Anda di halaman 1dari 15

PENUM BUHAN SEM ANGAT KEBANGSAAN UNTUK M EM PERKUAT

KARAKTER INDONESIA M ELALUI PEM BELAJARAN BAHASA

Beniati Lestyarini
FBS Universitas Negeri Yogyakarta
email: b_lestya@yahoo.com

Abstrak: Pembangunan karakter bangsa harus senantiasa diiringi dengan penguatan rasa kebang-
saan. Dengan semangat kebangsaan yang kuat, cerminan karakter Indonesia akan muncul dalam
segala aktivitas yang ditujukan bagi peningkatan kualitas bangsa. Jalur pendidikan mengambil peran
penting dalam upaya pencapaian tujuan ini. Sebagai alat ekspresi diri pribadi, alat ekspresi diri
makhluk sosial, alat ekspresi diri warga negara, dan alat ekspresi diri profesional, bahasa menjadi
kebutuhan dasar dalam dunia pendidikan. Bahasa memiliki peran penting dalam pembentukan
karakter seseorang. Jika perspektif peran bahasa dipadukan dalam proses pendidikan guru, bahasa
berperan sebagai alat pengembangan kompetensi pendidik. Melalui pembelajaran bahasa yang inte-
gratif dengan didasari pemahaman historis-filosofis tentang Indonesia yang berlandaskan kearifan
lokal, semangat nasional, dan wawasan global, semangat kebangsaan dapat tumbuh untuk mem-
perkuat karakter Indonesia.

Kata Kunci: semangat kebangsaan, karakter, pembelajaran bahasa

IM PROVING NATIONALISM TO STRENGTHEN THE CHARACTER OF INDONESIA


THROUGH LANGUAGE LEARNING

Abstract: The development of nation’s character should be associated with the reinforcement of
nationalism. With the strong nationalism, the reflection of character of Indonesia will emerge in all
activities for the improvement of nation quality. Education takes an important role in its effort. A s a
tool of self expression, social expression, nationality expression, and professionality expression,
language is become a fundamental need in education. By an integrated language learning based on
historical-philosophycal understanding about Indonesia with its local wisdom, nationalism, and
global horizon, the spirit of nationalism can be improved to strengthen the character of Indonesia.

Keywords: nationalism, character, language learning

PENDAHULUAN Dari sisi dunia pendidikan, inisiatif


Kondisi masyarakat dan bangsa In- tersebut menegaskan kembali pesan Pasal
donesia saat ini, dengan berbagai masalah 3 UU No. 20/ 2003 tentang Sistem Pendi-
nasional yang timbul akibat melemahnya dikan Nasional bahwa pendidikan nasional
karakter bangsa, telah mendorong peme- berfungsi “ mengembangkan kemampuan
rintah untuk mengambil inisiatif pada ta- dan membentuk watak serta peradaban
hun 2010 untuk mengarusutamakan pem- bangsa yang bermartabat dalam rangka
bangunan karakter bangsa. Inisiatif ini ter- mencerdaskan kehidupan bangsa” . Oleh
tuang dalam Desain Induk Pembangunan Ka- karena itu, setiap program pendidikan se-
rakter Bangsa Tahun 2010-2015. Pembangun- cara integratif-sistemik menunjang upaya
an karakter bangsa memiliki tiga fungsi: (1) pembangunan karakter dan agar dapat
pembentukan dan pengembangan potensi; mempercepat keberhasilan pembangunan-
(2) perbaikan dan penguatan; dan (3) pe- nya sebagaimana telah dicanangkan pe-
nyaring.

340
341

merintah melalui penerbitan desain induk bahasa tersebut akan dapat memberi kon-
di atas. tribusi terhadap penguatan semangat ke-
Dalam proses pendidikan guru, pe- bangsaan setiap mahasiswa, yang akhirnya
nguasaan bahasa sebagai alat ekspresi diri bermuara pada penguatan karakter bangsa
pribadi, alat ekspresi diri makhluk sosial, Indonesia. Integrasi dari segi pembelajaran
alat ekspresi diri warga negara, dan alat keterampilan berbahasa dan dari segi isi
ekspresi diri profesional merupakan ke- keindonesiaan tersebut mesti tercermin da-
butuhan mendasar. Berbagai macam eks- lam kurikulum pembelajaran bahasa dalam
presi tersebut, yang mengandung pesan perspektif rencana (dokumen), pelaksana-
komunikatif, secara alami akan memper- an (proses pembelajaran), dan keluaran (pe-
oleh tanggapan dari pihak lain, baik dimin- nilaian hasil belajar).
ta maupun tidak, baik negatif, netral, mau- Bagaimana kenyataan di lapangan?
pun positif. Tanggapan tersebut akan men- Kenyataan menunjukkan bahwa kelas-ke-
jadi asupan, baik yang diolah secara sadar las bahasa dalam program pendidikan gu-
maupun di bawah sadar, bagi perubahan ru sedikit sekali memberikan perhatian
dalam diri seseorang. Singkatnya, dapat pada penguatan semangat kebangsaan se-
dikatakan bahwa bahasa memiliki peran bagai bagian dari karakter Indonesia. Di
penting dalam pembentukan karakter sese- samping itu, pembelajaran keterampilan
orang. Dari perspektif lain, bahasa memi- berbahasa masih terpisah-pisah sehingga
liki berbagai peran, antara lain sebagai alat kurang saling mendukung padahal semua
penyebaran dan penyerapan ilmu, alat pe- keterampilan berbahasa berurusan dengan
ngembangan diri secara umum, alat berpi- makna dan bentuk yang berpadu dalam
kir nalar, alat komunikasi dan pengem- mengekspresikan aktivitas dan pengala-
bangan sosial-budaya, dan alat pendidikan. man manusia, baik aktivitas dan penga-
Jika perspektif peran bahasa dipadukan da- laman fisik, pikiran, maupun semangat.
lam proses pendidikan guru, bahasa ber- Perhatian dosen dan mahasiswa banyak
peran sebagai alat pengembangan kompe- tercurahkan pada pembelajaran aspek ba-
tensi pendidik. hasa (termasuk sastra) melalui berbagai
Bahasa Indonesia sebagai bahasa na- teks, yang dalam pemilihannya jarang se-
sional jelas memiliki peran besar dalam kali dipertimbangkan isi yang terkait de-
pembentukan karakter Indonesia karena ngan persoalan keindonesiaan. Jadi, ada
dengan berbahasa nasional seseorang da- kesenjangan antara realitas dan kondisi
pat mengekspresikan rasa dan pemahaman yang diharapkan. Kesenjangan tersebut me-
(semangat) keindonesiaannya karena mam- nyiratkan adanya kebutuhan mendesak un-
pu berkomunikasi dengan seluruh lapisan tuk melakukan upaya ilmiah dalam mem-
masyarakat Indonesia di mana pun mereka perkuat semangat kebangsaan melalui pem-
berada untuk berbagai macam tujuan demi belajaran bahasa.
kepentingan Indonesia. Semangat itu akan
lebih menguat jika isi komunikasi berkena- SEM ANGAT KEBANGSAAN DALAM
an dengan persoalan dan kepentingan In- M EM BANGUN INDONESIA: SEBUAH
donesia. Singkatnya, kemampuan berbaha- TINJAUAN HISTORIS
sa Indonesia dalam pembicaraan persoalan Mengawali wacana mengenai sejarah
dan kepentingan Indonesia merupakan ba- Indonesia dan bagaimana rasa cinta terha-
gian dari karakter Indonesia. Semua peran dap bangsa menjelma menjadi semangat

Penumbuhan Semangat Kebangsaan untuk Memperkuat Karakter Indonesia melalui Pembelajaran Bahasa
342

kebangsaan bukan merupakah satu hal tampak dalam buku lama mengenai Capita
yang sederhana. Perjuangan melawan ko- Selecta edisi Pergerakan Pemuda dalam
lonialisme yang telah sekian lama seolah Anggaran Dasar pasal 2 yang memuat tiga
menjadi bagian dari kebiasaan hidup yang asas (Soeharto dan Zaenoel, 1981: 5), yaitu
dialami oleh masyarakat Indonesia. Masih sebagai berikut.
terekam jelas dalam buku maupun cuplik- (1) Menimboelkan pertalian antara moerid-
an-cuplikan film perjuangan pahit dimana moerid Boemipoetera pada sekolah me-
rakyat wajib membayar upeti setiap panen, nengah, dan cursus per-goeroean uitge-
melakukan kerja paksa, merelakan anak- breid dan vakonderwijs.
anak tumpuan harapan diambil oleh peme- (2) Menambah pengetahuoean oemoem
rintah kolonial untuk menjadi pasukan bagi anggota-anggotanja.
militer, dan segala bentuk penjajahan lain. (3) Membangkitkan dan mempertadjam
Dengan semangat perubahan dan in- perasaan boeat segala bahasa dan ke-
telektualitas yang semakin berkembang, la- boedajaan Indonesia.
hirlah kemudian beberapa organisasi ge- Semangat kebangsaan yang timbul
rakan dan kesukuan. Wilayah politik dan pada jiwa bangsa Indonesia dilandasi oleh
budaya menjadi lahan khusus untuk me- rasa kebangsaan dan paham kebangsaan
nyelamatkan Indonesia dari cengkraman (Murti dkk, 2008). Rasa kebangsaan adalah
penjajah. Lahirnya organisasi perkumpul- salah satu bentuk rasa cinta yang melahir-
an berbagai suku, seperti Jong java, Jong Su- kan jiwa kebersamaan pemiliknya. Untuk
matranen Bond (JSB), Jong Celebes, Jong Mi- satu tujuan yang sama, bangsa Indonesia
nahasa, Ambon Studiefonds, Jong Batak Bonds, membentuk lagu, bendera, dan lambang.
Jong Islameiten Bond, serta Jong Indonesia Lagu diiringi dengan alunan musik yang
yang kemudian diikuti dengan lahirnya be- indah sehingga lahirlah berbagai rasa. Un-
berapa organisasi pergerakan Bumiputera tuk bendera dan lambang dibuat bentuk
membawa situasi tersendiri dimana se- serta warna yang menjadi cermin budaya
mangat bersatu menjadi tonggak dalam bangsa sehingga menimbulkan pembelaan
pembentukan bangsa. Dalam hal ini, tidak yang besar dari pemiliknya. Dalam ke-
hanya perjuangan kelas yang menuntut bangsaan kita mengenal adanya ras, ba-
adanya perubahan pada kesejahteraan hi- hasa, agama, batas wilayah, budaya dan
dup untuk bebas dari kemiskinan. Hal lain-lain. Tetapi ada pula negara dan bang-
yang lebih berat sekaligus bermakna ada- sa yang terbentuk sendiri dari berbagai ras,
lah perjuangan menghadapi diri sendiri, bahasa, agama, serta budaya. Rasa kebang-
kemauan untuk menjunjung harkat diri, saan merupakan sublimasi dari Sumpah
semangat kebersamaan dan persatuan se- Pemuda yang menyatukan tekad menjadi
sama penduduk. Meminjam istilah Soejat- bangsa yang kuat, dihormati, dan disegani
moko (2009:52) mengenai self-respect atau di antara bangsa-bangsa di dunia.
harga diri, hal ini dianggap sebagai sumber Ikatan nilai-nilai kebangsaan yang se-
kreativitas bangsa yang dalam pengem- lama ini terpatri kuat dalam kehidupan
bangannya harus diikuti dengan akselerasi bangsa Indonesia yang merupakan penge-
modernisasi dengan memperluas basis so- jawantahan dari rasa cinta tanah air, bela
sial pembangunan bangsa. negara, serta semangat patriotisme bangsa
Pikiran-pikiran persatuan dalam ber- mulai luntur dan longgar bahkan hampir
bagai perkumpulan pelajar dan organisasi sirna. Nilai-nilai budaya gotong royong,

Jurnal Pendidik an Karak ter , Tahun II, Nomor 3, Oktober 2012


343

kesediaan untuk saling menghargai, dan ngan perkembangan zaman, moral-karak-


saling menghormati perbedaan, serta ke- ter menjadi bagian dalam diri manusia
relaan berkorban untuk kepentingan bang- atau lebih tepatnya entitas manusia itu sen-
sa yang dahulu melekat kuat dalam sanu- diri. Konsep eksistensialisme, konstrukti-
bari masyarakat yang dikenal dengan se- visme, dan progresivisme menjadi paham
mangat kebangsaannya sangat kental te- yang melandasi arah gerak pengembangan
rasa makin menipis. pribadi manusia beserta moral dan mora-
Adapun semangat kebangsaan atau litasnya. Wujud praktis pemahaman ini
nasionalisme merupakan perpaduan atau akan terlihat dalam berbagai dimensi ke-
sinergi dari rasa kebangsaan dan paham hidupan antara lain spritualitas, sosial, po-
kebangsaan. Dengan semangat kebangsaan litik, budaya, ekonomi, sains, dan sebagai-
yang tinggi, kekhawatiran terjadinya an- nya.
caman terhadap keutuhan dan kesatuan Kesadaran terhadap pendidikan mo-
bangsa dapat dielakkan. Dari semangat ke- ral dimulai sejak para filsuf dunia lahir.
bangsaan akan mengalir rasa kesetiaka- Plato, dengan dilandasi oleh kondisi ma-
wanan sosial, semangat rela berkorban, syarakat pada masanya ketika korupsi dan
dan dapat menumbuhkan jiwa patriotisme. kedangkalan (corruption and shallowness)
Rasa kesetiakawanan sosial akan memper- banyak ditemukan, memimpikan sebuah
tebal semangat kebangsaan suatu bangsa. republik baru di mana pendidikan dapat
Semangat rela berkorban adalah kesediaan menransformasikan warga negaranya me-
untuk berkorban demi kepentingan yang nuju pada bentuk kebaikan (Form of the
besar atau demi negara dan bangsa telah Good). Roseou, yang menyakini bahwa
mengantarkan bangsa Indonesia untuk “ men and women had lost themselves in com-
merdeka. Bagi bangsa yang ingin maju da- parison with each other” menyatakan bahwa
lam mencapai tujuannya, selain memiliki manusia mendidik dirinya melalui alam
semangat rela berkorban, juga harus di- sehingga manusia dapat belajar hidup ber-
dukung dengan jiwa patriotik yang tinggi. sama agar menjadi warga negara yang ber-
Jiwa patriotik akan melekat pada diri se- etika lebih baik. Freire memandang bahwa
seorang manakala orang tersebut tahu un- pendidikan menjadi sarana yang pantas
tuk apa mereka berkorban. (equitable) untuk mencapai relasi. Martin ti-
dak hanya mengenalkan konsep persama-
PENDIDIKAN M ORAL-KARAKTER IN- an (sameness) dalam pendidikan namun
DONESIA: BERKEARIFAN LOKAL-BER- lebih pada kesetaraan (equity ) sehingga
SEM ANGAT NASIONAL-BERW AW AS- memberikan peluang segala gender untuk
AN GLOBAL memperoleh pendidikan moral. Sekarang,
Diskusi mengenai moral dan pendi- perbincangan mengenai pendidikan moral
dikan moral-karakter tidak dapat dilepas- lebih mangacu pada bagaimana memben-
kan dari berbagai tema besar terkait de- tuk masyarakat yang bermoral (moral citi-
ngan kehidupan manusia dengan berbagai zenry ) dan beretika kehidupan (common life
sisi kemanusiannya. Diawali oleh kesadar- ethic) (Jacobson, 2010:45).
an manusia terhadap dunia dan eksisten- John Dewey menjadi tokoh pendidik-
sinya yang kemudian disikapi dengan ber- an yang memegang peranan penting dalam
bagai aktivitas untuk membangun kons- perkembangan pendidikan moral dan ka-
truksi diri yang terus melaju seiring de- rakter. Dia menyatakan moral-karakter se-

Penumbuhan Semangat Kebangsaan untuk Memperkuat Karakter Indonesia melalui Pembelajaran Bahasa
344

bagai “ fundamental method of social pro- segala perubahan secara cepat dan tepat.
gress and reform” . Dalam My Pedagogical Perubahan akan selesai ketika paradigma
Creed (Reed dan Tony, 2009:99), Dewey me- berhenti (Fuller dalam Yood, 2005:4). Seba-
nyatakan argumennya bahwa: Moral Educa- gai konsekuensinya, paradigma-paradigma
tion centers upon this conception of the school baru bermunculan sebagai jawaban sekali-
as a mode of social life, that the best and deepest gus dasar kritik untuk perkembangan ilmu
moral training is precisely that which one gets- pengetahuan selanjutnya. Karena paradig-
through having to enter into proper relations ma mencakup semua bidang, termasuk
with others in a unity of world and thought. akademis, maka dibutuhkan sebuah revo-
The present educational system, so far as they lusi dimana satu set ide dikuatkan oleh ide
destroy or neglect this unity renders it difficult yang lain. Bidang pendidikan yang berpe-
or impossible to get any genuine, regular moral ran sebagai wadah sekaligus pencipta agen
training. perubahan (agent of change) menjadi sebuah
Dalam uraiannya tersebut, Dewey keniscayaan untuk terus mengembangkan
menegaskan bahwa hubungan yang tepat dan memperkuat moral dan karakter bang-
(proper relation) antara sekolah dan kehi- sa dalam menyokong kehidupan manusia.
dupan sosial menjadi wahana berlatih yang Milton (Sommerville, 2010:459) mengata-
terbaik bagi pengembangan moral. Na- kan bahwa dunia akademis harus meng-
mun, banyak sistem pendidikan yang me- eksplorasi kemungkinan jawaban-jawaban
lupakan kesatuan antara kedua unsur ini dan mendiskusikannya.
sehingga sulit untuk mendapatkan nilai Sebagai konsekuensi logis dari apa
moral itu sendiri. Hal ini kemudian me- yang sudah dipaparkan di atas, di setiap
munculkan berbagai perdebatan mengenai pribadi manusia, dalam konteks ini civitas
pemahaman konsep moral, moralitas, wu- akademika, memerlukan pegangan yang
jud moral, penilaian terhadap moral, dan erat agar tidak tercerabut dari akar lokali-
sebagainya. tas, budaya, nasionalisme, internasionalis-
Bagaimana upaya membantu guru me dan dilandasi dengan nilai-nilai di-
dalam mengintegrasikan moral content dan mensi spiritualitas. Doris (Pamental, 2010:
moral manner dalam kelas? Hal ini masih 149) menegaskan bahwa globalisasi mem-
menjadi diskursus dalam berbagai literatur bawa dua klaim. Klaim pertama menyata-
terkait dengan definisi moral itu sendiri kan bahwa seseorang diharapkan memiliki
(Damon, 2005, 2007; Muray, 2007), tempat “ cross-situationally concistance” yang ber-
atau seting (Socket, 2006; Oja dan Ray- pandangan bahwa jika sesorang bertindak
mond, 2007). Dalam buku Debating Moral jujur, dalam pandangannya, dia harus se-
Education, Kiss dan Peter (2010) kurang lalu jujur di segala situasi yang menuntut
mengeksplorasi debat yang terjadi terkait kejujuran. Klaim kedua seperti yang di-
dengan isu pendidikan moral. Namun da- nyatakan oleh Merrit (2000:374) mengenai
lam buku ini, ada banyak survei mengenai motivational self-sufficiency of character yang
pendidikan moral yang menjadi topik dis- berdasar pada pandangan Aristoteles bah-
kusi kontributor misalnya mengenai tujuan wa perilaku bijak yang sesungguhnya mun-
sosial dan lingkungan, pembelajaran ke- cul dari karakter yang sudah terbentuk dan
warganegaraan serta agenda multikultur. mantap ( formed and stable character).
Pusaran globalisasi juga memberikan Perkembangan era yang semakin me-
tantangan pada manusia untuk merespons laju sekarang ini sampai pada masa di-

Jurnal Pendidik an Karak ter , Tahun II, Nomor 3, Oktober 2012


345

mana sekat-sekat ruang dan waktu sudah lagi yang menjadi bentuk kesadaran se-
semakin tipis karena dapat dijangkau oleh bagai bagian dari masyarakat internasional
pengetahuan dan teknologi berdampak adalah pengembangan wawasan global
pula pada adanya perubahan dalam dunia yang menjadi sarana dan upaya mengenal
pendidikan. Seperti penyataan Gough dan memahami negara lain.
(2002) bahwa the influence of globalist think- Upaya ini terus dilakukan untuk
ing in education can readily be seen in the pro- mengharmonisasikan berbagai dimensi ke-
liferation of globalized education studies (pe- hidupan yang tercermin dari sikap, peri-
ngaruh pemikir global dapat dilihat dari laku, dan kebisaaan yang terpuji dalam
proliferasi studi pendidikan global). proses pembelajaran di kelas maupun da-
Bagaimana konsep pendidikan glo- lam keseharian hidup. Harapannya, ber-
bal? Studi yang dilakukan oleh Ontario Mi- bagai praktik kecurangan, tindakan amo-
nistry of Education (OME) (Colaruso (2010) ral, dan segala perilaku yang menimbulkan
mengemukakan konsep pendidikan global keresahan dapat diatasi melalui manifes-
sebagai berikut. “ Pendidikan global berfo- tasi pendidikan yang mendukung penguat-
kus pada sekolah, pembelajaran, dan sum- an karakter pribadi sebagai makhluk tran-
ber daya sekolah; kerja sama global seko- senden yang berketuhanan juga sebagai
lah; dan penekanan pada pandangan glo- makhluk universal yang senantiasa saling
bal dalam panduan kurikulum,seperti pada bekerjasama dan saling membutuhkan ma-
kurikulum Bahasa Inggris tingkat dua nusia lain. Hal ini akan mengantarkan pe-
yang mengacu pada “ citizenship in global lajar, mahasiswa, dan manusia Indonesia
society” (OME, 2007, hal 7), dan panduan pada umumnya untuk menguatkan sema-
untuk memasukkan isu lingkungan di se- ngat kebangsaannya melalui berbagai sa-
mua area kurikulum (OME, 2008). Globa- rana, cara, metode, maupun strategi dalam
lisasi dan masyarakat global dalam pendi- pembelajaran.
dikan ada dalam pembelajaran kultural dan Pentingnya dimensi sosial sebagai
apresiasi pada pembelajaran yang melibat- bagian dari konstruksi pendidikan diakui
kan aktivitas nyata di dunia, menyediakan oleh berbagai ahli. Dalam bidang bahasa
informasi dan kemudahan teknologi untuk dan sastra misalnya, yang melibatkan re-
membuat dunia menjadi lebih kecil (ter- sepsi dan respons kritis terhadap nilai-nilai
jangkau) dan memudahkan siswa untuk moral, pemahaman terhadap bahasa seba-
berkomunikasi di tengah kehidupan “ ma- gai konstruksi sosial diharapkan dapat di-
syarakat global” . serap dengan lebih baik sehingga dapat
Pendidikan di Indonesia senantiasa lebih meningkatkan respons peserta didik
diarahkan dalam rangka penguatan karak- terhadap fenomena di sekitar (Borsheim,
ter dan jati diri bangsa. Pribadi Indonesia Merrit, dan Reed, 2008; Graham, Benson,
yang berkarakter Indonesia diharapkan me- Fink, 2010; Chun, 2009). Paradigma pem-
njunjung tinggi kearifan lokal dengan belajaran yang telah lama dikenalkan oleh
menghargai dan mengembangkan segala Dewey, Freire maupun Vygotsky yang ke-
budidaya manusia Indonesia. Nasionalis- mudian diperkuat oleh Derrida dengan
me juga dikembangkan dalam waktu yang teori dekonstruksinya.
bersamaan karena hal itu merupakan wu- Dewey memahami bahwa pendidik-
jud kecintaan terhadap tanah air sebagai an merupakan metode fundamental untuk
tempat hidup dan berkembang. Satu hal kemajuan dan reformasi sosial (Jacobson,

Penumbuhan Semangat Kebangsaan untuk Memperkuat Karakter Indonesia melalui Pembelajaran Bahasa
346

2010:47). Dalam masyarakat multikultur, yang berkualitas internasional sekaligus


proper relation menjadi unsur penting yang berkepribadian dan berkarakter yang baik.
senantiasa diiringi dengan sikap dan watak Seperti di University Tun Hussein Onn
yang membentuk interaksi yang tidak lain Malaysia (UTHM) yang menyelenggarakan
merupakan wujud perilaku demokrasi. Da- program pendidikan denngan model Mc
lam bukunya Democracy and Education (li- Kinsey’ s 7S capacity yang memadukan bebe-
hat juga Dalton, 2002), ia menegaskan bah- rapa elemen yaitu strategi, sistem, stuktur,
wa “ social environment forms the mental and skill, nilai guna, staf, dan gaya (Masirin,
emotional disposition of behavior in individuals 2008:2).
by engaging them in activities that arouse and Kendati pengembangan kultur keil-
strengthen certain impulses, that have certain muan di pendidikan tinggi sudah dikem-
purposes and entails certain concequences” . bangkan dengan berbagai konsep baru
Pembentukan sikap dan watak tidak dapat yang modern dan berusaha untuk meng-
dilakukan melalui penyampaian keyakin- ikuti perkembangan zaman, Biagioli (da-
an, emosi, dan pengetahuan secara lang- lam Cohen, 2002: 6) menyatakan bahwa
sung namun harus melalui perantara ling- “ peer review still in a problem” . Penilaian
kungan. Sekolah dianggap sebagai ling- yang dikembangkan baik secara internal
kungan terbaik yang dapat mempengaruhi maupun eksternal masih memiliki masalah
watak mental dan moral anggotanya atau yang cukup berarti. Namun, pernyataan
dalam hal ini sebagai medium perantara. Strathern (2000:1) menarik sekali untuk
Proses menuju masyarakat dan pen- dicermati bahwa dia mendasarkan penga-
didikan demokratis, seperti yang diung- matannya pada pernyataan Tsoukas dalam
kapkan oleh Dewey, tidak dapat dilepas- Tyranny of Light yaitu “ making the invisible
kan dari “ like-mindedness” di mana para pe- visible” yang kemudian menginspirasinya
lakunya bebas untuk berbagi, berpartisipa- untuk membuat esai Tyranny of Transparen-
si, membentuk dan membentuk kembali cy bahwa sesuatu yang nampak bisa berarti
sikap dan watak yang memberikan ruang dua hal yaitu; produktivitas riil organisasi
bagi perluasan makna. Namun, dalam ma- yang dapat dilihat dan sumber potensial
syarakat pluralistik. Hal ini menjadi tan- untuk informasi yang lebih.
tangan tersendiri karena keberagaman me- Jadi, tidak setiap hal perlu dibawa ke
munculkan pemaknaan yang berbeda-beda permukaan, tapi segala hal yang dibawa ke
dan benturan-benturan sosial sering trejadi permukaan tersembunyi ke dalam lagi. Ini
dikarenakan kepentingan yang berbeda- menandakan bahwa ada sesuatu di dalam
beda pula. Oleh karena itu, model pendi- apapun yang nampak. Kalau kita tarik
dikan demokratis yang mendorong terja- konsep ini ke dalam pengembangan kultur
dinya interaksi dan relasi yang tepat antar keilmuan maka segala hal baik diferensiasi,
anggota maupun sistem yang terlibat men- karakter, budaya, ras, agama, metode, tek-
jadi kebutuhan penting untuk melangsung- nik, hasil penelitian yang banyak dikem-
kan proses pendidikan. bangkan di universitas dan apapun yang
Beberapa penelitian yang dilaukan ada merupakan sumber potensial untuk
oleh kalangan universitas menunjukkan dicermati sekaligus dikembangkan. Terma-
bahwa kondisi-kondisi yang ada masih suk pula dalam hal ini, semangat kebang-
memerlukan peningkatan dan penguatan saan yang terpatri dalam jiwa masing-
untuk mewujudkan civitas akademika masing pribadi.

Jurnal Pendidik an Karak ter , Tahun II, Nomor 3, Oktober 2012


347

BAHASA SEBAGAI ALAT EKSPRESI berkembang dan berubah tidak hanya dari
DIRI DAN SIMBOL REPRESENTASI perkembangan ide saja tetapi juga interaksi
BUDAYA BANGSA antara ide dan publik serta interaksi antara
Melalui bahasa, manusia dapat meng- pemikiran komunitas tentang pengetahuan
ekspresikan segala pemikiran yang dimi- dan aktualisasinya dalam bidang politik
liki. Dalam konteks bahasa Indonesia, dan dunia penulisan. Pengetahuan meru-
Soejatmoko (2009: 141) memandang bahasa pakan hal yang refleksif, dalam hubungan-
Indonesia telah menjadi wadah tunggal nya dengan pencitraan diri sekaligus per-
tranformasi yang diperlukan untuk kema- ubahan lingkungan. Hal ini membutuhkan
juan dan pembangunan. Dengan masuk- sebuah pergerakan sosial dan intelektual
nya berbagai cara penyampaian informasi, dalam masyarakat yang transformatif.
pertanyaan sekarang yang muncul adalah Di Indonesia sebenarnya sosok Ki
apa yang harus dilakukan dengan bahasa Hajar Dewantara sangat patut menjadi pa-
agar bahasa Indonesia sungguh-sungguh nutan. Dalam bukunya, Menuju Manusia
diintegrasikan dalam dalam kebudayaan Merdeka ( 2009:43) dia menyatakan bahwa
komunitas? Usaha merangsang dinamika pendidikan yang terdapat dalam hidup se-
pembangunan dari bawah membuka kem- gala makhluk disebut sebagai laku kodrat
bali masalah peranan dan hubungan dwi- (instinct), maka hidup manusia yang ber-
tunggal antara bahasa Indonesia dan ba- adab bersifat usaha kebudayaan, yaitu se-
hasa daerah sekaligus potensi keduanya bagai berikut.
untuk merangsang dinamika tersebut. (1) Sebagai laku kodrat, pendidikan bersi-
Diskusi tentang kaitan antara bahasa, fat laku atau kejadian yang masih se-
kekuatan, dan komunitas sebenarya sudah derhana.
diawali dari sekitar tahun 1970. Kuhn (2) Pendidikan yang berlaku sebagai ins-
dalam The Structure of Scientific Revolutions ting berupa pemeliharaan terhadap
(Yood, 2005:5) mengatakan bahwa per- anak-anak serta latihan-latihan.
ubahan intelektual dibangun dalam komu- (3) Pendidikan bertujuan untuk memberi
nitas. Namun, Kuhn tidak bisa memberi- tuntunan pekembangan jiwa anak unt-
kan penjelasan mengenai hubungan recur- uk menuju adab kemanusiaan.
sif bahwa komunitas akan berperan untuk (4) Mengenal sifat kodrat dan sifat ke-
umum dan untuk dirinya sendiri juga de- budayaan merupakan hal penting.
ngan perjuangan yang terus-menerus un- Konsep dari uraian di atas sesuai un-
tuk menemukan makna dan relevansi da- tuk diterapkan pada masyarakat Indonesia.
lam disiplin akademis. Fuller dalam sum- Kondisi sosiologis dan geografis Indonesia
ber yang sama mengemukakan konsep dengan beragam suku dan budaya mesti-
“ pergerakan sosial” (social movement) se- nya harus disikapi secara arif, artinya ha-
bagai alternatif paradigma. Dalam konsep rus dirancang satu sistem pendidikan yang
ini, pengetahuan baru dimaknai dalam dapat mengelaborasi kekayaan-kekayaan
konteks perubahan intelektual dan politik dan sumber yang ada, menghindari prak-
dan dalam respon terhadap citra profesi tik-praktik diskriminasi kesukuan, serta
yang diciptakannya sendiri. yang lebih utama adalah menguatkan pe-
Yood (2005: 3) menambahkan uraian- rasaan dan pemahaman mengenai Indone-
nya sebagai tanggapan terhadap pandang- sia yang mengantarkan masyarakat menu-
an Fuller, bahwa pengetahuan yang terus ju semangat Indonesia.

Penumbuhan Semangat Kebangsaan untuk Memperkuat Karakter Indonesia melalui Pembelajaran Bahasa
348

Bahasa dalam hal ini memiliki peran- mengenali, mengendalikan, mengarahkan


an yang sangat penting sebagai sarana serta mengoreksinya. Hal ini tentu saja me-
penguatan semangat kebangsaan. Kekuat- miliki hubungan dengan tantangan global
an bahasa sebagai alat ekspresi diri dan yang menuntut manusia untuk mampu
simbol representasi budaya Namun, per- mengontrol dirinya agar tidak mudah ter-
juangan kelas-kelas yang terdeskriminasi jerumus dalam pusaran arus informasi dan
terutama di Eropa telah membawa keber- teknologi yang memungkinkan adanya pe-
hasilan gemilang dengan menggunakan nyalahgunaan hal-hal yang dapat merusak
sarana literasi (kebahasaan) sebagai alat pribadi, komunitas, negara, maupun dunia,
perjuangan kelas seperti dari beberapa ha- misalnya pemboman di Bali, India, keru-
sil penelitian dalam buku Making Race Vi- suhan daerah, konflik antar sekolah, dan
sible: Literary Research for Cultural Under- sebagainya.
standing (Greene dan Perkins (2003). Seperti yang dinyatakan oleh Lickona
(1991:51), pendidikan karakter harus me-
PENDIDIKAN M ORAL-KARAKTER IN- libatkan aspek “ knowing the good” (moral
DONESIA DALAM PEM BELAJARAN knowing), “ desiring the good” atau “ loving
Jika kita menilik konsep pendidikan the good” (moral feeling), dan “ acting the
yang diutarakan oleh Bapak Pendidikan good” (moral action). Perkembangan lanjut
Nasional, Ki Hajar Dewantara, ada nilai-ni- mengenai pendidikan karakter seperti yang
lai luar biasa yang lahir di zaman itu, yang dikemukakan oleh Elias (2010:47) menyata-
belum banyak manusia, khususnya praktisi kan bahwa “ aplikasi perkembangan sosial
pendidikan peduli akan pentingnya karak- emosional dan karakter di kelas yakni ten-
ter dan sifat dasar pendidikan. Dalam urai- tang mengajarkan, memraktikkan, dan me-
annya Dewantara (2009:3-4) menegaskan neladankan kebiasaan pribadi yang pen-
makna pendidikan bahwa “ Pendidikan me- ting dan kehidupan masyarakat serta kete-
rupakan tuntunan hidup ….. Kekuatan ko- rampilan yang dipahami secara universal
drati yang ada pada seorang anak tiada dapat membuat manusia menjadi pribadi
lain adalah segala kekuatan yang ada da- yang baik. Kebiasaan ini meliputi penghar-
lam hidup batin dan hidup lahir karena ke- gaan, tanggung jawa, integritas, kepeduli-
kuasaan kodrat. Kita sebagai pendidik ha- an, keterbukaan, dan pemecahan masalah
nya dapat menuntun tumbuhnya kekuatan secara konstruktif” .
itu agar dapat memperbaiki lakunya.” Dalam uraian lanjutnya, Elias menge-
Kodrat seperti yang diutarakan oleh mukakan ada delapan cara untuk mem-
dewantara di atas sejalan dengan karakter bangun perkembangan sosial, emosional,
dasar manusia dan inilah bagian karakter dan karakter antara lain melakukan per-
Indonesia yang digagas oleh para penda- bincangan tentang karakter, menunjukkan
hulu. Hal ini juga menjadi bahasan menarik karakter pribadi, bereaksi dalam kehidup-
dalam tulisan Komarudin Hidayat (Zuchdi, an nyata, membaca fiksi maupun nonfiksi,
2008) bahwa manusia perlu melakukan life’ s menulis sebagai sarana berekspresi, ber-
journey yaitu upaya memahami kecende- partisipasi di sekolah maupun komunitas,
rungan sifat-sifat dasar watak atau karak- strategi mengajar dengan pendekatan so-
ter manusia. Watak-watak ini disebut de- sial, emosional, dan karakter, serta mem-
ngan inner guides. Jika manusia bisa mela- bantu siswa ketika mereka membutuhkan
kukan life’ s journey, maka dia akan mudah

Jurnal Pendidik an Karak ter , Tahun II, Nomor 3, Oktober 2012


349

bantuan. Masing-masing cara ini diuraikan cerdas dan berakhlak mulia (berkarakter
praktiknya secara lebih detil. baik) adalah sistem yang bersifat humanis,
Pendidikan karakter memang men- yang memposisikan subjek didik sebagai
jadi tema sentral arah kebijakan pendidik- pribadi dan anggota masyarakat yang per-
an nasional yang ditargetkan terlaksana lu dibantu dan didorong agar memiliki ke-
dari tahun 2010 sampai tahun 2025. Dalam bisaaan efektif, perpaduan antara pengeta-
buku yang diterbitkan oleh Pemerintah RI huan, keterampilan, dan keinginan (Zuch-
tahun 2010 mengenai pembangunan karak- di, 2009:57). Perpaduan ketiganya secara
ter bangsa, ada tiga fungsi utama pemba- harmonis menyebabkan seseorang atau
ngunan karakter bangsa, yakni sebagai be- suatu komunitas meninggalkan ketergan-
rikut. tungan (dependence) menuju kemandirian
(1) Fungsi pembentukan dan pengembang- (independence). Kesalingtergantungan sangat
an potensi yaitu membentuk dan me- diperlukan dalam kehidupan modern se-
ngembangkan potensi manusia atau perti sekarang ini karena permasalahan
warga negara Indonesia agar berpikiran yang kompleks hanya dapat diatasi dengan
baik, berhati baik, dan berperilaku baik kerjasama dan kolaborasi yang baik de-
sesuai dengan falsafah hidup Pancasila. ngan sesama.
(2) Fungsi perbaikan dan penguatan yaitu Ada beberapa hal yang harus dimili-
untuk memperbaiki dan memperkuat ki oleh guru sebagai pendidik yang meng-
peran keluarga, satuan pendidikan, ma- integrasikan pendidikan moral dan karak-
syarakat, dan pemerintah untuk ikut ber- ter pada anak didiknya. Xie dan Zhang
partisipasi dan bertanggungjawab da- (2011) menyatakan bahwa seorang pendi-
lam pengembangan potensi warga ne- dik harus melakukan (1) Cultivation a noble
gara dan pembangunan bangsa menuju of mind di mana dia akan memenuhi kewa-
bangsa yang maju, mandiri, dan sejah- jiban dan mencintai pekerjaan serta me-
tera. ngembangkan karakter pribadi yang baik;
(3) Fungsi penyaring, yaitu untuk memilah (2) Improving of teaching ability; (3) study of
budaya bangsa sendiri dan menyaring the theories of education science; (4) partici-
budaya bangsa lain yang tidak sesuai pation in the scientific research activity ; (5)
dengan nilai-nilai budaya dan karakter possession of management capability .
bangsa yang bermartabat. Terkait dengan bagaimana integrasi
Alur pikir pengembangan pendidik- pendidikan karakter dalam pembelajaran,
an karakter telah diterbitkan oleh pemerin- konsep dan alur pikir mengenai hal ini
tah melalui Kementerian Pendidikan Na- digambarkan secara sistematis dalam kon-
sional (2010) dan saat ini. Pengembangan teks mikro pengembangan pendidikan ka-
karakter mencakup berbagai dimensi kehi- rakter. Konsep ini menjadi panduan dalam
dupan dengan berlandaskan pada perma- kerja praktis di lapangan khususnya di sa-
salahan-permasalahan bangsa, landasan fi- tuan pendidikan yang diharapkan dapat
losofi, ideologis, dan legalitas. Hal ini ter- melaksanakan proses pembelajaran yang
tuang dalam alur pikir pembangunan ka- integratif dengan pendidikan karakter. Kon-
rakter bangsa yang dijabarkan ke dalam teks mikro pengembangan pendidikan ka-
konteks makro pengembangan karakter. rakter (Kemdiknas, 2010) dapat dilihat pa-
Sistem pendidikan yang sesuai untuk da Gambar 1.
menghasilkan kualitas masyarakat yang

Penumbuhan Semangat Kebangsaan untuk Memperkuat Karakter Indonesia melalui Pembelajaran Bahasa
350

Metode dalam implementasi pendidik- menciptaan pengalaman sosial dan emo-


an karakter komprehensif ada empat ma- sional mengenai nilai-nilai yang dikehen-
cam, yaitu inkulkasi (inculcation), ketela- daki, membuat aturan, memberikan peng-
danan (modeling), fasilitasi (facilitation), dan hargaan dan konsekuensi disertai alasan,
pengembangan keterampilan (skills build- membuka komunikasi dengan pihak yang
ing) (Zuchdi, 2009:19). Dalam inkulkasi ada tidak setuju, memberikan kebebasan bagi
beberapa kegiatan yang bisa dilakukan, ya- perilaku yang berbeda-beda.
itu: mengomunikasikan kepercayaan diser- Keteladanan merupakan nilai di mana
tai alasan yang mendasarinya, memperla- pendidik dapat menjadi contoh yang baik
kukan orang secara adil, menghargai pan- bagi peserta didik dan peserta didik dapat
dangan orang lain, mengemukakan kera- meniru hal yang baik dari pendidik. Fasi-
gu-raguan atau perasaan tidak percata di- litasi melatih subjek didik untuk mengatasi
sertai dengan alasan dan sikap hormat, ti- masalah-masalah dan memberikan kesem-
dak sepenuhnya mengontrol lingkungan, patan kepada peserta didik.

Gambar 1. Konteks M ikro Pengembangan Pendidikan Karakter

Pengembangan keterampilan meli- PENUM BUHAN EKSPRESI KEBANGSA-


puti keterampilan akademik dan sosial AN M ELALUI INTEGRASI PEM BELA-
yang meliputi berpikir kritis, berpikir krea- JARAN BAHASA
tif, berkomunikasi dengan jelas, menyimak, Berbicara mengenai pembelajaran ba-
bertindak asertif, dan menemukan resolusi hasa maka hal ini tidak dapat dilepaskan
konflik. Melalui penerapan pendekatan ini, dari keterampilan menyimak, berbicara,
proses habituasi penanaman nilai karakter membaca, dan menulis. Satu hal yang da-
yang baik bagi mahasiswa sebagai calon pat dipahami adalah bahwa pembicara
guru diharapkan dapat terwujud. yang baik adalah penyimak yang baik, pe-
nulis yang baik merupakan pembaca yang
baik. Sejak tahun 1980an, beberapa pene-

Jurnal Pendidik an Karak ter , Tahun II, Nomor 3, Oktober 2012


351

litian menunjukkan bahwa ada keuntung- Dalam praktik penulisan di perguru-


an-keuntungan atau manfaat yang dapat an tinggi, mahasiswa dituntut untuk men-
diraih ketika tugas penulisan dan kegiatan jadi pembelajar yang lebih mandiri, yang
membaca dikombinasikan. Shanahan (1990) mengetahui kelebihan dan kekurangan diri
mengemukakan ada tiga manfaat utama sendiri serta mengetahui bagaimana me-
dalam pembelajaran membaca dan menulis nyikapi kelebihan dan kekurangan yang
yang terintegrasi. dimiliki. Selain itu, kepekaan dan respons
(1) Menciptakan kesadaran komunikatif, terhadap segala fenomena yang terjadi di
yang berdasar pada gagasan bahwa sekitar, baik dalam lingkup lokal, nasional,
membaca dan menulis merupakan akti- maupun global juga semestinya dimiliki
vitas komunikatif, ketika penulis mela- dengan dilandasi pemahaman yang baik,
kukan transaksi pada teks pada saat itu perilaku yang baik, dan kepedulian untuk
juga penulis menunjukkan peranannya mengatasi berbagai persoalan.
sebagai pembaca kritis terhadap teks Segala fenomena sosial, budaya, poli-
yang ditulis. Sama halnya dengan pem- tik, keamanan, yang dapat menuntun me-
baca ketika melakukan transaksi terha- nuju rasa bangga dan cinta terhadap bang-
dap teks pada saat yang sama sebenar- sa Indonesia, dengan dilandasi oleh pema-
nya pembaca menuliskan kembali yang haman terhadap Indonesia dan segala ke-
menunjukkan peranan penulis (Rosen- Indosia-an yang dimiliki akan membekali
blatt, 2004). mahasiswa untuk menjadi insan yang me-
(2) Bersifat fungsional, dimana integrasi miliki semangat kebangsaan yang tangguh.
antara membaca dan menulis memberi- Melalui pembelajaran bahasa yang inte-
kan tempat bagi siswa untuk merespon. gratif, mahasiswa akan belajar dan pada
(3) Menekankan pada proses kognitif ter- akhirnya diharapkan mampu menumbuh-
padu antara membaca dan menulis kan karakter sebagai bangsa Indonesia. Hal
yang akan memperkaya pengetahuan, ini akan memberikan kontribusi pemikiran
bahkan memperkuat dimensi meta pe- setiap warga negara terdidik, dan keterli-
ngetahuan. batan dalam pergulatan pikiran dan rasa
Sebagaimana yang dikemukakan pada tentang Indonesia dalam diskusi serta mem-
bagian sebelumnya bahwa bahasa dipan- buat tulisan tentang suatu persoalan ber-
dang sebagai alat ekspresi diri pribadi, alat sama pemikiran pemecahannya, baik per-
ekspresi diri makhluk sosial, alat ekspresi soalan bangsa secara umum maupun per-
diri warga negara, dan alat ekspresi diri soalan yang terkait dengan bidang studi
professional Berbagai macam ekspresi ter- yang ditekuninya.
sebut, yang mengandung pesan komunika-
tif, secara alami akan memperoleh tang- PENUTUP
gapan dari pihak lain, baik diminta mau- Semangat kebangsaan menempati po-
pun tidak, baik negatif, netral, maupun po- sisi penting dalam upaya memperkuat ka-
sitif. Bahasa juga memiliki berbagai peran rakter dan jati diri bangsa. Berbagai per-
sebagai alat penyebaran dan penyerapan il- soalan yang terjadi yang diindikasikan se-
mu, alat pengembangan diri secara umum, bagai bentuk melemahnya karakter Indo-
alat berpikir nalar, alat komunikasi dan pe- nesia tidak hanya menjadi bahan diskusi
ngembangan sosial-budaya, dan alat pendi- penting saat ini, namun juga memerlukan
dikan. upaya solutif. Pendidikan menjadi tempat

Penumbuhan Semangat Kebangsaan untuk Memperkuat Karakter Indonesia melalui Pembelajaran Bahasa
352

dimana transformasi pengetahuan dapat di- Chun. 2009. “ Critical Literacies and Gra-
capai. Dalam hal ini, bahasa yang dipa- phic Novels for English-Language
hami sebagai alat ekspresi dan simbol re- Learners: Teaching Maus” dalam
presentasi budaya dapat menjadi sarana Journal of Adolescent & Adult Literacy
dalam menguatkan semangat kebangsaan. 53 (2) Oktober. International Reading
Pemahaman terhadap landasan filo- Association. www.proquest.umi.pqd-
sofis dan historis pembangunan bangsa / web.
menjadi dasar dalam bagi terciptanya se-
mangat kebangsaan yang kuat. Disamping Colaruso, Dana M. 2010. “ Teaching English
itu, nilai-nilai lokalitas, wawasan nasional, in a Multicultural Society: Three
dan pemahaman terhadap berbagai feno- Models of Reform” dalam Canadian
mena di era global merupakan wujud dari Journal of Education, 33, 2. www.-
upaya komprehensif memahami diri se- proquest.umi.pqd/ web.
bagai bangsa dan semangat kebangsaan
dalam diri. Pembelajaran bahasa yang inte- Cohen, Sande. 2002. “ The Academic
gratif dapat dijadikan sebagai salah satu ‘Thing’: An Introduction to the Spe-
wahana dalam meningkatkan rasa dan se- cial Issue on ‘Academic Culture –
mangat nasionalisme peserta didik yang Disciplines and Disjunctions’, Journal
pada akhirnya dapat memperkuat karakter of Emergences. Volume 12 No 1.
bangsa Indonesia.
Dalton, Thomas C. 2002. Becoming John
UCAPAN TERIM A KASIH Dewey: Dilemmas of a Philosopher and
Penulis mengucapkan terima kasih Naturalist. Bloomington: Indiana Uni-
kepada Redaktur Jurnal Pendidikan Karakter versity Press.
atas kesempatan yang diberikan untuk
mempublikasikan artikel ini. Ucapan teri- Damon, W. 2005. “ Personality test: The
ma kasih juga penulis sampaikan kepada Dispositional Dispute in Teacher Pre-
reviewer artikel yang telah memberikan ma- paration Today, and What to Do about
sukan sebagai wujud penyempurnaan arti- It” dalam Fwd: Arresting Insights in
kel. Semoga artikel ini dapat berguna seba- Education, 2(3), 1-6. www.proquest.
gai bentuk diskusi tertulis serta menambah umi.pqd/ web.
wawasan khususnya mengenai semangat
kebangsaan untuk memperkuat karakter Damon, W. 2007. “ Dispositions and Teach-
Indonesia melalui pembelajaran bahasa. er Assessment: The Need for a More
Rigorous Definition” . Journal of Teach-
DAFTAR PUSTAKA er Education, 58(5), 365-369.
Borsheim, Carlin, Kelly Merritt, & Dawn
Reed. 2008. “ Beyond Technology for Dewantara, Ki Hadjar. 2009. Menuju Ma-
Technology’s Sake: Advancing Multi- nusia Merdeka. Yogyakarta: Leutika.
literacies in the Twenty-First Centu-
ry” dalam The Clearing House Novem- Elias, Maurice. 2010. “ Character Education:
ber-Desember. www.proquest.umi.- Better Students Better People” . The
pqd/ web. Education Digest. www.proquest.umi.
pqd/ web.

Jurnal Pendidik an Karak ter , Tahun II, Nomor 3, Oktober 2012


353

Gough, N. 2000. “ Locating Curriculum Merrit, Maria. 2000. “ Virtue Ethics and
Studies in the Global Village” . Journal Situationist Personality Psychology” .
of Curriculum Studies, 32(2), 329‐342. Ethical Theory and Moral Practice, 3.
www.proquest.umi.pqd/ web. www.proquest.umi.pqd/ web.

Graham, Meadow Sherril, Sheila Benson, Murti, dkk. 2008. Kebangsaan. http/ / www.-
Lisa Storm Fink. 2010. “ A Spring- murti.blogspot.com.
board Rather Than a Bridge: Diving
into Multimodal Literacy” . English Oja, S. N., & Reiman, A. J. 2007. “ A
Journal (High School Edition) Urbana: Constructivist-Developmental Pers-
November, vol 200, 153. pective” dalam M. E. Diez & J. Raths
(Eds.), Dispositions in teacher education
Greene dan Perkins, 2003. Making Race (pp. 93-117). Charlotte, NC: Informa-
Visible: Literary Research for Cultural tion Age Publishing.
Understanding. New York: Teacher
College, Columbia University. Pamental, Matthew P. 2010. “ Dewey, Si-
tuationism, and Moral Education” .
Jacobson, Richard B. 2010. “ Moral Educa- Educational Theory , 60, 2. www.pro-
tion and The Academic of Being Hu- quest.umi.pqd/ web.
man Together” . Journal of Thought,
Spring Summer. www.proquest.umi. Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Ke-
pqd/ web. bijakan Nasional Pembanguan Karakter
Bangsa Tahun 2010-2025.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010.
Draft Induk Pendidikan Karakter. Reed dan Tony. 2009. My Pedagogical Creed.
New York: Griftin, Ltd.
Kiss, Elizabeth & J. Peter Euben (eds). 2010.
Debating Moral Education: Rethinking Rosenblatt, L.M. 2004. “ The Transactional
The Role of Modern University . Dur- Theory of Reading and Writing” ,
ham: Duke University. dalam R.B. Ruddell & N.J. Unrau
(eds), Theoretical Models and Processes
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Cha- of Reading, 5th edition. Newark, DE:
racter: How Our School can Teach Res- International Reading Association.
pect and Responsibility . New York:
Bantam Books. Shanahan, T. 1990. Reading and Writing
Together: What Does it Really Mean?
Masirin, Mohammad, dkk. 2008. “ Trans- Dalam T. Shanahan (ed.), Reading
formation of Malaysian Higher Edu- and Writing Together: New Perspec-
cation: A Case Study of University tive for the Classroom. Norwood, MA.
Tun Hussein Onn Malaysia (UTHM) Christopher-Gordon Publishers.
Towards University-Industry Rela-
tion and Internationalization. Makalah Sockett, H. 2006. “ Character, Rules, and Re-
dalam Seminar International UNY. lations” dalam H. Sockett (Ed.), Teach-

Penumbuhan Semangat Kebangsaan untuk Memperkuat Karakter Indonesia melalui Pembelajaran Bahasa
354

er dispositions: Building a Teacher Edu- Strathern, Marilyn. 2000. “ The Tyranny of


cation Framework of Moral Standards. Transparency” . British Educational Re-
New York: American Association of search Journal, Volume 26 No. 3.
Colleges of Teacher Education Publi-
cations. Xie, Guoyong & Fengzhi Zhang. 2011. “ A
Brief Talk on the Cultivation and
Soedjatmoko. 2009. Menjadi Bangsa Terdidik. Improvement of Moral Education
Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Teacher’s Quality” . Asian Social Scien-
ce, 7, 1. www.proquest.umi.pqd/ web.
Soeharto, Pitut & A. Zainoel Ihsan. 1981.
Maju Setapak: Capita Selecta Ketiga. Ja- Yood, Jessica. 2005. Present-Process: The
karta: Aksara Jayasakti. Composition of Change. Journal of
Basic W riting Fall Volume 24. www.-
Sommerville, C. John. 2010. “ How Serious proquest.umi.pqd/ web.
Are We About Moral Education” .
Christian Scholars Review. www.pro- Zuchdi, Darmiyati, dkk. 2009. Pendidikan
quest.umi.pqd/ web. Karakter: Grand Design dan Nilai-nilai
Target. Yogyakarta: UNY Press.

Jurnal Pendidik an Karak ter , Tahun II, Nomor 3, Oktober 2012

Anda mungkin juga menyukai