Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan

ummatnya untuk menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh

umat manusia sebagai Rahmatan Lil Alamin. Islam dapat menjamin

terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan manakala ajaranya

dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan secara konsisten

serta konsekuen. Usaha penyebarluasan Islam realisasi terhadap

ajaran adalah melalui dakwah.1

Dalam kehidupan sosial dikenal bentuk tata aturan yang

disebut norma. Norma dalam kehidupan sosial merupakan nilai-nilai

luhur yang menjadi tolak ukur tingkah laku sosial. Jika tingkah laku

yang diperlihatkan sesuai dengan norma yang berlaku, maka tingkah

laku tersebut dinilai baik dan diterima, sebaliknya, jika tingkah laku

tersebut tidak sesuai atau bertentangan dengan norma yang berlaku,

maka tingkah laku tersebut dinilai buruk dan ditolak. Tingkah laku

yang menyalahi norma yang berlaku ini disebut dengan tingkah laku

atau perilaku (akhlak) yang menyimpang.2

Akhlak merupakan salah satu aspek yang sangat penting

dalam kehidupan beragama, yang keberadaannya dirasakan sangat


1
Siti Muriah, metodologi Dakwah Kontemporer, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000),
hal. 12.
2
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 259-
260.

1
penting dalam pembinaan dan terbentuknya mentalitas manusia, yaitu

bagaimana cara berperilaku yang baik dan benar, baik di dalam

keluarga maupun dalam masyarakat di lingkungannya masing-

masing.

Akhlak merupakan ukuran kemanusiaan yang membedakan

dari sifat- sifat hewan atau binatang. Oleh karena itu, pembinaan

akhlak di dalam ajaran agama Islam adalah merupakan bagian yang

integral dari keseluruhan ajaran agama Islam, yang tidak hanya

sekedar dilakukan secara lisan, tetapi hendaknya dibuktikan dengan

amal perbuatan secara nyata. Bila dilihat dan diperhatikan prinsip

pokok yang ditegaskan oleh Islam, maka dapat dirasakan bahwa

tujuannya adalah untuk mencapai suatu tata krama dan budi pekerti

yang luhur dengan penghayatan dan pengalaman yang nyata. 3

Maka untuk mencapai itu semua perlu adanya pendidikan

Islami untuk pembinaan akhlak tersebut Majeis taklim

diselenggarakan dengan tujuan ialah untuk menyebarkan dakwah

Islam dan menghindarkan individu dari malapetaka, yang mana

majelis taklim berkembang pesat di Indonesia. Awal mula

penyelenggaraan majelis taklim ini merupakan upaya umat Islam

untuk menyebarkan dakwah Islam melalui masjid-masjid. Tetapi tidak

hanya di masjid, saat ini dakwh telah dilakukan di beberapa tempat,

3
Abdi Robbihim, skripsi: peran majlis ta’lim Annur dalam pembinaan akhlak remaja,
hlm. 17

2
tidak memang secara lisan melainkan melalui media sosial seperti

YouTube, Facebook, WhatsApp dan sebagainya.

Dakwah ialah sebuah persiapan gigih yang digarap oleh para

pengemban dakwah untuk mengubah tujuan dakwah agar mereka

rela memasuki jalan Allah, dan perlahan-lahan menuju kehidupan

yang islami. Suatu proses yang berkesinambungan bisa menjadi

proses yang bukan kebetulan, tetapi benar-benar diatur, dijalankan,

dan dinilai secara berkesinambungan oleh para pembawa dakwah

dalam mengatur untuk mengubah perilaku sasaran dakwah sesuai

dengan tujuan yang telah dirumuskan

Adanya lembaga dakwah sebagai bentuk tindakan berupa

pembinaan, pendidikan serta arahan diberikan harapan baru sebagai

usaha untuk mengajar dan mencerdaskan lapisan masyarakat,

khususnya di lingkungan agama serta sosial. Salah satu dakwah yang

mendidik atau edukatif di sekitar masyarakat adalah majelis taklim.

Oleh karena itu, majelis taklim tidak hanya berfungsi sebagai lembaga

dakwah tetapi lebih berperan dalam menciptakan dan membudayakan

informasi keislaman serta mencerdaskan kehidupan masyarakat

sekitarnya.4

Dakwah akan menghadapi persoalan-persoalan yang semakin

kompleks seiring dengan kemajuan peradaban yang bergulir, yang

muncul dalam karya dakwah yang semakin rumit. Banyak perspektif


4
Saeful Lukman Dkk, Ibid Hlm 67

3
da’i yang palang sulit mereka dakwahi adalah remaja, karena

pemikaranya yang masih labil dan cendrung keras kepala. Peran

pemimpin dakwah akan sangat menentukan warna aktivitas yang

akan dilaksanakan, dengan demikian seorang pemimpin dakwah

harus mampu memberikan inspirasi bagi para remaja agar mereka

mau berfikir panjang dan religious.5

Jika dilihat masa sekarang ini para remaja sudah tidak

menunjukkan nilai-nilai Islam. Hal ini dapat dilihat dari pergaulan dan

perilaku remaja yang menyimpang. Remaja tidak merasa berdosa

atau malu berpacaran dan berdua-duaan di tempat yang jauh dari

keramaian. Dengan prilaku remaja yang tidak sesuai dengan ajaran

Islam perlu adanya arahan dan nasehat yang diberikan oleh keluarga

mapun kerabat.

Pada sekarang ini dunia remaja sedang dilanda kemerosotan

moral, baik yang terlihat dari akhlak, gaya berfikir, kebiasaan, cara

bicara dan gaya hidup dehari-hari. Semakin hari kemersotan moral ini

bukan semakin berkurang malah semakin menjadi. Setiap hari ada

saja pemberitaan remaja yang menyimpang mulai dari narkoba,

minuman keras,pemerkosaan, balap liar, bahkan pembunuhan.

Hasil pengamatan peneliti di Desa Montong Are Kecamatan

Kediri Kabupaten Lmbok Barat, masih banyak terjadi hal-hal yang

5
Didin Hafidhuddin, Dakwah Aktual (Jakarta, Pt Gema Insani Press, 1998) Hlm 77-
78

4
dipaparkan diatas. Hal ini bisa terjadi karena minimnya pemahaman

agama dan kurangnya arahan dari orang tua, kerabat dan sahabat

terdekat.

Majlis Madhul Mustafa adalah sebagai wadah pembinaan

akhlak khususnya remaja di desa Montng Are Kecamatan Kediri

Kabupaten Lombok Barat adalah sebuah lembaga non formal yang

memiliki visi dan misi untuk melakukan pembinaan kepada jamaah

khususnya remja agar menjadi pribadi yang baik dan religius.

Majlis madhul musthafa yang bernuansa sholawat, zikir dan

taklim sekarang sudah memiliki anggota lebih dari 30 orang yang rata-

rata lulus SMA dan putus sekolah. Melihat dari kehidupan mereka,

kebanyakan dari anggota sebelum mengikuti majlis memiliki

kebiasaan yang buruk mulai dari mabuk, narkoba, dan kenakalan

lainya. Beberapa bulan mengikuti majlis, dengan hidayah allah pelan-

pelan mereka sadar bahwa perbuatan mereka salah dan mulai

berubah menuju yang lebih baik.6

Dikalangan masyarakat, Majlis Madhul Musthafa sangat

berpengaruh positif bagi kaum muda di Desa Montong Are karena

melalui majlis ini remaja dapat menumbuhkan rasa cinta kepada

rasulallah, remaja terhindar dari kegiatan-kegiatan yang tidak

bermanfaat dan bersifat foya-foya, menjadi sarana berkumpul dengan

6
Observasi awal, 25 Juli 2022

5
orang-orang sholeh, mengajak remaja mencintai dan melestarikan

seni hadrah.7

Berdasarkan keadaan dan situasi remaja di Desa Montong Are

Kecamatan Kediri Ksbupaten Lombok Barat penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul “EFEKTIVITAS DAKWAH MAJLIS

MADHUL MUSTHAFA DALAM MERUBAH PRILAKU REMAJA DI

DESA MONTONG ARE KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN

LOMBOK BARAT”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diambilnya judul ini maka dapat

dirumuskan masalah dalam proposal ini sebagai berikut:

1. Apakah Efektivitas Dakwah Majlis Madhul Mushafa dalam merubah

prilaku Remaja di desa Mntong Are Kecamatan Kediri Kabupaten

Lombok Barat ?

2. Bagaimana Faktor-Faktor Masyarakat Dalam Merubah Prilaku

Remaja Di Desa Montong Are Kecamatan Kediri Kabupaten

Lombok Barat ?

C. Tujuan Penelitian

7
Observasi, Majlis Madhul Musthofa, Montong Are, 20 Agustus 2022

6
1. Untuk mengetahui apakah efektivitas Majlis Madhul Mushafa

dalam berdakwah dikalangan remaja di Desa Montong are

Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat ?

2. Untuk mengetahui Bagaimana fakto-faktor masyarakat dalam

merubah prilaku remaja di Desa Montong Are Kecamatan Kediri

Kabupaten lombok barat ?

D. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis

Hasil dari penelitian ini semoga dapat bermanfaat bagi

mahasiswa STID Musthafa Ibrahim khususnya bagi jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam penelitian diharapkan bisa bermanfaat

pada citra pengembangan ilmu pengetahuan

2. Secara praktis

Penulis mengharapkan penelitian ini kesan pesan positif

dan motivasi serta bisa melestarikan agama islam.

3. Secara teoritis

Penelitian ini akan memberikan sumbangan pemekiran dan

dapat memperkenalkan wajah baru eksistensi dakwah majlis

madhul musthafa dikalanagn remaja Desa Montong Are Kecamatan

Kediri Kabupaten Lombok Barat.

E. Hipotesis Penelitian

7
F. Kajian Terdahulu

Kajian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan

perbandingan dan acuan.Selain itu,untuk menghindari kesamaan

dengan penelitian ini.Maka dalam kajian terdahulu ini peneliti

mencantumkan hasil-hasil kajian terdahulu sebagai berikut:

1. Skripsi Muhammad Syarif “Efektivitas dakwah melalui majlis taklim di

Desa Ladumpi Kecamatan Rorowatu Kabupaten Bombana Sulawesi

Tenggara”8 Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan

metode kualitatif dan fokusnya keseluruh lapisan masyarakat,

sedangkan penelitian saya menggunakan metode Kuantitatif dan

fokusnya ke remaja saja.

2. Skripsi Anita Pujianti Nasution “Efektivitas Dakwah Islamiyah Dalam

Pembentukan Akhlak Remaja di Desa Gunungtua Julu Kecamatan

Panyabungan Kabupaten Mandailin”9. Penelitian ini menggunakan

metode Kualitatif dan fokus pada remaja, perbedaannya adalah

tempat/lokasi penelitian.

3. Skripsi Nurhikmah “Efektivitas Dakwah Islamiyah Dalam Membina

Akhlak Masyarakat Di Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana


8
Muhammad Syarif “Efektifitas dakwaah melalui majlis taklim di Desa Ladumpi
Kecamatan Rorowatu Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara” (skripsi.2020 Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassa)
9
Anita Pujianti Nasution “Efektivitas Dakwah Islamiyah Dalam Pembentukan
Akhlak Remaja di Desa Gunungtua Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten
Mandailin”(IAIN Padang sidimpuan,.2016)

8
Toraja”10. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan

metode kualitatif dan skripsi ini meneliti tentang pembinaan akhlak

masyarakat di Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana Toraja.

Perbedaan skripsi ini adalah saya hanya fokus meneliti tentang

akhlak remaja tidak ke seluruh lapisan masyarakat dan berlokasi di

Desa montong Are Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk memudahkan didalam pembahasan, penulis mencoba

menyusun dengan sistematis. Pembahasan dalam penelitian ini terdiri

dari 3 bab, masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan sistematika

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, menjelaskan tentang latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

hipotesis, kajian terdahulu, serta sistematika pembahasan.

Bab II Deskripsi Teori, dalam bab ini akan dibahas Pengertian

dan teori efektivitas, pengertian dakwah, majlis taklim, penjelasan

tentang akhlak, penjelasan tentang remaja dan kerangka berfikir

peneliti.

Bab III. Metode Penelitian, pada bab ini akan dipaparkan

mengenai jenis dan pendekatan penelitian, populasi sample/teknik

Nurhikmah “Efektivitas Dakwah Islamiyah Dalam Membina Akhlak Masyarakat Di


10

Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana Toraja”( Runiversitas Muhammadiyah Makassa: 2020)

9
sampling, variable/sub variabel, desain penelitian, instrument/bahan

penelitian, tekhnik validitas dan tehnik analisis data.

10
11
BAB II

LANDASAN TEORI

1. Deskripsi Teori

1. Efektivitas

Pada dasarnya pengertian efektivitas yang umum

menunjukkan pada taraf tercapainya hasil. Senantiasa dikaitkan

dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan

diantara keduanya. Efektivitas menekankan pada hal yang dicapai,

sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai

hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antara input dan

outputnya. Istilah efektife (effective) dan efisien (efficient) merupakan

dua istilah yang saling berkaitan dan patut dihayati dalam upaya

untuk mencapai tujuan. Efektivitas adalah tingkat keberhasilan dalam

mencapai tujuan atau sasaran.

Efektivitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang

lebih luas mencakup berbagai faktor didalam maupun di luar diri

seorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari

sisi produktivitas, tetapi juga dapat dilihat dari sisi persepsi atau

sikap individu.11

Efektivitas mempuyai berapa arti, dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia menyebutkan tiga arti efektivitas, arti pertama adalah

adanya suatu efek. Akibatnya, pengaruhnya, dan pesanya. Arti

11
Ns Roymond H. Simamora. M.Kep, Buku Ajar Pendidikan Dalam Keperawatan,
(Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 2008), h.31

12
kedua ialah manjur atau mujarab, dan artiketiga dapat membawa

hasil atau hasil guna. Kata efektif juga di ambil dari kata efek yang

artinya akibat atau pengaruh dan kata efek yang berarti adanya

pengaruh akibat dari sesuatu. Sehingga efektivitas adalah

keberpengaruhan atau keberhasilan setelah melakukan sesuatu. 12

Menurut Chester I Barner didalam kebijakan kinerja karyawan

menjelaskan bahwa arti efektif dan efisien adalah bila suatu tujuan

tertentu akhirnya dapat dicapai, kita boleh mengatakan bahwa

kegiatan tersebut adalah efektif. Tetapi bila akibat-akibat yang tidak

dicapai dari kegiatan mempunyai nilai yang lebih penting

dibandingkan dengan hasil yang dicapai, sehingga mengakibatkan

ketidak puasan walaupun efektif, hal ini disebut tidak efisien.

Sebaliknya bila akibat yang tidak dicari-cari, tidak penting atau

remeh, maka kegiatan tersebut efisien. Sehubungan dengan itu, kita

dapat mengatakan sesuatu efektif bila mencapai tujuan tertentu.

Efektivitas dapat diukur melalui berhasil tidaknya suatu

organisasi mencapai tujuan-tujuannya. Apabila suatu organisasi

berhasil mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dapat dikatakan

telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting adalah efektivitas tidak

menyatakan tentang berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk

mencapai tujuan tersebut. Efektivitas hanya melihat apakah proses

program atau kegiatan tersebut telah mencapai tujuan yang telah

12
Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa(p3b)
Depertemen, pendidikan dan kebudayaan,(Jakarta Balai Pustaka 1995),h, 250.

13
ditetapkan.13

2. Dakwah

Dakwah secara etimologi adalah mengajak, menyeruh, berdoa,

dan mengundang. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah

berbentuk sebagai isemmasdar yang berasal dari kata Fi’el yang

artinya memanggil, mengajak ataumenyeru. Sedangkan dakwah

menurut epistemologi ialah suatu bentuk kegiatan yang bertujuan

agar orang lain mau bertingkah laku sesuai dengan syariat Islam.

Definisi dakwah juga digambarkan dalam al qur’an Allah Ta’ala

berfirman;

‫ بلتى هي احسن ان‬R‫ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم‬

‫ربك هو اعلم بمن ضل عن سبيله وهو اعلم بالمهتدين‬

Terjemahannya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara

yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk ” 14

Sementara itu, para ulama memberikan definisi yang bervariasi,

antara lain adalah:

a) Muhammad Khidr Husain dalam bukunya “Al-Dakwah Ila Al

13
Ulum. Ihyaul MD, 2004, Akuntansi Sektor Publi. Malang,UMM Press, h. 294
14
Departemen Agama, Al Qur`an Terjemahan, h. 281

14
Ishlah” mengatakan dakwah adalah upaya untuk memotivasi

orang agar berbuat baik dan mengikuti jalan petunjuk, dan

melakukan amr ma’ruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan

kejayaan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

b) AhmatGhalwasy dalam bukunya “Al-Dakwah Al Islamiyyah” ada

mengatakan bahwa ilmu dakwah adalah ilmu yang di pakai untuk

mengetahui berbagai seni menyampaikan kandungan ajaran

Islam, baik ilmu aqidah, syariah, maupun akhlak.

c) Quraish Shihab mendefisinikan dakwah sebagai seruan atau

ajakan kepada keinsafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak

baik kepada situasi yang lebih baik dan sempurna baik terhadap

pribadi maupun masyarakat. Secara konseptual banyak pendapat

tentang definisi dakwah, antara lain:

d) Menurut Malik Idris, dakwah proses penyampaian ajaran agama

Islam kepada umat manusia dengan asas, cara, serta tujuan yang

dapat dibenarkan oleh ajaran agama Islam itu sendiri.

e) Menurut Arifuddin dakwah adalah mengajak umat manusia agar

mengikuti jalan-jalan Allah (sistem Islam) secara menyeluruh, baik

dengan lisan, tulisan maupun dengan perbuatan sebagai ikhtiar

muslim mewujudkan ajaran Islam menjadi kenyataan dalam

kehidupan individu, rumah tangga, jamaah, dan umat dalam

semua segi kehidupan secara berjamaah (terorganisir) sehingga

terwujud khair al ummah.15


15
Arifuddin, Metode Dakwah Dalam Masyarakat Plural, (Rabbani Press, 2012), h.

15
f) Menurut Umar dikutip oleh Sayyid Muhammad Alwi, dakwah

adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana menuju pada

jalan yang benar sesuai denganperintah Tuhan, untuk

kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.

g) Definisi lainnya dikemukakan Muhammad Munir, dakwah adalah

mengajak, mendorong, dan memotivasiorang lain berdasarkan

bashirah untuk meniti jalan Allah dan istiqomah di jalan-nya serta

berjuang bersama meninggikan Allah.

Berdasarkan pendapat-pendapat para tokoh tersebut dapat

disimpulkan bahwa dakwah pada dasarnya adalah usaha dan

aktifitas yang dilakukan secara sadar dalam rangka menyampaikan

nilai-nilai ajaran Islam baik dilakukan secara lisan, tertulis maupun

perbuatan sebagai realisasi amar ma’ruf nahi munkar guna

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Adapun tujuan Dakwah adalah agar memperoleh hasil tertentu

atas usaha yang dilakukan, artinya ada nilai tertentu yang

diharapkan dapat tercapai. Sebenarnya tujuan dakwah itu adalah

sama halnya diturunkannya ajaran Islam bagi umat manusia itu

sendiri, yaitu untuk membuat manusia memiliki kualitas akidah,

ibadah, serta akhlak yang tinggi. Senada dengan itu, H. M. Arifin,

menyatakan bahwa tujuan program kegiatan dakwah adalah untuk

16
menumbuhkan pengertian, kesadaran, penghayatan dan

pengamalan ajaran agama yang dibawakan oleh aparat dakwah. 16

Dengan demikian, tujuan dakwah ditekankan untuk sikap-sikap

mental dan tingkah laku manusia yang kurang baik menjadi lebih

baik atau meningkatkan kualitas iman dan Islam tanpa ada tekanan

dan paksaan dari siapapun. Begitu pentingnya tujuan dalam setiap

aktivitas, maka tujuan itu harus dirumuskan dengan baik sehingga

tujuan itu dapat dijadikan sebagai suatu ukuran keberhasilan atau

kegagalan.

Adapun mengenai sumber-sumber metode dakwah sebagai

berikut:

a) Al-Qur‟an

Di dalam Al-Qur‟an banyak sekali ayat yang membahas

tentang masalah dakwah. Di antara ayat-ayat tersebut ada yang

berhubungan dengan kisah para rasul dalam menghadapi

umatnya. Selain itu, ada ayat-ayat yang ditujukan kepada Nabi

Muhammad ketika beliau melancarkan dakwahnya. Semua ayat-

ayat tersebut menunjukkan metode yang harus dipahami dan

dipelajari oleh umat muslim.

b) Sunnah Rasul

Di dalam sunnah rasul banyak kita temui hadits-hadits yang

16
H.M. Arifin, Psikologi Dakwah; Suatu Pengantar Studi (Jakarta: Bumi Aksara,
1994),cet ke III h. 4.

17
berkaitan dengan dakwah. Begitu juga sejarah hidup dan

perjuangannya dan cara-cara yang beliau pakai dalam

menyiarkan dakwahnya baik ketika beliau berjuang di Makkah

maupun di Madinah. Semua ini memberikan contoh dalam metode

dakwahnya. Karena setidaknya kondisi yang dihadapi Rasulullah

SAW ketika itu dialami juga oleh juru dakwah yang sekarang ini.

c) Sejarah Hidup para Sahabat dan Fuqaha

Dalam sejarah hidup para sahabat-sahabat besar dan para

fuqaha cukuplah memberikan contoh baik yang sangat berguna

bagi juru dakwah. Karena mereka adalah orang yang expert

dalam bidang agama. Muadz bin Jabal dan para sahabat lainnya

merupakan figur yang patut dicontoh sebagai kerangka acuan

dalam mengembangkan misi dakwah.

Unsur-unsur dakwah adalah hal-hal yang tedapat dalam setiap

kegiatan dakwah, yakni subjek dakwah (dai), objek dakwah (mad‟u),

materi dakwah, metode dakwah, media dakwah, dan logistik dakwah.

Oleh karena itu, terdapat syarat-syarat psikologis yang sangat

kompleks bagi pelaksana yang sekaligus menjadi penentu dan

pengendali sasaran dakwah. Salah satu syarat yang paling penting

bagi seorang da’i adalah masalah moral atau akhlak, budi pekerti. 17

Dalam rangka menyusun strategi dakwah dewasa ini di tengah

kehidupan remaja yang kompleksitas dalam arus perubahan sosial


17
Ibid., h. 77

18
sebagai akibat kemajuan IPTEK tersebut, maka da’i sebagai pelaku

dakwah tidak bisa jalan sendiri-sendiri jika yang diharapkan hasil

yang memada’i.

Akan tetapi da’i sebagai subyek dakwah, secara kolektif melalui

lembaga dakwah melakukan tugas-tugas keumatan dalam bidang

dakwah secara proporsional, sehingga dengan demikian ada istilah

"ulama sarjana" yang artinya seorang ahli dalam bidang agama yang

juga memiliki pengetahuan dalam bidang keilmuan tertentu. Begitu

juga sebaliknya, dikenal pula istilah sarjana ulama, yakni sebagai

seorang ahli dalam bidang tertentu, tetapi melekat dalam dirinya

suatu prinsip agama.

3. Majelis Taklim

Menurut bahasa Majelis Taklim berasal dari kata bahasa Arab

yaitu dari kata majlis yang artinya tempat duduk. dan Taklim yang

artinya pengajaran. Jadi Majelis Taklim adalah tempat untuk

mengadakan pengajaran dan pengajian agama Islam. Pengertian

Majelis lainnya adalah tempat berkumpulnya sekelompok orang

untuk melakukan semua kegiatan, sehingga dikenal sebagai Majelis

semua Majelis syuro, Majelis hakim dan sebagainya. 18

Sedangkan kata Taklim berasal dari akar ‫ تعليم‬- ‫علم – يعلم‬


19
berarti mengajar. Dari beberapa pendapat tentang definisi Taklim,

18
Koordinasi Dakwah Islam (KODI) DKI Jakarta: Pedoman Majelis Taklim, (cet. ke-
2 1990) hal.5
19
Asad M. Kalali, Kamus Arab Indonesia, (cet. Ke; 2 Jakarta: Bulan Bintang, 1987),
hal. 8

19
maka dapat disimpulkan bahwa Taklim adalah suatu bentuk aktif

yang dilakukan oleh orang yang ahli dengan memberikan atau

mengajarkan ilmu kepada orang lain.20

Taklim diartikan sebagai proses pengajaran yang memperkuat

tingkat pemahaman masyarakat, sedangkan tarbiyah selain

mengandung pengajaran, juga mendorong manusia untuk

melaksanakanya dalam kehidupan sehari-hari. 21 Dari beberapa

definisi Taklim, maka dapat disimpulkan bahwa Taklim adalah bentuk

aktif yang dilakukan oleh orang yang ahli dalam memberikan atau

mengajarkan ilmu kepada orang lain.22

Pengertian Majelis yang lainnya adalah tempat berkumpulnya

sekelompok orang untuk melakukan suatu kegiatan, sehingga

dikenal sebagai Majelis, seperti Majelis syuro, Majelis hakim dan lain

sebagainya sedangkan secara istilah pengertian Majelis Taklim

adalah, Organisasi pendidikan luar sekolah (non formal) yang

bercirikan keagamaan Islam.23

Sedangkan yang dimaksud lembaga pendidikan Islam itu

sendiri adalah wadah atau sarana yang mengarahkan, membimbing,

dan meningkatkan pendidikan peserta didik melalui sistem

20
Koordinasi Dakwah Islam (KODI) DKI Jakarta: Pedoman Majelis Taklim, hal. 6
21
Sayyid Muhammad Nuh, penyebab gagalnya dakwah, (cet. V, Mesir: Daarul
Wafa 1993), hal. 50.
22
Muzayyin A. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, (cet. Ke; 1 Jakarta: Bumi Aksara,
1991) hal. 118 4
23
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (cet. Ke; 2 Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal.
76

20
pendidikan yang bernuansa Islam yang mengarah kepada manusia

berilmu serta berakhlak dan berkepribadian yang beriman dan

bertaqwa. Adapun lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada di

Indonesia cukup banyak, diantaranya :

a) Masjid ( surau, langgar, mushalla, dan muanasah )

b) Madrasah dan pondok pesantren

c) Pengajian dan penerangan Islam (Majelis Taklim)

d) Kursus-kursus keIslaman (training)

e) Badan-badan pembinaan rohani

f) Badan-badan konsultasi keIslaman

g) Musabaqoh tilawatil qur‟an.24

Majelis Taklim adalah wadah dimana sekumpulan jama‟ah

yang didalamnya terdapat tua dan muda untuk belajar ilmu, sipatnya

tidak formal atau tidak memakai kurikulum akan tetapi orang-orang

yang berada di majelis taklim belajar juga untuk menuntut

pengetahuan yang bersifat nonformal, tidak terukur umur, katakanlah

umumnya terbatas dan tidak pakai tingkatan akan tetapi pelajaran

dalamnya baik tua sama maupun yang muda, yang jelas menuntut

ilmu untuk kebutuhan hidup guna meningkatkan ketakwaan kepada

Allah Swt.

Majelis Taklim wadahnya potensial yang bisa digunakan untuk

24
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (cet. Ke; 2 Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal.
76

21
umat islam mengembangkan kretivitas kerohanian mereka dalam

hidup bermasyarakat. majelis taklim melalui berbagai macam

program kegitannya salah satunya menciptakan manusia yang

berkualitas secara rohani, Hal ini disebabkan majelis Taklim

berisikan ajaran islam yg harus dilaksanakan setiap umatnya.

Peran majelis taklim sebagai lembaga pendidikan nonformal

adalah sebagai berikut:

a) Majelis Taklim sebagai wadah pembimbing umat menuju iman

taqwa kepada allah Swt, dan tempat bertanya berbagai masalah

agama dan social yang berkembang.

b) Majelis Taklim sebagai wadah panutan atau contoh yang baik bagi

umat, di harapkan menjadi tauladan baik perbuatan maupun

ucapan semua majelis Talim itu ditengah-tengah masyarakat.

c) Majelis Taklim sebagai penyambung tugas penting bidang

pendidikan agama islam pada masyarakat pemberdayaan masjid

ditengah-tengah masyarakat baik yang berada dikota maupun

didesa serta dapat memberikan informasi tentang agama islam

dengan hikmah dan kebijaksanaan.

d) Majelis Taklim sebagai sosial control yg berfungsi memberikan

informasi dan masukan kepada semua pihak terkait kepada amar

ma‟rup nahi mungkar

4. Pengertian akhlak/Prilaku

Ada dua pendekatan yang digunakan untuk mendefinisikan

22
akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan), dan pendekatan

terminologik(peristilahan). Dari sudut kebahasaan, akhlak berasal

dari bahasa Arab, yaitu isimmasdar (bentuk infinitif) dari kata

akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan)

tsulasimazidaf’ala, yuf’ilu, if’alan yang berarti al-sayijah (perangai),

ath-thabiah (kelakuan, tabiat, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan,

kelaziman), al-maru’ah(peradaban yang baik), dan al-din (agama). 25

Kata akhlaq adalahjamak dari kata khilqunatau khuluqunyang

artinya sama dengan kata akhlaq sebagaimana yang telah

disebutkan diatas. Baik kata akhlaq atau khuluqkedua-duanya dapat

dijumpai pemakaiannya baik dalam al-Qur’an

‫وانك لعلى خلق عظيم‬

Terjemahannya; “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi

pekerti yang agung”26

Allah telah menjadikan engka u mempunyai rasa malu, mulia

hati, pemberani, pemberi maaf, dan segala akhlak yang mulia. 27

Tafsir ayat tersebut jelas bahwa Allah SWT telah memberikan sifat-

sifat akhlak pada diri manusia. Hanya saja manusia tidak

menggunakan akhlak yang telah diberi oleh Allah, malah manusia

cenderung mengikuti langkah syetan yakni berakhlak tercela.


25
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 1
26
Al-Qur’an Terjemah, Q.S. al-Qalaam, 68: 4 (Kudus: Menara Kudus, 1997), hlm.
565.
27
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT Karya Toha Putra
Semarang, 1974), hlm. 48

23
Di dalam ayat tersebut terdapat isyarat bahwa akhlak yang

mulia tidak akan berada bersama kegilaan. Semakin baik akhlak

manusia, maka akan semakin jauh ia dari kegilaan.28

‫ان هذا اال خلق االولين‬

Terjemahannya; “(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat

kebiasaan orang dahulu.29

Sedangkan menurut aspek terminologi, akhlak dikemukakan

oleh beberapa pakar, diantaranya:

a) Ibnu Miskawaih

Akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan

pikiran.

b) Imam Ghazali

Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang dari

padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan

tidak memerlukan pertimbangan pemikiran.

c) Prof. Dr. Ahmad Amin

Akhlak adalah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu

bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak. 30

5. Remaja

Masa remaja selalu dikenal dengan istilah masa yang unik dari
28
Ahmad Mustafa Al-Maragi, hlm. 49
29
Al-Qur’an Terjemah, Q.S. al-Syuara, 26: 137(Kudus: Menara Kudus, 1997), hlm.
374
30
Zahrudin AR dan HasanudinSinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 4

24
rangkaian tahapan perkembangan individu. Merupakan masa

peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana terjadi

perkembangan pada semua aspek dan fungsi untuk memasuki masa

dewasa.

Fase remaja merupakan periode kehidupan manusia yang

sangat strategis, penting dan berdampak luas bagi perkembangan

berikutnya. Namun individu terkadang banyak mengalami tantangan

dalam melewati masa tersebut sehingga bisa berdampak buruk bagi

perkembangan selanjutnya, sehingga dengan bimbingan dan arahan

yang tepat remaja akan tumbuh menjadi manusia dewasa yang

sempurna.

Istilah Remaja yaitu disebut “puber” dan “adolescent”,

umumnya ahli-ahli Eropa menggunakan istilah “puber” untuk

menyatakan masa di mana kematangan seksual tercapai yang

berlangsung kira-kira dari umur 12-18 tahun. Sedangkan istilah

“adolescent” dipakai untuk menyatakan masa peralihan ke maturity

(kemampuan untuk mengendalikan diri) yang berlangsung antara

umur 18-20 tahun atau lebih, atau disebut masa transisi dari anak

menjadi dewasa yang dimulai dengan tanda-tanda puberty dan

berakhir bila anak telah mencapai kematangan fisik dan psikis. 31

Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua

karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga

berada dalam golongan dewasaatau tua. Seperti yang dikemukakan


31
Simanjuntak, Psikologi Remaja, (Tarsito: Bandung, 1984), 83

25
oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja

menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena

remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki

status anak.

Menurut Sri Rumini & Siti Sundarimasa remaja adalah

peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami

perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa

dewasa.Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai

dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun

bagi pria.

Secara teoritis dan empiris dari segi psikologinya, rentang usia

remaja berada dalam usia 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun

bagi pria. Zakiah Daradjat membagi masa remaja menjadi dua tahap

yaitu: petama, masa remaja (13-16 tahun) dan kedua, masa remaja

akhir (17-21 tahun). Belakangan ini permasalahanremaja

berkembang lebih luas lagi, yakni meliputi pengertian yuridis,

sosiologis, moral, dan sosial. Jadi berarti perbuatan-perbuatan

tersebut manyalahi undang-undang yang berlaku sebagai hukum

positif, melawan kehendak masyarakat, tidak mengindahkan nilai-

nilai moral dan anti susila. Akibatnya perbuatan-perbuatan tersebut

sering menimbulkan keresahan di dalam keluarga, sekolah, dan

masyarakat.32

32
Sudarsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineke Cipta,
1990), hlm. 5.

26
Pembentukan akhlak remaja dapat diartikan sebagai usaha

sungguh-sungguh dalam rangka membentuk remaja dengan

menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram

dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Artinya

pembentukan akhlak dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak

hasil usaha pembinaan bukan terjadi dengan sendirinya. 33

Akhlak mempunyai objek yang luas karena berkaitan dengan

perbuatan dengan tingkah laku manusia, yang setiap perbuatan dan

tingkah lakunya akan masuk kedalam bagian-bagiannya, karena

manusia dalam hidupnya tidak lepas dengan aktivitas hubungan

sesama manusia.

Masa remaja adalah masa bergejolaknya bermacam perasaan

yang kadang- kadang bertentangan satu sama lain. Misalnya rasa

ketergantungan kepada Orangtua, belum dapat dihindari. Mereka

tidak ingin Orang tua terlalau banyak campur tangan dalam urusan

pribadinya.

Remaja terombang-ambing dalam gejolak emosi yang tidak

terbendung itu, yang kadang-kadang bisa membawa pengaruh

terhadap kesehatan jasmaninya.34

2. Kerangka Berfikir

33
Abuddin Nata, Op.Cit, hlm. 158.
34
Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya Offisct, 1994), hlm. 40-41

27
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Jenis Dan Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan deskriptif kualitatif. Karena kegiatan penelitian ini akan

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam

pendekatan deskriptif, data yang dikumpulkan adalah berupa kata-

28
kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu disebabkan oleh

adanya penerapan metode kualitatif.

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-

kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

Data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan

lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau memo,

dan dokumen resmi lainnya.35

Lexy J. Moleong yaitu Bogdan dan Taylor mendefinisikan

metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka

pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara

holistic (utuh).36

Jadi, dalam hal ini tidak Jadi penelitian ini akan berupaya

bagaimana “Efektivitas Dakwah Majlis Madhul Musthofa Dalam

Merubah Prilaku Remaja di Desa Montong Are Kecamatan Kediri

Kabupaten Lombok Barat” kemudian pengambilan sampel

dilakukan dengan snowball sampling.

2. Subyek Dan Obyek Penelitian

35
Basrowi Sukidin Metode Penelitian kualitatif Perspektif Mikro dan insane
cendikia, (Bandung: Rosdakarya, 2002), hlm. 1.
36
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya,
2002), hlm.119

29
a) Subyek Penelitian

Adapun subyek penelitian dalam penelitian ini,adalah Majlis

Madhul Musthofa dan remaja di Desa Montong Are Kediri

Lombok Barat

b) Obyek Penelitian

Adapun Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Efektivitas

Dakwah Majlis Madhul Musthofa Dalam Merubah Prilaku Remaja

di Desa Montong Are Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok

Barat

3. Kehadiran dan / atau Lokasi Penelitian

a) Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan

bantuan orang lain merupakan pengumpul data utama. Dalam

hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Lexy Moleong, kedudukan

peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus

merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,

penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil

30
penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian disini

tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses

37

penelitian.

Dengan demikian, kehadiran peneliti disamping sebagai

instrument juga menjadi faktor penting dalam seluruh kegiatan

penelitian ini. Karena kedalaman serta ketajaman menganalisis

data tergantung pada peneliti.

b) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di di Desa Montong Are

Kediri Lombok Barat. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian

didasarkan pada pertimbangan bahwa memudahkan peneliti

dalam mencari informasi pada pelaksanaan observasi dan

interview karena, peneliti termasuk anggota Majlis Madhul

Musthofa.

4. Sumber Data

37
Lexy Moleong, Metodologi …, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.
121.

31
Secara operasional sumber data adalah subjek dari mana

data dapat diperoleh.38 Dalam Lexy J. Meoleong, loflnd bahwa

sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen daan

sebagainya.39 Dari itu sumber data yang diperlukan dalam

penelitian ini ada dua macam yaitu sumber data primer dan sumber

data sekunder.

a) Data primer adalah data yang dihimpun secara langsung dari

sumbernya.40 Jadi sumber data primer penelitian ini adalah data

pokok yang diperoleh langsung. Adapun sumber data primer

adalah da’i yang berjumlah satu orang dan remaja yang

berjumlah 25 orang.

b) Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

atau melalui media perantara (dihasilkan pihak lain) atau

digunakan oleh lembaga lainnya yang merupakan bukan

pengelolanya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian

tertentu.41Data pendukung atau pelengkap untuk menguatkan

data sekunder ini berasal dari orang tua dari remaja tersebut dan

pengurus pengajian.

5. Tekhnik Pengumpulan Data

38
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 107.
39
Lexy J.Meoleong. Op.Cit.,hlm. 157.
40
Rosady Ruslan, Metodolongi Penelitian Publik Relation dn Komunikasi,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 138.
41
Ibid.

32
a) Observasi Observasi yaitu sebuah kegiatan pemuatan perhatian

terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh panca

indra.42 Jadi observasi adalah melaksanakan pengamatan

secara langsung kelapangan, meneliti gejala-gejala yang terjadi

yang ada kaitannya dengan “Efektivitas Dakwah Majlis Madhul

Musthofa Dalam Merubah Prilaku Remaja DiDesa Montong Are

Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat”.

Observasi dalam penelitian ini adalah menggunakan

observasi partisipan. Observasi partisipan, yaitu bila pihak yang

melakukan observasi (observer) turut serta atau berpartisipasi

dalam kegiatan yang sedang diobservasi (observee). Yang

diobservasi adalah tempat pengajian, rumah penduduk yang ada

remaja di dalamnya serta rumah da’i.

b) Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan

untuk tujuan peneliti dengan cara tanya jawab sambil bertatap

muka antara si pewawancara dengan responden dengan

menggunakan alat yang dinamakan interview guide ( pedoman

wawancara).43

Maksud si peneliti disini menyediakan terlebih dahulu

apa saja yang perlu dipertanyakan kepada respon dengan

42
. Moh Nasir, Metode Penelitian, (Darussalam : Ghalia Indonesia, 2009), hlm.
193
43
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D (Bandung:
Alfabeta, 2010), hlm. 197

33
mempertanyakan secara langsung kepada da’i, remaja dan

orang tua. Wawancara yang dipakai dalam penelitian adalah

wawancara tidak terstruktur.

Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang

telah tersusun sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan

datanya. Pedoman wawancara yang di gunakan hanya garis-

garis besar permasalahn yang akan di tanyakan. Metode ini

digunakan untuk mendapatkan data secara langsung tentang

“Efektivitas Dakwah Majlis Madhul Musthofa Dalam Merubah

Prilaku Remaja DiDesa Montong Are Kecamatan Kediri

Kabupaten Lombok Barat”.

Pedoman wawancara hanya memuat garis besar yang

akan di teliti. Yang diwawancara adalah da’i, remaja, orang tua,

dan tokoh masyarakat ataupun tokoh agama.

c) Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-

hal yang berupa catatan, transkip, buku, majalah, surat kabar,

dan sebagainya.44 Metode ini di gunakan untuk memperolehdata

dan dokumen yang ada kaitannya dengan penelitian,

dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar

hadir serta buku-buku serta catatan yang bersangkutan dengan

penelitian.

d) Analisis Data
44
Ibid., hlm. 146.

34
Analisis data ialah proses menyusun data yang diperoleh

dari lapangan penelitian, selanjutnya ditelaah, diperiksa

keabsahan datanya dan selanjutnya ditafsirkan untuk memberi

makna pada analisa. Analisa data ini dilaksanakan dengan tiga

cata, yaitu:

1. Reduksi data: Data yang diperoleh dari lapangan dalam

bentuk uraian yang sangat banyak. Data tersebut dirangkum

dan di pilih hal-hal yang pokok dan berkaitan dengan masalah,

sehingga memberikan gambaran tentang hasil pengamatan

dan wawancara.

2. Deskripsi data: Menggunakan dimensi secara sitematis,

secara deduktif dan induktif sesuai dengan sistematika

pembahasan.

3. Kesimpulan: Data yang difokuskan dan disusun secara

sistematis makna data yang bisa disimpulkan. 45

6. Teknik Validitas Data

Penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan untuk

menetapkan keabsahan data. Menurut Meolong (2017: 324)

pelaksanaan teknik keabsahan data didasarkan atas sejumlah

kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan, yaitu derajat

kepercayaan (credibility), keterahlian (transferability),

45
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi aksara,
2003), hlm. 641.

35
ketergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).Teknik pemeriksaan keabsahan data yang

digunakan dalam penelitian ini ialah dengan menggunakan

triangulasi sumber dan metode. Triangulasi dengan sumber yakni

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda.

Pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi

sumber ini, jadi untuk mengecek keabsahan data dengan cara

membandingkan antara informasi dari subyek dan informan.

Sedangkan triangulasi metode maksudnya yaitu pengecekan

derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dari beberapa

teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan

dari beberapa sumber data dengan metode yang sama. Dalam

penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan

dokumentasi.

Maka dalam pengecekan keabsahan data ini dengan cara

membandingkan data yang diperoleh melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi untuk memastikan bahwa data-data

yang diperoleh satu sama lain tidak bertentangan. Apabila data-

data tersebut saling bertentangan atau ada yang bertentangan

maka harus tetap ditelusuri perbedaan-perbedaan itu hingga

diketahui sumber perbedaanya kemudian dilakukan konfirmasi

antara informan dan sumber lain.

36
7. Tehnik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan

jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

nilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan

apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain.46

Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai

suatu metode dalam pencarian fakta status kelompok manusia,

suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu

peristiwa pada masa sekarang dengan interpretasi yang tepat.

Tahap analisis data, peneliti menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

 Editing Data

Editing adalah mengulang-ulang pengecekan data yang telah

diperoleh oleh peneliti berupa arsip-arsip, dokumentasi, dan

informasi-informasi yang lain. Pengecekan ini ditujukan untuk

memperbaiki kualitas data yang diperoleh.

 Kategorisasi

Kategorisasi adalah menyusun sekelompok yang masih

berisfat sementara, kemudian di verifikasikan informasi atau data

46
Lexy Moleong, Metodologi…, hlm. 248

37
tersebut ke dalam kesimpulan kategorisasi yang berbeda

berdasarkan pada pedoman tertentu. 47

 Penafsiran data

Penafsiran data dijabarkan ke dalam tujuan, prosedur,

peranan hubungan kunci, peranan interogasi data, dan langkah-

langkah penafsiran data dengan menggunakan metode analisis

komparatif. 48

 Pengecekan Keabsahan Data

Pengambilan data-data melalui tiga tahapan, diantaranya

tahapan pendahuluan, tahap penyaringan dan tahap melengkapi

data yang masih kurang. Pengecekan keabsahan data banyak

terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu jika terjadi

data yang tidak relevan dan kurang memadai maka akan

dilakukan penyaringan data sekali lagi di lapangan, sehingga

data tersebut memiliki kadar validitas yang tinggi.

Moleong menyebutkan bahwa dalam penelitian diperlukan

suatu teknik pemeriksaan keabsahan data. 49 Sedangkan untuk

memperoleh keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan

menggunakan teknik sebagai berikut.

47
Sugiono, metodologi penelitian pendekatan penelitian kualitatif, dan R&D
(Bandung alphabet: 2009). hlm. 171
48
Ibid. hlm. 171. 257
49
Lelxy L Moleong, hlm. 320

38
a. Presistent Observation (ketekunan pengamatan), yaitu

mengadakan observasi secara terus menerus terhadap objek

penelitian guna memahami gejala lebih mendalam terhadap

berbagai aktifitas yang sedang berlangsung di lokasi penelitian.50

b.Triangulasi, yaitu teknik mengecek data dari sumber yang sama

dengan waktu yang berbeda-beda dan triangulasi teknik adalah

mengecek data dari sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda-beda.51

c. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi, bahwa yang dimaksud

dengan pemeriksaan sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang

dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil

akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-

rekan sejawat.

Pada proses analisis data dalam memeriksa keabsahan data

peneliti menggunakan metode triangulasi. Adapun teknik triangulasi

yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Triangulasi sumber

Menurut Moleong, triangulasi dengan sumber adalah

membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

dalam penelitian kualitatif, mengecek data yang diperoleh dai

50
Djunaidi Gani dan Fauzan al Mansur. hlm. 321
51
Lelxy L Moleong, hlm. 373

39
seorang informan, kemudian data tersebut dicek dengan bertanya

pada informan lain secara terus menerus sampai terjadi

kejenuhan data artinya sampai tidak ditemukan data baru lagi. 52

b. Triangulasi dengan metode

Triangulasi dengen metode menurut Patton dalam

Moleong adalah sebagai berikut:

1. Derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa

teknik pengumpulan data, peneliti mengecek data atau

informasi yang diperoleh melalui metode wawancara kemudian

data tersebut dicek melalui observasi atau dokumentasi, dan

begitu juga sebaliknya.

2. Pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data

dengan metode yang sama, peneliti mengecek data atau

informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan seorang

informan. Kemudian data yang diperoleh tersebut dicek pada

informan yang bersangkutan pada waktu yang berbeda. 53

c. Triangulasi dengan teori

Triangulasi dengan teori menurut Lincoln dan Guba dalam

Moleong adalah berdasarkan anggapan bahwa fakta-fakta tidak

dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan salah satu teori. 54

52
Ibid, hlm. 373-374
53
Lelxy L Moleong 2002, hlm. 177
54
Ibid, hlm. 178

40
Dari pemaparan di atas, penelitian diarahkan untuk mencoba

mengungkapkan seberapa jauh dan mendalam Efektivitas Dakwah

Majlis Madhul Musthofa dalam Merubah Prilaku Remaja Di Desa

Montong Are Kediri Lombok Barat akan dipaparkan secara sederhana

namun mendalam dan langsung pada aspek yang diteliti. Metode

analisis ini juga peneliti gunakan untuk mendapatkan suatu gambaran

yang jelas yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti

yaitu Efektivitas Dakwah Majlis Madhul Musthofa dalam Merubah

Prilaku Remaja Di Desa Montong Are Kediri Lombok Barat, dan

kendala-kendala yang dihadapi oleh Efektivitas Dakwah Majlis Madhul

Musthofa dalam Merubah Prilaku Remaja Di Desa Montong Are Kediri

Lombok Barat.

41
DAFTAR PUSTAKA

Muzayyin A. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, cet. Ke; 1


Jakarta: Bumi Aksara, 1991 hal. 118 4

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, cet. Ke; 2 Jakarta: Bumi Aksara,


1995, hal. 76

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, cet. Ke; 4 Jakarta : Bumi Aksara,


1994, hal. 83-87

M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, hal. 89-91

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 1

Al-Qur’an Terjemah, Q.S. al-Qalaam, 68: 4 (Kudus: Menara Kudus,


1997), hlm. 565.

Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Semarang: PT Karya


Toha Putra Semarang, 1974, hlm. 48

Ahmad Mustafa Al-Maragi, hlm. 49

Al-Qur’an Terjemah, Q.S. al-Syuara, 26: 137Kudus: Menara Kudus,


1997, hlm. 374

Zahrudin AR dan HasanudinSinaga, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada, 2004, h. 4

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, h. 149

Abdulllah Salim, Akhlak Islam Membina Rumah Tangga dan

Masyarakat, Jakarta: Seri Media Da’wah, 1994, cet. IV, h. 155

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, hlm. 152

Simanjuntak, Psikologi Remaja, Tarsito: Bandung, 1984, 83

Zakiah Daradjat, Op.Cit., hlm. 114


Sudarsono. Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: Rineke
Cipta, 1990, hlm. 5.

42
Abuddin Nata, Op.Cit, hlm. 158.

Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, Bandung:


Remaja Rosdakarya Offisct, 1994, hlm. 40-41

Ibid., hlm. 46.

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja,


Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hlm. 38
Zakiah Daradjat, Op. Cit., hlm. 51.

Basrowi Sukidin Metode Penelitian kualitatif Perspektif Mikro dan


insane cendikia, Bandung: Rosdakarya, 2002, hlm. 1.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Rosdakarya, 2002, hlm.119
Lexy Moleong, Metodologi …, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2002, hlm. 121.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, hlm. 107.
Lexy J.Meoleong. Op.Cit.,hlm. 157.
Rosady Ruslan, Metodolongi Penelitian Publik Relation dn
Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008, hlm. 138.
Ibid.
Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D Bandung:
Alfabeta, 2010, hlm. 197
Ibid., hlm. 146.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta:
Bumi aksara, 2003, hlm. 641.
Lexy Moleong, Metodologi…, hlm. 248
Sugiono, metodologi penelitian pendekatan penelitian kualitatif,
dan R&D (Bandung alphabet: 2009). hlm. 171

43
LAMPIRAN

Pedoman Wawancara
Pertanyaan

1. Bagaimana efektivitas Majlis Madhul Mushafa dalam murubah

prilaku Remaja di desa Mntong Are?

2. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat Majlis Madhul

Musthafa dalam berdakwah dikalangan remaja?

3. Bagaimana perspektif masyarakat dengan adanya Majlis Madhul

Musthofa di Desa Montong Are?

44
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Muhammad Iskandar

Tempat, Tanggal Lahir :Banyu Urip 23 April 2001

Alamat Rumah : Dusun Pepekat, Desa Banyu Urip, Kec.

Praya Barat Lombok Tengah

Nama Ayah : Selamat

Nama Ibu : Nurmiati

B. Riwayat Pendidikan

1. Pendidikan Formal

a. SD/MI : SDN Pepekat, Banyu Urip ,Praya Barat


Lombok Tengah, tahun lulus : 2013

b. SMP/MTs : SMPN9 PRABAR, Banyu Urip Lombok


Tengah, tahun lulus : 2016

c. SMA/SMK/MA : MA Al-Ishlahuddiny, Kediri Lombok Barat,


tahun lulus : 2019

2. Pendidikan Nonformal

a. Pondok Asrama Diniyah Putra Al-Ishlahuddiny, Kediri, Lombok


Barat

b. Pondok Pesantren Thfizhul Qur’an Nurul Hamdalah Al-


Mubarakah, Ombe Bebae, KediriLombok Barat

45

Anda mungkin juga menyukai