Anda di halaman 1dari 4

Nama: Ayi Puji Syaestu

NPM: C1B021048
Kelas: Manajemen C
Dosen Pengampu: Drs. Agus Joko Purwadi, M.Pd.
Bahasa Indonesia Pembuatan Artikel

POLITIK BAHASA INDONESIA

Bahasa sebagai alat komunikasi adalah definisi yang sangat sederhana, dan diketahui
banyak orang, Tapi dibalik itu banyak dimensi yang berhubungan dengan bahasa. Berdasarkan
Kongres Bahasa Indonesia kedua di Medan tahun 1954, Bahasa Indoensia dinyatakan sebagai
bahasa nasional. Bahasa yang dijadikan bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu, hal itu karena
bahasa Melayu sudah sejak dulu menjadi lingua franca atau menjadi bahasa pergaulan antar
etnik di Nusantara.

Politik Bahasa Indonesia adalah kebijakan nasional yang berisi perencanaan, pengarahan,
dan ketentuan-ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pemecahan seluruh masalah
bahasa. Politik Bahasa Nasional adalah kebijakan di bidang kebahasaan dan kesastraan secara
nasional, yaitu kebijakan yang meliputi bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan penggunaan bahasa
asing. Dari tiga butir Sumpah Pemuda 1928 menyatakan yang pertama “Kami poetra dan poetri
Indonesia mendjoengdjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia”.Kedua adalah Undang-
undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36, yang menyatakan bahasa negara adalah bahasa
Indonesia.
Perkembangan terus berlanjut, Kongres bahasa Indonesia pun diselanggarakan dan
dinyatakan sebagai peristiwa nasional. Betapa pentingnya peran bahasa terutama di Indonesia
sehingga banyak diadakan bermacam acara nasional mengenai perkembangannya, sebut saja
Kongres Bahasa Indonesia yang telah diadakan sampai yang terakhir kali pada tahun 1998
(Kongres Bahasa Indonesia ke VII), Bulan Bahasa, Seminar Politik Bahasa dan acara-acara lain
yang berhubungan dengan bahasa. Permasalahan bahasa di Indonesia tidak hanya menyangkut
perkembangan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, tapi juga hubungannya dengan bahasa-
bahasa daerah yang merupakan bahasa ibu dari penutur etnisnya dan juga bahasa asing. Mulailah
kemudian penelitian-penelitian mengenai bahasa marak dilakukan. Permasalahan mengenai
bahasa sedemikian kompleksnya sehingga masih dirasa sangat perlu untuk mengadakan Seminar
Politik Bahasa Indonesia. Buku yang disusun oleh Pusat Bahasa ini merupakan proceeding
(risalah sidang) dari hasil Seminar Politik Bahasa Indonesa yang diselenggarakan di Cisarua
Bogor Jawa Barat pada tanggal 8-12 November 1999. Buku ini dibagi menjadi 3 bagian. Bagian
pertama sambutan dari Menteri Pendidikan Nasional dan Laporan Kepala Pusat Bahasa. Bagian
kedua adalah penyajian makalah yang berjumlah 13 buah berikut transkip tanya jawab, dan
bagian ketiga rumusan hasil seminar dan menjadi Kebijakan Bahasa Nasional. Tiga belas peserta
yang membawakan makalah adalah para ahli dari berbagai bidang, walaupun ternyata hal itu
lebih didominasi dari kalangan pendidikan dan ahli bahasa.
Saat ini ada tiga kelompok bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat di
Indonesia, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Setiap bahasa tersebut
digunakan sesuai dengan kedudukan dan fungsi masing-masing sesuai dengan peraturan
perundang undangan. Pada Undang-undang Nomor 24 Tahun 2009, khususnya yang mengatur
tentang bahasa tersebut jelas sekali dinyatakan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan
bahasa asing masing-masing digunakan. Akan tetapi, jauh sebelum undang undang itu disahkan,
kebijakan tentang pengaturan ketiga bahasa tersebut sudah ada dalam dicetuskan dalam Seminar
Politik Bahasa Nasional pada tahun 1975 dan disempurnakan lagi pada tahun tahun 1999. Pada
seminar tersebut dibahas sejumlah makalah yang berkaitan dengan pemakaian bahasa Indonesia,
baik dari segi pemakaiannya, peranannya, pengajarannya, maupun upaya pembinaan dan
pengembangannya.
Seminar Politik Bahasa ini merupakan kelanjutan dari Seminar Politik sebelumnya.
Tujuannya adalah untuk menelaah dan merumuskan kembali hasil Seminar Politik Bahasa
Nasonal yang pernah diadakan tahun 1975 dan untuk memperkuat putusan Kongres Bahasa
Indonesia VII tahun 1998. Hasilnya dirumuskan sebagai Kebijakan Bahasa Nasional yang
menjadi pedoman dalam pengelolaan masalah kebahasaan di Indonesia. Makalah yang
dibawakan oleh para penyaji melingkupi banyak aspek bahasa, yang jika ditarik ke atas semua
membahas permasalahan kebahasaan di Indonesia yang saling berkaitan; antara bahasa Indonesia
sebagai bahasa nasional dan persatuan dengan bahasa-bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu
penutur etnisnya dan juga bahasa-bahasa asing yang hidup di Indonesia. Selain itu dibahas juga
perkembangan yang meliputi sastra (baik itu sastra Indonesia, sastra daerah dan sastra asing),
penggunaan bahasa di media, peningkatan mutu pengajaran bahasa di sekolah, dan mengenai
fungsi Pusat Bahasa.
Pembahasan mengenai bahasa Indonesia masih seputar fungsi dan kedudukannya sebagai
bahasa nasional. Dalam kurun waktu seperempat abad antara Seminar 1975 dan Seminar 1999,
fungsi Bahasa Indonesia memperlihatkan kecenderungan perubahan, terutama fungsinya sebagai
bahasa negara yang akhirnya membawa perubahan pula pada fungsi bahasa daerah dan bahasa
asing. Fungsinya sebagai bahasa pengantar resmi dalam dunia pendidikan, sebagai bahasa resmi
dalam perhubungan tingkat nasional, dan sebagai bahasa resmi dalam pembangunan kebudayaan
dan pemanfaatan iptek modern telah mengakibatkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
berpacu dalam menata dan megembangkan diri agar tetap berperan sebagai sarana komunikasi
dalam berbagai bidang.

Selain fungsi bahasa sendiri terdapat juga sastra bahasa. Sastra Indonesia merupakan
salah satu bentuk pengungkap pemikiran tentang masyarakat baru Indonesia. Sastra daerah, yang
telah merekam berbagai aspek kehidupan dan budaya daerah, juga saling berinteraksi, telah
hidup dan berkembang jauh sebelum munculnya sastra Indonesia. Sastra Indonesia dan daerah,
baik yang lama maupun yang baru, tidak terlepas dari pengaruh dan pertemuannya dengan
kebudayaan dan sastra asing, khususnya sastra India, Arab, dan Persia, serta sastra Barat (Eropa
dan Amerika). Dalam perkembangan selanjutnya sastra Indonesia menjadi media ekspresi
berbagai gagasan modern dan pencerminan jati diri untuk membangun kebudayaan baru yang
diilhami oleh kebudayaan tradisional dan kebudayaan modern. Sastra daerah berperan sebagai
fondasi kebudayaan daerah bahkan kebudayaan Nusantara, sastra daerah juga sebagai alat
memperkukuh budaya masyarakat di daerah, dan juga cermin pencarian jati diri masyarakat yang
bersangkutan. Sastra asing merupakan salah satu sumber inspirasi bagi pengarang dan salah satu
sumber untuk mengenal budaya asing.

Pengarang Indonesia mengekspresikan perasaan dan cita-cita bangsa Indonesia dalam


bentuk puisi, roman (novel), dan drama sebelum dicetuskannya Sumpah Pemuda dan Proklamasi
Kemerdekaan dan berlanjut terus sampai kini. Oleh karena itu, sastra Indonesia, sebagai bagian
kebudayaan nasional, berkedudukan sebagai wahana ekspresi budaya dan kehidupan masyarakat.
Dalam kedudukannya sebagai wahana ekspresi budaya, sastra Indonesia juga berfungsi sebagai
alat untuk menumbuhkan rasa kebangsaan, menumbuhkan solidaritas kemanusiaan, dan juga
untuk merekam kehidupan masyarakat Indonesia.
Sastra bahasa juga ada sastra dalam bahasa daerah. Sastra daerah merupakan bukti
historis kreativitas masyarakat daerah. Sehubungan dengan hal itu, sastra daerah sebagai salah
satu bagian kebudayaan daerah berkedudukan sebagai wahana ekspresi budaya yang merekam,
antara lain, pengalaman estetik, religius, atau sosial politik masyarakat etnis yang bersangkutan.
Dalam kedudukannya sebagai wahana ekspresi budaya, sastra daerah berfungsi sebagai alat
untuk (merekam kebudayaan daerah dan menumbuhkan solidaritas kemanusiaan.

Sastra asing yang merupakan bagian kebudayaan asing berkedudukan sebagai salah satu
sumber inspirasi dan sumber pemahaman terhadap sebagian karya sastra Indonesia, terutama
dalam bidang penelitian. Oleh karena itu, pemahaman terhadap sastra asing, terutama sastra
India, Arab, Persia, Eropa, dan Amerika akan sangat membantu upaya pengembangan sastra di
Indonesia. Dalam kedudukannya sebagai sumber inspirasi dan sumber pemahaman yang lebih
komprehensif terhadap sastra Indonesia dan daerah, sastra asing mempunyai fungsi sebagai
pendorong penciptaan karya sastra di Indonesia, sastra asing juga berfungsi sebagai sarana untuk
lebih memahami sebagian sastra di Indonesia, sastra asing jugua dapat berfungsi sebagai bahan
kajian sastra bandingan, dan juga untuk penambah wawasan mengenai kebudayaan asing.

Penggunaan bahasa dalam kehidupan masyarakat Indonesia memiliki keresahan


tersendiri, dengan perkembangan zaman dan teknologi serta gaya berbahasa yang semakin jauh.
Masuknya unsur asing memiliki banyak dampak positif terhadap bahasa, namun juga membawa
dampak negative pada bahasa Indonesia sendiri. Masuknya bahasa asing membuat berkurang
atau menjadi cukup lemahnya penggunaan bahasa Indonesia sendiri, terutama pada anak-anak
muda. Penggunaan bahasa asing yang memiliki pandangan ‘keren’ menjadikan beberapa orang
tua memang mengajarkan bahasa asing tersebut sejak dini dan tidak jarang menjadikan bahasa
asing tersebut sebagai bahasa ibu atau bahasa pertama anak-anak mereka. Hal tersebut tentu
membuat beberapa anak malah tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan benar dan
lancer. Tidak jauh berbeda dengan pengaruh bahasa di daerah. Di daerah penggunaaan bahasa
menjadi permasalahan yang cukup krusial, pada zaman sekarang anak-anak di daereah mulai
meninggalkan bahasa daerah mereka masing-masing, para anak-anak malah menjadikan bahasa
Indonesia (informal) menjadi bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Begitu juga dengan para
orang tua yang tidak mengajarkan bahasa daerah pada anak-anak mereka, serta didukung juga
dengan lingkungan yang sudah menggunakan bahasa indonesia untuk percakapan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai