Anda di halaman 1dari 16

Volume 4, Nomor 1, April 2022

P-ISSN: 2654-4709
E-ISSN: 2654-4938
DOI: 1010.24014/idarotuna.v4i1.

Jamaah Tabligh: Dakwah Sosial dan Pembinaan Keagamaan Melalui


Halaqah di Perkotaan

Lathiful Khair
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Email :12140412616@students.uin-suska.ac.id

Abstract: Tablighi Jama'ah is a missionary movement that has a concept movement with da'wah and
tabligh methods. As for movement characteristics The Tablighi Jama'ah's preaching is: pure and authentic
(dzâtiyyâh), that is, authenticas God's call, encouraging progress (taqaddûmîyah), namely progress who
continue to uphold the values of morality, universal (syamîlâhi) covers all aspects of life, combining three
living systems (manhaj al life), emphasizes noble religious principles and distances itself from
Differences in schools of thought In connection with the statement above, the author would like know
about the Tablighi Jama'ah da'wah movement among women development of Muslim families pioneered
by women who had been Khurûj with her husband, then what about love for her family especially
children who are left behind, and the obligation to provide support for the family left behindleave.

Keywords: Dakwah; Jama’ah Tabligh; Halaqah


Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

Pendahuluan
Artikel ini membahas tentang pengaruh dakwah jama’ah tabligh yang berada di
perkotaan terutama di Kota Pekanbaru. Jamaah tabligh salah satu komunikasi dalam Islam, yang
kelahirannya merupakan hasil kerisauan, karena keadaan dan kondisi umat Islam di wilayah
Mewat, khususnya pada komunitas suku Meo yang dikenal sebagai penganut agama Hindu dari
kasta Sudra dan Paria, agama Hindu mengajarkan adanya lima stratifikasi sosial yaitu ;
Brahmana, Satria, Waesa, Sudra dan Paria, tetapi dalam administrasi pemerintahan, mereka lebih
suka mengaku sebagai beragama Islam, walaupun dalam kehidupan dan perilaku sehari-hari,
tetap sebagai penganut Hindu.
Berangkat dari situasi dan kondisi semacam itu Maulana Muhammad Ilyas (selanjutnya
disebut dengan Ilyas) (1885-1944), mempelopori lahirnya Jamaah Tabligh pada tahun 1926,
kelahiran Jamaah Tabligh tersebut, disebabkan Ilyas memiliki persepsi bahwa kaum muslimin
telah menyimpang jauh dari ajaran Islam, oleh karena itu Ilyas merasakan adanya kebutuhan
mendesak bagi umat Islam, untuk kembali ke prinsip dasar agamanya dan menjalankan secara
tertib dan tegas terhadap semua perintah dan menjauhi semua larangan dalam ajaran Islam
(Sembiring dan Mukhlis 2021)
Salah satu komunitas muslim yang aktif dalam bidang dakwah adalah Jamaah Tablig.
Jamaah Tablig merupakan gerakan non formal yang bergerak secara berkelompok, khususnya
dalam bidang dakwah Islam. Jamaah Tablig dalam menyampaikan ajaran Islam, berupaya
menampilkan sikap yang menurut mereka dilakukan oleh Rasulullah saw. dan sahabatnya.
Dakwah dalam pandangan Jamaah Tablig merupakan suatu hal yang sangat mendasar,
sebab inti dari kegiatan dakwah ialah menyebarluaskan ajaran agama, sementara agama dalam
kehidupan umat manusia menempati posisi strategis, bahkan yang lebih penting lagi ialah
bagaimana mewujudkan agama dalam diri setiap manusia.
Studi mengenai dakwah jama’ah tabligh sebelumnya sudah pernah dilakukan oleh
beberapa sarjana Uin Alauddin Dalam kehidupan masyarakat senantiasa terjadi interaksi sosial
antar pribadi, antar kelompok dan antar bangsa. Dalam prosesnya, individu senantiasa
memperhatikan dan bereaksi terhadap individu atau kelompok lain sehingga ia akan merespon
dengan suatu tingkah laku tertentu. Aspek-aspek yang terdapat dalam interaksi sosial adalah
komunikasi, persepsi dan proses belajar. Dalam konteks ini selalu ada pengaruh dua arah yang
saling mempengaruhi baik secara internal maupun eksternal (Abdin subu, Arifuddin, Usman
jasad 2017)
kemudian Terjadinya perubahan dalam masyarakat sebagai suatu tujuan dakwah
mengisraratkan pentingnya suatu strategi yakni strategi dakwah. Karena strategi dakwah
merupakan suatu perencanaan yang berisi rangkain kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan dakwah tersebut. Di samping itu, strategi dakwah juga dipahami sebagai upaya-upaya
(cara) untuk mencapai tujuan dakwah
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

Penulis akan fokus membahas kajian tentang bagaimana dakwah jama’ah tabligh
terhadap masyarakat yang ada disekitarnya dan program pembinaan halaqoh keagamaan yang
ada kota pekanbaru, tentu saja program halaqoh keagamaan yang dibina oleh jama’ah tabligh
masih dalam lingkup sesama komunitasnya. Berbeda dengan komunitas islam lainnya, jama’ah
tabligh memiliki program-program dakwah tersendiri dalam berdakwah.
Jamaah Tabligh juga dikenal memiliki kebiasaan dan tradisi yang unik yang sarat dengan
berbagai macam simbol dalam penampilan fisik, seperti memelihara jenggot serta pakaian khas
dengan model jalabiya (celana longgar cingkrang dengan baju atasan panjang hingga lutut).
Selain itu, ciri- ciri lain mereka adalah menggunakan parfum beraroma khas, makan bersama
dengan tangan dalam satu nampan, kebiasaan menggunakan siwak untuk menjaga kebersihan
mulut, dan masih banyak lagi ciri khas lainnya yang sarat dengan makna kebajikan dan
mengikuti sunnah.
Komunitas ini menggunakan metode dakwah dengan simpatik dan akhlak yang baik
dengan semangat ukhuwah dan tidak sektarian serta menghindari masalah khilafiyah. Oleh
karenanya, komunitas ini dengan mudah telah masuk ke berbagai wilayah, negara dan kelompok.
Dalam waktu kurang dari dua dekade perkembangan Jamaah Tabligh bahkan dapat ditemukan di
banyaktkan negara bahkan benua.
Anggota dari komunitas ini ada di berbagai kelompok, organisasi, aliran, dan paham
keagamaan karena misi mereka adalah menghindari masalah-masalah khilafiyah, namun
mengutamakan rasa persaudaraan. Sikap demikian dari perspektif akhlak sosial sangat
menguntungkan bagi komunitas ini. Tidak heran kalau kelompok Jamaah Tabligh banyak
menarik simpati berbagai kalangan masyarakat (Hasanah 2014)
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana jama’ah tabligh berdakwah kepada
masyarakat sosial dan membangun halaqah keagamaan ditengah masyarakat kota Pekanbaru.
Dengan mengkaji dakwahnya jama’ah tabligh, artikel ini merujuk kepada program program
dakwah yang dilakukan jama’ah tabligh dalam meningkangkat ibadah masyarakat kota
Pekanbaru melalui pembinaan halaqoh keagamaan. Secara umum, artikel ini membahas beberapa
pertanyaan. Bagamaina jama’ah tabligh dengan program programnya bisa mempengaruhi
masyarakat kota Pekanbaru dalam meningkatkan ibadahnya kepada allah Swt, dan bagaimana
jama’ah tabligh dalam menjalankan program programnya di tengah masyarakat kota.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, artikel ini akan menjelaskan latar
belakang yang menjadi fokus artikel ini. Dan selanjutnya, meneliti bagaimana proses dakwah
jama’ah tabligh dalam menjalankan dakwahnya di tengah masyarakat kota Pekanbaru melalui
program program yang ada di komunitas islam ini.
Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Herbert Blumer mengatakan bahwa
penelitian kualitatif mendekati subjek penelitian secara manusiawi untuk mendapatkan wawasan
tentang bagaimana subjek melakukan aktivitas dakwah di dalamnya kehidupan jama’ah tabligh
sehari-hari dan bagaimana jama’ah tabligh mempengaruhi masyarakat yang ada di kota
Pekanbaru dengan aktivitas dakwahnya. Metode yang penulis gunakan adalah online dan
wawancara langsung. Penulis melakukan observasi participant terkait pelaksanaan program
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

program dakwah jama’ah tabligh di koya Pekanbaru. Dan dipilih 2 informan. Mereka adalah
orang-orang yang terlibat dalam Program dakwahnya Jama’ah tabligh di tengah masyarakat dan
penulis juga ikut serta dalam aktivitas dakwah jama’ah tabligh.
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

Hasil dan Pembahasan


Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Jama'ah Tabligh
Menurut Ustadz Abdus Somad, latar belakang historis berdirinya jamaah ini karena
kegiatan dakwah di depan public mendapat perlawanan dari masyarakat Hindu dan mereka akan
membahayakan muballigh. (Somad, 2019) Analisis UAS ini lebih dapat diterima karena
meskipun jumlah umat Islam di India tergolong banyak akan tetapi sebagai minoritas mereka
menghadapi diskriminasi, prasangka dan kekerasan. Jadi wajar jika berdakwah dari pintu ke
pintu menjadi alternative golongan marjinal ketika dakwah di depan public membahayakan
mereka, sedangkan alasan lahirnya gerakan dakwah yang bercorak sufiistik ini disebabkan
karena merebaknya kesyrikan dan kebid’ahan di tengan-tangah masyarakat Islam akan menjadi
perdebatan yang memerlukan bukti-bukti yang kuat, apalagi konsen dakwah jamaah tabligh
bukan memberantas syirik dan bid’ah bahkan diragukan komitmen mereka tentang itu. Jamaah
tabligh adalah gerakan dakwah transnasional, penyebarannya telah melewati batas-batas sebuah
Negara. Pada awalnya jamaah ini dibangun di India, kemudian dalam waktu kurang dari dua
dekade, menyebar ke Negara-negara berdekatan dalam wilayah Asia Selatan, dalam waktu 20
tahun gerakan ini mulai mengembangkan aktivitasnya di Asia Barat Daya dan Asia Tenggara,
Afrika. (Buhari, 2018) Saat ini anggota Jamaah Tabligh terdapat di semua Negara Islam, mulai
dari Maroko sampai ke Asia Tenggara. (Burdah, 2018) bahkan kelompok ini juga memiliki
anggota di negara-negara minoritas muslim seperti Eropa, dan Amerika, (Buhari, 2018)
meskipun demikian tidak ada catatan pasti berapa jumlah anggotanya. (Burdah, 2018) Luasnya
penyebaran dakwah jamaah ini dapat diterima akal karena komitmen anggotanya untuk khuruj
fisabilillah yang didukung oleh militansi, kegigihan, kesabaran, dan keikhlasan serta metode dan
materi dakwah yang lebih mengutamakan persuasive sehingga lebih dapat diterima oleh orang
dengan latar belakang kultur yang berbeda.
Uswatun Hasanah dalam penelitiannya tentang sejarah dan perkembagan Jamaah Tabligh
mengatakan bahwa ada dua indikator pesatnya perkembangan Jama’ah Tabligh di Indonesia,
pertama semakin banyaknya aktivitas keagamaan Jama’ah Tabligh di berbagai daerah dan kedua,
semakin banyak anggotanya bertambah mulai dari akademisi, pengusaha, mahasiswa,
masyarakat desa, masyarakat kota dan lain sebagainya. Sulkarnaini dalam penelitiannya tentang
metode dakwah Jamaah Tablig menemukan beberapa metode dakwah jamaah ini, yaitu metode
musyawarah, silaturahim, taklim, dan khuruj fii sabilillah. Metode-metode ini semakin lama
semakin baik karena mereka senantiasa didorong untuk menyempurnakan diri sendiri, senantiasa
beramal sholeh, istiqomah mengikuti amalan enam sifat sahabat nabi
Pembinaan Program Jama’ah Tabligh
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

Bentuk-bentuk Pembinaan Pendidikan Keagamaan Yang Dilakukan oleh Jama’ah


Tabligh terbagi dalam beberapa bentuk, yakni: (1) Kegiatan jama’ah yang berpusat di masjid; (2)
Kegiatan masturah yang dilaksanakan dalam rumah-rumah keluarga; dan (3) Kegiatan pendidikan anak-
anak. Pemilahan ketiga kegiatan ini hanyalah bersifat penyederhanaan pembahasan, karena
sebenarnya ketiganya saling terkait dan bisa jadi saling tumpang-tindih. Kegiatan Jama’ah
Masjid Secara umum kegiatan ini dilakukan oleh jama’ah pria dewasa dan remaja, dan masjid
sebagai pusat kegiatannya. Masjid bukan saja tempat shalat lima waktu dengan berjama’ah,
melainkan tempat merencanakan, mendiskusikan, melaksanakan, dan mengevaluasi semua
program yang mencakup semua aspek kehidupan masyarakat di kota Pekanbaru, minus politik.
Kegiatan jama’ah masjid
Kegiatan rutin Yang dimaksud dengan kegiatan rutin adalah kegiatan masjid yang
bersifat ‘ubudiyah dan umum dilaksanakan di masjid-masjid di tempat lain, seperti; adzan, shalat
fardhu berjama’ah lima kali sehari serta shalat Jum’at. Shalat lima waktu dengan berjama’ah
didirikan di setiap masjid dan musholla yang ada di Pekanbaru.
Kegiatan harian
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

Kegiatan yang dilaksanakan setiap hari oleh jama’ah masjid adalah musyawarah harian,
silaturahmi harian, dan ta’lim harian. Musyawarah harian diadakan setiap pagi setelah shalat
Shubuh berjama’ah. Musyawarah ini dipimpin oleh salah satu dari jama’ah masjid. Pimpinan
musyawarah biasanya adalah orang yang paling dituakan di masjid tersebut atau bisa dipimpin
oleh orang lain sesuai kesepakatan para jama’ah dan biasa di panggil amir. Agenda utama
musyawarah harian adalah mengevaluasi kegiatan sehari kemarin dan membuat perencanaan
kegiatan masjid pada hari itu, seperti petugas muadzin, pembagian kerja sesama jama’ah untuk
silaturahmi. tujuan silaturahmi pada hari itu. Sebelum membicarakan agenda utama tersebut
pimpinan musyawarah memberikan pengarahan kepada jama’ah. Sedangkan tujuan secara umum
diadakannya musyawarah harian ini adalah bentuk untuk menghidupkan amaliyah agama secara
keseluruhan pada diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Secara praktis para jama’ah berpikir
bagaimana supaya seluruh laki-laki dewasa menjalankan shalat berjama’ah lima kali sehari di
masjid, seluruh wanitanya berbusana Islami sesuai syari’at agama, para remaja dan anak-
anaknya mau belajar agama di masjid dan memiliki akhlak yang baik dan lain sebagainya.
Sedangkan silaturahmi dilaksanakan oleh jama’ah masjid yang pelaksanaannya telah diprogram
sebelumnya dalam forum musyawarah. Silaturahmi diadakah setiap hari secara berombongan,
biasanya dua atau tiga orang tiap rombongan. Setiap masjid bisa membentuk sampai lima
rombongan silaturahmi setiap harinya.Waktu silaturahmi biasanya setelah shalat ‘Ashar dan
setelah shalat Maghrib atau pada waktu lain sesuai kesempatan jama’ah masjid. Rute tujuan
silaturahmi adalah warga desa di sekitar masjid. Siapa yang didatangi dan ajakan apa yang
disampaikan kepada tuan rumah sudah direncanakan sebelumnya melalui forum musyawarah di
masjid. Materi ajakan kepada tuan rumah bersifat situasional, misalnya mengajak shalat
berjama’ah di masjid, mengajak menghadiri acara ta’lim di masjid, dan mengajak untuk
meningkatkan partisipasinya dalam usaha meningkatkan kemakmuran masjid.Secara umum
silaturahmi harian ini berperan sebagai media untuk menyampaikan ajakan-ajakan kebaikan yang
nyata dan langsung bisa dikerjakan obyek dakwah (mad’u). Pada sisi lain bagi subyek dakwah
(da’i) silaturahmi harian ini berperan sebagai sarana untuk senantiasa peduli kepada orang lain
dan sarana menunaikan tanggung jawab untuk amar ma’ruf nahi munkar. Sedangkan ta’lim
harian dilaksanakan setiap hari pada waktu selesai shalat Maghrib berjama’ah dan berlangsung
sekitar 30 menit. Setelah dzikir dan doa para jama’ah duduk di depan mimbar untuk
mendengarkan pembacaan kitab ta’lim oleh salah seorang jama’ah. Kitab yang dibaca adalah
Fadhilah ‘Amal yang berisi penjelasan-penjelasan al-Qur’an dan al-Hadits tentang keutamaan-
keutamaan amal seperti fadhilah shalat, fadhilah puasa, fadhilah haji, fadhilah tilawah Qur’an,
fadhilah dzikir, fadhilah sedekah, dan fadhilah memakmurkan masjid.
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

Kegiatan Rutin Mingguan Kegiatan ini adalah lailatul ijtima’, pengajian maqomy, dan
pengiriman jama’ah untuk khuruj (jaulah). Lailatul ijtima’ dilakukan seminggu sekali dan
dipusatkan di masjid markas Jama’ah Tabligh. Kegiatan ini diawali dengan shalat maghrib
berjama’ah, kemudian bayan (ceramah) dari salah satu tokoh Jama’ah Tabligh yang disertai
ajakan untuk melakukan khuruj, kemudian dilanjutkan dengan membentuk kelompok-
kelompokkecil dan melakukan mudzakaroh bersama kelompok masing-masing. Ada pula yang
melaporkan perkembangan pembinaan keagamaan yang telah dilakukan Jama’ah Tabligh di
daerah asal masing-masing. Sekitar pukul 20.00 kegiatan ini diakhiri dengan shalat isya’
berjama’ah dan jamuan makan.Sedangkan pengajian maqomy dilaksanakan pada hari Ahad di
masjid atau musholla masing-masing mahallah (kelompok jama’ah masjid). Pengajian ini
dimulai dengan melaksanakan shalat ‘Ashar berjama’ah dan dilanjutkan dengan bayan (ceramah)
dari jama’ah jaulah dari luar daerah. Ketika bayan sedang berlangsung beberapa orang keluar
mendatangi rumah-rumah warga yang pada saat itu tidak berangkat ke masjid untuk diajak
menghadiri pengajian maqomy. Sementara itu kegiatan di masjid dilanjutkan dengan do’a dan
dzikir, yang mendo’akan agar beberapa orang yang berangkat mendatangi rumah-rumah warga
pada sore itu berhasil mengajaknya ke masjid untuk mengikuti pengajian maqamy. Menjelang
maghrib mereka datang lagi di masjid bersama orang-orang baru yang mau diajak ikut pengajian
maqomy. Orang-orang yang baru datang ini disambut oleh bagian istiqbal (penerimaan tamu),
kemudian diajak bergabung dalam majlis dzikir hingga adzan maghrib tiba. Setelah shalat
Maghrib pengajian dilanjutkan lagi dengan bayan (ceramah) dari jama’ah jaulah dari luar daerah.
Kegiatan mingguan yang ketiga adalah pengiriman jama’ah jaulah keluar untuk berdakwah.
Jama’ah Tabligh mewajibkan laki-laki yang sudah baligh untuk melakukan khuruj. Sehingga
setiap selesai bayan selalu ada seruan dan ajakan untuk ikut rombongan jama’ah jaulah keluar
untuk berdakwah. Setiap minggunya dikirim beberapa rombongan yang dikelompokkan
berdasarkan kemampuan waktu dan keuangan yang bisa diluangkan untuk mengikuti jama’ah
jaulah ini. Ada kelompok tiga hari, empat puluh hari, dan satu tahun. Pengiriman jama’ah jaulah
tiga hari biasanya hanya ke daerah sekitar Temboro saja, sedangkan jama’ah jaulah empat puluh
hari ke luar kota hingga ke luar negeri. Jama’ah jaulah ini berdakwah dari masjid ke masjid
untuk mengamalkan ilmunya dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.1) Masturah Kegiatan
ini merupakan pembinaan bagi para ibu dan remaja putri agar memiliki kesempatan mengikuti
majlis ilmu dan menambah wawasan serta nasehat-nasehat agama secara istiqomah di samping
kesibukan rumah tangga yang padat. Kegiatan pembinaan yang dapat diikuti oleh para ibu dan
remaja putri ini adalah ta’lim harian, ta’lim mingguan, selapanan, dan keluar tiga hari.a) Ta’lim
harian Ta’lim ini dilakukan bersama keluarga masing-masing di rumah, sehingga bisa juga
disebut ta’lim keluarga. Waktu pelaksanaannya sesuai waktu luang masing-masing keluarga,
namun yang sering digunakan adalah setelah shalat Shubuh atau Maghrib, selama + 30 menit
dengan target pelaksanaan 1,5 jam/hari. Dalam ta’lim keluarga ini orang tua (bapak atau ibu)
yang membacakan kitab Fadhilah ‘Amal untuk putra-putrinya. Ada juga yang ditambah dengan
menyimak ngaji atau hafalan al-Qur’an putra-putrinya. b) Ta’lim mingguan Ta’lim ini khusus
diadakan untuk para ibu dan bertempat di rumah salah satu anggota kelompok ta’lim. Dalam satu
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

mahallah (kelompok jama’ah masjid) biasanya terdapat lima hingga sepuluh kelompok ta’lim
mingguan. Ta’lim ini dilaksanakan setiap hari Jum’at sore (setelah shalat ‘Ashar) dan
berlangsung selama + 30 menit. Dalam ta’lim ini ibu-ibu yang hadir dengan membawa putra
putrinya yang masih kecil duduk mendengarkan pembacaan kitab ta’lim oleh salah satu anggota
dan bayan (ceramah) dari bapak-bapak melalui pengeras suara dari masjid. Kitab yang dibaca
adalah Fadhilah ‘Amal dan Enam Sifat Shahabat. c) Pengajian bulanan (Selapanan) Kegiatan
ini diadakan setiap hari Ahad Kliwon dan dipusatkan di markas Jama’ah Tabligh, yakni dimasjid
Trangkil.d) Keluar tiga hariKegiatan keluar tiga hari dilakukan oleh para ibu minimal sekali
dalam satu tahun bersama-sama dengan suami masing-masing. Dalam keluarnya tersebut, para
bapak menginap di masjid sedangkan para ibu menginap di salah satu rumah yang ada di dekat
masjid. Selama keluar tiga hari ini, para ibu bersama-sama menghidupkan amalan-amalan
sunnah, di samping amalan wajib. Sehingga hasil yang diharapkan adalah keistiqomahan para
ibu dalam menghidupkan amalan-amalan sunnah di samping amalan wajib. Hal ini dapat
diteladani oleh putra dan putrinya di rumah.2) Madrasah Diniyah dan Tahfidzul Qur’an Kegiatan
madrasah dan tahfidzul Qur’an ini berlangsung di masjid, sebagai bagian dari kegiatan masjid.
Dengan menggunakan pedoman dan kurikulum yang disusun sendiri oleh pengurus masjid,
diadakan madrasah diniyah dan tahfidzul Qur’an yang diikuti oleh masyarakat sekitar masjid
tanpa mengenal batasan usia. Kegiatan ini biasanya berlangsung setiap selesai shalat ’Ashar atau
Maghrib. Kegiatan pendidikan ini diadakan sebagai salah satu upaya mencapai target menjadikan
masjid sebagai pusat kegiatan umat.
Dengan adanya sarana pendidikan yang berupa madrasah diniyah dan tahfidzul Qur’an
diharapkan masjid dapat menjadi semakin hidup, tidak sebatas menjadi tempat shalat berjama’ah
saja. Saat ini ada dua masjid yang sudah berhasil mengadakan
kegiatan ini, yakni Masjid Syafi’iyah dan Masjid Nurul Huda. Dari paparan data tentang bentuk
pembinaan pendidikan keagamaan yang dilakukan oleh Jama’ah Tabligh.
a) Kegiatan masjid. Masjid bukan saja tempat shalat berjama’ah, melainkan juga tempat
musyawarah harian untuk merencanakan kegiatan-kegiatan memakmurkan masjid, silaturahmi
harian, ta’lim harian, lailatul ijtima’, dan pengajian maqomy. Kegiatan ini sangat bermanfaat
untuk meningkatkan kemakmuran masjid. Dalam kegiatan-kegiatan masjid ini terdapat beberapa
metode pendidikan yang dilakukan sekaligus, yakni metode diskusi, ceramah, dan cerita.
Metode-metode yang digunakan tersebut mengarah pada keberhasilan aspek kognitif,
psikomotorik, dan afektif. Dengan penekanan yang lebih pada aspek afektifnya, yang tampak
dari sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
b) Pengiriman jama’ah untukkhuruj (jaulah). Terlepas dari adanya pro kontra para ulama
mengenai hal ini, khuruj atau keluar rumah untuk berdakwah yang dilakukan oleh Jama’ah
Tabligh bisa menjadi sarana untuk mengamalkan ilmu agama yang telah diperoleh. Selama
khuruj ini, para anggota jama’ah masih menggunakan metode diskusi, ceramah, dan cerita.
Metode diskusi dilakukan ketika mengadakan musyawarah dan ta’lim, metode ceramah dan
cerita juga digunakan dalam ta’lim serta bayan.
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

c) Masturoh. Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu dan remaja putri di Temboro. Di dalamnya ada
ta’lim dan program keluar tiga hari yang dapat menambah wawasan agama para ibu, sekaligus
tempat latihan para ibu untuk menghidupkan amalan-amalan wajib dan sunnah, agar bisa
memberikan teladan bagi putra dan putrinya di rumah. Kegiatan lain yang dilakukan oleh para
ibu adalah ta’lim keluarga, dengan kegiatan ini putra-putri keluarga di kota Pekanbaru
mendapatkan pendidikan keagamaan tidak hanya dari ustadz-ustadznya di madrasah diniyah
saja, tetapi juga dari orang tuanya di rumah. Dalam kegiatan ibu-ibu dan remaja putri ini masih
digunakan yang sama, yakni metode diskusi, ceramah dan cerita. d) Madrasah Diniyah dan
Madrasah Tahfidzul Qur’an. Dua kegiatan ini merupakan sarana di mana putra-putri keluarga di
kota Pekanbaru dapat mendapatkan pendidikan keagamaan secara terstuktur dan sistematis
seperti halnya pendidikan umum yang ada di sekolah formal. Dalam kegiatan ini, di samping
menggunakan metode diskusi, ceramah, dan cerita, digunakan pula metode sorogan, yakni ketika
seorang murid membaca kitab atau al-Qur’an di hadapan gurunya. Implikasi Pembinaan
Pendidikan Keagamaan yang Dilakukan oleh Jama’ah Tabligh terhadap Praktek Keagamaan
Masyarakat.
Kegiatan keagamaan sebagai upaya pembinaan pendidikan keagamaan bagi masyarakat
yang diadakan oleh Jama’ah Tabligh di kota Pekanbaru memberikan pengaruh terhadap sikap,
perilaku, serta praktek keagamaan masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat
keseharian masyarakat saat ini. Setelah adanya upaya pembinaan dari Jama’ah Tabligh, masjid-
masjid di kota Pekanbaru ini selalu mengumandangkan adzan setiap waktu shalat tiba. Kemudian
Diikuti dengan bergegasnya masyarakat meninggalkan pekerjaannya dan segera menuju ke
masjid untuk ikut shalat berjama’ah. Selain itu adanya kegiatan rutin harian, mingguan, bulanan,
dan tahunan yang diadakan oleh jama’ah masjid juga semakin menambah tingkat kemakmuran
masjid di kota ini.Berikutnya adalah dalam hal keaktifan majlis ta’lim. Majlis ta’lim yang
diadakan setiap saat di masjid-masjid di kota Pekanbaru dan hampir di setiap rumah ikut
memberikan pendidikan keagamaan bagi masyarakatnya. Kemudian dapat dilihat juga dalam hal
tingkat pendidikan agama. Pada saat laporan penelitian ini ditulis hampir tidak ada masyarakat
yang tidak bisa membaca al-Qur’an. Sebagian besar anak-anak telah dapat membaca al-Qur’an
ketika masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Bahkan telah banyak anak-anak usia SD yang
mampu menghafalkan al-Qur’an. Hal ini sebagai wujud nyata dari hasil pembinaan yang berupa
madrasah diniyah dan madrasah tahfidzul Qur’an. Kemudian dalam hal budaya berbusana,
masyarakat Temboro telah benar-benar memperhatikan aturan agama Islam yang mewajibkan
umatnya untuk menutup aurat. Pemandangan yang tampak dari keseharian masyarakat dapat
dikatakan hampir sama dengan yang ada dalam lingkungan pesantren-pesantren. Para wanitanya
semua mengenakan busana yang menutup aurat, dan wanita-wanita bercadar seperti yang ada di
negara-negara timur tengah juga banyak sekali

Tujuan Pemikiran Dari Jamaah Tabligh


Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

Ideologi bahagian yang paling penting dalam menandai sebuah gerakan dakwah, sebab
ideology akan sangat menentukan bagaimana dan ke arah mana masyarakat digerakkan. Jamaah
Tabligh adalah gerakan dakwah yang beraliran ahlu sunnah wal-jama’ah, bermanhaj sufi,
berteology al-Maturidy, bermazhab Hanafi. (Junaedi, 2013) Sebagai kelompok yang mengklaim
sebagai pengikut ahlu sunnah wal-jama’ah, mereka mendasarkan amalan mereka kepada sunnah
Nabi Muhammad S.A.W, sunnah itu tidak saja menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
ibadah akan tetapi tidak kalah pentingnya penerapan sunnah dalam urusan pribadi dan urusan
yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, seperti jenggot, baju, celana, cadar, makan, minum, tidur,
olahraga, obat-obatan, perdagangan, perbankkan dan lain-lain yang diimplementasikan dalam
keseharian kelompok Jamaah Tabligh.
Jamaah Tabligh adalah sebuah gerakan dakwah yang lahir dari rahim tariqat
bertujuan membangkitkan spiritualitas muslim (Khalimi, 2010) ke arah tasauf. Beberapa ciri
sufistik ditemukan pada semangat mereka beribadah dan dzikir, kesederhanaan mereka makan,
minum, berbicara, dan tidur. Sebagai aliran tariqat, mereka juga mempercayai mimpi dan
takwilnya. (Dalam bidang politik Jamaah Tabligh gerakan non-politik (Khalimi, 2010) artinya
gerakan ini tidak berafiliasi dengan salah satu aliran politik bahkan pengajian mereka tidak
menjadikan politik sebagai masalah yang dibahas dalam pengajian mereka. Jika kebijakan politik
pemerintah berberturan dengan keyakinan mereka seperti vaksin, sosial distancing dan lain
sebagainya maka aliran ini cenderung melakukan resistensi. (Muhamad, 2021) Tujuan pemikiran
dari jamaah tabligh adalah untuk mengamalkan enam dasar (ushul al-sittah) yang selalu
istiqamahkan siang malam, yaitu:
1. Merealisasikan syahadat La ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah. Kalimat
tauhid La ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah ditafsirkan dengan mengeluarkan
keyakinan yang rusak dari hati terhadap benda-benda, dan memasukkan tauhid yang benar
terhadap Dzat Allah, artinya menyakini Allah S.W.T sepenuhnya dan mengeluarkan keyakinan
dari selain-Nya.(Zamaluddin, 2021)
2. Shalat dengan Khusyu’. Shalat dengan khusyuk adalah asas dan ia merupakan perintah
agama yang penting untuk dilaksanakan. Khusyu dimaknai dengan takut di dalam hati diiringi
dengan ketenangan pada anggota tubuh. (Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi, 2006) Jamaah
Tabligh sangat memperhatikan pelaksanaan dan waktu shalat, sesibuk apapaun mereka akan
meninggalkan pekerjaannya untuk melaksanakan shalat, terutama shalat berjamaah. Terkait
dengan hal ini Irpan, Uswatun & Novianti mengatakan bahwa sikap Jamaah Tabligh sangat
patuh dan taat dalam menjalankan ajaran agama Islam. (Irpan, 2020)
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

artinya gerakan ini tidak berafiliasi dengan salah satu aliran politik bahkan pengajian
mereka tidak menjadikan politik sebagai masalah yang dibahas dalam pengajian mereka. Jika
kebijakan politik pemerintah berberturan dengan keyakinan mereka seperti vaksin, sosial
distancing dan lain sebagainya maka aliran ini cenderung melakukan resistensi. (Muhamad,
2021) Tujuan pemikiran dari jamaah tabligh adalah untuk mengamalkan enam dasar (ushul al-
sittah) yang selalu istiqamahkan siang malam, yaitu: 1. Merealisasikan syahadat La ilaha illa
Allah dan Muhammad Rasulullah. Kalimat tauhid La ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah
ditafsirkan dengan mengeluarkan keyakinan yang rusak dari hati terhadap benda-benda, dan
memasukkan tauhid yang benar terhadap Dzat Allah, artinya menyakini Allah S.W.T
sepenuhnya dan mengeluarkan keyakinan dari selain-Nya.(Zamaluddin, 2021) 2. Shalat dengan
Khusyu’. Shalat dengan khusyuk adalah asas dan ia merupakan perintah agama yang penting
untuk dilaksanakan. Khusyu dimaknai dengan takut di dalam hati diiringi dengan ketenangan
pada anggota tubuh. (Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi, 2006) Jamaah Tabligh sangat
memperhatikan pelaksanaan dan waktu shalat, sesibuk apapaun mereka akan meninggalkan
pekerjaannya untuk melaksanakan shalat, terutama shalat berjamaah. Terkait dengan hal ini
Irpan, Uswatun & Novianti mengatakan bahwa sikap Jamaah Tabligh sangat patuh dan taat
dalam menjalankan ajaran agama Islam.
3. Ilmu’ Menurut bapak Sobari, untuk memperoleh manfaat ilmu diperlukan ketaatan
terhadap semua perintah Allah S.W.T sesuai dengan sunnah Nabi. Bagi Jamaah Tabligh ilmu
sangat mereka perhatikan dan hargai terutama tentang hukum-hukum, fiqih serta ilmu tauhid, ia
adalah harta yang kekal bagi manusia. (Sobari, 2021) Berkaitan dengan ilmu dan pendidikan ini,
Jamaah Tabligh tidak memberikan keseimbangan terhadap ilmu agama dan ilmu non agama,
mereka mencintai ilmu agama dan mengesampingkan ilmu-ilmu non agama, sekolah-sekolah
mereka semata mata belajar agama, terutama alQuran dan Hadis menurut kurikulum mereka
sendiri sehingga tidak dapat dievaluasi dengan ukuran sekolah yang diakui oleh pemerintah.
4. Memperbaiki Niat. Niat atau keinginan yang ditanam dalam hati untuk melaksanakan
segala perintah Allah S.W.T dimaksudkan untuk mencari keridhaan-Nya semata. Jika yang
dimaksud dengan memperbaiki niat supaya amal bersih dari riya atau beramal karena ingin
dipuji atau disanjung orang, (Zamaluddin, 2021) maka memperbaiki niat dapat dipahami sebagai
usaha untuk menghilangkan resistensi terhadap motivasi beribadah. Berniat dengan yakin
terhadap janji Allah, disertai dengan rasa rindu dan penuh harap terhadap pahala atau ganjaran
yang diberikan oleh Allah. (Zamaluddin, 2021)
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

5. Ikramul Muslimin dan bersikap lembut kepada mereka. Berdakwah tidak dapat
dilepaskan dari orang lain, baik muslim maupun nonmuslim karena mereka adalah objek dakwah
atau orang yang akan diajak kepada tujuan yang ingin dicapai dalam berdakwah. Berdakwah
sebagai implementasi dari perintah Allah yang berhubungan dengan hamba-hambanya, dalam
hal ini, mereka harus dihormati dan diajak dengan lemah lembut. Orang Islam adalah orang-
orang yang tunduk patuh dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah serta
lembut perangainya. (Zamaluddin, 2021) Dalam realitas yang ditemui, Jamaah Tabligh adalah
kelompok dakwah yang memiliki kelebihan dari segi kesabaran dan kebaikan dalam
berkomunikasi, kelompok ini berbeda dengan kelompok-kelompok Islam lain yang
menggunakan cara-cara kekerasan baik verbal maupun non verbal dalam amar ma’ruf nahi
munkar. Jamaah Tabligh ini mengajak objek dakwah dengan baik, lemah lembut, santun dan
tidak menggunakan kata-kata yang kasar serta menyakitkan, toleran terhadap perbedaan,
(Somad, 2020) mereka menghindari persoalan khilafiah yang dapat menimbulkan perdebatan
atau perselisihan, mereka mengedepankan sikap toleran dan hidup rukun terhadap sesama
muslim bahkan dengan penganut agama lain. (Irpan, 2020) Kehadiran kelompok ini merupakan
bantahan terhadap tuduhan yang mengaitkan gerakan salaf dengan paham radikalisme, Jamaah
tabligh jauh sekali dari kesan-kesan Islam yang “sangar”, ia adalah gerakan yang memiliki corak
Islam yang rahmatallil ‘alamin atau dalam istilah lain peaceful fundamentalist (Aziz, 2004)
6. Khuruj di jalan Allah Khuruj atau keluar untuk berdakwah bagi Jamaah Tabligh bukan
saja bermaksud untuk memberbaiki kondisi umat tetapi juga untuk memperbaiki keyakinan dan
amal diri sendiri. Jadi Khuruj seperti “dua sisi mata uang”, satu sisi untuk memperbaiki kondisi
masyarakat dan pada sisi yang lain juga memperbaiki agama jamaah sendiri, hal ini terjadi
karena ketika mereka berhasil mengajak masyarakat datang ke masjid, di sanalah mereka sama
sama belajar ilmu agama, jadi mereka tidak hanya menggurui karena mereka juga berguru.
Penjelasan yang lebih luas terhadap metode dakwah khas Jamaah Tabligh ini akan dijelaskan
seperti di bawah
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

Dakwah Khuruj Khuruj secara bahasa berarti ke luar, ke luar menyediakan waktu untuk
berdakwah, sedangkan secara bahasa khuruj berarti ke luar, ke luar menyediakan waktu untuk
berdakwah. Sedangkan secara terminology dimaknai dengan meluangkan waktu, mengorbankan
harta dan tenaga serta meninggalkan keluarga (Marwihelfi, 2021) untuk berdakwah sekaligus
memupuk keimanan, menambah ilmu dan meningkatkan amal ibadah. Secara umum, khuruj
adalah usaha untuk menghidupkan kerja Nabi Muhammad SAW., ke seluruh alam sesuai dengan
cara beliau. (Zamaluddin, 2021) Khuruj spesifik miliknya Jamaah Tabligh, tidak Jamaah Tabligh
kalau tidak khuruj, dan tidak dianggap sebagai anggota Jamaah Tabligh kalau tidak khuruj.
(Samsidar, 2020) Khuruj amalan “luar biasa”, karena jika disuruh memilih antara khuruj atau
haji, maka mereka akan memilih khuruj karena mereka beranggapan apa bila telah melakukan
khuruj meraka sudah berangkat haji. (Zainal, 2021) Menurut keyakinan Jamaah Tabligh, khuruj
adalah amalan jihad yaitu jihad fi sabilillah, ia adalah perbuatan maksimal dalam menegakkan
ajaran Islam di jalan Allah SWT. Mereka berdalil tentang disyari’atkan khuruj ini dengan mimpi
pendiri Jamaah Tabgligh (Maulana Ilyas), tentang tafsir Q.S. Ali Imran (3): 110, yaitu kata
ukhrajat yang dimaknai dengan keluar untuk mengadakan perjalanan dakwah. Waktu khuruj
dilaksanakan relative lama, yaitu enam bulan, tiga bulan, empat puluh hari, dua puluh hari, tujuh
hari dan tiga hari. Selama khuruj, mereka pindah dari masjid ke masjid, (Tempo.co, 2009)
dengan segala keterbatasan, Jamaah Tabligh menjadikan masjid sebagai tempat tidur, tempat
mandi, mencuci, memasak, beribadah dan tentunya berdakwah (Romli, 2020). Dari masjid
mereka berjalan kaki ke rumah-rumah penduduk, ke kedai, ke kantor atau kemana saja
(Marwihelfi, 2021) berusaha mengajak orang yang mereka temui untuk bersama sama
menghadiri pertemuan di masjid dan di rumah ibadah itu mereka akan menyampaikan pesan-
pesan keagamaan. Dengan demikian, khuruj adalah amalan yang berat untuk dilakukan oleh
pendakwah konfensional. Orang yang ingin mengikuti khuruj harus membiayai diri sendiri,
(Marwihelfi, 2021) dan memiliki dana untuk keluarganya yang ditinggalkan selama ia pergi,
pergi bisa berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bisa sampai setahun,
pendeknya kegiatan khuruj adalah kegiatan yang menguras tenaga, waktu dan dana sedangkan
mereka tidak mendapatkan apa-apa kecuali pahala dari Allah S.W.T., oleh karena itu dapat
dipahami kalau aktivitas ini dikaitkan Jamaah Tabligh dengan iman, iman yang membuat
pekerjaan berat menjadi ringan.
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

Kegiatan dakwah Jamaah Tabligh diiringin juga dengan pertemuan sebagai wadah untuk
melakukan konsolidasi anggota atau musyawarah dengan agenda utama memikirkan ummat dan
agama. (Marwihelfi, 2021) Sedangkan wilayah dakwah mereka susun mulai dari jenjang yang
paling rendah sampai ke tingkat internasional, seorang pimpinan Jamaah Tabligh mengatakan
(Marwihelfi, 2021): “pala pertemuan na mule mon tingkat dunia, sakali sataon kala paralo 2 kali
bage, kemudian tingkat negara masing-masing sakali sataon, torus tu tingkat propinsi menurut
kebutuhan masing-masing adong na tiok bulan ato dua bulan sakali torus tiok kecamatan sakali
saminggu dan tiok ari dalam beberapa minit di masojid ba'da sholat kalau adong anggota jamaahi
di kampungi tinggal” Berdasarkan data di atas diketahui bahwa pertemuan anggota Jamaah
Tabligh dilakukan setiap hari dalam beberapa menit di masjid setelah shalat berjamaah jika ada
jamaahnya di lokasi tersebut, di tingkat kecamatan dilakukan sekali seminggu, di tingkat propinsi
satu kali sebulan atau sekali dua bulan, sedangkan di tingkat nasional dilakukan sekali dalam
satu tahun sedangkan di tingkat internasional dilakukan satu kali atau dua kali dalam setahun
sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan tempat pertemuan internasional ada empat Negara yang
disepakati yaitu, Pakistan atau India atau Bangladesh atau Arab Saudi. Berdasarkan penjelasan di
atas dapat disimpulkan bahwa khuruj adalah salah satu ideology Jamaah Tabligh, setiap anggota
wajib khuruj, makanya setiap anggota wajib berdakwah sesuai dengan kemampuannya, baik
kemampuan financial, fisik maupun ilmu. Konsolidasi dakwah dilakukan secara teratur, baik
waktu maupun tingkatannya termasuk lokasi atau tempat melaksanakannya.

Simpulan (12 pt bold)


Pembinaan pendidikan keagamaan yang dilakukan oleh Jama’ah Tabligh di Kota
Pekanbaru mendapat respon posittif dalam Kegiatan jama’ah masjid yang diikuti oleh bapak-
bapak dan remaja putra meliputi kegiatan ubudiyah (adzan dan sholat berjama’ah lima waktu),
musyawarah harian, silaturahmi harian, ta’lim harian, lailatul ijtima’, pengajian maqomy, dan
pengiriman jama’ah keluar (khuruj), Kegiatan masturah yang diikuti oleh ibu-ibu dan remaja
putri meliputi kegiatan ta’lim keluarga, ta’lim mingguan, pengajian selapanan, dan keluar tiga
hari; dan Madrasah diniyah dan tahfidzul Qur’an yang berlangsung di masjid, diikuti oleh
masyarakat sekitar masjid tanpa mengenal batasan usia.
Praktek keagamaan masyarakat di Kota Pekanbaru sebagai implikasi pembinaan
pendidikan keagamaan yang diadakan oleh Jama’ah Tabligh bagi masyarakat Temboro telah
nampak hasilnya secara cukup signifikan di semua aspek kehidupan (kecuali politik) masyarakat
desa sehari-hari. Hal ini nampak pada kesadaran yang tinggi pada masyarakat Temboro untuk:
(1) menjalankan ibadah setiap harinya; (2) meramaikan masjid untuk beribadah dan lainnya; (3)
mendidik putra-putrinya dengan pendidikan yang islamy; dan (4) berbusana yang islami.
Referensi (12 pt bold)
Abduh, Abu Muhammad Ahmad. Kupas Tuntas Jama’ah Tabligh Buku 1, Bandung: Khoiru
Ummat, 2008.
Atsary, Abu Ihsan, Jama’ah Tabligh, http://www.anshurussunah al-muhammadiyah (Cikarang),
diakses tanggal 9 September 2010.
Universitas Islam Negeri Idarotuna: Jurnal Kajian Manajemen Dakwah
Sultan Syarif Kasim Riau Vol. 2 No. 2. April 2020: Hal 00-00

Badan Litbang, Respon Pemerintah, Ormas, dan Masyarakat terhadap Aliran Keagamaan di
Indonesia, Jakarta: Depag RI, 2007.
Miles, Mathew B. & Huberman, Michael. Analisis Data Kualitatif, terj. Rohendi Rohidi, Jakarta:
Universitas Indonesia, 1992.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000
Nadwi, Sayyid Abul Hasan Ali. Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah Maulana Muhammad Ilyas,
Yogyakarta: Penerbit Ash-Shaff, 1997.
Tilar, H. A. R. Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1999
Kholid, S, Mengenal Jamaah Tabligh. Majalah As-Sunnah . 2003, Edisi 01/Tahun VII Sa’ad bin
Ibrahim Syilbi, Dalil-Dalil Da’wah dan Tabligh, (terjemahan oleh Ust. Musthafa Sayani),
155.
Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi, Muntakhab Ahadist; Dalil-Dalil Pilihan Enam Sifat Utama,
(terj) Ahmad Nur Khalis Al-Adib, Munjahid, 15.
Kholid, S, Mengenal Jamaah Tabligh. Majalah As-Sunnah . 2003, Edisi 01/Tahun VII
Bandingkan www.wikipedia.com.
As’ad Said Ali, Islamisme Jamaah Tabligh, lihat di www.nu.or.id. Bandingkan Sa’ad bin
Ibrahim Syilbi, Dalil-Dalil Da’wah dan Tabligh, (terjemahan oleh Ust. Musthafa Sayani),
155.
Hamud bin Abdullah bin Hamud al-Tawijiry, Qaul al-Baligh fi al-Tahziri min Jama’ah al-
Tabligh, 10.
Waqafat ma’a Jama’at al-Tabligh, Nazar Al-Jarbu’, 5-6. Lihat juga Muhammad Yusuf Al-
Kandahlawi, Muntakhab Ahadith; DalilDalil Pilihan Enam Sifat Utama,(terj) 131
Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi, Muntakhab Ahadith; Dalil-Dalil Pilihan Enam Sifat Utama,
(terj), 243
As’ad Said Ali, Islamisme Jamaah Tabligh, lihat di www.nu.or.i
Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi, Muntakhab Ahadith; Dalil-Dalil Pilihan Enam Sifat Utama,
(terj), 545. www.wikipedia.com.
Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi, Muntakhab Ahadith; Dalil-Dalil Pilihan Enam Sifat Utama,
(terj), 246.
Sa’ad bin Ibrahim Syilbi, Dalil-Dalil Da’wah dan Tabligh, (terjemahan oleh Ust. Musthafa
Sayani),15.
Hamud bin Abdullah bin Hamud al-Tawijiry, Qaul alBaligh fi al-Tahziri min Jama’ah al-
Tabligh, 10.
As’ad Said Ali, Islamisme Jamaah Tabligh, lihat di www.nu.or.id 24 As’ad Said Ali, Islamisme
Jamaah Tabligh, lihat di www.nu.or.id. Lihat juga As’ad Said Ali, Islamisme Jamaah
Tabligh, lihat di www.nu.or.id

Anda mungkin juga menyukai