no. 25, th. IV, Senin 29 Januari 1945
31 38
Pembangoen, Bahasa Indonesia, no. 200, th. X, Rabu 28 Soeara Asia, Serdadoe Nippon Mempeladjari Bahasa
Oktober 1942, hlm. 3 Indonesia, no. 8, th. 1, Selasa 9 Juni 1942, hlm. 2

597
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

kursus bahasa Indonesia. Kursus bahasa Indonesia itu bahasa Jepang ini diselenggarakan dibawah pengajaran
salah satunya diselenggarakan oleh Balai Pengajaran.39 guru – guru dari Jepang secara langsung. 44 Jepang juga
Bahasa Indonesia juga diajarkan pada kaum menawarkan pekerjaan pada masyarakat yang menguasai
peranakan agar mereka tidak lagi menggunakan bahasa bahasa Jepang atau telah menempuh pendidikan bahasa
Belanda. Kursus bahasa Indonesia pada kaum peranakan Jepang. Dengan cara ini masyarakat akan semakin
itu diselenggarakan di Kooa Bunka Kaikan (Balai Budaya berminat mempelajari bahasa Jepang dengan harapan
Asia Bangun) dan dipimpin oleh P.F. Dahler yang akan mendapat pekerjaan dengan mudah.45
merupakan perwakilan kaum peranakan di dalam Chuuo Jepang juga memberikan kursus bahasa Jepang
Sangi-In. Kursus bahasa Indonesia ini diadakan sebanyak pada kaum peranakan sehingga bahasa Jepang juga
dua kali seminggu.40 tersebar di kalangan kaum peranakan. Kursus bahasa
Jepang juga menjadikan bahasa Indonesia sebagai Jepang ini diselenggarakan di Kooa Bunka Kaikan (Balai
syarat penerimaan pegawai negeri. Pada pengumuman Budaya Asia Bangun) dan dipimpin oleh Nomachi dan
penerimaan pegawai negeri di majalah Kanpo dijelaskan Gijsburg. Kursus bahasa Jepang ini diadakan sebanyak
bahwa pelamar harus menjawab sebisanya dengan bahasa dua kali seminggu. 46 Selain mengadakan sekolah dan
Jepang, namun diperbolehkan menjawab dengan bahasa kursus bahasa Jepang, pemerintah balatentara Jepang
Indonesia jika belum menguasai bahasa Jepang. 41 Jepang juga mengadakan pelajaran bahasa Jepang di sekolah –
menjadikan bahasa Indonesia sebagai syarat penerimaan sekolah yang sudah ada seperti di sekolah Taman
murid di sekolah – sekolah. Dalam pengumuman Siswa.47
penerimaan murid baru di sekolah – sekolah pada masa Kursus bahasa Jepang ini tidak hanya
pendudukan Jepang, seperti Jakarta Ika Daigaku, diperuntukkan untuk masyarakat yang belum memiliki
dijelaskan bahwa ujian yang diselenggarakan mencakup pekerjaan, tapi juga diajarkan pada pegawai negeri di
ujian bahasa Indonesia selain ujian bahasa Nippon dan kantor-kantor pemerintahan. Jepang mengambil beberapa
ilmu pengetahuan yang lain.42 perwakilan para pegawai untuk mengikuti kursus bahasa
Jepang menjadikan penguasaan bahasa Indonesia Jepang. 48 Jepang juga mengadakan perlombaan bahasa
sebagai syarat kelulusan dalam ujian untuk menjadi guru Jepang di kalangan pegawai pemerintahan, seperti yang
sekolah rakyat. Dalam sebuah surat kabar dijelaskan diadakan di Cirebon. Perlombaan tersebut berupa
bahwa untuk menambah jumlah guru, balatentara Jepang perlombaan berpidato menggunakan bahasa Jepang. 49
mengadakan ujian kesetaraan bagi masyarakat umum. Jepang berharap agar penggunaan bahasa Jepang
Ujian tersebut dibagi menjadi 3 jenis yaitu ujian Kokumin dikalangan pegawai pemerintah semakin meluas dengan
Gakkoo Seikyooin (Guru Biasa di Sekolah Rakyat), ujian usaha ini.
Kokumin Gakkoo Jiinkyooin (Guru Penolong di Sekolah Jepang kemudian menjadikan bahasa Jepang
Rakyat), dan ujian Shoto Kokumin Gakko (Guru Sekolah sebagai syarat penerimaan pegawai negeri dan guru. Pada
Pertama). Dijelaskan juga dalam ketiga jenis ujian penerimaan pegawai negeri, Jepang menganjurkan
tersebut terdapat ujian bahasa Indonesia, disamping ujian penggunaan bahasa Jepang dalam kegiatan tersebut.
bahasa Jepang, bahasa daerah, dan ilmu pengetahuan Meskipun para peserta diperbolehkan menjawab
yang lain.43 sebisanya dalam bahasa Jepang dan diperbolehkan
Selain memperluas penggunaan bahasa Indonesia, menggunakan bahasa Indonesia jika tidak menguasai
Jepang juga berusaha untuk menyebarkan bahasanya bahasa Jepang, namun dapat dipahami bahwa penguasaan
sendiri. Jepang melakukan berbagai cara untuk bahasa Jepang menjadi nilai tambah dalam penerimaan
menyebarkan bahasa Jepang. Cara tersebut seperti pegawai negeri.50 Dalam penerimaan calon guru sekolah
berpidato tentang pentingnya bahasa Jepang, rakyat, para calon guru harus menempuh ujian bahasa
mempublikasikan pelajaran bahasa Jepang dalam surat Jepang agar dapat diterima sebagai guru di sekolah
kabar dan majalah, mengadakan kursus dan sekolah rakyat, disamping ujian bahasa Indonesia, bahasa daerah
bahasa Jepang secara gratis dan menawarkan pekerjaan dan ujian ilmu pengetahuan yang lain. 51
bagi masyarakat yang menguasai bahasa Jepang. Jepang
juga mengadakan berbagai sayembara dalam bahasa
Jepangseperti sayembara nama rokok, lagu perjuangan, 44
Kanpo, Makloemat : Tentang Sekolah Bahasa Nippon, no. 3,
dan lain - lain. th. I, Oktober 1942, hlm. 12
Jepang membuka sekolah bahasa Jepang untuk 45
Kanpo, Tentang Panggilan Bekas Moerid Nippon-go
masyarakat umum secara gratis agar bahasa Jepang dapat Gakkoo, no. 7, th. II, Febuari 1943, hlm. 20
46
meluas di kalangan masyarakat Indonesia. Sekolah Asia Raja, Kaoem Indo Giat Beladjar Bahasa Indonesia, no.
4, th. IV, Kamis 4 Januari 1945
47
Soeara Asia, Pergoeroean Taman Siswa : Dapat Peladjaran
39
Tjahaja, Koersoes Bahasa Indonesia, no. 24, th. III, Kamis Bahasa serta Olah Raga dari Goeroe – Goeroe Nippon, no. 17, th. 1,
27 Januari 1944 Jumat 19 Juni 1942, hlm. 3
40 48
Asia Raja, Kaoem Indo Giat Beladjar Bahasa Indonesia, no. Soeara Asia, Koersoes Bahasa Nippon, no. 14, th. 1, Selasa
4, th. IV, Kamis 4 Januari 1945 16 Juni 1942, hlm. 3
41 49
Kanpo, Tentang Mengadakan Kesempatan kepada Asia Raja, Pegawai Tjirebon Shuu dan Bahasa Nippon, no.
Pendoedoek Asli oentoek Diangkat mendjadi Pegawai Negeri, no. 7, th. 26, th. IV, Selasa 30 Januari 1945
50
II, Febuari 1943, hlm. 4-5 Kanpo, Tentang Mengadakan Kesempatan kepada
42
Tjahaja, Penerimaan Peladjar – Peladjar Baroe Djakarta Pendoedoek Asli oentoek Diangkat mendjadi Pegawai Negeri, no. 7, th.
Ika Daigaku, no. 22, th. III, Selasa 25 Januari 1944 II, Febuari 1943, hlm. 4-5
43 51
Asia Raja, Oedjian oentoek mendjadi Goeroe Sekolah Rakjat Asia Raja, Oedjian oentoek mendjadi Goeroe Sekolah Rakjat
dengan Tjara Loear Biasa, no. 10, th. IV, Kamis 11 Januari 1945 dengan Tjara Loear Biasa, no. 10, th. IV, Kamis 11 Januari 1945

598
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Jepang juga berusaha menambah antusiasme sandiwara tersebut kemudian diperiksa oleh Madioen
masyarakat Indonesia untuk mempelajari bahasa Jepang Shuuchoo Hookookai dan Pusat Kesenian Madiun.
melalui perlombaan dan sayembara. Dengan iming – Sayembara ini juga disertai hadiah dalam bentuk uang
iming hadiah, Jepang berharap masyarakat Indonesia untuk menambah antusiasme masyarakat.56
menjadi semakin bersemangat untuk mempelajari bahasa Jepang juga menjadikan bahasa daerah sebagai
Jepang. Perlombaan tersebut misalnya berupa percakapan syarat penerimaan menjadi guru sekolah rakyat.
dan mengarang dalam bahasa Jepang, serta menyanyikan Dijelaskan bahwa para calon guru harus menempuh ujian
lagu – lagu Jepang.52 bahasa daerah, disamping menempuh ujian bahasa
Penggantian nama – nama Belanda atau Barat Jepang, bahasa Indonesia, dan ilmu pengetahuan yang
tidak ke dalam bahasa Indonesia saja, namun juga ke lain.57 Hal ini karena banyaknya anak – anak usia sekolah
dalam bahasa Jepang. Contoh penggantian nama – nama yang belum menguasai bahasa Jepang dan bahasa
ke dalam bahasa Jepang yakni : Indonesia yang baku. Guru – guru sekolah rakyat perlu
- Rokok “Maskot” menjadi rokok “Kooa” yang menguasai bahasa daerah agar dapat berinteraksi dengan
berarti ‘Asia Bangun’ murid – murid tersebut, khususnya di daerah – daerah
- Rokok “Davros” menjadi rokok “Mizoeho” yang terpencil.
berarti ‘Padi’ Prosedur “Penyebaran” ini termasuk kedalam
- Rokok “Double Ace” menjadi rokok “Sekidoo” Teknik Mengatur Keadaan (Card Stacking), sama seperti
yang berarti ‘Khatulistiwa’53 prosedur “Kodifikasi” dan “Elaborasi”. Jepang berusaha
- “Oranje Boulevard” menjadi “Jalan Raya Syoowa”, mengatur pemikiran dan kehidupan bangsa Indonesia
“Van Heutz Boulevard” menjadi “Jalan Imamura”, agar sesuai dengan kehendak Jepang dengan
“Nassau Boulevard” menjadi “Jalan Raya Meiji”54 menyebarkan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang.
Tindakan Jepang ini rupanya didorong oleh Jepang menyebarkan bahasa ini dengan melalui berbagai
keinginan Jepang untuk menjadikan bahasa Jepang cara seperti sayembara, kewajiban penggunaan bahasa
sebagai bahasa perhubungan dalam lingkungan Asia Indonesia dan Jepang, penggantian nama – nama
Raya. Hal ini tersirat dalam sebuah surat kabar yang Belanda, dan lain – lain. Dengan begitu, bahasa Belanda
mengungkapkan bahwa bahasa Jepang sangat penting akan lebih cepat dilupakan oleh bangsa Indonesia dan
untuk dikuasai agar dapat menghubungkan dan hilang kedudukannya bersamaan dengan pengaruh Barat
menyatukan kawasan Asia Timur Raya seperti Birma, di Indonesia sehingga Jepang dapat lebih leluasa
Filipina dan Indonesia. Selain itu posisi Jepang sebagai menancapkan pengaruhnya.
pemimpin dan Tokyo sebagai pusatnya menjadikan
bahasa Jepang sebagai bahasa perhubungan yang pantas,
sehingga sudah sepantasnya masyarakat harus giat Dampak Language Planning Bahasa Indonesia
mempelajari bahasa Jepang untuk mempererat persatuan Program Language Planning yang diterapkan oleh
Asia Timur Raya. 55 Tentu saja Jepang juga memiliki Jepang merupakan sebuah program yang membawa
tujuan lain yang tersirat dalam propagandanya ini yakni revolusi terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Program
menyebarkan pengaruhnya ke dalam semua daerah ini membawa berbagai dampak pada masyarakat di
jajahannya. Indonesia mengingat berkat program ini penggunaan
Prosedur Penyebaran ternyata juga terjadi pada bahasa Indonesia yang baku semakin meluas di berbagai
bahasa daerah. Selain memperbolehkan penggunaan kalangan. Secara garis besar, dampak yang terjadi akibat
bahasa daerah dalam kehidupan sehari – hari dan dari kebijakan Language Planning pada masa
menjadikan bahasa daerah sebagai alat untuk pendudukan Jepang dapat dibedakan menjadi dua yakni
menyebarkan bahasa Jepang, pemerintah balatentara dampak positif dan negatif.
Jepang juga menjadikan bahasa daerah sebagai alat Dampak positif dari Language Planning di
propaganda. Penggunaan bahasa daerah sebagai alat Indonesia sangat beragam. Melalui Language Planning,
propaganda salah satunya terdapat dalam bentuk bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi bangsa Indonesia
sandiwara. Dalam sebuah surat kabar berbahasa daerah, secara nyata. Tidak seperti pada masa kolonial, bahasa
diadakan sayembara membuat naskah sandiwara untuk Indonesia digunakan dalam setiap kegiatan – kegiatan
daerah Madiun dan sekitarnya. Tertulis bahwa bahasa formal hampir di seluruh kalangan. Salah satunya adalah
yang digunakan adalah bahasa Jawa, namun harus ditulis pada urusan pemerintahan. Pemerintah Balatentara
dalam huruf latin. Naskah sandiwara yang dikirim harus Jepang mewajibkan penggunaan bahasa Indonesia pada
mengandung semangat perjuangan, kemerdekaan, pegawai – pegawai negeri. Selain itu bahasa Indonesia
menambah hasil bumi dan menabung. Naskah – naskah juga menjadi bahasa pendidikan di Indonesia. Bahasa
Indonesia dijadikan sebagai syarat penerimaan murid dan
menjadi mata pelajaran di sekolah.
52
Kanpo, Berita Gunseikanbu : Tentang pertandingan Berkat Language Planning ini kesadaran
mempergoenakan bahasa dan Njanjian Nippon, no. 7, th. II, Febuari
1943, hlm. 11-12
masyarakat Indonesia terhadap pentingnya bahasa
53
Kanpo, Mengganti Nama – Nama Rokok, no. 6, th. II,
Januari 1943, hlm. 14
54
Tjahaja, Penggantian Nama – Nama Jalan, no. 24, th. III, 56
Madioen Syuu, Sajembara Membuat Lakon Sandiwara
Kamis 27 Januari 1944 Djawa, no. 20, th. 2, Selasa 30 Januari 1945, hlm. 1
55 57
Sinar Baroe, Bahasa Nippon, no. 424, th. II, Senin 22 Asia Raja, Oedjian oentoek mendjadi Goeroe Sekolah Rakjat
November 1943 dengan Tjara Loear Biasa, no. 10, th. IV, Kamis 11 Januari 1945

599
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Indonesia semakin tinggi. Berbagai tulisan di surat kabar menyediakan dua buah kelas agar dapat menampung para
berbicara tentang pentinya bahasa Indonesia. Armijn peserta kursus.60
Pane dalam sebuah surat kabar menulis tentang Kebijakan language Planning Jepang juga
pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baku dan memberikan dampak positif dalam dunia sastra
ujian bahasa bagi para pegawai. Indonesia. Kebebasan penggunaan bahasa Indonesia
semakin mematangkan sastrawan – sastrawan dalam
“Mereka loepa, oleh bahasa jang tidak karya sastra berbahasa Indonesia. Salah satunya adalah
teratoer, pekerdjaan dapat katjaoe. Orang moedah Chairil Anwar yang selalu melakukan percobaan dengan
mendapat salah paham. Masjarakat jang teratoer kata – kata baru. Kata – katanya yang terkenal adalah
perloe kepada bahasa yang teratoer. Memang baik prosa yang dia tujukan pada H.B. Jassin pada tahun 1944,
sekali sikap jang diperlihatkan oleh soeatoe kantor yaitu : “Prosaku, puisi juga, dalamnya ‘tiap kata’ akan
jang soedah memasang advertensi dalam soeatoe kugali – korek sedalamnya, hingga ke kernwood, ke
soerat kabar meminta pegawai. Pegawai itoe mesti kernbeeld.”61
paham bahasa Indonesia. Hal itoe mendjadi Bahasa – bahasa sajak yang digunakan Chairil
soeatoe sjarat jang penting. Artinja kalaoe tidak Anwar bukan lagi bahasa buku yang terpisah dari
paham, dia tidak akan diterima. Kita tidak heran, kehidupan, namun bahasa sehari – hari yang sudah
kalaoe sikap jang begitoe akan ditjontoh djoega familiar. Chairil Anwar selalu berusaha memilih kata –
oleh kantor – kantor lain. Tetapi bagi pegawai kata yang akan digunakan dengan cermat agar sajak
jang soedah bekerdja dapat poela diadakan atoeran buatannya dapat menggambarkan kehidupan dengan
semacam itoe. Sekarang mereka diberi jelas. 62 Selain Chairil Anwar, pada masa pendudukan
kesempatan oentoek memperbaiki bahasa Jepang juga muncul penyair – penyair baru seperti
Indonesianja, misalnja dalam waktoe 6 boelan. Rosihan Anwar, Usmar Ismail, Amal Hamzah, Anas
Kemoedian akan dioedji dalam hal bahasa. Siapa Ma’ruf, M.S. Ashar, serta dua penyair wanita yaitu Maria
jang tidak menang, dianggap tidak tjakap.“58 Amin dan Nursjamsu.
Selain syair, pada masa pendudukan Jepang juga
Kesadaran terhadap pentingnya bahasa Indonesia terjadi perkembangan dalam hal cerpen, drama dan film.
tidak hanya tumbuh di kalangan tokoh – tokoh Berbagai karya cerpen, drama dan film banyak
pergerakan saja, namun tumbuh di kalangan umum. Hal bermunculan dalam bahasa Indonesia. Perkembangan
ini dapat terlihat dari tulisan – tulisan terbuka yang yang terjadi ini selain karena kebebasan penggunaan
dimuat di surat kabar pada masa pendudukan Jepang. bahasa Indonesia, juga disebabkan oleh usaha Jepang
Berbagai tulisan dari kalangan umum di surat kabar dalam mengumpulkan seniman – seniman Indonesia
banyak yang menjelaskan tentang pentingnya bahasa untuk membuat lagu, sajak, sandiwara, film, dan
Indonesia. Salah satunya adalah tulisan dari seseorang sebagainya demi propaganda Jepang. Hal – hal buruk
yang bernama Moh. Subedjo dari Bondowoso. Dia yang terjadi pada rakyat Indonesia saat pendudukan
berpendapat bahwa bahasa Indonesia memiliki tujuh Jepang juga mendorong para seniman untuk
manfaat, yaitu : 1) menjauhkan rasa tinggi hati dan mengekspresikannya ke dalam karya – karyanya yang
mendekatkan rasa cinta bangsa; 2) memperdalam rasa berbahasa Indonesia meskipun secara diam – diam.
persatuan (kebangsaan) Indonesia; 3) mempertinggi Kesadaran yang tinggi terhadap bahasa nasional di
derajat bangsa Indonesia; 4) melaksanakan kemerdekaan kalangan rakyat Indonesia mendorong kematangan
Indonesia; 5) menjauhkan rasa malu (takut) dan mental rakyat Indonesia sebagai sebuah bangsa yang
membuang rasa lemah; 6) mempertinggi kedaulatan merdeka. Terlebih lagi melalui propaganda – propaganda
Indonesia merdeka di kemudian hari; 7) memperlihatkan Jepang tentang janji – janji kemerdekaannya dan usaha –
ke negeri luar adanya suatu bangsa Indonesia dalam usaha tokoh – tokoh pergerakan dalam mencapai
dunia ini.59 kemerdekaan Indonesia, keinginan rakyat Indonesia
Semakin tingginya kesadaran akan pentingnya untuk merdeka pun semakin besar. Meskipun banyak
bahasa Indonesia, membuat rakyat Indonesia semakin terjadi eksploitasi dan kekejaman yang dilakukan oleh
antusias untuk mempelajarinya. Terutama bagi mereka Jepang terhadap bangsa Indonesia, hal tersebut tidak
yang ingin mendapatkan pendidikan yang tinggi dan menyurutkan semangat bangsa Indonesia. Berkat semua
pekerjaan yang bagus. Bahasa Indonesia tak hanya itu, bangsa Indonesia memiliki keberanian dan semangat
diajarkan di sekolah – sekolah saja, kursus bahasa yang besar dalam meraih kemerdekaannya yang
Indonesia pun diadakan untuk memberikan kesempatan dibuktikan dalam perlawanan bangsa Indonesia terhadap
bagi kalangan non – pelajar untuk dapat menguasai pasukan Belanda yang ingin menguasai kembali
bahasa Indonesia yang baku. Kursus bahasa Indonesia itu Indonesia saat Jepang menyerah kepada sekutu.
salah satunya diselenggarakan oleh Balai Pengajaran. Disamping dampak – dampak positif yang dibawa
Dijelaskan pula bahwa peserta yang mengikuti kursus oleh Language Planning, juga terdapat dampak negatif
tersebut sangat banyak hingga Balai Pengajaran harus yang dibawa oleh kebijakan Jepang ini. Berbagai macam
60
Tjahaja, Koersoes Bahasa Indonesia, no. 24, th. III, Kamis
58
Soeara Asia, Soeara Pers : Oedjian Bahasa, no. 17, th. 1, 27 Januari 1944
61
Jumat 19 Juni 1942, hlm. 3 Ajip Rosidi, 1969, Ichtisar Sedjarah Sastra Indonesia,
59
Asia Raja, Bahasa : Dasar (Fundament) Kemerdekaan Bandung : Binatjipta, hlm. 82
62
Negara, no. 98, th. IV, Selasa 24 April 1945 Ajip Rosidi, loc cit

600
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

dampak negatif muncul sebagai akibat dari kebijakan


Language Planning Jepang. Dampak negatif tersebut PENUTUP
seperti munculnya perasaan – perasaan negatif terhadap
bahasa daerah di masyarakat. Adanya perasaan negatif Kedudukan bahasa Indonesia tetap berada di
terhadap bahasa daerah di masyarakat ini dibuktikan bawah bahasa Belanda yang merupakan bahasa
dengan tulisan – tulisan terbuka yang terdapat di koran. pemerintah hingga kedatangan Jepang di Indonesia.
Salah satunya adalah tulisan dari seseorang yang Jepang menerapkan kebijakan anti Barat di Indonesia.
bernama Moh. Subedjo dari Bondowoso yang Salah satu dari kebijakan tersebut yaitu politik bahasa
sebelumnya menuliskan tujuh manfaat penggunaan yang berupa pelarangan bahasa Belanda. Jepang
bahasa Indonesia menurut pendapatnya. Dia menulis melarang penggunaan bahasa Belanda dalam berbagai hal
bahwa dia merasa prihatin karena masih banyak rakyat dan mengharuskan penggunaan bahasa Indonesia. Jepang
Indonesia yang menggunakan bahasa daerah sehari – juga berusaha menyebarkan bahasa Jepang di Indonesia
hari. Menurutnya penggunaan bahasa daerah membuat dengan berbagai cara. Alasan Jepang menerapkan politik
masyarakat Indonesia menjadi terbelakang dan sulit bahasa ini karena Jepang ingin menghilangkan pengaruh
bersatu karena adanya perbedaan bahasa daerah serta Belanda di Indonesia. Selain itu dengan mengharuskan
perasaan yang ingin meneguhkan bahasa daerahnya penggunaan bahasa Indonesia akan memudahkan Jepang
masing - masing. Selain itu bahasa daerah digunakan oleh dalam berkomunikasi dengan rakyat Indonesia yang
Belanda untuk menginjak – injak derajat bangsa memiliki beraneka ragam bahasa lokal dan memobilisasi
Indonesia. Dia mencontohkan dengan kejadian di mereka demi kepentingan perang Jepang.
Sidoarjo tahun 1933 bagaimana pejabat – pejabat pribumi Politik bahasa yang diterapkan oleh Jepang ini
diharuskan untuk menggunakan bahasa Jawa Krama jika merupakan suatu kebijakan Language Planning.
berbicara pada Asisten Residen yang merupakan bangsa Language Planning adalah suatu aktivitas
Belanda. Sebaliknya Asisten Residen tersebut berbicara mempersiapkan sebuah ortografi, tata bahasa dan kamus
menggunakan bahasa Jawa Ngoko kepada pejabat – yang normatif untuk panduan para penulis dan pembicara
pejabat pribumi tersebut.63 dalam suatu komunitas bahasa yang non – homogen.
Perasaan negatif terhadap bahasa daerah ini Language Planning dijalankan oleh pemerintah ketika
muncul karena rasa nasionalisme yang sangat tinggi yang terdapat suatu masalah linguistik dalam negara tersebut.
muncul pada masa itu akibat dari banyaknya propaganda Prosedur Language Planning dibedakan menjadi empat
– propaganda tentang bahasa Indonesia, baik yang yakni Seleksi, Kodifikasi, Pengembangan dan
berasal dari Jepang atau bangsa Indonesia sendiri. Penyebaran.
Pesatnya pertumbuhan rasa nasionalisme yang tidak Pada prosedur “Seleksi”, Jepang memilih bahasa
sebanding dengan pemahaman terhadap ilmu Indonesia sebagai bahasa perhubungan. Tindakan Jepang
pengetahuan dan budaya tanah air dapat menimbulkan ini masuk kedalam teknik propaganda “Pengalihan”.
paham ultranasionalisme atau fasisme dalam diri Jepang menggunakan bahasa Indonesia sebagai simbol
masyarakat. untuk mengobarkan rasa nasionalisme dan memobilisasi
Kebijakan Language Planning bahasa Indonesia bangsa Indonesia. Pada prosedur “Kodifikasi”, Jepang
juga dimanfaatkan oleh Jepang untuk melakukan membentuk Komisi Bahasa Indonesia untuk melakukan
propaganda – propaganda kepada bangsa Indonesia. pengembangan dan pembinaan bahasa. Tindakan ini
Berbagai bentuk propaganda dilakukan Jepang dengan masuk ke dalam teknik propaganda “Mengatur Keadaan”.
menggunakan bahasa Indonesia. Akibatnya Jepang dapat Jepang membentuk lembaga tersebut agar dapat
memobilisasi dan mengekspolitasi rakyat Indonesia mengendalikan lembaga tersebut dan anggota –
dengan lebih mudah. Banyak rakyat Indonesia yang anggotanya sehingga sesuai dengan keinginan Jepang.
menderita karena eksploitasi Jepang yang tidak Pada prosedur “Pengembangan”, Komisi Bahasa
manusiawi. Indonesia melakukan pengembangan peristilahan dalam
Selain itu kebijakan ini juga menambah bahasa Indonesia. Tindakan ini masuk ke dalam teknik
kebencian rakyat pribumi terhadap bangsa Belanda dan propaganda “Mengatur Keadaan”, meskipun hal ini
kaum peranakan yang ada di Indonesia. Saat Jepang dilakukan oleh Komisi Bahasa Indonesia karena Jepang
melarang penggunaan bahasa Belanda dan mengharuskan yang mengendalikan lembaga tersebut. Pada prosedur
penggunaan bahasa Indonesia, Jepang juga menyebarkan “Penyebaran”, Jepang menyebarkan penggunaan bahasa
keburukan – keburukan bangsa Belanda pada rakyat Indonesia dan bahasa Jepang. Tindakan ini masuk ke
pribumi Indonesia agar rakyat pribumi tidak lagi dalam teknik propaganda “Mengatur Keadaan”, karena
memakai bahasa Belanda. Akibatnya nasib warga Jepang berusaha mengatur penggunaan bahasa di
Belanda dan peranakan menjadi sangat menyedihkan Indonesia sehingga bahasa Belanda segera hilang
karena selain mendapat perlakuan kejam dari bangsa kedudukannya. Melalui prosedur – prosedur tersebut
Jepang, mereka juga dibenci oleh rakyat pribumi. Tidak dapat diketahui bahwa politik bahasa yang dijalankan
jarang mereka mendapat perlakuan kasar dari rakyat oleh Jepang merupakan bagian dari propaganda Jepang
pribumi seperti perampokan atau penghinaan. secara tidak langsung. Politik bahasa ini memungkinkan
Jepang untuk mengendalikan bangsa Indonesia dengan
mudah dan menyembunyikan tujuan propaganda Jepang
63
Asia Raja, Bahasa : Dasar (Fundament) Kemerdekaan yang sebenarnya
Negara, no. 98, th. IV, Selasa 24 April 1945

601
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Kebijakan Language Planning yang dilakukan Kanpo. Maret 1943. Makloemat : Tentang Mereka yang
oleh Jepang membawa berbagai dampak pada bangsa Menyeroepai tanda Moesoeh, dan sebagainya. no.
Indonesia. Dampak tersebut terbagi menjadi dua yakni 8. th. II
dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif
kebijakan tersebut yaitu menguatnya kedudukan bahasa Sumber Surat Kabar
Indonesia sebagai bahasa nasional, kesadaran masyarakat Asia Raja. Kamis 4 Januari 1945. Kaoem Indo Giat
terhadap bahasa nasional menjadi semakin tinggi, Beladjar Bahasa Indonesia, no. 4, th. IV
semakin banyaknya karya – karya seni dan sastra dalam
bahasa Indonesia dan mematangkan mental bangsa Asia Raja. Kamis 11 Januari 1945. Oedjian oentoek
Indonesia sebagai bangsa yang merdeka. Sedangkan mendjadi Goeroe Sekolah Rakjat dengan Tjara
dampak negatif kebijakan tersebut yakni timbulnya Loear Biasa. no. 10. th. IV
perasaan – perasaan negatif terhadap bahasa daerah,
semakin banyaknya eksploitasi yang dilakukan oleh Asia Raja. Senin 29 Januari 1945. Sajembara ‘Njanjian
Jepang kepada bangsa Indonesia dan semakin tingginya Menaboeng Oeang’ dalam Bahasa Indonesia. no.
kebencian rakyat pribumi kepada bangsa Belanda di 25. th. IV
Indonesia.
Asia Raja. Selasa 30 Januari 1945. Pegawai Tjirebon
DAFTAR PUSTAKA Shuu dan Bahasa Nippon. no. 26. th. IV
Sumber Kanpo
Kanpo. Agustus 1942. Atoeran tentang Sekolah. no. 1. th. Asia Raja. Kamis 15 Febuari 1945. Samboetan Anggota-
I Anggota Baroe Chuo Sangi-In. no. 40. th. IV

Kanpo. Oktober 1942. Makloemat tentang Larangan Asia Raja. Selasa 24 April 1945. Bahasa : Dasar
Bitjara dengan Tilpon dengan Bahasa Inggris dan (Fundament) Kemerdekaan Negara. no. 98. th. IV
Belanda. no. 3. th. I
Madioen Syuu. Selasa 30 Januari 1945. Sajembara
Kanpo. Oktober 1942. Makloemat : Tentang Sekolah Membuat Lakon Sandiwara Djawa. no. 20. th. 2
Bahasa Nippon. no. 3. th. I
Pembangoen. Rabu 21 Oktober 1942. Komisi Bahasa
Kanpo. November 1942. Makloemat : Tentang Nama – Indonesia. no. 104. th. X
Nama Bahasa Belanda dan Palang Merah. no. 4.
th. I Pembangoen. Rabu 28 Oktober 1942. Bahasa Indonesia.
no. 200. th. X
Kanpo. Desember 1942. Makloemat Kantor Pos. no. 5.
th. 1 Sinar Baroe. Senin 30 Agustus 1943. Menghidoepkan
Bahasa Tagalog di Kalangan Rakjat Pilipina. no.
Kanpo. Desember 1942. Makloemat : Nama ‘Batavia’ 354. th. II
Diganti dengan ‘Djakarta’. no. 5. th. I
Sinar Baroe. Senin 22 November 1943. Bahasa Nippon.
Kanpo. Desember 1942. Makloemat : Tentang no. 424. th. II
Menyempoernakan Bahasa Indonesia. no. 5. th. I
Soeara Asia. Selasa 9 Juni 1942. Serdadoe Nippon
Kanpo. Januari 1943. Mengganti Nama – Nama Rokok. Mempeladjari Bahasa Indonesia. no. 8. th. 1
no. 6. th. II.
Soeara Asia. Selasa 16 Juni 1942. Koersoes Bahasa
Kanpo. Febuari 1943. Berita Gunseikanbu : Tentang Nippon. no. 14. th. 1
pertandingan mempergoenakan bahasa dan
Njanjian Nippon. no. 7. th. II. Soeara Asia. Jumat 19 Juni 1942. Pergoeroean Taman
Siswa : Dapat Peladjaran Bahasa serta Olah
Kanpo. Febuari 1943. Makloemat : Tentang Memakainja Raga dari Goeroe – Goeroe Nippon. no. 17. th. 1
Bahasa Nippon atau Indonesia. no. 7. th. II
Soeara Asia. Jumat 19 Juni 1942. Soeara Pers : Oedjian
Kanpo. Febuari 1943. Tentang Mengadakan Kesempatan Bahasa. no. 17. th. 1
kepada Pendoedoek Asli oentoek Diangkat
mendjadi Pegawai Negeri. no. 7. th. II Soeara Asia. Senin 22 Juni 1942. Penggantian Nama –
Nama Djalan. no. 19. th. 1
Kanpo. Febuari 1943. Tentang Panggilan Bekas Moerid
Nippon-go Gakkoo. no. 7. th. II Soeara Asia. Sabtu 4 Juli 1942. Bahasa Indonesia di
Kantor – Kantor Negeri. no. 30. th. 1

602
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 3, No. 3, Oktober 2015

Tjahaja. Jumat 14 Januari 1944. Kepoetoesan Komisi Suyono, Capt. R. P. 2005. Seks dan Kekerasan pada
Bahasa Indonesia I. no. 13. th. III Zaman Kolonial : Penelusuran Kepustakaan
Sejarah. Jakarta : Grasindo
Tjahaja. Selasa 18 Januari 1944. Kata – Kata Baroe yang
soedah Disahkan oleh Komisi Bahasa Indonesia. Widati, Sri, dkk. 2001. Ikhtisar Perkembangan Sastra
no. 16. th. III Jawa Modern Periode Pra – Kemerdekaan.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Tjahaja. Selasa 25 Januari 1944. Penerimaan Peladjar –
Peladjar Baroe Djakarta Ika Daigaku. no. 22 th.
III
Sumber Tesis
Tjahaja. Kamis 27 Januari 1944. Koersoes Bahasa
Indonesia. no. 24 th. III Fitrah, Yundi. 1997. Propaganda Jepang dalam Cerpen-
Cerpen Majalah Djawa Baroe. Depok : Prodi
Tjahaja. Kamis 27 Januari 1944. Penggantian Nama – Ilmu Susastra Program Pasca Sarjana Bidang
Nama Jalan. no. 24. th. III
Ilmu Pengetahuan Budaya UI.
Tjahaja. Sabtu 29 Januari 1944. Menjelidiki Bahasa –
Bahasa Daerah di Indonesia dan Melajoe. no. 26.
th. III

Tjahaja. Senin 31 Januari 1944. Persidangan Kedoea


Tyuuoo Sangi-In. no. 28. th. III

Sumber Buku
Alisjahbana, S. Takdir. 1957. Dari Perdjuangan Dan
Pertumbuhan Bahasa Indonesia. Jakarta :
Pustaka Rakyat

De Jong, L. 1987. Pendudukan Jepang di Indonesia :


Suatu Ungkapan Berdasarkan Dokumentasi
Pemerintahan Belanda. Jakarta : Kesaint Blanc

De Jong, L. 2002. The Collapse of A Colonial Society :


The Dutch in Indonesia during the Second World
War. Leiden : KITLV Press

Haugen, Einar. 1972. The Ecology of Language.


California : Stanford University Press

Jassin, H.B. 1955. Kesusasteraan Indonesia Modern


dalam Kritik dan Essay. Jakarta : Gunung
Agung

Kasdi, Aminuddin. 2005. Memahami Sejarah.


Surabaya : Unesa University Press

Ricklefs, M.C. 2010. Sejarah Indonesia Modern. Jakarta


: Serambi.

Rosidi, Ajip. 1969. Ichtisar Sedjarah Sastra Indonesia.


Bandung : Binatjipta

Samuel, Jerome. 2008. Kasus Ajaib Bahasa Indonesia?


Pemodernan Kosakata dan Politik Peristilahan.
Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia

603

Anda mungkin juga menyukai