Anda di halaman 1dari 12

PENGENALAN NILAI-NILAI BUDAYA JEPANG PADA BUKU TEKS

みんなの 日本語 初級1(Minna no nihongo Shkyuu 1)

Zaenab Munqidzah (Corresponding Author)


Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Kanjuruhan Malang
Jl. S. Supriyadi 48 Malang, Indonesia
Phone: (+62) 0821-1245 - 1487 E-mail:

Abstraks みんなの 日本語 初級1(Minna no nihongo Shkyuu 1) salah


satu media pembelajaran bahasa Jepang yang dipergunakan oleh masyakat
pembelajar bahasa Jepang tingkat dasar pada hampir seluruh perguruan tinggi di
Indonesia. Buku tersebut menggambarkan pola kehidupan masyarakat Jepang
yang tercermin dalam materi percakapan pada masin-masin bab. Ada 25 bab
dalam buku tersebut yang mencerminkan pola komnikasi sehari-hari antara
orang asing yang baru datang atau tinggal di Jepang. Ada beberapa tema dalam
buku tersebut yang diuraikan dalam beberapa tema. Tema yang paling banyak
adalah tema “bertanya”. Hal ini menunjukkan bahwa orang Jepang selalu
menjaga perasaan orang yang diajak berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan
nilai-nilai 気持( perasaan) dan おもいより(pertimbangan). Selanjutnya
nilai-nilai budaya Jepang Jepang yang paling sering digambarkan pada buku
teks みんなの 日本語 初級1 adalah kontak pribadi. Untuk pola tindak
tutur yang paling sering digambarkan pada buku みんなの 日本語 初級1
(Minna no Nihongo Shokyuu 1) adalah ilokusi direktif. Hal tersebut
menunjukkan bahwa orang Jepang kalau ingin memohon ataupun memerintah
pada seseorang dilakukan secara tersirat atau tidak langsung. Hal ini sejalan
dengan konsep yang dimilik oleh orang Jepang yang disampaikan oleh Saronto
(2005; 41) bahwa, dalam berkomunikasi orang Jepang sangat berhati-hati
dengan tujuan untuk menghindari konflik dan selalu menjaga perasaan lawan
tutur.

Kata kunci: Nilai-nilai Budaya

1
1. Pendahuluan Salah satu Negara yang sangat
menjunjung nilai-nilai budaya dan mampu
Bahasa adalah media komunikasi yang mempertahankan nilai-nilai budaya tersebut
diwujudkan dalam bentuk ujaran serta pada era kemajuan teknologi maupun
mempunyai makna dan dipergunakan oleh kehidupan masyarakat yang sangat
suatu kelompok masyarakat. Bahasa juga kompleks adalah Jepang. Hal ini tercermin
merupakan penghubung antar anggota dalam pola kehidupan masyarakatnya yang
kelompok masyarakat dan atar kelompok menggambarkan keharmonisan perpaduan
masyarakat baik dalam lingkup kecil modern dan tradisional. Keharmonisan
maupun dalam lingkup yang luas. Hal ini tersebut bisa dilihat dari kemajuan ilmu
bisa dihat bahwa setiap manusia dalam pengetahuan, teknologi dan industri tanpa
menjalani kehidupan selalu berinteraksi mengabaikan ataupun meninggalkan nilai-
dengan manusia yang lain , karena hampir nilai budaya yang mereka miliki. Saat ini
seluruh manusia membutuhkan hubungan keunikan budaya yang dimiliki oleh
sosial dengan orang lain dan kebutuhan ini masyarakat Jepang tetap menjadi bagian
akan terpenuhi dengan melakukan suatu dari kehidupan mereka. Jepang memiliki
komunikasi untuk menyampaikan pesan budaya kontek yang tinggi dibandingkan
yang memiliki fungsi sebagai jembatan dengan negara-negara lain khusunya
untuk mempersatukan manusia. negara-negara barat, hal ini disebabkan
Salah satu unsur yang mempengaruhi karena Jepang memiliki dasar nilai-nilai
berlangsungnya sebuah kominikasi adalah budaya Jepang yang dikenal dengan Wa
konteks sosial. Karena kominikasi (kebersamaan).
merupakan suatu matriks prilaku-prilaku Untuk dapat berkomunikasi dengan
sosial yang rumit dan saling berinteraksi, orang Jepang kita harus memahami konsep
serta berlangsung pada suatu komunitas kebersamaan yang menjadi landasan dari
sosial yang kompleks. Komunitas sosial nilai-nilai budaya yang mereka miliki, salah
merupakan cermin bagaimana orang hidup satu diantaranya adalah dengan memahami
dan melakukan interaksi dengan orang lain gaya bertutur masyarakat Jepang. Mulyana
karena dalam komintas sosial terdapat dan Djalaludin (2006; 206) menjelaskan
berbagai tatanan pengetahuan, pengalaman, bahwa masyarakat Jepang dalam
kerpercayaan, nilai, konsep, makna hirarki, berkomunikasi lebih sering menggunakan
agama, waktu, peranan, hubungan ruang, pernyataan tidak langsung dan mempunyai
konsep alam semesta, obyek-obyek materi makna ganda, hal ini mereka lakukan dalam
dan milik yang diperoleh kelompok berkomunikasi diantara mereka sendiri atau
masyarakat dari generasi ke generasi dengan orang asing. .
melalui usaha individu dan kelompok. Apa Untuk mempelajari Bahasa Jepang
yang ada dalam komunitas sosial tersebut seharusnya juga mempelajari nilai-nilai
dinamakan budaya (Muljana dan Rachmat, budaya yang dimiliki oleh masyarakat
2006: 17-18). Untuk bisa melakukan Jepang, karena menguasai bahasa tanpa
komunikasi dengan suatu kelompok adanya pemahaman akan budaya yang
masyarakat seharusnya juga memahami mereka miliki belum bisa menjamin kita
budaya kelompok masyarakat tersebut. akan bisa berkomunikasi dengan baik. Bagi

2
pembelajar Bahasa Jepang, secara umum Sebagai cikal bakal berdirinya jurusan
Bahasa Jepang merupakan bahasa asing Bahasa Jepang di Universitas Pajajaran
kedua yang diperoleh melalui suatu proses Bandung dimulai dengan berdirinya
belajar di lembaga formal maupun non Akademi Bahasa Asing pada tahun 1961
formal. Henri E Gerret dalam Sayiful dan pada tahun 1963 resmi menjadi Jurusan
Sagala (2007:13) bahwa belajar merupakan Sastra Jepang di Universitas Pajajaran.
suatu proses yang berlangsung dalam Pada Tahun 1964 IKIP bandung membuka
jangka waktu lama melalui latihan maupun jurusan Pendidikan Bahasa Jepang,
pengalaman yang membawa pada selanjutnya pada tahun 1967 Universitas
perubahan diri dan perubahan cara Indonesia membuka jurusan Bahasa Jepang.
mereaksi terhadap suatu perangsang Perkembangan Bahasa Jepang di Jawa
tertentu. Sedangkan Hilgard dan Marquis Timur juga diawali oleh lembaga kursus
berpendapat bahwa belajar merupakan yang diselenggarakan oleh Konsulat Jepang
suatu proses mencari ilmu yang terjadi di Surabaya, karena semakin tingginya
dalam diri seseorang melalui latihan, minat masyarakat terhadap Bahasa Jepang
pembelajaran dan sebagainya sehingga maka pada tahun 1981 IKIP Surabaya
terjadi perubahan dalam diri. membuka jurusan pendidikan Bahasa
Pada dasarnya mempelajari suatu Jepang. Saat ini di Jawa Timur semakin
bahasa mempunyai suatu tujuan yakni banyak perguruan tinggi yang membuka
pembelajar mampu memahami dan jurusan Bahasa Jepang baik tingkat Srata 1
menguasai bentuk-bentuk kalimat secara (S1) ataupun Diploma 3 (D3). Bahkan
tertulis maupun secara lisan dan mampu Bahasa Jepang saat ini sebagai matakuliah
mengekspresikan dengan tepat isi yang wajib diikuti oleh sejumlah
komunikasi tersebut pada lawan bicara baik mahasiswa jurusan lain.
dalam bentuk lisan dan tertulis.oleh karena Media pembelajaran merupakan salah
itu dalam mempelajari suatu bahasa satu komponen dalam poses pembelajaran
pembelajar diharapkan tidak cukup yang bermanfaat untuk memperlancar
memiliki 4 ketrampilan berbahasa proses interaksi antara pengajar dan
(membaca, mendengar, menulis dan pembelajar (Imam Suyitno, 1997: 23).
berbicara) secara terintegritas tetapi Menentukan media pembelajaran yang
sebaiknya juga diarahkan pada kemampuan dipergunakan dalam suatu proses
memahami budaya dari penutur aslinya, pembelajaran merupakan hal yang penting
termasuk sistem komunikasinya (Djojok dalam merencanakan pembelajaran dan
Soepardjo, 1994: 7). mengimplementasikannya dalam mengajar
Sejarah perkembangan Pendidikan ( Iskandar Wasid dan Sunendar, 2007: 209).
Bahasa Jepang di Indonesia diawali Salah satu media pembelajaran yang
masuknya tentara Jepang ke Indonesia dipergunakan dalam proses pembelajaran
sekitar tahun 1942. Sejak saat itulah Bahasa adalah buku teks. Buku teks yang satu
Jepang mulai dikenal di Indonesia, secara dasawarsa ini telah digunakan oleh hampir
de facto dimulai pada tahun 1958 ditandai seluruh pembelajar Bahasa Jepang tingkat
dengan adanya kursus Bahasa Jepang di dasar, meskipun tidak ada kesepakatan
Lembaga kebudayaan Jepang di Indonesia.

3
secara tertulis adalah Minna no Nihongo teknologi, (4) kesenian Jepang baik
Shokyuu 1 dan 2. tradisional maupun modern.
Berdasarkan survey yang dilakukan
ada beberapa hal yang membuat lembaga- 2.1 Nilai-Nilai Budaya Jepang
lembaga penyelenggara pendidikan bahasa Konsep Wa menurut Budi Saronto
Jepang di perguruan tinggi baik sebagai (2005; 41) memiliki makna kebersamaan
program studi maupun sebagai matakuliah yang berorientasi pada nilai-nilai yang
wajib dan pilihan menggunakan み ん な bersifat tidak dapat diukur yakni
の 日本語 初級1 (Minna no Nihongo seishinspirit/semangat), kimochi
1) adalah (1) Minna no Nihongo 1 dan 2 (emosi/perasaan), omoiyori
mudah didapat, (2) harga terjangkau, (3) (pertimbangan),chugisei (loyalitas). Wa
memiliki buku penunjang dalam yang biasa disebut dengan istilah nakama
pembelajaran, maksudnya buku teks Minna ishiki yang memiliki makna perasaan akrab
no Nihongo 1 dan 2 dilengakapi dengan atau erat yang dimiliki antara anggota
buku panduan mengajar, panduan sesama masyarakat ataupun antara anggota
tatabahasa, 聴 解 (choukai/listenin), 読 解 masyarakat dengan pemimipin-
pemimpinnya.
(dokkai/ reading),作文 (sakubun/wraiting),
Seishin (semangat) nilai-nilai ini akan
漢 字 ( kanji ) (4) urutan materinya dari tampak pada saat kita melakukan
yang mudah ke yang sulit dan memuat komunikasi dengan orang Jepang, mereka
empat ketrampilan berbahasa (5) materi selalu memberikan pujian agar orang yang
minna no nihongo memperkenalkan nilai- ada didepannya merasa termotifasi dengan
nilai Budaya Jepang apa yang dilakukannya.Misalnya apabila
Berdasarkan dari hasil survei tersebut ada orang asing yang bisa berbicara dalam
yang paling menarik adalah dalam みんな Bahasa Jepang meskipun kemampuannya
の 日本語 初級1 (Minna no Nihongo masih terbatas mereka akan selalu
1) memperkenalkan nilai-nilai budaya mengatakan (nihongo ga jouzu desu ne)
Jepang, oleh karena itu dalam penelitian ini yang artinya dalam Bahasa Indonesia
berfokus pada nilai-nilai Budaya Jepang „kamu pandai sekali dalam berbahasa
yang terdapat pada buku tersebut hal ini Jepang‟
dianggap penting karena tanpa kita 気 持 ち kimochi (emosi) dalam
memahami nilai-nilai budaya dari suatu berkomunikasi orang Jepang selalu mejaga
bangsa tidak akan mungkin terjalin suatu perasaan orang yang ada di depannya, hal
komunkasi yang kita harapkan. Nilai-Nilai ini bisa kita lihat pada saat melakukan
Budaya Jepang yang terdapat pada materi komunikasi orang Jepang tidak pernah
みんな の 日本語 初級1 (Minna no berkata tidak secara terbuka untuk
Nihongo 1) tersebut merupakan cerminan melakukan penolakan dalam
kehidupan sosial mereka yang meliputi (1) menyampaikan pendapat, mereka selalu
tatacara pergaulan di Jepang, (2) festifal mengedepankan kondisi dan tidak
festifal yang ada di Jepang, (3) menyatakannya secara terbuka.
perkembangan ilmu pengetahuan dan Omoiyori (pertimbangan) orang Jepang
dalam mengambil keputusan selalu
4
dilandasi dengan pertimbangan yang sangat (2) pemberian pujian, (3) pengelolaan
matang, mereka lebih mengutamakan konflik, (4) pemberian hadiah, (5)
pentingnya membangun hubungan yang pentingnya kontak pribadi, (6) orientasi
kuat dengan dilandasi kepercayaan dan pada pemecahan masalah, dan (7) konsep
kepentingan bersama. Dalam nemawashi.
berkomunikasi nilai-nilai dari orang
Jepang sangat mempertimbangkan perasaan 2.2 Batasan Pragmatik
orang yang dihadapannya untuk menjaga Banyak ahli telah membuat batasan
dan membina hubungan baik diantara tntang pragmatik. Baberepa pengertian
keduanya. yang relevan akan disajikan dalam bagian
Chugisei (loyalitas), kita tahu bahwa ini agar didapatkan gambaran yang jelas
orang Jepang mempunyai loyalitas yang apa sebenarnya yang dimaksud pragmatic.
sangat tinggi terhadap kelompoknya, Salah satu topik dari kajian linguistik
mereka selalu memgang komitmen yang yang saat ini sering dibicarakan adalah
telah mereka sepakati bersama. Hal ini akan pragmatik. Sebelumnya pragmatik hanya
tampak sekali pada saat telah terjadi sebagai keranjang yang dipergunakan untuk
kesepakatan, tetapi oleh karena sesuatu hal menyimpan data yang tidak dapat
mereka tidak dapat memenuhi janji mereka dijelaskan dan begitu saja dilupakan tanpa
akan minta maaf dengan mebungkukan ada kajian lebih lanjut ( Geoffrey Leech,
badan dalam-dalam untuk mengekspresikan 1993: 1). Prag matik masuk pada peta
penyesalannya. linguisti sejak Lacoff dan teman-temanya
Sebagai contoh penggunaan kata‟hai‟ (1971) berpendapat bahwa sintaksis tidak
yang secara harafiah memiliki makna “Ya” dapat dipisahkan dari studi penggunaan
atau menyetujui apa yang dikatakan lawan bahasa. Selanjutnya Levinson ( 1983: 5)
bicara, akan tetapi kita tidak bisa langsung dalam mengawali penjelasannya tentang
menyimpulkan bahwa lawan bicara pragmatic membedakan lingkup kajian
menyetujui apa yang kita maksud ataupun antara sintaksis, semantic dan pragmatik
kita inginkan dari lawan bicara kita. sebagai berikut
Penggunaan kata „hai‟ memiliki makna “Syntac is taken to be the study of to
berdasarkan konteksnya. Diantaranya kata cimbinatorial properties of words and
„hai‟ bisa mengandung makna lawan bicara their parts , and semantic to be the
mengerti, meyetujui, memperhatikan, atau study of meaning, so pragmatics is
menimbang bahkan hanya sekedar the study of language usage”
mendengarkan apa yang kita sampaikan, sintaksis mengkaji kombinasi property
meskipun mereka kurang menyetujui. kata-kata dan bagian-bagiannya,
Selain konesep yang disampaiakan semantic mengkaji makna dan
oleh Saronto tersebut ada beberapa hal yang pragmatic mengkaji pemakaian bahasa.
harus dipahami oleh pembelajara bahasa Levinson (1983) menjelaskan ruang
Jepang agar bisa berkomunikasi dengan lingkup kajian pragmatic adalah sebagai
orang Jepang. Hal tersebut seperti yang berikut: (a) kalimat-kalimat anomaly, (b)
disampaikan oleh Mulyana dan Rahmat struktur linguistic yang mengacu pada
(2001: 208) yaitu (1) pengendalian kritik, pengaruh-pengaruh dan gejala-gejala non

5
linguistic, (c) hubungan antara bahasa dan pengertian yang sama dengan yang
konteks yang ada dalam dalam struktur disampaikan oleh para tokoh sebelumnya.
bahasa, (d) aspek makna yang tidak Dengan definisi sebagai berikut:
tercakup dalam teori semantic, (e) “Pragmatics is the study of the
Hubungan bahasa dengan konteksnya yang conditionof human language uses as
menjadi dasar penentuan pemahamannya, these are deternibed by the contextof
(f) kemampuan pemakai bahasa untuk society
mmenyesuaikan kalimat-kalimat yang Pragmatik merupakan kajian tentang
digunakan dengan konteksnya, (g) kondisi-kondisi pemakaian bahasa
(sebagian) deiksis, implikatur, tindak tutur manusia yang ditentukan oleh konteks
dan aspek-aspek struktur wacana. masyarakat.”
Sementara itu , Parker (1986: 11)
berpendapat bahwa pragmatik adalah Dari batasan-batasan tersebut di atas
kajian tentang bagaimana bahasa digunakan dapat disimpulkan bahwa pragmatik pada
dalam suatu komunikasi. Sedangkan dasarnya sangat ditentukan oleh konteks
tatabahasa mengkaji struktur tatabahasa yang mewadahi dan melatarbelakangi
secara internal. Hal ini dijelaskan pada bahasa itu. Konteks yang dimaksud
kutipan di bawah ini mencakup dua macam hal, yakni konteks
“Pragmatic is distinct from grammar, yang bersifat sosial dan konteks yang
wich is the study of internal bersifat sisietal. Konteks social (social
structure of language. Pragmatic is context) merupakan konteks yang timbul
the study of hor language is used to sebagai akibat dari munculnya interaksi
communicate. antar anggota masyarakat dalam suatu
Pragmatik berbeda dengan tatabahasa masyarakat social dan budaya tertentu.
yang merupakan kajian truktur bahasa Yang dimaksud dengan konteks societal
secara internal, sedangkan pragmatik adalah konteks yang factor penentunya
mengkaji penggunaan bahasa dalam adalah kedudukan (rank), anggota
komunikasi.” masyarakat dalam masyarakat social dan
b u d a y a t e r t e n t u .
Dari batasan yang dikemukakan oleh Dengan demikian dapat dikatakan
parker tersebut dapat diartikan bahwa studi bahwa dasar dari munculnya konteks
tatabahasa dianggap sebagai studi yang sosietal adalah adanya kekuasaan (power),
bebas konteks. Sebaliknya studi pemakaian sedangkan dasar dari munculnya konteks
dalam komunikasi yang sebenarnya harus sosial adalah danya solidaritas (solidarity)
dikaitkan dengan konteks yang (Kunyana Rahardi, 2000: 48). Pragmatik
melatarbelakangi dan mewadahinya. Studi mengkaji maksud penutur dalam
yang yang demikian dapat disebut sebagai menuturkan sebuah satuan lingual tertentu
studi yang terikat konteks (context pada sebuah bahasa.
dependent) (Bambang Kiswanti Purwo,
1990: 16). 2.3 Tindak Tutur
Batasan pragmatik yang dikemukakan Tindak tutur merupakan analisis
oleh Jacob L.Mey hampir memiliki pragmatic yang bersifat sentral di dalam

6
pragmatic dan juga merupakan dasar yang diutarakan seseorang sering kali
analisis topic-topik lain di bidang ini. mempunyai daya pengaruh (perlocutionary
Seperti, pra anggapan, perikutan force) atau efek bagi yang mendengarnya.
(entailment), implikatur percakapan, prinsip Efek yang timbul ini bisa sengaja maupun
kerja sama dan prinsip kesantunan. tidak sengaja. Tindak perlokusi juga sulit
Konsep tindak tutur pertama kali dideteksi, karena harus melibatkan konteks
diperkenalkan oleh Jhon L. Austin. Tuturan tuturnya. Dapat ditegaskan bahwa setiap
yang kalimatnya bermodus deklaratif oleh tuturnya dari seorang penutur
Austin dibedakan menjadi dua, yaitu memungkinkan sekali mengandung lokusi
konstatif dan performatif. Tindak tutur saja, atau perlokusi saja. Namun tidak
konstatif adalah tindak tutur yang menutup kemungkinan bahwa satu tuturan
menyatakan sesuatu yang kebenarannya mengandung kedua atau ketiganya
dapat diuji dengan menggunakan sekaligus.
pengetahuan tentang dunia. Sedangkan Konsep tindak tutur Austin kemudian
tindak tutur performatif adalah tindak tutur dikembangkan oleh salah seorang muridnya
yang pengutaraannya digunakan untuk yaitu John R. Searle (dalam Leech,
melakukan sesuatu, pemakai bahasa tidak 1993:164-166) yang kemudian membagi
dapat mengatakan bahwa tuturan itu salah tindak tutur ilokusi menjadi lima kategori:
atau benar, tetapi tepat atau tidak (Wijana,  Representatif/asertif, yaitu tuturan yang
1996:23-24). Berkenaan dengan tuturan menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu
performatif, Austin membedakan tiga jenis adanya, artinya tindak tutur ini mengikat
tindakan, yaitu: penuturnya akan kebenaran atas apa yang
1) Tindak tutur lokusi, yaitu tindak diujarkan (seperti menyatakan,
mengucapkan sesuatu dengan kata dan mengusulkan, melaporkan)
kalimat  Direktif/impositif, yaitu tindak tutur
sesuai dengan makna di dalam kamus dan yang dimaksudkan penuturnya agar si-
menurut kaidah sintaksisnya. Tindak lokusi pendengar melakukan tindakan yang
merupakan tindakan yang paling mudah disebutkan di dalam tuturan itu. Ilokusi ini
diindentifikasi, karena dalam bisa memerintah mitra tutur melakukan
pengidentifikasian tindak lokusi tidak sesuatu tindakan baik verbal maupun
memperhitungkan konteks tuturannya. nonverbal (seperti memohon, menuntut,
2) Tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur memesan, menasihati)
yang mengandung maksud; berkaitan  Ekspresif/evaluatif, yaitu tindak tutur
dengan siapa bertutur kepada siapa, kapan, yang dimaksudkan penuturnya agar
dan di mana tindak tutur itu dilakukan, dan ujarannya diartikan sebagai evaluasi
sebagainya. Tindak ilokusi sangat sulit menyangkut perasaan dan sikap psikologis
diidentifikasi karena terlebih dahulu harus terhadap mitra tutur tentang hal yang
mempertimbangkan siapa penutur dan disebutkan dalam tuturan itu (seperti
lawan tuturnya. mengucapkan selamat, memberi maaf,
3) Tindak tutur perlokusi, yaitu tindak tutur mengecam)
yang pengujarannya dimaksudkan untuk  Komisif, yaitu tindak tutur yang
mempengaruhi mitra tutur. Sebuah tuturan mendorong mitra tutur untuk melaksanakan

7
sesuatu. Ilokusi ini tidak mengacu pada oleh mitra tutur) serta informasi lama dan
kepentingan penutur tetapi pada baru (Rani, 2004:167).
kepentingan mitra tuturnya (seperti  Tujuan tutur, dikarenakan satu maksud
menjanjikan, menawarkan dan sebagainya). atau tujuan tutur dapat diungkapkan dengan
 Deklaratif/establisif/isbati, yaitu tindak beberapa bentuk tuturan yang berbeda dan
tutur yang berfungsi untuk memantapkan sebaliknya, satu bentuk tuturan
atau membenarkan suatu tindak tutur yang dimungkinkan memiliki beberapa tujuan
lain. Tindak tutur ini dimaksudkan yang berbeda.
penuturnya untuk menciptakan hal, status,  Tuturan sebagai bentuk tindakan.
keadaan yang baru (seperti memutuskan, Artinya, bahwa tindak tutur itu merupakan
melarang, mengijinkan). tindakan juga. Sama halnya seperti
memukul atau berjalan. Hanya saja, pada
2.4 Konteks Situasi Tutur tindakan memukul tanganlah yang
Konteks situasi tutur yaitu aneka berperan, sedangkan pada tindakan
macam kemungkinan latar belakang bertutur, alat ucaplah yang berperan.
pengetahuan (background knowledge) yang  Tuturan sebagai bentuk tindak verbal.
muncul dan dimiliki bersama baik oleh si Tuturan itu merupakan suatu tindakan.
penutur maupun mitra tutur, serta aspek- Tindakan manusia dibedakan menjadi dua,
aspek non-kebahasaan lainnya yang yaitu tindakan verbal dan nonverbal.
menyertai, mewadahi dan melatarbelakangi Sementara itu, berbicara atau bertutur
terjadinya sebuah pertuturan (Rahardi, adalah tindakan verbal. Karena tercipta
2003:18). melalui tindakan verbal, tuturan itu
Geoffrey N. Leech (dalam Wijana, merupakan produk tindak verbal. Tindak
1996) aspek non-kebahasaan secara singkat verbal adalah tindak mengekspresi kata-
dapat dijelaskan sebagai berikut: kata atau bahasa.
 Penutur dan lawan tutur, yang mencakup Di dalam praktek, mungkin saja
jenis kelamin, umur, daerah asal, latar komponen situasi tutur bertambah.
belakang keluarga, kondisi objektif (fisik, Komponen lain yang dapat menjadi unsur
mental, kemampuan berbahasa, dan lain- situasi tutur antara lain waktu dan tempat
lain) dan latar belakang sosial-budaya pada saat tuturan diproduksi. Tuturan yang
lainnya. sama dapat memiliki maksud yang berbeda
 Konteks tuturan yang dapat diartikan akibat perbedaan waktu dan tempat sebagai
sebagai background knowledge yang latar tuturan.
diasumsikan sama-sama dimiliki dan Selain konteks situasi tutur yang
dipahami bersama oleh penutur dan mitra disebutkan Leech di atas, terdapat beberapa
tutur, serta yang mendukung interpretasi komponen situasi tutur yang dapat
mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh mempengaruhi interpretasi pendengar.
si penutur dalam keseluruhan proses Komponen-komponen tersebut oleh Hymes
berkomunikasi. Konteks tuturan di sini (dalam Chaer dan Agustina, 2004:48-49)
mencakup praanggapan (presupposition), diakronimkan menjadi SPEAKING, yaitu:
implikatur, inferensi (penarikan simpulan S (Setting and scene), setting berkenaan
dengan waktu dan tempat tuturan
8
berlangsung, sedangkan scene mengacu Buku み ん な の 日 本 語 初 級 1
pada situasi tempat dan waktu atau situasi ( Minna no Nihongo Shokyuu 1 )
psikologis embicaraan. merupakan buku untuk pembelajar bahasa
P (Participant) adalah pihak-pihak yang Jepang tingkat dasar yang dipergunakan
terlibat dalam pertuturan. Dalam oleh hampir seluruh perguruan tinggi di
percakapan Indonesia. Isi dari buku ini merupakan
disebut penutur dan mitra tutur. gambaran pola kehidupan orang Jepang
E (Ends) merupakan maksud dan tujuan dalam keseharian dengan memberikan
pertuturan. contoh-contoh percakapan pada situasi
A (Act sequences) merujuk pada bentuk dan tertentu.
isi ujaran. Pada buku ini terdiri dari 25 bab yang
K (Key) mengacu pada nada, cara, dan terbagi dengan beberapa tema yang
semangat ketika pesan disampaikan. Hal ini diuraikan pada tabel di bawah ini.
termasuk gerak tubuh dan isyarat. Tabel 1
I (Instrumentalities) merujuk pada saluran Tema buku みんなの日本語 初級1
atau medium penyampaian pesan.
(Minna no Nihongo Shokyuu 1)
Instrumentalities juga mengacu pada kode/
Tema Anak Tema Bab
ragam bahasa yang digunakan (Rani,
2004:193-194). Perkenalan Memperkenalkan 1 dan
N (Norm of interaction and interpretation) diri sendiri 2
mengacu pada norma atau aturan dalam Memperkenalkan 1
berkomunikasi, dan norma penafsiran orang lain
terhadap ujaran dari lawan bicara. Bertanya Supermarket 3
G (Genre) mengacu pada jenis gaya Stasiun 5
penyampaian, seperti narasi, puisi, doa, dan Departement 10
sebagainya. Rani (2004:195) memakai Store
istilah “peristiwa tutur” untuk menyebut Kantor Post 11
kom ponen Norm of int eraction and Festifal 12
interpretation dan Genre. Unsur-unsur Keluarga 15
konteks situasi tutur yang telah diuraikan Bank 16
di atas tidak harus hadir bersama-sama Hobi 18
d a l a m s a t u Liburan 20
peristiwa tutur. Sehingga ada kemungkinan Sepak bola 21
ada komponen yang tidak hadir atau tidak Broker 22
berpengaruh pada interpretasi tuturan. Pindah Rumah 24
Ajakan Hanami (melihat 6
bunga sakura)
Bertamu Saat datang 7
A. Nilai-Nilai Budaya Jepang Yang Ada Saat Pulang 8
Pada Percakapan Buku Teks みんなの Menelpon Kantor 4
日本語 初 級1(Minna no Nihongo penerangan
Shokyuu 1) Gedung 4
9
Kesenian 日本語 初級1(Minna no Nihongo
Konser Musik 9 Shokyuu 1)
Perpustakaan 23 J
Makan Makan siang 13 enis-jenis tindak tutur yan tergambar dalam
dengan teman percakapan pada buku teks みんなの日本
Bepergian Naik Taksi 14 語 初級1(Minna no Nihongo Shokyuu
Sakit Ke Dokter 17 1)diuraikan pada tabel di bawah ini.
Pesta Makan Malam 19
Perpisahan 25 Tabel 2
Jenis-Jenis Tindak Tutur Pada Percakapan
Buku Teks みんなの日本語 初級1
Nilai-nilai budaya yang terkandung pada
(Minna no Nihongo Shokyuu 1)
buku teks み ん な の 日 本 語 初 級 1
Ba L Per Ilokusi
menurut Rahmat dan Mulyana diuraikan
b o lok
pada tabel di bawah ini,
k usi
Tabel 2
u
Nilai-Nilai Budaya Jepang Pada Minna No
si
Nihongo 1 (`みんなの日本語1) A D Ek Ko D
No Nilai-nilai Budaya Buku se ir spr mis ek
teks みん rt ek esi if lar
な の 日 if tif f ati
本 語 f
初級1 1 1 1 3 - 3 - -
1 Pengendalian kritik 19 2 4 4 2 3 3 2 -
2 pemberian pujian 7 3 3 1 3 5 1 1 -
3 Pengelolahan 9, 13, 21 4 6 3 3 3 1 - -
konflik 5 3 - 4 3 4 - -
4 Pemberian hadiah 2 6 5 4 2 4 3 1 -
5 Kontak pribadi 1, 2, 6, 7, 7 2 3 1 4 3 1 1
8, 10, 11, 8 4 5 2 4 4 1 -
12, 14, 9 3 5 5 5 3 1 -
15, 17, 10 - - 2 5 3 - -
18, 23, 11 6 1 5 8 2 - -
25 12 5 1 4 2 3 1 -
6 Orientasi pada 20, 24 13 6 3 4 4 - 2 -
pemecahan masalah 14 5 - 2 6 1 - 1
7 Nemawashi 22 15 4 2 5 3 2 - -
16 5 1 1 7 1 - -
B. Jenis-Jenis Tindak Tutur Yang Ada 17 4 1 2 6 2 - -
Pada Percakapan Buku Teks みんなの 18 3 1 3 4 1 - 1
19 2 2 6 4 - - 1
10
20 1 2 4 5 3 3 - Ju 8 49 8 1 54 19 4
21 3 3 5 1 2 1 - ml 0 3 0
22 - 2 6 5 - 1 - ah 8
23 2 1 4 7 1 - -
24 2 2 2 5 3 2 -
25 1 1 3 5 5 2 -

11
DAFTAR PUSTAKA

Cummings, Louise. 2007. Pragmatik: Sebuah Prespektif Multidisipliner. Yogjakarta:


Pustaka Pelajar

Leech, Goeffery.1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Terjemahan oleh M.D.D Oka.


Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Muljana, Deddy. 2005. Komunikatif Efektif: Suatu pendekatan Lintas Budaya.


Bandung: Remaja Rosdakarya

Muljana, Jalaludin Rahmat. 2006. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung: Rosdakarya.

Sagala, Syaiful. 2007. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosdakarya

Saronto Budi. 2005. Menejemen Jepang. Jakarta: PT Gramedia Indonesia

Soepardjo, Djodjok. 1994. Komunikasi Interpersonal. Jakarta: PT Gramedia


Indonesia

Yosida, Tanaka. Minna no Nihongo Takisuto 1. Toukyou: The Japan Fondation

12

Anda mungkin juga menyukai