Anda di halaman 1dari 51

Unit 1

SEJARAH PERKEMBANGAN
BAHASA INDONESIA
Munirah

Pendahuluan

S audara, sudahkah Anda mengetahui sejarah perkembangaan bahasa Indonesia?


Tentunya sudah bukan? Bukankah Anda sudah lama menjadi guru? Sebagai
guru SD, paling tidak, Anda harus mampu mengetahui tiga hal yang ada pada mata
pelajaran bahasa Indonesia, yaitu Pembelajaran Bahasa Indonesia, Materi Bahasa
Indonesia, dan Kajian Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, Anda dituntut untuk
menguasai kajian bahasa Indonesia, bukan sekedar mengenal.
Berkaitan dengan tuntutan di atas, pada unit 1 ini Anda akan diajak untuk
mencermati sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Kajian materi unit ini sangat
bermanfaat bagi Anda dalam melaksanakan tugas sebagai guru yang profesional.
Kajian materi unit ini dikemas ke dalam tiga subunit, seperti berikut:
Subunit 1 Sumber Bahasa Indonesia
Subunit 2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Subunit 3 Ragam Bahasa Indonesia
Setelah Anda selesai mengkaji materi unit 1, kompetensi yang diharapkan
adalah Anda dapat menjelaskan (1) Sumber Bahasa Indonesia, (2) Kedudukan dan
Fungsi Bahasa Indonesia, dan (3) Ragam Bahasa Indonesia.

Kajian Bahasa Indonesia 1


Sekali lagi, jika menemui kesulitan dalam memahami materi buku ajar ini,
silakan diskusikan dengan teman sekelas/kelompok, atau dengan tutor Anda. Silakan
cerna subunit demi subunit berikut ini!

Selamat belajar,
Semoga sukses!

Kajian Bahasa Indonesia 2


Subunit 1
Sumber Bahasa Indonesia
S
audara, tentunya Anda sudah mendengar bahkan mungkin tidak asing lagi
dengan perkembangan bahasa Indonesia. Apabila ingin membicarakan
perkembangan bahasa Indonesia, mau tidak mau kita harus membicarakan bahasa
Melayu sebagai sumber bahasa Indonesia yang dipergunakan sekarang. Bahasa
Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu, yang sejak dahulu sudah
dipakai sebagai bahasa perantara (lingua franca), bukan saja di kepulauan Nusantara,
melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. Untuk itu cermatilah materi berikut
ini.

A. Dasar Pembentukan Bahasa Indonesia


Saudara, bahasa Indonesia dengan perlahan-lahan tetapi pasti, berkembang dan
tumbuh terus. Pada waktu akhir-akhir ini perkembangannya itu menjadi demikian
pesatnya sehingga bahasa ini telah menjelma menjadi bahasa modern, yang kaya
akan kosakata dan mantap dalam struktur. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang
dari bahasa Melayu, yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara
(lingua franca), bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di
seluruh Asia Tenggara. Bahasa Indonesia yang digunakan saat ini berasal dari bahasa
Melayu yang pada awalnya adalah salah satu bahasa daerah diantara berbagai bahasa
daerah di kepulauan Indonesia. Bahasa Melayu sebagai bahasa daerah dituturkan oleh
suku Melayu yang mendiami pesisir Timur pulau Sumatera, Semenanjung Malaka,
dan pesisir Barat Kalimantan. Oleh Steinhaver (1991; 195), dinyatakan bahwa bahasa
Melayu merupakan bahasa yang kurang berarti. Di Indonesia, bahasa itu diperkirakan

Kajian Bahasa Indonesia 3


hanya dipahami oleh penduduk kepulauan Riau Lingga dan penduduk pantai di
seberang Sumatera.
Jika dibandingkan dengan bahasa lain di kepulauan nusantara ini, baik dari segi
penutur maupun penduduk budaya, bahasa Melayu jauh ketinggalan. Namun, bahasa
ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, mampu mengguling bahasa-bahasa
daerah lain untuk mendapatkan predikat yang terhormat, yakni menjadi bahasa
nasional dan bahasa negara bagi negeri/bangsa yang serba keberagaman dan
kemajemukan.
Para ahli bahasa mengemukakan berbagai alasan-alasan tentang proses
perkembangan bahasa Melayu hingga menjadi bahasa Indonesia. Proses
perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia (nasional) didasari beberapa
faktor yakni :
a. Bahasa Melayu Mempunyai Sejarah Pandang sebagai Lingua franca

Husein (1983) menyebutkan bahwa jauh sebelum Negara Republik Indonesia


lahir, bahasa Melayu telah menjadi bahasa Melayu yang telah menjadi bahasa
pergaulan (Lingua franca) di kepulaun Nusantara, baik antarwarga suatu suku atau

Kajian Bahasa Indonesia 4


etnik (norma intratnik). Maupun sebagai bahasa pergaulan antar suku bangsa (norma
supraetnik), bahkan bahasa Melayu telah menjadi bahasa perhubungan antar bangsa
terutama untuk kawasan Asia Tenggara (norma supranasional).
Berkaitan dengan hal tersebut, bahasa Melayu didukung oleh Medan tuturnya
yang berada di daerah geografis yang sangat strategis. Dalam hal ini, bahasa Melayu
terteletak dalam jalur perdagangan hingga penyebarannya lebih mudah dan cepat
untuk semua etnik atau suku. Para pedagang yang datang dari Arab, Eropa, Asia, dan
kepulauan nusantara bertemu bandar-bandar selat Malaka. Di tempat pertemuan
itulah terjadi transaksi jual beli dengan pedagang pribumi. Bahasa yang digunakan
adalah bahasa penduduk setempat yakni bahasa Melayu.
b. Bahasa Melayu sebagai Bahasa Resmi Kerajaan

Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit adalah dua buah kerajaan yang
sangat terkenal di kawasan Nusantara pada abad yang lalu. Kedua kerajaan memiliki
sejarah kejayaan yang tersohor keberadaannya, bahasa resminya adalah salah satu
diantaranya bahasa Melayu. Demikian pula pada zaman penjajahan Belanda, bahasa
Melayu merupakan bahasa resmi kedua mendampingi bahasa Belanda, begitu pula
para misionaris, yang menyebarkan Injil dengan menggunakan bahasa melayu. Hal

Kajian Bahasa Indonesia 5


yang sama dalam penyebaran agama Islam, pada abad ke 15 bahasa Melayu sebagai
bahasa agama atau bahasa dalam penyiaran Islam.
c. Bahasa Melayu sebagai Bahasa Perjuangan

Secara psikologis, seluruh suku bangsa yang ada di Indonesia menerima dengan
sukarela bahasa melayu menjadi bahasa Nasional pada waktu dicetuskannya
sumpah pemuda 1928, mereka menyadari bahwa dengan bahasa Melayu dapat
dipupuk rasa persatuan bangsa sebagai modal untuk merebut kemerdekaan
bangsa. Untuk kepentingan perjuangan bangsa perlu segera ditunjuk satu bahasa
yang paling memenuhi syarat, yaitu bahasa Melayu yang dapat diterima oleh
semua pihak. Penunjukan tersebut memang tepat karena bahasa Melayu yang
berkembang menjadi bahasa Indonesia memiliki kesanggupan untuk menjalankan
fungsinya sebagai bahasa perjuangan dan selanjutnya sebagai bahasa pendukung
pengembangan pengetahuan dan teknologi. Syarat ini mutlak harus dimiliki oleh
bahasa yang berpredikat bahasa Nasional dan bahasa Negara.
d. Bahasa Melayu Mudah dipelajari dan Dikembangkan
Bahasa Melayu yang menjadi asal bahasa Indonesia mempunyai sifat dan
susunan yang sederhana dan luwes. Hal ini dapat dilihat pada kaidah-kaidahnya
yang berlaku pada bidang tata bunyi (fonologis), bentuk kata (morfologis), dan
tata kalimat (sintaksis). Bahasa Melayu juga bersifat untuk menerima pengaruh

Kajian Bahasa Indonesia 6


dari bahasa lain. Tanpa merusak kaidah-kaidah dasarnya. Dengan demikian,
bahasa Melayu sudah menyesuaikan diri dengan kebutuhan pemakainya dan
memperkaya perbendaharaannya dengan unsur-unsur baru bahasa lain. Itulah
sebabnya bahasa Melayu dalam waktu yang relatif singkat dapat digunakan oleh
berbagai lapisan masyarakat dalam aspek kehidupannya.

B. Lahirnya Bahasa Indonesia dan Perkembangannya


Saudara, sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci dari tahun
ketahun sebagai berikut:
1) Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van
Ophuiysen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
2) Pada tahun 1908 pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku
bacaan yang diberi nama Commissie Voor De Volkslectur (Taman Bacaan
Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai
Pustaka menerbitkan buku-buku novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan
dan buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan,
yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan
masyarakat luas.
3) Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam
perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda
pilihan memancangkan tonggak yang kokoh untuk perjalanan bahasa Indonesia.
4) Pada tahun 1933 resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang
menamakan dirinya Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Ali
Syahbana dan kawan-kawan.
5) Pada tanggal 25 – 28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I di
Solo. Dari hasil kongres di Solo ini dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan

Kajian Bahasa Indonesia 7


dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh
cendekiawan dan budayawan kita saat itu.
6) Masa pendudukan Jepang (1942-1945) merupakan pula suatu masa penting.
Jepang memilih bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi resmi antara
pemerintah Jepang dengan rakyat Indonesia karena niat menggunakan bahasa
Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda untuk alat komunikasi tidak
terlaksana. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan dan untuk keperluan ilmu pengetahuan.
7) Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945,
yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa Negara.
8) Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan
Soewandi) sebagai pengganti Ejaan Van Ophuysen yang berlaku sebelumnya.
9) Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28 Oktober – 2 November
1954 adalah juga salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-
menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa
nasional dan ditetapkan sebagai bahasa Negara.
10) Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan melalui pidato
kenegaraan di depan sidang DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan
Presiden No. 57 tahun 1972.
11) Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia.
12) Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober – 2 November 1978 merupakan peristiwa yang penting bagi kehidupan
bahasa Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka peringatan hari

Kajian Bahasa Indonesia 8


Sumpah Pemuda yang kelima puluh ini, selain memperlihatkan kemajuan,
pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga
berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
13) Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21 – 26
November 1983. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka peringatan hari
Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan
dan pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan sehingga amanat
yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan
kepada semua warga Negara Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai
semaksimal mungkin. Selain itu, kongres menugasi Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa untuk memantau hasil-hasil kongres sebelumnya
kepada kongres berikutnya.
14) Kongres bahasa Indonesia V juga diadakan di Jakarta pada tanggal 28 Oktober
– 3 November 1988. Kongres ini merupakan kongres yang terbesar dalam
sejarah perkembangan bahasa Indonesia karena selain dihadiri oleh kira-kira
tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara, juga kongres ini
diikuti oleh peserta tamu dari Negara sahabat, seperti Malaysia, Singapura,
Brunai Darussalam, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ke-5 ini dibuka
oleh Presiden Soeharto di Istana Negara Jakarta. Kongres ini ditandai dengan
dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
kepada seluruh pencinta bahasa di Nusantara, yakni berupa (1) Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (2) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan (3) buku-buku
bahan penyuluhan bahasa Indonesia.
15) Kongres Bahasa Indonesia VI diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober – 2 November 1993. Dalam kongres ini diselenggarakan pula pameran
buku yang menyajikan 385 judul buku yang terdiri atas buku-buku yang
berkaitan dengan kongres bahasa Indonesia, Sumpah Pemuda, Bahasa dan

Kajian Bahasa Indonesia 9


Sastra Indonesia, serta kamus berbagai bidang ilmu, antara lain Kimia,
Matematika, Fisika, Biologi, Kedokteran, dan Manajemen. Selain itu, disajikan
pula panel Sumpah Pemuda, foto kegiatan kebahasaan/kesastraan, dan peragaan
komputer sebagai pengolah data kebahasaan.
16) Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 26 – 30
Oktober 1998. Kongres ini melanjutkan program kegiatan dari kongres VI.
17) Kongres Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 14 –
17 Oktober 2003. Kongres ini merupakan kongres yang terbesar dalam sejarah
perkembangan bahasa Indonesia karena selain dihadiri oleh kira-kira seribu
pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara, juga kongres ini diikuti oleh
peserta tamu dari hampir seluruh negara. Di samping itu, dalam kongres ini
dianugerahkan penghargaan bagi pejabat yang selalu menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
18) Kongres Bahasa Indonesia IX diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 28
Oktober – 1 November 2008. Kongres ini merupakan kongres yang terbesar
dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia karena selain dihadiri oleh kira-
kira 1.300 pakar bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara, kongres ini di ikuti
oleh peserta tamu dari hampir seluruh Negara. Di samping itu, dalam kongres
ini dianugerahkan penghargaan bagi pejabat yang selalu menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
Untuk membantu menjajaki pemahaman terhadap materi yang telah Anda
pelajari, cobalah Anda kerjakan latihan berikut ini secara individual. Diskusikanlah
hasilnya dalam kelompok Anda. Gunakan rambu-rambu yang tersedia agar diskusi
terarah ke jawaban yang tepat.

Kajian Bahasa Indonesia 10


LATIHAN

Untuk mengetahui pemahaman Anda terhadap materi di atas, kerjakanlah


latihan berikut!
1. Jelaskanlah sejarah singkat perkembangan bahasa Indonesia!
2. Uraikanlah empat faktor yang mendasari bahwa bahasa Melayu dijadikan sebagai
bahasa Nasional!
3.Uraikan secara singkat bahwa bahasa Melayulah yang menjadi asal bahasa
Indonesia dan mempunyai sifat serta susunan yang sederhana dan luwes!

Pedoman Jawaban Latihan


1. Bahasa Indonesia pertama kali ditetapkan sebagai bahasa nasional sejak tanggal
28 oktober 1928 yang bertepatan dengan sumpah pemuda. Perkembangan bahasa
Melayu/ Indonesia dapat dilihat dari tahun ke tahun. Ini membuktikan sejak
diadakannya kongres bahasa Indonesia I yang diadakan di Solo. Kongres bahasa
Indonesia diadakan setiap lima tahun. Selain itu, hadirnya Balai Pustaka yang
menerbitkan buku-buku, novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, dan buku
penuntun memelihara kesehatan. Ini sangat membantu penyebaran bahasa Melayu
di kalangan masyarakat luas.
2. Ada empat faktor yang mendasari sehingga bahasa Melayu dijadikan sebagai
bahasa Nasional:
a. bahasa Melayu mempunyai sejarah yang panjang sebagai Lingua Franca
b. bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kerajaan
c. bahasa Melayu sebagai bahasa perjuangan

Kajian Bahasa Indonesia 11


d. bahasa Melayu mudah dipelajari dan dikembangkan
3. Bahasa Melayu yang menjadi asal bahasa Indonesia mempunyai sifat dan susunan
yang sederhana dan luwes. Hal ini dapat dilihat pada kaidah-kaidahnya yang
berlaku pada bidang tata bunyi (fonologis), bentuk kata (morfologis), dan tata
kalimat (sintaksis). Bahasa Melayu juga bersifat untuk menerima pengaruh dari
bahasa lain. Tanpa merusak kaidah-kaidah dasarnya. Dengan demikian, bahasa
Melayu sudah menyesuaikan diri dengan kebutuhan pemakainya dan
memperkaya perbendaharaannya dengan unsur-unsur baru bahasa lain. Itulah
sebabnya bahasa Melayu dalam waktu yang relatif singkat dapat digunakan oleh
berbagai lapisan masyarakat dalam aspek kehidupannya.

Kajian Bahasa Indonesia 12


Rangkuman
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Ada empat faktor
yang mendasari proses perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia (nasional), yaitu (1) Bahasa Melayu Mempunyai Sejarah
Pandang sebagai Lingua franca, (2) Bahasa Melayu sebagai Bahasa Resmi
Kerajaan, (3) Bahasa Melayu sebagai bahasa Perjuangan, dan (4) Bahasa
melayu Mudah dipelajari dan dikembangkan.
Bahasa Melayu yang menjadi asal bahasa Indonesia mempunyai
sifat dan susunan yang sederhana dan luwes. Hal ini dapat dilihat dari
kaidah-kaidahnya yang berlaku pada bidang tata bunyi (fonologi), bentuk
kata (morfologis), dan tata kalimat (sintaksis).
Sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci dari tahun
ketahun. Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu, tahun 1908
pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan, tahun
1928 bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara,1972 Presiden
Republik Indonesia meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan melalui pidato kenegaraan di depan sidang DPR yang
dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972. Tanggal 31
Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia.

Kajian Bahasa Indonesia 13


Tes Formatif 1

Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi di atas,


kerjakanlah tes formatif 1 berikut ini.
Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Jakarta pada tanggal ....
A. 28 Oktober -1 November 2008
B. 14-17 Oktober 2003
C. 26-30 Oktober 1998
D. 28 Oktober – 2 November 1993

2. Yang tidak termasuk batu bertulis (prasasti) kuno yang ditemukan, adalah:
A. prasasti Kedukan Bukit
B. prasasti Talang Tulo
C. prasasti Kota Kapur
D. prasasti Perunggu

3. Proses perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia (Nasional)


didasari beberapa faktor, kecuali . . . .
A. bahasa Melayu mempunyai sejarah pandang sebagai lingua franca
B. bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kerajaan
C. bahasa Melayu sebagai bahasa perjuangan
D. bahasa Melayu sebagai bahasa daerah yang dituturkan oleh suku-suku Melayu

4. Bahasa Melayu dipakai secara resmi sebagai bahasa Indonesia sejak tahun . . . .
A. 1901

Kajian Bahasa Indonesia 14


B. 1908
C. 1928
D. 1938

5. Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi Bahasa Melayu oleh Ch. A.Van Ophuiysen
dan dimuat dalam . . . .
A. Commissie voor de Volkslectur
B. kitab logat Melayu
C. KBBI
D. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

6. Pedoman EYD ditetapkan pada tanggal . . . .


A. 16 Agustus 1972
B. 18 Agustus 1945
C. 31 Agustus 1972
D. 19 Maret 1947

7. Kongres Bahasa Indonesia ke- 3 diselenggarakan pada tanggal . . . .


A. 28 Oktober – 2 November 1528
B. 31 Agustus 1972
C. 28 Oktober 1918
D. 25-28 Agustus 1938

8. Kongres yang terbesar dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia yang


dihadiri oleh seribu pakar bahasa Indonesia dari seluruh nusantara dilaksanakan
pada . . . .
A. 28 Oktober – 1 November 2008

Kajian Bahasa Indonesia 15


B. 26-30 Oktober 1998
C. 14-17 Oktober 2003
D. 28 Oktober – 2 November 1993

9. Kongres Bahasa Indonesia ke- 4 diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 21-26


November 1983 bertepatan dengan . . . .
A. penetapan pedoman umum Ejaan Yang Disempurnakan
B. pedoman umum pembentukan istilah
C. peringatan hari Sumpah Pemuda
D. penerbitan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

10. Di kota manakah dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia yang ke- 2?


A. Medan
B. Solo
C. Jakarta
D. Semarang

Pedoman Kunci Jawaban Tes Formatif I


1. C. 26-30 Oktober 1998
2. D. prasasti perunggu
3. D. bahasa Melayu sebagai bahasa daerah yang dituturkan oleh suku Melayu
4. C. tahun 1928
5. B. kitab logat Melayu
6. C. 31 Agustus 1972
7. A. 28 Oktober – 2 November 1978
8. A. 28 Oktober – 1 November 2008
9. D. Peringatan hari Sumpah Pemuda

Kajian Bahasa Indonesia 16


10. A. Medan

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 1 yang
terdapat pada bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah
rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi
subunit 1.
Rumus:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban Anda yang benar
___________________________ X 100%
Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
melanjutkan dengan unit selanjutnya. Selamat untuk Anda! Tetapi apabila tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi
subunit 1 terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Kajian Bahasa Indonesia 17


Subunit 2
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
S
audara, dalam subunit 2, Anda dapat mempelajari kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara lain,
bersumber pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra dan
putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa
bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Nasional; kedudukannya berada di
atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu, di dalam Undang-Undang Dasar 1945
tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36) mengenai kedudukan bahasa Indonesia,
yang menyatakan bahwa bahasa Negara ialah bahasa Indonesia. Dengan kata lain, ada
dua macam kedudukan bahasa Indonesia. Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan
sebagai bahasa Nasional, sesuai dengan Sumpah Pemuda 1928, dan kedua bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai bahasa Negara, sesuai dengan Undang-Undang
Dasar 1945, agar kita dapat mengetahui kedudukan dan fungsi bahasa tersebut mari
kita ikuti paparan berikut.

A. Kedudukan Bahasa Indonesia


Istilah kedudukan dan fungsi tentunya sering didengar, bahkan pernah kita
pakai. Misalnya dalam kalimat “Bagaimana kedudukan dia sekarang?”, “Apa fungsi
baut yang Saudara pasang pada mesin ini?” Kalau kita sudah mengerti maknanya. Hal
ini terbukti bahwa kita tidak pernah salah pakai menggunakan kedua istilah itu. Kalau
demikian halnya, apa sebenarnya pengertian kedudukan dan fungsi bahasa?
Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya perlu dirumuskan
secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang diberikan akan mempengaruhi masa
depan bahasa yang bersangkutan. Pemakaianya akan menyikapinya secara jelas

Kajian Bahasa Indonesia 18


terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukan sesuai dengan ‘label’ yang
dikenakan padanya.
Di pihak lain, bagi masyarakat yang dwibahasa (dwilingual), akan dapat
‘memilah-milahkan’ sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yang
digunakannya. Mereka tidak akan memakai secara sembarangan. Mereka bisa
mengetahui kapan dan dalam situasi apa bahasa yang satu dipakai, dan kapan dan
dalam situasi apa pula bahasa yang lainnya dipakai. Dengan demikian, perkembangan
bahasa itu akan menjadi terarah. Pemakaiannya akan berusaha mempertahankan
kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinya dengan antara lain menyeleksi
unsur-unsur bahasa lain yang masuk ke dalamnya. Unsur-unsur yang dianggap
menguntungkannya akan diterima, sedangkan unsur-unsur yang dianggap
merugikannya akan ditolak.
Sehubungan dengan itulah maka perlu adanya aturan untuk menentukan kapan,
misalnya, suatu unsur lain yang mempengaruhinya layak diterima, dan kapan
seharusnya ditolak. Semuanya itu dituangkan dalam bentuk kebijaksanaan pemerintah
yang bersangkutan. Di Negara kita itu disebut Politik Bahasa Nasional, yaitu
kebijaksanaan Nasional yang berisi perencanaan, pengarahan, dan ketentuan-
ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah
bahasa.

Kedudukan bahasa Indonesia mengikuti perjalanan sejarah yang panjang.


Perjalanan itu dimulai sebelum Kolonial masuk ke bumi Nusantara, dengan bukti-
bukti prasasti yang ada, misalnya yang didapatkan di Bukit Talang Tulo dan Karang

Kajian Bahasa Indonesia 19


Brahi serta Batu Nisan di Aceh. Tercetusnya sumpah pemuda, bahasa Melayu dipakai
sebagai “lingua franca” di seluruh kawasan tanah air kita. Dengan adanya kondisi
yang semalam itu, masyarakat sama sekali tidak merasa disaingi. Di balik itu, mereka
telah menyadari bahwa bahasa daerahnya tidak mungkin dapat dipakai sebagai alat
perhubungan antarsuku, sebab diajak komunikasi juga mempunyai bahasa daerah
tersendiri. Adanya bahasa Melayu tidak mempengaruhi fungsi bahasa daerah.

B. Fungsi Bahasa Indonesia


1. Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Perbedaan bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan bahasa Indonesia

Pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah perbedaan wujud, baik struktur, sistem,
maupun kosakata. Sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu
bersifat kedaerahan. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat dan jiwa bahasa
Melayu sudah bersifat Nasional atau jiwa Indonesia. Pada saat itu bahasa Melayu
diganti dengan nama bahasa Indonesia. Hasil perumusan seminar Politik Bahasa
Nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25 – 28 Februari 1975 antara
lain menegaskan bahwa dalam kedudukannya sebagai bahasa Nasional.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Nansional, bahasa Indonesia berfungsi
sebagai (1) lambang kebanggan Nasional, (2) lambang identitas Nasional, (3) alat
Kajian Bahasa Indonesia 20
perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat yang
memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang sosial
budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia.
Sebagai lambang kebanggaan Nasional, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-
nilai sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Atas dasar kebanggaan
itulah, bahasa Indonesia dipelihara dan dikembangkan, dan rasa kebanggaan
memakainya senangtiasa dibina.
Sebagai lambang identitas Nasional, bahasa Indonesia dijunjung di samping
bendera dan lambang Negara kita. Dalam melaksanakan fungsi ini bahasa Indonesia
tentulah harus memiliki identitasnya sendiri pula sehingga dapat serasi dengan
lambang kebangsaan kita yang lain. Bahasa Indonesia dapat memiliki identitasnya
hanya apabila masyarakat pemakainya bersih dari unsur-unsur bahasa lain, terutama
bahasa asing seperti bahasa Inggris, yang benar-benar tidak diperlukan.
Fungsi bahasa Indonesia yang ketiga sebagai bahasa Nasional adalah sebagai
alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarsuku bangsa. Berkat adanya
bahasa Nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang lain sedemikian rupa
sehingga kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar belakang sosial budaya dan
bahasa tidak perlu dikhawatirkan. Kita dapat bepergian dari pelosok yang satu ke
pelosok yang lain di tanah air kita dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia
sebagai satu-satunya alat komunikasi.
Fungsi bahasa Indonesia yang keempat dalam kedudukannya sebagai bahasa
Nasional adalah sebagai alat yang memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai
suku bangsa yang memiliki latar belakang sosial budaya dan bahasa yang bebeda-
beda ke dalam satu kesatuan kebangsaan yang bulat. Di dalam hubungan ini, bahasa
Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa ini mencapai keserasian hidup
sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan
kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang bahasa daerah yang

Kajian Bahasa Indonesia 21


bersangkutan. Lebih dari itu, dengan bahasa Nasional itu kita dapat meletakkan
kepentingan Nasional jauh di atas kepentingan daerah atau golongan.

2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara


Secara resmi adanya bahasa Indonesia dimulai sejak Sumpah Pemuda, 28
Oktober 1928. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi kedua oleh
pemerintah jajahan Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan di luar
situasi pemerintahan tersebut. Demikianlah, pada saat itu terjadi dualisme pemakaian
bahasa yang sama tubuhnya, tetapi berbeda jiwanya yaitu jiwa kolonial dan jiwa
Nasional.
Secara terperinci perbedaan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang
berlangsung sampai tahun 1945 sebagai berikut:

Kajian Bahasa Indonesia 22


Bahasa Melayu Bahasa Indonesia
a. Bahasa resmi kedua di samping bahasa a. Bahasa yang digunakan
Belanda, terutama untuk tingkat yang dalam gerakan kebangsaan
dianggap rendah. untuk mencapai kemerdekaan
b. Bahasa yang dianjarkan di sekolah- Indonesia.
sekolah yang didirikan atau menurut b. Bahasa yang digunakan
sistem pemerintah Hindia Belanda. dalam penerbitan yang
c. Penerbitan yang dikelola oleh jawatan bertujuan untuk mewujudkan
pemerintah Hindia Belanda. cita-cita perjuangan
kemerdekaan Indonesia, baik
berupa bahasa pers atau
bahasa dalam hasil sastra.

Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal


17 Agustus 1945, diangkat pulalah bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara. Hal itu
dinyatakan dalam UUD 1945, bab XV, pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasa
Negara bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Terlalu banyak hal yang harus
dipertimbangkan. Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu
bahasa negara apabila (1) bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar
penduduk Negara itu, (2) secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh
penyebarannya, dan (3) bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu.
Ketiga faktor di atas sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Hasil
perumusan seminar politik bahasa nasional yang diselenggarakan di Jakarta pada
tanggal 25 – 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa
Negara.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia memiliki
fungsi. Fungsi pertama yaitu sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa
pengantar di dalam dunia pendidikan, (3) alat perhubungan pada tingkat Nasional

Kajian Bahasa Indonesia 23


untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat
pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Fungsi pertama Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di
dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, baik dalam bentuk lisan
maupun dalam bentuk tulisan. Termasuk ke dalam kegiatan-kegiatan itu adalah
dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan badan-badan kenegaraan lainnya, serta pidato-pidato kenegaraan.
Fungsi yang kedua di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai taman
kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia, kecuali di daerah-
daerah, seperti Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, dan Makassar yang
menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun
ketiga pendidikan dasar.
Fungsi yang ketiga di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa
Indonesia adalah sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk kepentingan
pelaksanaan pemerintahan. Di dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia
dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan
masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku,
melainkan juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar
belakang sosial budaya dan bahasanya.
Akhirnya, di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia
berfungsi sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat yang
memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebidayaan nasional sedemikian
rupa sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya
dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia kita pergunakan

Kajian Bahasa Indonesia 24


sebagai alat untuk menyatukan nilai-nilai sosial budaya nasional kita (Halim, 1979;
Moeliono, 1980; Arifin, 1986).

LATIHAN

Setelah Anda mempelajari materi tadi, untuk mengecek pemahaman Anda


tersebut, kerjakanlah latihan berikut!
1. Uraikan konsep dasar kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia!
2. Tuliskan tiga fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional!
3. Uraikan perbedaan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia yang berlangsung sampai
tahun 1945!

Pedoman Jawaban Latihan


1. Konsep dasar kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia adalah dalam hal
pemakaiannya dapat diketahui kapan dan dalam situasi apa bahasa yang satu
dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula bahasa yang lainnya dipakai.
Dengan demikian, perkembangan bahasa Indonesia itu akan menjadi terarah.
Pemakaiannya akan berusaha mempertahankan kedudukan dan fungsi bahasa
yang telah disepakatinya dengan antara lain menyeleksi unsur-unsur bahasa yang
masuk ke dalamnya.
2. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Indonesia
a. lambang kebanggaan Nasional
b. lambang identitas Nasional
c. alat penghubung antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya.
3. Bahasa Melayu merupakan bahasa resmi ke dua di samping bahasa Belanda yang
diajarkan di sekolah-sekolah juga merupakan penerbitan yang dikelolah oleh
jawatan Pemerintah Hindia Belanda, sedangkan bahasa Indonesia digunakan dalam

Kajian Bahasa Indonesia 25


gerakan kebangsaan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia juga merupak
penerbitan yang bertujuan untuk mewujudkan cita-cita perjuangan kemerdekaan
Indonesia, baik berupa bahasa pers atau dalam hasil sastra.

Kajian Bahasa Indonesia 26


Rangkuman
Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh pemakainya
perlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan ‘label’ yang
diberikan akan mempengaruhi masa depan bahasa yang
bersangkutan. Pemakaianya akan menyikapinya secara jelas
terhadapnya.
Perbedaan bahasa Melayu pada tanggal 27 Oktober 1928 dan
bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 adalah perbedaan
wujud, baik struktur, sistem, maupun kosakata jelas tidak ada
sebelum Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu
bersifat kedaerahan. Akan tetapi, setelah Sumpah Pemuda semangat
dan jiwa bahasa Melayu sudah bersifat nasional atau jiwa
Indonesia.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nansional, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggan kebangsaan,
(2) lambang identitas Nasional, (3) alat perhubungan antarwarga,
antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat yang memungkinkan
penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar belakang.
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa Negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai:
(1) bahasa resmi kenegaraan,
(2) bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan,
(3) alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan
(4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi.

Kajian Bahasa Indonesia 27


Tes Formatif 2

Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi di atas,


kerjakanlah tes formatif 2 berikut ini.
Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Pengembangan bahasa adalah proses yang terpadu dan berkesinambungan dan
dilaksanakan secara bertahap. Susunan yang sesuai . . . .
A.tahap persiapan, tahap penilaian, dan pelaksanaan
B. tahap penilaian, tahap pelaksanaan, dan perencanaan
C. tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian
D.tahap pelaksanaan, tahap perencanaan, dan penilaian

2. Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, kecuali . . . .


A. sebagai lambang kebanggaan Nasional
B. lambang identitas Nasional
C. alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya
D. alat pengembangan kebudayaan dan teknologi

3. Pembinaan bahasa Indonesia merupakan usaha sadar, terencana, dan sistematis


terhadap pemakai bahasa Indonesia agar dapat . . . .
A. memiliki penguasaan yang memadai akan perkembangan bahasa Indonesia
B. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
C. menciptakan pemakaian bahasa Indonesia secara benar
D. mengarahkan warga Indonesia untuk memiliki sikap positif pada bahasa
Indonesia

Kajian Bahasa Indonesia 28


4. Di bawah ini adalah peran pengajar dalam pengajaran bahasa Indonesia, kecuali....
A. memperkenalkan ciri-ciri dan membangkitkan penghargaan pada bahasa
Indonesia baku dan nonbaku
B. memperkenalkan ciri-ciri fungsi berbagai variasi bahasa yang ada sebagai
pengatur bahasa Indonesia sehingga lebih relevan untuk anak didik.
C. memandu siswa mempergunakan ciri bahasa yang tepat sesuai dengan fungsi
D. peningkatan keberaksaraan Nasional

5. Salah satu bentuk usaha yang ditempuh pada pengajaran bahasa Indonesia
adalah . . . .
A. memandu siswa menggunakan ciri bahasa yang tepat
B. pembimbingan bahasa
C. memperkenalkan ciri-ciri fungsi berbagai varian bahasa
D. membangkitkan penghargaan pada bahasa Indonesia baku dan nonbaku

6. Pembimbingan bahasa memiliki dua dimensi yaitu . . . .


A. pembinaan kemampuan mengembangkan bahasa Indonesia
B. penyuluhan kepada kelompok
C. pembimbingan yang berkenaan dengan pengubahan sikap bahasa dan
pembimbingan yang berkenan dengan penyuluhan
D. pemantapan pada pemakaian bahasa Indonesia

7. Bahasa Indonesia memiliki identitas sebagai bahasa Nasional sejak 1928, yang
diikrarkan sebagai bahasa Nusantara pada . . . .
A. tanggal 12 Agustus 1945
B. tanggal 28 Oktober 1928
C. tanggal 19 Maret 1947

Kajian Bahasa Indonesia 29


D. tanggal 18 Agustus 1945
8. Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara termasuk dalam UUD 1945 pada
....
A. Bab IX, pasal 37
B. Bab X, pasal 36
C. Bab XV, pasal 36
D. Bab XV, Pasal 37

9. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional berfungsi sebagai, kecuali . . . .


A. lambang kebanggaan Nasional
B. lambang Identitas Nasional
C. alat penghubung antarbudaya dan antardaerah
D. bahasa resmi Negera

10. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi sebagai, kecuali . . . .


A. bahasa resmi Negara
B. bahasa pengatur resmi lembaga-lembaga pendidikan
C. lambang identitas Nasional
D. bahasa resmi dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern

Pedoman Kunci Jawaban Tes Formatif 2


1. A. tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penilaian
2. B. alat pengembangan kebudayaan dan teknologi
3. C. mengarahkan warga Indonesia untuk memiliki sikap positif pada bahasa
Indonesia
4. D. peningkatan keberaksaraan Nasional
Kajian Bahasa Indonesia 30
5. B. pembimbingan bahasa
6. C. pembimbingan yang berkenaan dengan pengubahan sikap bahasa dan
pembimbingan yang berkenaan dengan penyuluhan
7. B. tanggal 28 Oktober 1982
8. C. bab IX, pasal 37
9. D. bahasa resmi negara
10. C. lambang identitas negara

Kajian Bahasa Indonesia 31


Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 2 yang terdapat
pada bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi subunit 2.
Rumus:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban Anda yang benar
___________________________ X 100%
Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjut-
kan dengan unit selanjutnya. Selamat untuk Anda ! Tetapi apabila tingkat pengua-
saan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi Subunit 2
terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Kajian Bahasa Indonesia 32


Subunit 3
Ragam Bahasa Indonesia

Saudara, bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya ini dan
bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, mau tidak mau akan melahirkan
sejumlah ragam bahasa. Adanya bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan
fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa ini pada
pokoknya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis.
Saudara, pada subunit 3 ini akan dibahas mengenai ragam bahasa Indonesia.
Dalam hal ini, ada dua ragam bahasa Indonesia yaitu ragam lisan dan ragam tulisan.
Selain itu, ada juga ragam baku dan ragam tidak baku. Untuk lebih jelasnya
perhatikan pemaparan berikut.

A. Ragam Lisan dan Ragam Tulis


Saudara, bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya ini dan
bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, mau tidak mau akan melahirkan
sejumlah ragam bahasa. Adanya bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan
fungsi, kedudukan, dan lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa ini pada
pokoknya dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis.
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap dengan fonem
sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata,
dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah
suara atau tekanan air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide.

46 Unit 1
Contoh:

1. Fadilah bilang kita harus pulang.

2. Adik lagi berdiri di jembatan.

3. Saya tinggal di Makassar.

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan
dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata
cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosakata. Dengan kata lain,
dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti
bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan
ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.
Contoh:
1. Titin mengatakan “bahwa kita harus pulang”.
2. Fika berdomisi di Bogor.
3. Adik sedang berdiri di jembatan.
46 Unit 1
46 Unit 1
46 Unit 1
46 Unit 1
46 Unit 1
Tidak dapat kita pungkiri, bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan
bahasa Indonesia ragam tulis. Ada pendapat yang mengatakan bahwa ragam tulis
adalah pengalihan ragam lisan ke dalam ragam tulis (huruf). Pendapat ini tidak dapat
dibenarkan seratus persen sebab tidak semua ragam tulis dapat dilisankan. Kaidah
yang berlaku bagi ragam lisan belum tentu berlaku bagi ragam tulis.
Kedua ragam ini berbeda. Perbedaannya adalah sebagai berikut:
1) Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di
depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak harus ada teman bicara berada di
depan. Di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek,
predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat
ditinggalkan. Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan dibantu oleh gerak,
mimik, pandangan, atau anggukan.

Contoh:
Orang yang berbelanja di pasar.
“Bu, berapa ikannya?”
46 Unit 1
“Empat puluh rupiah.”
“Bisa kurang?”
‘Dua lima rupiah saja, Nak.”
Ragam tulis perlu lebih terang dan lebih lengkap dari pada ragam lisan. Fungsi-
fungsi gramatikal harus nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua
berada di depan pembicara. Kelengkapan ragam tulis menghendaki agar orang yang
“diajak bicara” mengerti isi tulisan itu. Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam
buku, majalah, dan surat kabar.
Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu, sedangkan
ragam tulis tidak terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Apa yang
dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan berlaku
untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang diskusi sastra
belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar ruang itu. Ragam tulis
tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu. Ragam tulis tidak akan
mengemukakan makna yang suatu tulisan dalam sebuah buku yang ditulis oleh
seorang penulis di Indonesia dapat dipahami oleh orang yang berada di Amerika atau
Inggris. Sebuah buku yang ditulis pada tahun 1985 akan dapat dipahami dan dibaca
oleh orang yang hidup tahun 2010 dan seterusnya. Hal ini dimungkinkan oleh
kelengkapan unsur-unsur dalam ragam tulis. Kalau kita tidak berada dalam suasana
itu, jelas kita tidak mengerti apa yang diperbincangkannya itu.
2) Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara,
sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf
miring.
Berikut ini dapat kita bandingkan wujud bahasa Indonesia ragam lisan dan
ragam tulis. Perbandingan ini didasarkan atas perbedaan penggunaan bentuk, kosa
kata, dan struktur kalimat.

Ragam lisan

46 Unit 1
a. Penggunaan bentuk kata
(1) Kendaraan yang ditumpanginya nabrak pohon mangga.
(2) Bila tak sanggup, tak perlu lanjutkan pekerjaan itu.
(3) Fotokopi ijazah harus dilegalisir dulu oleh pimpinan akademi.
b. Penggunaan kosa kata
(1) Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.
(2) Kakak lagi bikin denah buat pameran entar.
(3) Pekerjaan itu agak mandek disebabkan karena keterlambatan
dana yang diterima.
c. Penggunaan struktur kalimat
(1) Rencana ini saya sudah sampaikan kepada Direktur.
(2) PON ini untuk mencari bibit-bibit unggul dalam bidang olah
raga.
(3) Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda sehingga ia
makin bingung untuk menyelesaikan pekerjaan itu.

Ragam Tulis
a. Penggunaan bentuk kata
(1) Kendaraan yang ditumpanginya menabrak pohon mangga.
(2) Apabila tidak sanggup, engkau tidak perlu melanjutkan pekerjaan itu.
(3) Fotokopi ijazah harus dilegalisasi dahulu oleh pimpinan akademi.
b. Penggunaan kosa kata
(1) Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.
(2) Kakak sedang membuat denah untuk pameran nanti.
(3) Pekerjaan itu agak mandek disebabkan oleh keterlambatan dana yang
diterima.
c. Penggunaan struktur kalimat
(1) Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.

46 Unit 1
(2) PON ini diselenggarakan untuk mencari bibit-bibit unggul dalam bidang olah
raga.
(3) Karena terlalu banyak saran yang berbeda-beda, ia makin bingung untuk
menyelesaikan pekerjaan itu.

B. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional


Baik ragam lisan maupun ragam tulis bahasa Indonesia ditandai pula oleh
adanya ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya
didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam
masyarakat. Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua
orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri. Selain itu, ragam sosial
tidak jarang dihubungkan dengan tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan
lingkungan sosial yang bersangkutan. Dalam hal ini, ragam baku nasional dapat pula
berfungsi sebagai ragam sosial yang tinggi, sedangkan ragam baku daerah atau ragam
sosial yang lain merupakan ragam sosial dengan nilai kemasyarakatan yang rendah.
Ragam fungsional, yang kadang-kadang disebut juga ragam profesional,
adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau
kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional juga dikaitkan dengan keresmian
keadaan penggunaannya. Dalam kenyataan, ragam fungsional menjelma sebagai
bahasa negara dan bahasa teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan
keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan. Perhatikan contoh-contoh berikut.

1. Ragam Keilmuan/Teknologi
Komputer adalah mesin pengolah informasi. Berjuta-juta fakta dan bagan
yang berbeda dapat disimpan dalam komputer dan dapat dicari kembali apabila
diperlukan. Komputer dapat juga mengerjakan perhitungan yang rumit dengan
kecepatan yang luar biasa. Hanya dalam waktu beberapa detik komputer dapat

46 Unit 1
melaksanakan pekerjaan yang kalau dikerjakan oleh tenaga manusia akan memakan
waktu berminggu-minggu.
Di jantung komputer terkecil (yang disebut mikrokomputer) terdapat sebuah
komponen elektronik yang dinamakan mikroprosesor. Komponen ini terbuat dari
keping silikon yang berukuran tidak lebih besar daripada buku jari kelingking.
Sebenarnya, mikroprosesor itu sendiri adalah komputer dan dapat dibangun menjadi
berbagai jenis mesin.

2. Ragam Kedokteran
Kita mengenal dua macam diabetes, yaitu diabetes inspidus dan diabetes
mellitus. Diabetes inspidus disebabkan oleh kekurangan hormon antidiuretik
(antidiuretic hormone = ADH) yang diproduksi oleh kelenjar pituitaria yang berada
di dasar otak sehingga kita diurine terus atau kencing saja. Pada diabetes mellitus
yang kurang adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang
berada di bawah hati. Dengan kurangnya zat inzulin ini, metabolisme gula terganggu
sehingga sebagian tidak bisa diubah menjadi bahan yang bisa dibakar untuk
menghasilkan tenaga, atau perubahan tersebut tidak sempurna.

3. Ragam Keagamaan
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, yaitu orang-orang yang
apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka
menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka menguranginya. Tidaklah orang-
orang itu menyangkah bahwa, sesungguhnya mereka akan dibangkitkan pada suatu
hari yang besar; yaitu hari ketika manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam.

46 Unit 1
LATIHAN

Untuk mengetahui pemahaman Anda terhadap materi di atas, kerjakanlah


latihan berikut!

1. Jelaskan perbedaan antara ragam bahasa lisan dengan ragam bahasa tulisan!
2. Apa yang diamaksud ragam fungsional?
3. Tuliskan 2 contoh ragam tulis yang sesuai dengan penggunaan kosa kata!

Pedoman Jawaban Latihan


1. Ragam bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan alat ucap dengan fonem sebagai
unsur dasar sedangkan ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.
2. Ragam fungsional disebut juga ragam profesional merupakan ragam bahasa yang
dikaitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu
lainnya.
3. a. Kakak sedang membuat kue untuk acara pengajian nanti.
b. Saya sudah memberi tahu mereka tentang hal itu.

46 Unit 1
Rangkuman
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap
dengan fonem sebagai unsur dasar.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan
memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai insur dasarnya.
Wujud bahasa Indonesia ragam lisan dan ragam tulis dapat
didasarkan atas perbedaan penggunaan bentuk, kosa kata, dan
struktur kalimat yaitu :
1. penggunaan bentuk kata
2. penggunaan kosa kata
3. penggunaan struktur kalimat, Sedangkan pada ragam tulis
adalah :
a. penggunaan bentuk kata
b. penggunaan kosa kata
Ragam lisan maupun ragam tulis bahasa Indonesia ditandai
pula oleh adanya ragam sosial, yaitu ragam bahasa yang sebagian
norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam
lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat.

46 Unit 1
Tes Formatif 3

Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi di atas,


kerjakanlah tes formatif 3 berikut ini.
Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Salah satu efek dari penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah atau
bahasa asing secara berdampingan adalah . . . .
A. menimbulkan percampuran dan interferensi sehingga kadang-kadang siswa
mengalami kebingungan menentukan kata-kata mana yang termasuk baku
B. memperkaya khasanah kosakata bahasa Indonesia
C. memperlihatkan penguasaan bahasa yang lebih unggul
D. menguasai bahasa secara lebih baik dan lebih cepat

2. Pemekaran kosakata yang bersumber dari bahasa serumpun memiliki keuntungan


dalam aspek . . . .
A. fonologi, morfologi, dan semantik
B. linguistik dan semantik
C. bunyi dan kata
D. sintaksis dan pragmatik

3. Unsur bahasa sumber yang diambil untuk kepentingan bahasa Indonesia diatur
dalam skala prioritas yang terdiri dari . . . .
A. satu prioritas
B. dua prioritas
C. tiga prioritas
46 Unit 1
D. empat prioritas

4. Salah satu sumber bahasa di bawah ini yang merupakan kosakata adalah . . . .
A. bahasa daerah
B. bahasa Indonesia
C. bahasa Arab
D. bahasa Asing

5. Bahasa asing merupakan salah satu kebijakan pemekaran kosa kata bahasa
Indonesia, berdasarkan berbagai pertimbangan, kecuali . . . .
A. bahasa Inggris adalah mata pelajaran wajib di sekolah sampai perguruan
tinggi
B. bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa resmi lingkungan pemerintahan
bangsa.
C. bahasa Asing merupakan bahasa Internasional
D. bahasa Asing merupakan bahasa pemersatu

6. Kata-kata di bawah ini yang tidak termasuk kata baku adalah . . . .


A. syukur
B. hakikat
C. isin
D. khasanah

7. Kata yang paling baku di bawah ini adalah . . . .


A. pasca sarjana
B. supersonik
C. tuna netra
D. Sutradara
46 Unit 1
8. Kata-kata di bawah ini sesuai dengan penulisan EYD, kecuali . . . .
A. hierarki
B. loka karya
C. tunawisma
D. darmawisata

9. Komponen yang termasuk ke dalam kategori faktor eksternal yang mempengaruhi


tingkat perbendaharaan kosakata bahasa anak, kecuali . . . .
A. keadaan sosial ekonomi
B. ukuran keluarga
C. urutan kelahiran
D. jenis kelamin

10. Perbendaharaan kosakata seorang anak dipengaruhi oleh faktor eksternal,


selain . . . .
A. kesehatan
B. kecerdasan dan motivasi
C. kepribadiaan dan jenis kelamin
D. sosial ekonomi dan budaya

Pedoman Kunci Jawaban Tes Formatif 3


1. A. Menimbulkan percampuran atau interferensi sehingga kadang-kadang siswa
mengalami kebingungan menentukan kata- kata mana yang termasuk baku.
2. B. fonologi, morfologi, dan semantik

3. C. tiga prioritas

46 Unit 1
4. A. bahasa asing
5. D. bahasa asing merupakan bahasa pemersatu
6. C. isin
7. B. supersonik
8. B. loka karya
9. D. jenis kelamin
10.A. kesehatan

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 3 yang terdapat
pada bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah rumus
di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi subunit 3.

Rumus:
Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban Anda yang benar
__________________________ X 100%
Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100% = baik sekali
80 – 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat
melanjutkan dengan unit selanjutnya. Selamat untuk Anda ! Tetapi apabila tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi
subunit 2 terutama bagian yang belum Anda kuasai.

46 Unit 1
Daftar Pustaka

Azman, Nur. 1997. Intisari Bahasa Indonesia. Jakarta: Penabur Ilmu.

Halim, Amran. 1987. Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Balai Pustaka.

Moeliono, Anton: 1985. Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia. Jakarta:


Djambatan.

Nababan, Sri Utari Subiyakto. 1997. Metedologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Nurhadi. 1987. Kapita Selekta Kajian Bahasa dan Pengajarannya. Malang: FPBS IKIP.

46 Unit 1
Glosarium
Lingua Franca : bahasa perantara
Fonologis : bentuk bunyi
Morfologis : bentuk kata
Sintaksis : tata kalimat
Dwilingual : dwi bahasa
Mikroprosesor : komponen komputer terkecil

46 Unit 1

Anda mungkin juga menyukai