Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Selama dua dasawarsa terakhir, kehidupan masyarakat memperlihatkan

peningkatan yang mencolok dalam kehidupan beragama. Salah satu hal yang paling

kelihatan adalah munculnya berbagai aliran agama dan kepercayaan. Dalam

kelompok-kelompok tersebut khususnya agama Islam terdapat misi yang bertujuan

untuk membawa kembali orang Islam pada ajaran sucinya yaitu syariah Islam

berdasarkan Al-quran dan Sunnah Rasul. Dalam pandangan Islam penerapan

syariah (Al-Quran dan Sunnah) secara ketat dalam seluruh aspek kehidupan

dikategorikan sebagai fundamentalis. Secara lebih tegas Bruinessen dalam

Kamaruddin (2011:434), menyatakan bahwa gerakan fundamentalis tersebut

berfungsi sebagai koreksi terhadap agama yang sudah mapan dan mengarah

langsung pada kesadaran keagamaan yang merupakan upaya untuk menyegarkan

dan menghidupkan kembali isi ajaran asli agama (Kamaruddin, 2011: 434) .

Di antara kelompok keagamaan yang banyak diminati dan menarik perhatian

semua kalangan khususnya umat muslim sekarang ini adalah Jamaah Tabligh.

Kelompok ini memiliki keunikan tersendiri dalam mensosialisasikan

pemahamannya yang tidak sama dengan kelompok keagamaan yang umum. Dalam

mensosialisasikan ajaran Islam sebagai misinya, Jamaah Tabligh berupaya

menampilkan perilaku dan menggunakan metode yang dipakai oleh Nabi

Muhammad s.a.w dan sahabatnya.


Jamaah Tabligh didirikan di anak Benua Hindia, tepatnya di kota Sahar

Nufur, setelah pendirinya membuka jalan tabligh yang menjadi cara dalam

berdakwah. Pendiri Jamaah Tabligh ini adalah Muhammad Ilyas Bin Syekh

Muhammad Ismail yang bermazhab Hanafi termasuk keluarga yang mengikuti

Tariqat al-Cristiyyah Ash Sufiyah. Mula-mula ia menuntut ilmu di desanya,

kemudian pindah ke Delhi sampai berhasil menyelesaikan pelajarannya di sekolah

Deoband. Sekolah ini merupakan sekolah terbesar untuk pengikut Imam Hanafi di

anak Benua India yang didirikan pada tahun 1293 H/1867 M (Mukhlis, 2011: 10).

Jamaah Tabligh dengan ajarannya yang selalu mengajak manusia

meningkatkan iman dan amal shaleh, sekarang sudah tersebar di seluruh

propinsi dan tanah air, masuk kawasan transmigrasi dan penjara. Ada di Aceh,

Medan, Lampung, Solo, Surabaya, Bandung, Semarang, Banjarmasin,

Balikpapan, Ujung Pandang sampai ke Manokwari (Mukhlis, 2011:16).

Di Aceh khususnya Aceh Besar, organisasi Jamaah Tabligh sudah dikenal

sejak tahun 1980. Untuk saat ini pusat dakwah Jamaah Tabligh berada di Desa Cot

Goh yaitu sebuah desa yang termasuk dalam Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh

Besar. Di Desa Cot Goh ini sistem koordinasi Jamaah Tabligh, dijalankan untuk

seluruh jamaah di seantero Aceh. Pada setiap malam jumat diadakan pertemuan

yang dihadiri oleh semua jamaah yang mungkin menghadirinya. Pertemuan itu

dikenal dengan uzlah, yakni pengasingan diri untuk beribadah kepada Allah dan

belajar ilmu agama.


Kepemimpinan Jamaah Tabligh di Aceh umumnya, Desa Cot Goh pada

khusunya, dipimpin oleh seorang amir. Sedangkan di bawah amir terdapat Faisalah.

Faisalah adalah pimpinan majelis di tingkat kabupaten. Namun Jamaah Tablig

khususnya yang ada di Aceh memiliki model pembagian wilayah sendiri yang

berbeda dengan wilayah geografis Pemda Aceh. Untuk wilayah Banda Aceh dan

Aceh Besar digabungkan dalam Faisalah Kutaraja. Di bawah Faisalah terdapat

Halaqah. Halaqah kemudian membawahi beberapa sub Halaqah. Sedangkan

struktur terendah dalam organisasi Jamaah Tabligh yang berpusat di Desa Cot Goh

ialah Mushalla/Mesjid atau Meunasah (Sadiqin, 2008: 164:165).

Desa Cot Goh, Montasik, Aceh Besar, sebagai pusat dakwah Jamaah

Tabligh adalah di sistem koordinasinya dijalankan untuk seluruh jamaah Jamaah

Tabligh di seluruh Aceh. Pada setiap kamis malam diadakan pertemuan yang

dihadiri oleh semua jamaah wilayah Kutaraja. Pertemnuan itu dikenal dengan

uzlah, yakni pengasingan diri untuk beribadah kepada Allah dan belajar berbagai

materi pelajaran agama. Pelaksanaan ajaran agama, terutama dalam hal ibadah,

sangat ditekankan kepada jamaahnya. Jamaah diharapkan melaksanakan ibadah-

ibadah kepada Allah, bukan hanya ibadah wajib, namun juga ibadah sunat sebanyak

mungkin.

Jamaah Tabligh percaya bahwa dengan ibadah inilah mereka akan dekat

dengan Allah dan Allah akan memberikan segalanya kepada hamba tersebut.

Salah satu aktifitas dakwah yang dilakukan oleh jamah adalah khuruj. Khuruj

merupakan aktifitas jamaah yang dilakukan di luar lingkungan aslinya untuk

berdakwah dan menebarkan ajaran Islam sebagaimana yang mereka yakini. Khuruj
dibagi tiga, berdasarkan lamanya waktu yang dibutuhkan. Khuruj tiga hari,

dilakukan selama tiga hari di mushalla di luar mushalla asalnya. Jamaah dari

musalla yang satu datang ke mushalla lain untuk menjadi dai dan menyampaikan

misi dakwah di lingkungan mushalla tersebut. Khusruj 40 hari dilakukan selama 40

hari (Sadiqin, 2008:1).

Dalam rangka mengembangkan pengaruhnya, para jamaah ini memiliki

metode tersendiri, yang jika kita perhatikan berbeda dengan metode yang dilakukan

oleh para organisasi agama lainnya. Mereka dalam mengembagkan pengaruhnya

menggunakan cara dakwah secara individu yaitu memberikan pengetahuan agama

untuk kemuslihatan umat. Hal ini kiranya perlu diadakan sebuah penelitian

bagaimana dan apa misi yang sebenarnya dari golongan ini.

Selain hal di atas, semakin meningkatnya jumlah pengikut Jamaah Tabligh

di Aceh, kiranya perlu juga diadakan suatu penelitian yang khusus. Hal ini menarik,

jika diperhatikan di lapangan, mereka yang jumlahnya minoritas jika dibandingkan

dengan pengikut aliran lainnya seperti Ahlussunnah Waljamaah dan

Muhammadiyah dapat bertahan dan bahkan semakin giat dalam menyerbarkan

dakwahnya. Hal yang menarik dari kelompok ini juga terlihat dari ciri-ciri khas

yang mereka perlihatkan seperti cara berpakaian (memakai jubah, ridak,

memelihara jenggot bagi laki-laki, memakai cadar bagi perempuan) yang agak

kelihatan asing bagi masyarakat Aceh terutama dari kalangan pengikut ulama

dayah. Selain itu, organisasi Jamaah Tabligh ini juga sudah memiliki badan

organisasi yang terstruktur serta mendapat perhatian di kalangan pemerintah

(Observasi, 20 Maret 2015).


Para anggota pengikut Jamaah Tabligh yang berpusat di Desa Lamme

Garot ini tidak hanya di dominasi oleh para jamaah laki-laki, melainkan juga

perempuan. Para jamaah perempuan juga berperan aktif dalam mengadakan

berbagai aktivitas keagamaan. Yang menariknya, jika pengikut laki-laki

mengadakan ativitasnya di mesjid-mesjid atau mussala, namun kaum perempuan

memiliki tempat tersendiri yaitu di rumah Ummi Rahti. Di tempat ini berbagai

aktivitas keagamaan dilakukan seperti pengajian bersama, tahlilan, membaca

samadiyah, membaca surat Yasin, tasbih dan amalan-amalan lainnya. Para jamaah

ini berdatangan dari berbagai kabupaten seperti Aceh Besar, Banda Aceh, Pidie,

Aceh Timur dan bahkan ada juga yang berasal dari daerah Barat dan Selatan.

Para mubaligh Jamaah Tabligh yang ada di Desa Lamme Garot ini juga

sering didatangi oleh pembesar-pembesar jamaah yang berasal dari luar negeri,

septi India dan Arab. Kedatangan mereka biasanya sengaja diundang oleh

masyarakat Lamme Garot terutama dalam mengisi pengajian-pengajian disetiap

bulan atau tahunnya. Keberadaan pengikut Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot

tidak saja berpengaruh terhadap kehidupan beribadah, melainkan juga membawa

beberapa perubahan dalam bidang adat dan budaya, seperti acara kenduri saat

adanya musibah kematian dan lain sebagainya.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik ingin mengadakan

suatu penelitian yang berjudul Perkembangan Komunitas Jamaah Tabligh di

Desa Lamme Garot (Cot Goh) Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar,

1980-2015.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan pokok

dalam penulisan ini yaitu perkembangan komunitas Jamaah Tabligh di Desa

Lamme Garot (Cot Goh) Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar, 1980-

2015. Untuk memudahkan penulisan, maka diajukan tiga pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimanakan sejarah masuk dan berkembangnya kominitas

Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot (Cot Goh) Kecamatan

Montasik, Kabupaten Aceh Besar ?

2. Apa saja aktivitas sosial keagamaan yang dilakukan oleh komunitas

Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot (Cot Goh) Kecamatan

Montasik, Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015 ?

3. Apa saja yang menjadi kendala perkembangan komunitas Jamaah

Tabligh di Desa Lamme Garot (Cot Goh) Kecamatan Montasik,

Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan petanyaan penelitian di atas, maka terdapat tiga

tujuan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Ingin mendeskripsikan sejarah masuk dan berkembangnya

kominitas Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot (Cot Goh)

Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar.


2. Untuk menjelaskan aktivitas sosial keagamaan yang dilakukan oleh

komunitas Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot (Cot Goh)

Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015.

3. Untuk menganalisis kendala-kendala perkembangan komunitas

Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot (Cot Goh) Kecamatan

Montasik, Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis,

Manfaat secara teoretis, kajian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi positif bagi perkembangan khazanah ilmu pengetahuan

khususnya sejarah. Serta dapat memperkaya penulisan sejarah lokal

tentang perkembangan Jamaah Tabligh. Selain itu hasil penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi penulis lainnya

yangb ingin mengadakan penelitian.

1.4.2 Manfaat Praktis,

1) Bagi Masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat

menambah ilmu dan memperluas wawasan dalam bagi umat

Islam, khususnya yang ada di Aceh untuk menerapkan ajaran-

ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.


2) Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan rujukan untuk mengadakan penelitian selanjutnya.

Khususnya berkenaan dengan Jamaah Tabligh di Aceh.

1.5 Anggapan Dasar

Wasty Soemanto (2004: 13-14), mengemukakan bahwa anggapan

dasar ialah pernyataan-pernyataan teoretis yang didasari pemikiran ke arah

ditemukannya jawaban-jawaban sementara atas masalah untuk diuji

kebenarannya (hipotesis), atau dengan kata lain rumusan anggapan daras

berupa pernyataan kebenaran teoritis/konsepsional yang dijadikan landasan

bagi upaya mencari jawaban-jawaban atas masalah penelitian. Jadi anggapan

dasar dalam penelitian ini adalah Sebahagian masyarakat Kecamatan

Montasik, Aceh Besar adalah pengikut aliran Jamaah Tabligh.

1.6 Hipotesis

Hipotesis adalah semacam proposisi, asumsi tentative untuk menguji

kesesuaian dengan fakta-fakta; sebuah prediksi yang diberikan yang menjadi

dasar untuk penelitian lebih lanjut. Hipotesis mengatur dan memberikan arah

kepada suatu penelitian. Hipotesis adalah sentral dalam proses berfikir

reflektif. Singkatnya hipotesis adalah semacam jawaban sementara terhadap

sesuatu masalah (Helius Sjamsuddin, 2007 : 49-50). Yang menjadi hipotesis

dalam penelitian ini ialah:


1. Masuk dan berkembangnya aliran Jamaah Tabligh di Desa Lamme

Garot Kecamatan Montasik, Aceh Besar, 1980-2015 dapat diterima

baik oleh sebagian masyarakat karena ajarannya membawa ke jalan

yang sesuai dengan tuntutan al-quran dan sunnah Rasul.

2. Aktivitas sosial keagamaan masyarakat di Desa Lamme Garot

Kecamatan Montasik, Aceh Besar, dipengaruhi oleh sebab

berkembangnya aliran Jamaah Tabligh.

3. Kuatnya pengaruh aliran organisasi lain seperti PERTI (Persatuan

Tarbiyah Islamiah) dan Muhammadiyah merupakan kendala utama

berkembangnya organisasi Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot

Kecamatan Montasik, Aceh Besar, 1980-2015.

1.7 Defenisi Istilah

1.7.1 Perkembangan

Perkembangan adalah perihal berkembang. Selanjutnya, kata

"berkembang" menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ini berarti mekar

terbuka atau membentang; menjadi besar, luas, dan banyak, serta menjadi

bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan

sebagainya.

1.7.2 Komunitas

Komunitas adalah sekumpulan orang yang hidup di satu wilayah dan

memiliki ikatan untuk melakukan interaksi satu sama lain.


1.7.3 Jamaah Tabligh

Secara bahasa Jamaah tabligh berasal dari bahasa Arab. Kata jamaah

artinya kumpulan, sedangkan tabligh artinya menyampaikan. Secara istilah

Jamaah tabligh adalah gerakan keagamaan yang terdiri sekumpulan orang

Islam dengan tujuan mengajak seluruh orang Islam agar melakukan ibadah

secara sempurna atau keseluruhan sesuai Al-Quran dan Assunah (Khasanah,

dkk, 2011:2).

1.8 Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini nanti, penulis akan membagi ke dalam lima

bab, dengan uraian di bawah ini:

Bab I menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, anggapan dasar, hipotesis, definisi istilah dan sistematika penulisan.

Bab II menguraikan tentang tinjauan pustaka atau kajian sebelumnya tentang

perkembangan komunitas Jamaah Tabligh di Aceh pada umumnya dan Desa

Lamme Garot (Cot Goh) Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar pada

khususnya.

Bab III menguraikan tentang metode penelitian, pendekatan dan jenis

penelitian, lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis

data.
Bab IV menguraikan secara rinci tentang hasil penelitian tentang

perkembangan komunitas Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot (Cot Goh)

Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015, yang terdiri dari sejarah

masuk dan berkembangnya komunitas Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot (Cot

Goh) Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar, aktivitas Jamaah Tabligh dalam

bidang sosial keagamaa dan kendala dalam perkembanganya.

Bab V merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-

saran yang dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebagaimana oranisasi-organisasi lain dalam Islam, Jamaah Tabligh juga

sudah banyak mendapat perhatian di kalangan penulis. Di ataranya Muhammad

Mukhlis dalam karyanya yang berjudul Telaah Hadis-Hadis Yang Digunakan

Sebagai Hujjah Jamaah Tabligh Masjid Jamikebon Jeruk Jakarta Barat

dikatakan bahwa Jama'ah Tabligh adalah Jama'ah Islam, yang sumber ajaran

utamanya adalah al-Qur'an dan al-Sunnah. Sedangkan tarqat-nya Ahl al-Sunnah

Waal Jama'ah. Jama'ah ini banyak dipengaruhi ajaran tasawuf dan tarqat, seperti

Tarqat Justiyah di India, yang dibangun oleh Abu Ahnad Abdal Al Jasti. Di antara

para jama'ah ada yang berkeyakinan ajaran Jama'ah Tabligh pemikirannya

diambil dari Jamaah al-Nur di Turki. Ustadz Muslim, salah seorang anggota

Majlis Syuro Jama'ah Tabligh Kebon Jeruk, mengatakan, ada sebagian jama'ah yang

'khuruj fisabilillah yaitu di daerah Palembang dan sekitarnya. Di kawasan ini para

jama'ah mendapat sebutan istilah "Majlis Talim/Jamaah Al-Quran", hal ini

dikarenakan setiap karkun (istilah tabligh) selalu membawa al-Qur'an kecil di

sakunya setiap waktu, yang tidak pernah terlepas. Ini merupakan kebiasaan para

jama'ah selalu membaca alQur'an dalam setiap waktu, baik pada saat mujahadah

atau keluar fisabilillah juga saat mereka kembali ke masyarakat (Mukhlis, 2011: 18).
Permasalahan mengenai Sistem Organisasi Jamaah tabligh, pernah pula

ditulis oleh Mutiatul Khasanah dalam karyanya Jamaah Tabligh disebutkan

sebelumnya tujuan dari Jamaah Tabligh adalah untuk berdakwah atau

menyampaikan. Mereka mengatur dakwah dakwah ketika tiba di suatu negara,

maka diaturlah semua oleh penanggung jawab negara yang disinggahi. Kemudaian

setiap negara mempunyai markas nasional yang membawahi markas regional atau

daerah. Kemudian markas regional memiliki markas markas kecil. Apabila setelah

selesai berdakwah mereka memberi laporan pada Amir (Ketua) markas kecil yang

kemudian dilaporkan ke markas regional lalu dilaporkan lagi ke markas nasional dan

terakhir laporan diterima di masyarakat internasional. Adapun dana mereka berasal

dari jamaah tabligh dengan sukarela. Dan setiap anggota jamaah harus melakukan

khuruj atau melakukan dakwah dalam seumur hidup boleh Khuruj 4 bulan atau 40

hari atau 3 hari dalam 1 bulan dalam 1 tahun, tergantung kemampuan dari masing

masing anggota 11 (Khasanah, 2011: 6).

Pada bagian lain Khasanah (2011: 6) juga menjelaskan tentang hubungan

Jamaah Tabligh dengan masyarakat sekitar. Dijelaskan bahwa Jamaah tabligh

memiliki kepekaan sosial tinggi dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini dibuktikan

dengan hadir dan ikut membantu masyarakat dalam kegiatan kegotongroyongan

seperti bersih-bersih desa atau kegiatan lainnya termasuk juga mereka ikut

menghadiri acara tahlilan, tasyakuran.

Mereka tidak membersikan tempat orang yang baru saja sholat di tempat

mereka dan juga tidak mencuci kembali jika jemuran baju mereka diangkat orang

lain atau bukan golongan mereka. Mengenai kegiatan sosial terhadap bencana alam
Jamaan Tabligh secara individu memberi bantuan secara fisik. Namun juga mereka

memberi bantuan yang sifatnya non fisik seperti tausiyah (nasehat ajaran agama

Islam) karena menurut mereka bencana itu datang karena 3 hal yaitu tidak ada orang

yang memakmurkan masjid, orang yang sholat tengah malam dan enggan

bersilaturahmi.

Berikutnya Kamaruddin dalam karyanya yang berjudul Dampak Sosial

Jamaah Tabligh di Kota Makasar. Yang menarik dalam karyanya disebutkan

tentang karakteristik Jamaah Tabligh. Dijelaskan bahwa: Khuruj dan Jaulah adalah

dua karakteristik utama bagi Jamaah Tabligh. Model Sosialisasi Khuruj berarti

keluar berdakwah di jalan Tuhan dengan meninggalkan keluarga, anak, istri,

pekerjaan, harta dan menuju ke segala penjuru dunia dan menemui umat Islam

lainnya dan mengajaknya ikut serta dalam kegiatan dakwah Jamaah Tabligh dengan

jadwal empat bulan untuk seumur hidup, 40 hari pada tiap tahun, tiga hari setiap

bulan, atau dua kali berkeliling pada tiap minggu. Pertama, dengan menetap pada

suatu daerah dan yang kedua dengan cara berpindah-pindah dari suatu daerah ke

daerah yang lain. Hadir pada dua majelis ta'lim setiap hari, majelis ta'lim pertama

diadakan di masjid sedangkan yang kedua diadakan di rumah. Meluangkan waktu 2,5

jam setiap hari untuk menjenguk orang sakit, mengunjungi para sesepuh dan

bersilaturrahmi, membaca satu juz Al-quran setiap hari, memelihara dzikir-dzikir

pagi dan sore, membantu para Jamaah yang khuruj, serta i'tikaf pada setiap malam

Jum'at di markas. Sebelum melakukan khuruj, mereka selalu diberi hadiah-hadiah

berupa konsep berdakwah yang disampaikan oleh salah seorang anggota jamaah

yang berpengalaman dalam hal khuruj. Tujuan khuruj ini bukanlah semata-mata agar
orang lain memperoleh hidayah dan untuk memperbaiki orang lain, tetapi yang

terpenting adalah agar dapat memperbaiki diri sendiri, dan dapat meningkatkan

kedekatan dan keimanan kepada Tuhan. Selama melakukan khuruj tersebut, sebagian

besar waktu dipergunakan untuk membaca buku-buku agama dan duduk

bersamasama dengan kawan lain yang selalu berbicara tentang Allah dan Rasul-Nya,

berdzikir, berfikir, dan memperbanyak shalawat kepada Rasulullah saw, juga

memperbanyak istighfar atas dosa-dosa atau dengan menghabiskan waktu untuk

duduk dalam majelis talim wa talum. Tetapi, bila ada waktu luang dari kesibukan

agama seperti di atas, agar sedapat mungkin menghindari hal-hal yang merugikan

seperti berbohong, menceritakan keburukan orang lain, bertengkar, bermain-main,

dan bersenda gurau dengan gelak tawa tanpa ada sebab.

Selain khuruj, dikenal juga kegiatan Jaulah atau keliling-keliling yaitu

mendatangi orang-orang Islam yang ada di sekitar masjid tempat rombongan

menginap dan mengajak mereka untuk ke masjid mengadakan shalat berjamaah dan

jaulah ini dilakukan dengan berjalan kaki. Menurut Maulana Ibrahim Karena

Jaulah merupakan ujung tombak dakwah maka dalam keadaan bagaimanapun harus

tetap dikerjakan, agar muncul sifat istiqomah dalam setiap saat dan keadaan

(Kamaruddin, 2011: 439).

Untuk wilayah Aceh Khususnya Aceh Besar, kajian tentang Jamaah Tabligh

bisa dikatakan masih sangat minim. Hal ini terlihat dari kurangnya referensi yang

terdapat di berbagai perpustakaan. Hasil penelusuran terhadap berbagai perpustakaan

penulis hanya menemukan satu referensi tentang kajian secara umum mengenai

Jamaah Tabligh yang ada di Aceh Besar. Ilmuan yang menulis aspek itu ialah Sehat
Ihsan Sadiqin. Dalam karyanya yang berjudul Tasawuf Aceh mengupas tentang

dokrin yang dijadikan pengangan oleh Jamaah Tabligh di Aceh Besar. Berdasarkan

hasil karya itu dikatakan bahwa terdapat enam dasar dokrin dakwah dalam Jamaah

Tabligh, empat di antaranya ialah:

1. Setiap muslim wajib mampu mengucapkan kalimah syahadah dengan

benar. Ini menjadi paling penting mengingat syahadat adalah aspek

terpenting dalam Islam. Ia menjadikan Allah sebagai Tuhan sejati dan

menafikan Tuhan selain Dia.

2. Umat Islam wajib mempelajari bagaimana mengucapkan kalimat-kalimat

dalam shalat dengan benar dan sesuai dengan aturan ritual yang telah

ditetapkan. Hal ini diperlukan sebagai upaya untuk menjadikan shalat

sebagai sebuah sarana menghadirkan Allah dalam kehidupan nyata

seseorang muslim dan menjadikannya sebagai pribadi yang rendah hati

dan hidup sederhana.

3. Seseorang muslim hendaknya mengetahui dan mengamalkan berbagai

masalah fundamental dalam Islam, serta selalu berdzikir kepada Allah.

4. Setiap muslim wajib menjaga kesopanan, menghargai serta menghormati

muslim yang lain (Sadiqin, 2008: 166).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Jane

Richie dalam Maleong Laxy (2007:6), penelitian kualitatif adalah upaya

untuk menyajikan dunia social, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi

konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti.

Senada dengan itu Maleong sendiri mengemukakan bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang bermaksut untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan dan lain-lain.

Metode yang pakai ialah metode sejarah kritis. Metode Sejarah adalah

proses menguji dan menganalisis secara rekaman dan peninggalan masa

lampau. (Gottschalk, 2006:39). Karena metode memerlukan prosedur atau

langkah kerja, maka penulis mengambil prosedur atau lakah kerja yang

dikemukakan oleh Kuntowijoyo dalam buku Pengantar Ilmu Sejarah yaitu:

1) Pemilihan Tema, 2) Mengumpulkan Sumber (heuristik), 3) Kritik Sumber

(verifikasi), 4) Penafsiran atau Analisis (ferefikasi) dan 5) Penulisan Sejarah

(historiografi).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini diadakan di Desa Lamme Garot (Cot Goh) Kecamatan

Montasik, Kabupaten Aceh Besar. Pemilihan lokasi ini didasari oleh karena

Desa Lamme Garot ini merupakan pusat para komunitas Jamaah Tabligh yang

berdatangan dari berbagai daerah untuk mengadakan berbagai aktivitas

organisasi keagamaannya. Waktu penelitian sudah dimulai sejak proposal

penelitian ini dibuat 30 Januari 2015, direncanakan hingga selesai di awal

Oktober 2015.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data yang akan penulis lakukan

dalam penelitian ini, yaitu:

3.3.1 Wawancara

Menurut Hadari Nawawi (2007: 118), wawancara ialah usaha

mengumpulkan informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara

lisan, untuk dijawab secara lisan pula. Secara sederhana wawancara diartikan

sebagai alat pengumpul data dengan mempergunakan tanya jawab antar

pencari informasi dan sumber informasi.

Dalam kegiatan ini penulis akan mengadakan wawancara terbuka dan

mendalam yaitu memberikan pertanyaan menyangkut tentang perkembangan

komunitas Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot (Cot Goh) Kecamatan

Montasik, Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015, kepada informan dengan


terlebih awal mempersiapkan instrumen wawancara. Selain itu juga perlu

dipersiapkan alat wawancara baik berupa buku catatan maupun tape recorder

atau alat perekam guna memperoleh data yang lebih komprenship dan valid.

Adapun informan yang akan diwawancari terdiri dari para ketua Jamaah,

pengikut Jamaah Tabligh, , tokoh-tokoh masyarakat dan para dan pihak

pemerintahan seperti geuchik Desa Lamme Garot (Cot Goh) yang dianggap

memiliki pengetahuan tentang objek yang diteliti.

3.3.2 Studi Kepustakaan.

Pada kegiatan studi perpustakaan sangat penting dalam penelitian

suatu peristiwa. Dalam hal ini penulis akan terlebih dahulu mengumpulkan

berbagai literatur bacaan baik berupa buku, jurnal, majalah, skripsi, tesis dan

yang sejenis nya. Hal ini di lakukan untuk mengetahui informasi awal tentang

perkembangan komunitas Jamaah Tabligh di Aceh pada umumnya dan

perkembangan komunitas Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot (Cot Goh)

Kecamatan Montasik pada khususnya. Studi perpustakaan ini dilakukan di

berbagai perpustakaan seperti Perpustakaan Pasca UIN Ar-Raniry, Badan

Arsip dan Perpustakaan Wilayah Banda Aceh, Perpustakan UIN Ar-Raniry

dan Perpustakaan Universitas Syiah Kuala.

3.3.3 Obesrvasi.

Dalam kegiatan observasi ini penulis akan ikut secara fasif dalam

berbagai bentuk aktivitas yang dilakukan oleh para Jamaah Tabligh tersebut.

Hal ini penting karena untuk memperkuat data yang sudah dikumpulkan.
3.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data akan dilakukan dengan cara: Setelah semua data

atau sumber primer dan sekunder terkumpul, maka akan diadakan kritik

dengan cara mengklasifikan dan membandingkan antara data yang satu

dengan data lainnya. Guna memperoleh sumber yang otentik atau dapat

dipercaya (asli), setelah data otentik diperoleh, maka penulis akan

mengadakan interpretasi (penafsiran) guna mendapatkan fakta-fakta tentang

Perkembangan Komunitas Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot (Cot Goh)

Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015. Setelah fakta

diperoleh, fakta itu kemudian dikait-kaitkan serta menuangkan fakta itu ke

dalam bentuk tulisan cerita sejarah yang bersifat kronologis (sesuai urutan

waktu).
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Letak Geografis Desa Lamme Garot (Cot Goh) Kecamatan Montasik,
Kabupaten Aceh Besar.
Desa Lamme Garot merupakan salah satu desa yang terdapat dalam

pemukiman Bukit Baro Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi

Aceh. Pemukiman Bukit Baro terdiri dari 14 desa, yaitu: Desa Atong, Desa Bak

Cirih, Desa Bira Cot, Desa Bira Lhok, Desa Bueng Tujoh, Desa Empee Tanong,

Desa Lamme Garot, Desa Meunasah Tutong, Desa Peurumping, Desa Reudeup,

Desa Teubang Phui Baro, Desa Teubang Phui Mesjid, Desa Warabo, dan Desa

Weu Bada.

Secara seografis Desa Lamme Garot dapat dideskripsikan sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Teubang Phui

Mesjid

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Weu Bada

- Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Lamme Garot

- Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Redeup

4.1.2 Kehidupan Sosial Keagamaan


Masyarakat yang tinggal di Desa Lamme Garot Kecamatan Montasik,

Kabupaten Aceh Besar adalah masyarakat seratus persen (100%) memeluk

agama Islam. Dalam kehidupan sosial keagamaan mereka jalankan sesuai

dengan perintah Allah dan Rasulnya. Masyarakat di Desa Lamme Garot

aktivitas keagamaan bisa dikatakan masih kuat hal ini dapat dibuktikan

dengan masih berjalannya sholat berjamaah di mesjid-mesjid atau musolla-

musalla yang terdapat di desa itu.

Selain itu di Desa Lamme Garot juga sering diadakan pengajian-

pengajian rutin di malam-malam tertentu, seperti malam kamis dan jumat.

Pengajian ini diisi oleh para ulama atau ustadz guna memberikan ceramah

rohani bagi masyarakat setempat. Aktivitas keagamaan lainnya juga sering

diadakan acara-acara memperingati hari besar Islam (PHBI), seperti

memperingati maulid Nabi Muhammad, memperingati hari Isra Miraj,

memperingati 10 Muharram dan lain-lain. Hal ini semua menunjukkan bahwa

masyarakat Desa Lamme Garot masih menganut Islam yang bermazhaf

Syafii.

4.2 Perkembangan Kominitas Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot (Cot


Goh) Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar.

4.2.1 Sejarah Singkat Lahir dan Berkembangnya Jamaah Tabligh

4.2.1.1 Awal Mula Berdirinya Jamaah Tabligh

Jamaah Tabligh didirikan pada akhir dekade 1920-an oleh Maulana

Muhammad Ilyah Kandhalawi di Mewat, sebuah provinsi di India. Nama


Jamaah Tabligh hanyalah merupakan sebutan bagi mereka yang sering

menyampaikan, sebenarnya usaha ini tidak mempunyai nama tetapi cukup

Islam saja tidak ada yang lain. Bahkan Muhammad Ilyas mengakatan

seandainya aku harus memberikan nama pada usaha ini, maka akan aku beri

nama gerakan iman.

Gerakan dakwah tabligh Syeikh Maulanan Ilyas dimulai pada tahun

1337 H. Saat itu Syeikh Maulana Ilyas sedang melakukan perjalanan dalam

rangka kunjungan ke Mewat. Saat itu ia melihat penyimpangan ajaran Islam

yang dilakukan masyarakat Mewat, dari ajaran Islam yang sebenarnya. Mereka

mencampuradukkan antara ajaran Islam dan Hindu, seperti memohon kepada

Dewa Brahmana untuk menentukan tanggal perkawinan mereka,

mencampuradukkan hari besar Islam dengan hari besar Hindu, seperti Janam,

Desehra dan Diwali. Menurut Major Powlet, bahwa orang-orang Mewat

tabiatnya seperti orang-orang Hindu. Jarang terlihat mesjid di kampung

mereka. Dari lima puluh kampung, hanya ada delapan mesjid, yang banyak

justru kuil-kuil yang merupakan kuil-kuil Hindu.

Al-Syaikh Syaifurrahman bin Ahmad Al-Dihlawi mengatakan:

Ketika Muhammad Ilyas melihat manyoritas orang Mewat jauh


dari ajaran Islam, berbaur dengan orang-orang Majusi, para penyembah
berhala Hindu, bahkan bernama dengan nama mereka, serta tidak lagi
keislaman yang tersisa, kecuali hanya nama dan keturunan, kemudian
kebodohan yang kian merata, tergeraklah hati Muhammad Ilyas. Pergilah
ia dengan Syeikhnya dan Syeikh terdekatnya, seperti Rasyid Ahmad Al-
Kanhuli dan Asyraf Ali At-Tabhawi untuk membicarakan permasalahan
ini. Dan ia pun akhirnya mendirikan gerakan tabligh di India, atas
perintah dan arahan dari para Syeikhnya tersebut.
Dalam waktu kurang dari dua dekade, Jamaah Tabligh berhasil

berjalan di Asia Selatan. Dengan dipimpin oleh Maulana Yusuf, putra

Muhammad Ilyas sebagai amir/pimpinan yang kedua, gerakan ini mulai

mengembangkan aktivitasnya pada tahun 1946, dan dalam waktu 20 tahun,

penyebarannya telah mencapai Asia Barat Daya dan Asia Tenggara, Afrika,

Eropa dan Amerika Utara. Sekali terbentuk dalam suatu negara, Jamaah

Tabligh mulai membaur dengan masyarakat lokal. Meskipun negara barat

pertama yang berhasil dijangkau Tabligh adalah Amerika Serikat, tetapi

fokus utama mereka adalah di Britania Raya, mengacu kepada populasi padat

orang Asia Selatan di sana yangg tiba pada tahun 1960-an dan 1970-an (Fikri

Rivai, 2010: 42-43).

4.2.1.2 Jamaah Tabligh di Indonesia


Pusat kegiatan Jamaah Tabligh di Indonesia terletak di Masjid tua,

kebon jeruk, Jalan Hayam Wuruk di Jakarta, disinilah tempat berkumpulnya

anggota Jamaah Tabligh yang berasal dari seluruh pelosok tanah air maupun

dari luar Indonesia. Pemimpin Jamaah tablaighnya berkedudukan sebagai

penanggung jawab atau yang lebih dikenal Ahli Syura yang bertugas

menyeleksi anggota yang bersedia khuruj sesuai daerah tujuan dan biasanya

yang menjadi ketua musyawarahnya berasal dari penanggung jawab terpilih

pada setiap malam jumatnya.


Hal itu berarti ketua musyawarah kedudukannya bisa berganti-ganti

sesuai waktu senggang yang dimiliki masing masing penanggung jawab.

Adapun penanggung jawab pusatnya adalah H. Ahmad Zulfaqar, H. Cecep

Firdaus, Mohammad Muslihuddin, Dr.A.A.Noor, Syamsuddin Abdulloh, Ir.

A.Aminuddin Noor dan Mohammad Sani Ilyas. Selain itu organisasi ini

memiliki 2 Pondok sentral di Indonesia yang memiliki banyak cabang di

wilayah tanah air yaitu:

1) Pondok Pesantren Alfalah di Desa Temboro, Kecamatan Keras,

Kabupaten Magelang, Jawa timur. Dengan jumlah santri kurang

lebih 11.000 orang.

2) Pondok Pesantren Sirojul mukhlisin didaerah Kerincing,

Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Jawa tengah. Kegiatan

pertemuan (Ijtima) tahunan anggota Jamaah Tabligh yang sudah

dilaksanakan di Indonesia diantaranya adalah tahun 2007 di

Ancol, tahun 2008 dan 2009 di perumahan BSD, Tangerang dan

tahun 2011 dibekas pabrik mobil Timor, Karawang, yang mana

lahan tersebut pemberian Tomi Suharto, sebagai bentuk

simpatinya terhadap Jamaah Tabligh.

4.2.1.3 Sejarah Singkat Masuk dan Berkembangnya Jamaah Tabligh


di Desa Lamme Garot Kecamatan Montasik, Aceh Besar.

Jamaah Tabligh sudah ada di Desa Lamme Garot sejak tahun 1980-an

dengan pusat aktivitasnya di Mesjid Jami Cot Goh yang terdapat di


Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar. Menurut Rizki Jamaah Tabligh

merupakan sebuah pergerakan Islam yang bertujuan untuk membangkitkan

jiwa spiritual dalam diri dan kehidupan masyarakat. Jadi tidak heran jika di

Desa Lamme Garot sering dijumpai jamaah yang berpakaian jubah selutut ala

Pakistan, mengingat pergerakan ini muncul pertamakali di Asia Selatan

(Wawancara: Rizki Febrian).

Menurut hasil wawancara dengan Rizki, penulis juga memperoleh

informasi bahwa kehadiran Jamaah Tabligh di mesjid Cot Goh Kecamatan

Montasik tidak lepas dari peran seorang tokoh yang bernama Raudhi, putra dari

mantan camat Montasik yang disegani warga saat itu. Sehingga dalam waktu

singkat gerakan tersebut langsung diterima warga dan menyebar cepat hingga

ke luar Montasik. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan pengaruh ayahnya

yang menjadi pemimpin di Kecamatan Montasik saat itu, sehingga ketika ustad

Raudhi membawa gerakan Islam ini tidak ada tantangan yang oleh warga

masyarakat setempat (Wawancara: Rizki Febrian).

Jika ditilik dari sejarah silam, Kecamatan Montasik dapat dikatakan

sebagai kawasan yang rentan dengan kriminalitas. Mulai dari premanisme,

perjudian, dan kegiatan kriminal lainnya. Namun itu semua berubah sejak

Jamaah Tabligh mulai masuk ditahun 1980-an dan meresap dalam kehidupan

keseharian masyarakat (Wawancara: Muslim).

Tempat yang dijadikan sebagai pusat dakwah para jamaah ialah Mesjid

Jamik Cot Goh. Mesjid Jamik difungsikan untuk segala kegiatan Jamaah
Tabligh. Jika dilihat bangunan mesjid tidak jauh berbeda dengan mesjid-mesjid

lainnya. Mesjid Jamik ini memiliki beberapa bangunan khusus di antaranya

kamar belakang yang merupakan tempat ustad-ustad yang tergabung dalam

jamaah. Selain itu, di sekitar mesjid ini juga terdapat beberapa ruang yang

mempunyai fungsi berbeda-beda.

Seperti ruangan berukuran kecil yang berada dekat pintu masuk

biasanya digunakan para santri untuk menghafal Al-quran, ada juga tiga

ruangan lainnya yang memiliki fungsi seperti itu. Sementara ruangan lainnya

biasa digunakan sebagai tempat untuk bermusyawarah. Ada yang berbeda dari

tiap ruangan, selain jika dilihat dari fungsinya, perbedaannya juga tampak dari

isi dari tiap-tiap ruangan tersebut. Jika ruangan yang digunakan untuk

menghafal Al-quran biasanya dipenuhi rak dan kitab-kitab. Raknya pun jauh

dari kesan mewah, biasanya hanya rak lama yang sebagian merupakan

sumbangan dari masyarakat. sementara jika ruangannya digunakan untuk

bermusyawarah tampilannya agak lebih lenggang dan dipojok ruangan tampak

beberapa bantal yang tersusun rapi (Sumber: Observasi).

Istri Ustad Sulaiman menjelaskan panjang lebar tentang tujuan jamaah

tabligh bergerak di desa ini, bagi kami membangun gampong tidak harus

selalu bertumpu pada pembangunan fisik saja. Meskipun kami akui itu penting,

tapi bagi kami yang jauh lebih penting adalah membangun hati dan jiwa kearah

yang lebih baik. Karena hanya orang baiklah yang dapat membangun gampong

ini Istri Ustad Sulaiman juga menambahkan melalui masjid ini banyak
mengirimkan para santri ke luar negeri untuk belajar agama dan hafal Alquran.

Tidak tanggung tanggung, para santri ada yang dikirim belajar Al-quran ke

Pakistan, Bangladesh, Thailand dan beberapa negara Islam lainnya. Lebih

lanjut dikatakan setelah mereka selesai disana, mereka kembali pulang dan

membangun gampong dan kecamatan ini. Biasanya di antara mereka ada yang

menjadi imam di mesjid ini, ada pula yang kembali ke kampung halaman

masing masing dan mengempang ilmu mereka kepada masyarakat di kampung

halamannya (Wawancara: Istri Ustad Sulaiman).

4.2.2 Tujuan Berdirinya Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot,


Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015.
Kedatangan Jama'ah Islamiyah di Desa Lamme Garot Kecamatan

Montasik, Kabupaten Aceh Besar yang dakwahnya berpijak kepada

penyampaian (tablgh) tentang fadhilah-fadhilah ajaran Islam kepada

setiap orang yang dapat di jangkau. Jama'ah ini menekankan kepada setiap

pengikutnya agar meluangkan sebagian waktunya untuk menyampaikan

dan menyebarkan dakwah dengan menjauhi bentuk-bentuk kepartaian dan

masalah-masalah politik.

Menurut Zulkiram cara demikian lebih cocok, mengingat kondisi

umat Islam di Aceh, khususnya Aceh Besar yang merupakan manyoritas

dalam sebuah masyarakat besar. Dan untuk di Desa Lamme Garot yang

mulai masuk pada tahun 1980, kemudian berkembang di Mesjid Jami'

Desa Lamme, yang pada awalnya dijadikan sebagai tempat pelaksanaan

aktivitas dakwah para jamaah, tidak ada jalan memperbaikinya selain


kembali kepada ajaran Rasulullah SAW. Melihat gambaran sepintas

datangnya Jama'ah Tabligh di Aceh Besar khususnya di Mesjid Jami'

Desa Lamme Garot mempunyai tujuan sebagai berikut :

1) Menghidupkan kembali sunnah-sunah Rasulullah.

2) Memakmurkan kembali mesjid-mesjid sebagai central aktifitas

ibadah.

3) Menanamkan dan menumbuhkan rasa ukhuwah Imaniyah dan

Islamiyah yang merupakan akan kokohnya kembali persatuan dan

kesatuan umat Islam.

4) Memperbaiki diri mengikuti tata cara kehidupan Rasulullah

(akhlak) untuk meningkatkan iman dan amal sholeh dan juga

menjadi sebab orang ikut memperbaiki diri (Wawancara :

Zulkiram).

4.2.3 Landasan Pemikiran Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot,


Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar.

Jama'ah Tabligh adalah jama'ah Islam, yang sumber ajaran utamanya

adalah al-Qur'an dan al-Sunnah. Sedangkan tarqat-nya Ahl al-Sunnah Wa

alJama'ah. Jama'ah ini banyak dipengaruhi ajaran tasawuf dan tarqat, seperti

tarqat Justiyah di India, yang dibangun oleh Abu Ahnad Abdal Al Jasti. Di
antara para jama'ah ada yang berkeyakinan ajaran Jama'ah Tabligh

pemikirannya diambil dari Jamaah al-Nur di Turki.

Muslim, salah seorang anggota Majlis Syuro Jama'ah Tabligh di Desa

Lamme Garot, mengatakan, ada sebagian jama'ah yang 'khuruj fisabilillah di

daerah Palembang dan sekitarnya. Di sana para jama'ah dapat sebutan dengan

istilah "Jama'ah al-Qur'an", karena memang setiap karkun (istilah tabligh)

selalu membawa al-Qur'an kecil di sakunya setiap waktu, yang tidak pernah

terlepas. Ini merupakan kebiasaan para jama'ah selalu membaca al-Qur'an

dalam setiap waktu, baik pada saat mujahadah atau keluar fisabilillah juga

saat mereka kembali kemasyarakat (Wawancara: Muslim).

Lebih lanjut Muslim mengatakan bahwa Al-Qur'an yang merupakan

esensi hidup manusia bukan hanya sebagai pajangan atau hiasan suara dalam

berbagai acara, tetapi al-Qur'an dengan kandungannya yang sangat mendalam

harus di bumikan dalam kehidupan yang serba komplek sekarang ini. Secara

garis besar petunjuk al-Qur'an itu dapat kita simpulkan menjadi tiga

kesimpulan, dan ini harus di miliki oleh kelompok Jama'ah Tabligh. Garis

besar petunjuk Al-Qur'an tersebut adalah sebagai berikut :

1) Memperbaiki kepercayaan atau keyakinan dan meluruskan i'ti-qad

manusia terhadap Allah SWT, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-rasul,

hari akhirat dan masalah takdir dan qodho. Agar manusia terjauh

dari belenggu syirik, khurafat, dan kepercayaan-kepercayaan yang

menyebabkan kehilangan kemerdekaan dalam hidupnya, karena


telah diikat oleh rasa percaya kepada benda-benda yang tidak

sedikitpun punya kekuatan untuk memberi manfaat dan melarat

kepada manusia tanpa adanya izin Allah SWT. Untuk menguatkan

i'tiqad yang lurus ini, Tuhan juga menurunkan ayat-ayat yang

mengandung seruan berpikir dan merenungkan segala ciptaan-Nya.

Allah SWT berfirman di dalam kitab suci al-Qur'an surah Ali Imran

ayat 190, yang artinya:

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan


silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal.

2) Menetapkan hukum dalam pergaulan hidup manusia sesamanya dan

menetapkan cara beribadah kepada Tuhan. Dengan adanya hukum

terhidarlah manusia dari kekacauan dan kebobrokan dalam lapangan

hidup ini. Dengan hukum ini pulalah manusia dapat membedakan

antara yang halal dan haram, antara haq dan bathil. Sehingga

berjalanlah roda kehidupan ini di atas undang-undang yang lurus.

3) Melapangkan akhlaq, mensucikan dan membersihkan hati atau budi

pekerti. Dengan mensucikan dan membersihkan hati segala macam

kekotoran akan hilang dan memancar Nur Ilahi pada diri manusia.

Ayat-ayat al-Quran yang mengandung masalah kesucian hati,

kesucian budi dan rohani manusia, inilah yang dijadikan sumber

asas setiap ajaran tasawuf, begitu juga ajaran yang diamalkan oleh

kelompok Jana 'ah Tabligh. Sumber asasi ajaran Islam yang kedua

adalah al-Sunnah yang merupakan af'l, aqwl, dan taqrrr


Rasulullah saw. yang secara kualitas dan kuantitas sudah

dipaparkan dalam Ilmu Mustholah Hadits.

Jama'ah Tabligh dalam menggunakan al-Hadis sebagai sumber ajaran

yang kedua, banyak menggunakan hadis-hadis Fadhilah amal. Salah satu

contohnya yaitu Kitab "Riyd al-Slihn', karangan Imam Nawawi yang

sudah kita kenal dan ini banyak digunakan di pesantren-pesantren sebagai

kitab wajib dalam mengkaji hadis Rasulullah SAW (Wawancara: Zulkiram).

Sebagaimana sudah diketahui bahwa pengertian hadis ialah.

perkataan, ucapan dan pengakuan Rasulullah SAW. maka, segenap para

ulama telah sepakat bahwa al-Sunnah dapat dijadikan dasar dalam beramal.

Dan hal ini sudah disinyalir dalam kitab suci al-Qur'an surah al- Hasyr ayat 7,

yang artinya:

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada


RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota
Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan,
supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di
antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah.
dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras
hukumannya.

Al-Sunnah sebagai sumber tasawuf kerena sebagai penjelasan atau

tafsir dari al-Qur'an. Al-Qur'an menjelaskan sesuatu hanya secara umum,

sunnahlah yang menjelaskan secara terperinci, Dengan demikian jadilah

Assunnah sumber kedua bagi mistisisme Islam dan juga yang diamalkan oleh
kelompok Jama'ah Tabligh di Desa Lamme Garot Kecamatan Montasik,

Kabupaten Aceh Besar. Sungguh banyak pemangku tasawuf yang tergelincir

dari sunnah tarkiyah (segala amal perbuatan yang tidak dikerjakan oleh Nabi

SAW, Padahal tiada halangan bagi beliau untuk mengerjakannya)

(Wawancara: Zulkiram).

Zulkiram juga mengatakan bahwa mereka telah mengadakan ibadat

yang tidak pernah dikerjakan oleh Rasulullah dan para sahabat-Nya. Padahal

Allah swt. telah menjelaskan batas-batas amal ibadah dan cara-caranya. Tidak

ada aturan untuk menambah dan mengurangi apa yang telah ditentukan oleh

Allah swt. dan dijelaskan oleh Rasul-Nya. Dimuka ini telah terbentang jalan

yang lurus, tempuhlah jalan itu, janganlah menyimpang dari jalan itu

setapakpun. Sebab orang yang menyimpang dari jalan Allah akan sesat,

sebagaimana telah dijelaskan didalam kitab suci al-Qur'an surah alAn'am ayat

153, yang artinya:

Sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia.


Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) yang menyebabkan
kamu bercerai-berai dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu bertaqwa.

4.2.4 Ajaran Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot, 1980-2015


Berdasarkan hasil wawancara dengan para pengikut Jamaah Tabligh di

lokasi penelitian, dapat diperoleh informasi bahwa ajaran dakwah yang dibawa oleh

para jamaah di Desa Lamme Garot tidak terlepas dari ajaran yang disampaikan

oleh Rasulullah yang pada dasarnya mencakup empat unsur, yaitu: dawah ilallah,

talim wa taallum, dzikir wa al-ibadah dan khidmah. Menurut Zulkiram lewat


empat unsur ini, Rasulullah berhasil menyampaikan dakwah serta mendidik umat

menjalankan perintah Allah SWT. Atas dasar itu, dalam dakwah para pimpinan

jamaah di Desa Lamme Garot berusaha merealisasikan unsur-unsur dakwah

Rasulullah SAW. Ke dalam metode dakwahnya, dengan bersumber pada Al-Quran

dan As-Sunnah (Wawancara: Zulkiram).

Menurut Zulkiram para pimpinan dakwah Jamaah Tabligh di Desa

Lamme Garot Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar dalam

menyampaikan dakwahnya bertujuan ingin menanamkan sifat-sifat mulia yang

pernah diajarkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya, untuk diamalkan dalam

kehidupan sehari-hari. Sifat-sifat itulah yang kemudian dijadikan ajaran pokok

dakwah Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot. Ajaran pokok tersebut

kemudian terkenal dengan istilah enam sifat sahabat. Adapun enam sifat itu

adalah:

1) Yakin pada Khalimat Thayibah: La ilaha illa Alah Muhammadu

Rasulullah.

2) Shalat Khusyu wa al-khudhu

3) Ilm maa dzikr (Ilmu serta Dzikir)

4) Ikram al-muslimin (memuliakan orang Islam)

5) Tashih al-niyat (memperbaiki niat)

6) Dawah wa at-tabligh

4.3 Kegiatan Sosial Keagamaan Yang Dilakukan Oleh Komunitas Jamaah


Tabligh Di Desa Lamme Garot (Cot Goh) Kecamatan Montasik, Kabupaten
Aceh Besar, 1980-2015.
4.3.1 Kegiatan Dakwah Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot,
Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015.

Selain enam asas yang digunakan oleh para pengikut Jamaah Tabligh,

yang

dipegang dalam misi dakwah nya, seperti apa yang penulis paparkan di atas tadi,

Jamaah Tabligh ini juga tentu tidak terlepas dari strategi dalam penyampaian

dakwahnya. Di antara strategi yang mereka gunakan adalah ada istilahnya

khuruj fiisabilillah, artinya mereka keluar dari rumah mereka menuju masjid-

masjid yang sudah di targetkan sebagai pusat gerakan dakwah nya. Selama khuruj

jamaah ini tidak boleh ada yang pulang ke rumah masing-masing, mereka harus

menginap di masjid selama masa yang di tentukan minimal selama tiga hari.

Selama masa khuruj, Jamaah Tabligh selalu melakukan yang namanya

Jaulah yang artinya berkeliling/silaturrahmi/anjangsana. Kegiatan jaulah

ini bertujuan untuk mengekalkan hidayah dan menjadi asbab/sebab

turunnya hidayah itu di seluruh alam dan menumbuh kembangkan semangat

beragama hidup di masyarakat. Jadi strategi dakwah Jamaah Tabligh yang berpusat

di Desa Lamme Garot, Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar ini jauh

berbeda dengan yang lainnya,dimana mereka langsung terjun dan berkunjung ke

masyarakat melalui jaulah selama masa khuruj nya dan mengajak masyarakat untuk

bersama-sama memakmurkan masjid dengan sholat berjamaah.

Menurut Rizki Febrian ada beberapa perbedaan metode dakwah gerakan

Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot Kecamatan Montasik, Aceh Besar dengan

gerakan-gerakan dakwah lainnya dalam menjalankan misi dakwah diantaranya:


a) Dakwah Kultural

Dakwah cultural adalah Dakwah yang dilakukan dengan cara

mengikuti budaya-budaya kultur masyarakat setempat dengan tujuan agar

dakwahnya dapat diterima di lingkungan masyarakat setempat. Bagi Jamaah

Tabligh yang terdapat di Desa Lamme Garot, Kecamatan Montasik ada enam

prinsip yang menjadi dasar mereka melaksanakan dakwah cultural yaitu:

1) Kalimat syahadat seagai sebuah keyakinan bahwa tiada Tuhan

selain Allah dan Nabi Muhammad utusan Allah.

2) Menegakkan Shalat,

3) Ilmu dan Zikir,

4) Memuliakan setiap muslim dan memperlakukan semua umat

Islam dengan penuh penghormatan,

5) Tulus dan ikhlas dalam setiap aktivitas, dan tabligh untuk

menyampaikan Islam ke berbagai tempat melalui perjalanan

dakwah.

Rizki Febrian juga menjelaskan bahwa selain enam asas yang mereka

gunakan sebagai landasan yang kuat yang selalu di pegang dalam misi

dakwah nya. Jamaah Tabligh ini juga tentu tidak terlepas dari strategi yang

mereka gunakan dalam menunjang keberhasilan dakwah, salah satu dari

strategi dakwah Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot dan umumnya di

Kecamatan Montasik, Aceh Besar, yang paling menonjol dan sudah menjadi
tradisi yang sangat kental adalah Khuruj yang berarti mereka keluar

mencari dan mengajak jamaah untuk sama-sama melaksanakan sholat

jamaah di Masjid, kegiatan khuruj ini biasanya dilakukan sebelum adanya

waktu sholat magrib. Dengan melaksanakan enam prinsip ini, maka dakwah

yang dilakukan oleh Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot menjadi pembeda

dengan gerakan lainnya seperti melalui dakwah media, dakwah

entertainment, dakwah politik bahkan ada berdakwah dengan kekerasan

(Wawancara: Rizki Febrian).

b) Masjid sebagai Pusat Gerakan

Satu hal yang juga menarik bahwa gerakan Jamaah Tabligh di

Desa Lamme Garot ialah dengan menggunakan masjid sebagai pusat

aktivitasnya. Dimana fokus dakwah adalah mengajak orang untuk

shalat berjamaah dan memakmurkan masjid. Selain itu juga jika diamati

secara lebih teliti rata-rata di semua daerah yang berpenduduk muslim

hampir memiliki kesamaan morfologi terkait dengan

bentuk perumahan yaitu masjid menjadi pusat utama atau sentral.

Sehingga posisi masjid menjadi sangat strategis.

Pemanfaatan masjid sebagai pusat aktivitas dakwah maupun

kemasyarakatan menurut mereka ternyata sudah dilakukan oleh

Rasulullah SAW di kota Madinah. Masjid tidak hanya digunakan sebagai

tempat ibadah namun masjid juga difungsikan sebagai pusat untuk

membangun peradaban Islam. Segala aktivitas menyangkut kehidupan


dakwah, sosial, politik dan sebagainya digerakkan melalui masjid

(Observasi...............................).

4.3.2 Strategi Dakwah Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot Kecamatan


Montasik, Kabupaten Aceh Besar, 1980-2015.

Muncul dan berkembangnya Jamaah Tabligh di Desa Lemme

Garot, Kecamatan Montasik dalam beberapa tahun terakhir menjadi

sebuah fenomena baru dan menarik untuk dikaji secara lebih mendalam,

hal ini dilakukan agar dapat mengetahui konsep ajarannya

dan bagaimana strategi yang digunakan dalam menjalankan dan menyeba

-rkan misi dakwahnya.

Berikut penulis akan menguraikan secara lebih detail dan faktual

tentang bagaimana Strategi Dakwah Jamaah Tabligh terhadap perubaha

n sosial masyarakat di Desa Lamme Garot Kecamatan Montasik,

Kabupaten Aceh Besar, 1980-12015 sesuai dengan kondisi dan

penemuan penulis di lapangan, sebagai berikut :

1) Mengajak Masyarakat Shalat Berjamaah di Masjid

Jiwa Shalat berjamaah menjadi hal yang paling utama dalam gerakan

ini. Karena menjadi dorongan semangat dalam melaksanakan usaha dakwah.

Seperti yang diungkapkan salah seorang anggota Jamaah Tabligh, Muslim

(30) dia mengatakan:

Shalat berjamaah diawal waktu itu merupakan kunci


keberhasilan dalam setiap usaha yang kita lakukan, shalat
merupakan perintah Allah jika kita menjalankan perintahNya
maka Allah akan meridhoi setiap apa yang kita lakukan, jika A
llah sudah ridho maka keberkahan akan kita dapatkan.

Begitulah keyakinan pengikut Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot

bahwa kunci keberhasilan atas usaha dakwah yang dilakukaan adalah Shalat

seperti yang terdapat dalam enam asas yang menjadi ajaran Jamaah Tabligh

yaitu shalat yang khusyu dah khudu. Secara sosial sholat berjamaah bisa

meningkatkan solidaritas antar jamaah yang ikut terlibat, selain itu juga

silaturrahmi para jamaah bisa terbangun dengan erat melalui

shalat berjamaah.

Hal ini juga yang menjadikan banyak orang tertarik untuk berg-abung

dengan Jamaah Tabligh ini. Seperti diungkapkan Ustaz Saifullah (50 Tahun)

Seorang tokoh agama dia mengatakan:

Banyak orang yang mengatakan Jamaah Tabligh itu sesat,


tetapi menurut saya ajarannya sama dengan yang di ajarkan oleh
Allah dan Rasul-Nya apalagi tujuannya bagus mengajak kita shalat
berjamaah di masjid.

Dari penjelasan Sibawaihi di atas ternyata ajakan Jamaah Tabligh

untuk menghidupkan shalat jamaah di masjid mendapat simpati dari

masyarakat Desa Lamme Garot sehingga dapat diterima dengan baik oleh

masyarakat Desa Lamme Garot khusunya dan Kecamatan Montasik pada

umumnya.

2) Membangun In-Group Feeling (Rasa Kekeluargaan) Dengan Anggota


Baru
Menurut Ustadz Saifullah seorang penggikut setia Jamaah Tabligh di

Desa Lamme Garot, bahwa prinsip ke empat dalam ushulus sittah yaitu ikramul

muslimin (memuliakan umat Islam) menjadi hal penting dalam menunjang

keberhasilan dakwah Jamaah Tabligh. Sifat ikramul Muslimin membuat para

Jamaah Tabligh begitu ramah kepada siapa saja umat Islam yang ditemui.

Begitu pula dalam membangun sebuah ikatan dan semangat kekeluargaan

(Wawancara : Ustadz Saifullah).

Hal ini juga pernah penulis alami saat ikut bergabung melakukan

khuruj, ketika baru datang di Masjid mendapat sambutan luar biasa hangat dari

mereka. Satu orang pengikut perempuan langsung menghampiri dan

menyalami dan memberikan pelukan hangat layaknya seorang sahabat yang

telah lama tidak bertemu, menanyakan kabar dan sebagainya. Begitulah para

Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot dalam menyambut dan memuliakan

umat Islam sehingga setiap orang yang baru bergabung dapat merasakan

nuansa kekeluargaan yang begitu kental.

Membangun rasa kekeluargaan, merupakan salah satu strategi yang

dilakukan Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot. Proses-proses yang

dijalankan sudah terencana dengan matang, mulai dari mencari objek dakwah

sampai pada pembagian tugas yang begitu teratur (Observasi: Mesjid Cot

Goh).

Berdasarkan penemuan hasil observasi di lapangan penulis juga akan

memberikan gambaran bagaimana para Jamaah Tabligh di Desa Lamme


Garot Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar dalam membangun dan

menumbuhkan rasa kekeluargaan dengan masyarakat setempat sebagai objek

atau sasaran dakwah-dakwah.

Ketika memulai berjalan untuk melakukan jaulah biasanya anggota

Jamaah Tabligh terdiri dari tujuh orang yang sudah mempunyai pembagian

tugas masing-masing. Pembagian tugas untuk para anggota

yang berada di masjid 2 orang duduk di beranda dan beberapa orang di dalam

masjid membentuk halaqoh, sementara rekan-rekannya yang lain

melakukan jaulah. Ketika rombongan jaulah kembali ke masjid dengan

membawa target dakwah,maka 2 orang yang berada di beranda masjid

langsung memberikan sambutanhangat dan diajak masuk kedalam masjid

ngobrol, perkenalan dan lain-lain,namun dengan posisi terpisah dengan

kelompok yang sedang Halaqah di dalam masjid. Perlakuan yang begitu baik

ditampilkan kepada target dakwah sehinggamerasa nyaman tanpa ada

perasaan risih, yang ada hanyalah rasa kasih sayang dankekeluargaan yang

begitu akrab terjalin sehingga si target dakwah betah merasa dihormati, dan

tertarik bergabung.

3) Menumbuhkan Tradisi Mengamalkan Sunnah Nabi SAW

Salah satu kelebihan yang dimiliki Jamaah Tabligh adalah rutin

mengamalkan sunnah mulai hal-hal kecil, dari sejak bangun tidur sampai tidur

lagi, dan ketika ada anggota yang lupa maka anggota yang lain langsung

mengingatkan. Tradisi tradisi seperti ini yang terus ditanamkan para Jamaah
Tabligh kepada sesama anggota terutama anggota yang baru masuk. Dan

secara perlahan menjadi rutinitas yang tertanam kuat dan terus diamalkan.

Seorang anggota baru Jamaah Tabligh Zata (29) menjelaskan alasan


ketertarikannya untuk bergabung bersama Jamaah Tabligh, dia mengatakan:

bersama Jamaah Tabligh saya banyak belajar untuk menjalankan da


n menghidupkan sunnah Nabi SAW. Pertama kali ikut khuruj saya diajarkan
dan diingatkan ketika lupa mengamalkan salah satu sunnah dan itu menjadi
kesan tersendiri. Indah bila kita rutin mengamalkan sunnah, disinilah letak
keberkahan hidup sesungguhnya ketika kita bisa meneladani kehidupan
Rasulullah sebagai manusia paling sempurna yang diturunkan oleh Allah
SWT. Dan kewajiban kita saling mengingatkan pentingnya masalah ini.

Dari paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa sangat penting dalam

menjalan atau menghidupan sunnah Nabi apalagi terlebih-lebih

mengamalkannya apa yang diajarkan, maka dari itu kita sebagai ummat Islam

harus biasa mewujudkan atau meneladani kehidupan Rasulullah sebagai

manusia paling sempurna yang diciptakan oleh sang khaliq, oleh sebab itu

kewajiban kita sesama muslim saling mengingatkan pentingnya ajaran-ajaran

para Rasulullah.

4.3.3 Pengaruh Jamaah Tabligh Terhadap Kehidupan Sosial Yang Terjadi


Pada Masyarakat Desa Lamme Garot Kecamatan Montasik, 1980-
2015.

Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.

Perubahan dapat berupa pengaruhmya terbatas maupun luas, perubahan yang

lambat (evolusi) dan ada perubahan yang berjalan dengan cepat (revolusi).

Perubahan dapat mengenai nilai dan norma sosial, pola-pola organisasi,


susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat,

kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial, dan lain sebagainya.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat merupakan gejala

yang normal. Pengaruhnya bisa menjalar dengan cepat ke bagian-bagian

dunia lain berkat adanya komunikasi modern. Perubahan masyarakat telah

ada sejak zaman dahulu. Namun sekarang perubahan-perubahan berjalan

dengan sangat cepat sehingga dapat membingungkan manusia dengan

menghadapinya.

Seiring dengan perkembangan zaman yang begitu kompleks,

berbagai pergeseran nilai terjadi dalam masyarakat. Intensitas orang mendata

ngi masjid dari masa ke masa semakin berkurang. Hal ini berbanding terbalik

dengan semakin menjamurnya jumlah masjid yang dibangun oleh

masyarakat. Hal ini kemudian menjadikan masjid sebagai bangunan indah

tapi hanya menjadi pajangan, monument yang hampir mati dan hanya

didatangi satu kali dalam seminggu yaitu hari jumat. Oleh sebab itu

munculnya gerakan Jamaah Tabligh yang bertujuan ingin mengembalikan

dan menghidupkan tradisi untuk memakmurkan masjid yang sudah ada sejak

zaman Rasulullah.

Fenomena di atas, juga terjadi di Aceh umumnya dan Desa Lamme

Garot Kecamatan Montasik pada khusunya. Masyarakat sudah mulai terlihat

kurang mengunjungi mesjid karena banyak melaksanakan ibadah sholat di

rumah masing-masing. Sehingga dengan kedatangan Jamaah Tabligh sejak


1980 hingga 2015 sudah terjadi perobahan dalam kehidupan sosial

keagamaan.

Adapun bentuk perubahan social yang terjadi di masyarakat Desa

Lamme Garot Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar sesuai dengan

fakta yang penulis temukan di lapangan adalah sebagai berikut :

1) Membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya sholat

berjamaah di masjid. Seperti diungkapkan seorang Tokoh Masyarakat

Tarmidzi (49) dia mengatakan :

Pada awalnya saya jarang sholat berjamaah di masjid,


setelah saya diajak salah seorang jamaah tablight yang pernah
datang kerumah, kemudian saya ikut bergabung, tak lama
kelamaan sayapun jarang meninggalkan sholat berjamaah setelah
saya sholat berjamaah dan hati saya menjadi tenteram

Dari pemaparan di atas dapat kita analisis bahwa, sebelum

datangnya Jamaah Tablight warga masyarakat jarang sholat

berjamaah di masjid dan tempat-tempat ibadah lainnya,

kebanyakan warga masyarak sholat di rumah saja, akan tetapi

setelah datangnya Jamaah Tabligh ke rumah-rumah warga

setempat dalam menyiarkan misi dakwahnya untuk

memakmurkan masjid dan sholat berjamaah khususnya di Masjid

Jamik Cot Goh, oleh sebab itu dengan datangnya Jamaah Tabligh

memberikan dampak positif bagi warga Desa Lamme Garot

Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar tesebut.

Seperti yang di ungkapkan salah seorang Tokoh Agama

Ustdz. Indra (53) dengan ungkapan yang serupa bahwa:


Setelah datangnya Jamaah Tabligh di Masjid Jamik,
Desa Lamme Garot, Kecamatan Montasik dengan antusias
masyarakatpun semakin banyak naik untuk memakmurkan masjid,
dibandingkan dengan yang dulunya terkadang hanya tiga atau
lima orang yang berjamaah dimasjid tersebut terutama sholat
subuh, dzuhur dan ashar

Di Desa Lamme Garot, Kecamatan Montasik, Jamaah Tabligh

menjalankan aktivitas dakwahnya dari hari kehari, sehingga menimbulkan

dampak positif bagi warga desa tersebut yang semulanya jarang warga

setempat ke masjid palingan cuman beberapa orang saja yang sering naik ke

masjid bisa dijumlahkan antara lima orang sampai delapan orang saja yang

sholat berjamaah di masjid, akan tetapi setelah datangnya Jamaah Tabligh

dari semulanya tiga orang atau lima orang yang sholat berjamaah di masjid

Jamik Cot Goh, tetapi dengan keberadaan Jamaah Tabligh di Desa Lamme

Garot semakin banyak warga masyarakat naik untuk memakmurkan masjid

dan bahkan tidak pernah kurang dari satu saf.

2) Mampu mengubah akhlak dan perilaku pemuda di Desa Lamme Garot

menjadi lebih baik.

Tidak asing lagi bagi kita, bahwa akhlak dan perilaku pemuda

di zaman sekarang ini bisa dibilang sudah jauh dari tradisi Islam yang

sebenarnya, begitu pula dengan kebanyakan pemuda yang ada di Desa

Lamme Garot, Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar sering

lalai dan menjalani hidup dengan selalu melanggar norma-norma yang

sudah jelas dilarang dalam agama kita.


Kedatangan Jamaah Tabligh ini justru sangat berpengaruh

terhadap perubahan sikap dan perilaku anak muda terutama di Desa

Lamme Garot, Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar. Seperti

yang diungkapkan dari salah satu pemuda Irwandi (28) berikut ini

wawancaranya:

Dulu saya adalah anak rantauan dan mungkin jarang


mengerjakan sholat apalagi sholat berjamaah, akan tetapi setelah saya
di ajak oleh seorang Jamaah Tabligh untuk ikut bergabung bersama
rombongannya, bahkan saya tidak sungkan-sungkan menolak
tawarannya dan saya langsung ikut bergabung, akhirnya dari sanalah
saya sadar pentingnya kita sholat terlebih-lebih
sholat berjamaah dan Alhamdulillah saya semakin rajin sholat maupu
n sholat berjamaah di masjid, sehingga kehidupan saya yang dulu
kelam kini sudah ada pencerahan bagi diri saya peribadi.

Dalam wawancara di atas kita dapat menarik sebuah kesimpulan

bahwa anak rantauan tinggal di Desa Lamme Garot yang konon ceritanya,

anak rantauan ini jarang mengerjakan sholat, terlebih-lebih sholat berjamaah

di masjid, dengan demikian bahwa adanya Jamaah Tabligh di Desa Lamme

Garot bisa merubah perilaku pemudayang dulunya jarang sholat, sehingga

menjadi lebih rajin sholat maupun sholat berjamaah di Masjid Jamik Desa

Lamme Garot dan sadar akan pentingnya sebuah sholat berjamaah yang akan

menjadi bekal kita diakherat kelak nantinya. Seperti yang diungkapkan

dengan ungkapan yang serupa salah seorang tokoh masyarakat Munir (43)

dengan ungkapan bahwa:

Kalau menurut saya, Jamaah Tabligh ini datang ke Desa Lamme


Garot, saya ibaratkan sebagai pencerah terutama dalam hal meramaikan
masjid, karena kalau dulu masjid kita di Desa Lamme Garot bisa di katakan
sepi itu pun cuman hanya merbot sama imamnya saja yang kelihatan dan
sekarang berkat adanya Jamaah Tabligh Masjid Jamik Desa Lamme Garot
semakin ramai, dan banyak di antara pemuda yang sekarang sudah terlihat pe
rubahannya menjadi lebih baik lagi.

Hal yang serupa juga di ungkapkan oleh seorang tokoh pemuda Ahmadi

(24) dia mengatakan :

kehidupan yang kelam mudah-mudahan akan menjadi masa lalu saya


selama-lamanya, mengingat kondisi kehidupan saya yang dulunya
sangat berantakan, tiap malam mabuk, sholat tidak pernah dan Alhamdulillah,
mungkin ini suatu anugrah dan keajaiban bagi saya peribadi bahwa Allah sudah
memberikan kesempatan bagi saya untuk bertaubat dan menjalan kan
semua perintah Nya.

Dari pemaparan di atas dapat kita analisis bahwa, jamaah tabligh

merupakan sebuah mediator dengan kata lain sebagai pencerah di Desa Lamme

Garot Kecamatan Montasik, Kabupaten Aceh Besar dalam memakmurkan

masjid, dibandingkan yang dulunya Desa Lamme Garot ini bisa dikatakan sepi ke

Masjid terhitung hanya sebagian orang saja yang datang ke masjid itu pun juga

cuman petugas intinya saja antara bilal sama Imamnya yang tetap eksis di

Masjid Jamik Cot Goh Desa Lamme

Garot, akan tetapi setelah keberadaan Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot

membahawa perubahan yang sangat signifikan dalam hal keperibadatan untuk

memakmurkan Masjid Jamik Lamme Garot semakin ramai dan bahkan

semua masyarakar antusias dalam memakmurkan masjid untuk sama-sama sholat

berjamaah, selain itu juga kemerosotan moral pemuda sedikit demi sedikit

mampu teratasi dengan baik, sekalipun mungkin tidak semuanya akan tetapi

sudah ada gambaran yang sangat jelas terhadap perubahan moral pemuda yang

dulunya tidak pernah sholat dan pekerjaan nya hanya meminum-minuman keras
dan setelah kedatangan Jamaah Tabligh banyak pemuda di Desa Lamme Garot

yang sudah sadar tentang penting nya hidup yang penuh dengan suasana islami

(Wawancara : Zulkiram).

4.3.4 Respon Masyarakat Lamme Garot Terhadap Jamaah Tabligh

4.3.4.1 Respon masyarakat terhadap strategi dan metode dakwah


jamaah tabligh

Masyarakat menilai strategi dakwah jamaah tabligh bagus

mencakup semua lapisan masyarakat, namun pelaksanaan metode

dakwahnya masih kurang baik. Sejumlah metode dakwah mereka waktu

dilaksanakan kurang disukai masyarakat karena bersifat memaksa

audiennya. Di sisi lain, dipandang mereka bukan dai atau orangorang

alim, hanya saja memiliki motivasi berdakwah yang menggebu-gebu.

Jamaah tabligh sering tergopoh-gopoh, misalnya pelaksanaan metode

khuruj (keluar desanya), pada waktu berangkat khuruj kadang-kadang

kurang menyediakan biaya hidup yang memadai untuk keluarganya yang

ditinggalkan, sehingga timbul percekcokan dengan keluarga waktu

kembali bersama keluarganya.

Demikian juga, dalam pelaksanaan metode jaulah yaitu

selaturrahmi atau kunjungan ke tempat orang yang dikunjungi kadang-

kadang kurang memperdulikan orang atau audien punya waktu senggang

atau tidak. Sikap mereka yang kurang memperhitungkan waktu senggang

orang yang dikunjungi maka para masyarakat menilai mereka

memaksakan orang yang didakwahkan sesuai keinginan mereka. Justru


demikian, para masyarakat sedikit sekali yang menarik perhatian kepada

dakwah Jamaah Tabligh, bahkan mengucilkan Jamaah Tabligh oleh

sebagian masyarakat, dan bahkan ada yang mencemoohkan setelah

mereka meninggalkan tempat yang dikunjungi. Memang hal itu tidak

diinginkan terjadi oleh sebagian orang tapi itu yang terjadi.

Metode bayan (ceramah) dalam memberikan ceramah selalu

menyampaikan prinsip yang enam, yang menitik beratkan pada iman dan

ibadah dilakukan di dalam mesjid atau di bagian teras mesjid. Mereka

yang mengikutinya pada umumnya anggota jamaah tabligh itu sendiri.

Sedangkan masyarakat umum enggan mengikutinya karena sistem

pelaksanaannya diatur secara ketat yaitu duduk rapat-rapat berhadapan

dengan dai yang mereka sebut karkun. Karkun duduk di atas kursi

menghadap audiennya.

Dalam pelaksanaan metode talim wa taallum (pengajian),

mereka selalu mengambil tempat di mesjid atau di mushalla, sistem

duduknya juga rapat-rapat dan berhadapan dengan gurunya dan tidak di

sukai bertanya, hanya menerima apa disampaikan. Di sini terkesan sangat

kaku dan seolah-olah pengajian hanya diperuntukkan kepada anggota-

anggota Jamaah Tabligh saja. Sasaran dakwah Jamaah Tabligh

ditujukan kepada semua (lapisan masyarakat), umumnya kepada kaum

laki-laki baik pemuda maupun orang tua yang bersedia mengikutinya.

Hal ini diharapkan dapat meningkatkan iman dan amal shaleh

serta
menjadi anggota Jamaah Tabligh yang mau menjadi pengembang

dakwah pada masyarakat di mana saja mereka berada dan disenangi bila

berpakaian gamis serta mau memelihara jenggot.

4.3.4.2 Respon Ulama Dayah Tradisional Terhadap Strategi Dan


Metode Dakwah Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot.

Metode dakwah Jamaah Tabligh baik dan perlu dikembangkan

secara baik dan cermat, sehingga mendapat simpati masyarakat. Bila

dilihat dari metode-metodenya sangat mengena. Hal ini merupakan

senjata yang ampuh dalam penyebaran dan penyadaran umat terhadap

ajaran Islam di dalam wilayah di Desa Lamme Garot hususnya, di mana

masyarakat sekarang sudah kurang tertarik dengan dakwah umum yang

sering dilakukan.

Namun demikian, metode dakwah yang selalu dipraktikan

Jamaah Tabligh dalam berdakwah memang sangat baik akan tetapi

teknik pelaksanaan metode-metodenya yang dinilai kurang bijak.

Misalnya, pelaksanaan dakwah khuruj (meninggalkan kampung halaman

untuk berdakwah) sering mereka kurang mampu meninggalkan biaya

hidup yang cukup untuk keluarganya yang ditinggalkan.

Hal seperti itu sering menjadi masalah pada saat mereka kembali

dan berada dalam keluarganya. Cara seperti itu terlarang dalam Islam.

Justru demikian, di dalam Al-Quran sendiri dilarang bila semua kaum

muslimin maju ke medan perang tanpa meninggalkan bekal untuk

keluarga yang ditinggalkan. Pada aspek lain, anggota Jamaah Tabligh


yang ikut khuruj tidak semuanya mampu berdakwah atau memiliki ilmu

pengetahuan yang memadai, yang semestinya membekali diri sebelum

berangkat khuruj atau berdakwah sehingga tidak terjadi ke simpang-

siuran dalam penyampaian materi dakwah Islam nantinya.

Dalam pelaksanaan metode jaulah (mengujungi/silaturrahmi) ke

rumah orang-orang yang dituju, ke pertokoan atau ke pasar-pasar

mengajak orang untuk shalat berjamaah, meningkatkan iman, dan

memperbanyak amal kebaikan, kadang-kadang mereka sangat emosional

dan terkesan memaksa diri, kurang mempertimbangkan waktu yang tepat

dan adat-istiadat masyarakat setempat. Keadaan seperti itu kurang tepat

dan kurang menguntungkan semua pihak, sehingga melahirkan antipati

masyarakat terhadap dakwah Jamaah Tabligh itu sendiri.

Pelaksanaan metode bayan (ceramah) di markas, teknis

pelaksanaannya yaitu semua orang yang mengikutinya harus duduk

mendekati pemberi materi secara rapat-rapat. Pada akhir ceramah

tersebut, semua yang ikut bayan dianjurkan menyisihkan waktu untuk

pergi berdakwah ke luar desanya dengan pengetahuan apa adanya

masing-masing, maka sangat dikhawatirkan materi-materi dakwah Islam

yang dimiliki dan dibawa untuk berdakwah sangat dangkal dan ditakuti

keliru dari kebenaran Islam itu sendiri.

Selanjudnya metode talim wa taallum (belajar-mengajar)

pengajian yang dilakukan Jamaah Tabligh di mesjid atau musalla

terkesan asing, seolah-olah hanya diperuntukkan untuk anggotanya saja.


Hal ini dikarenakan mereka sering mengambil tempat di bagian pojok-

pojok mesjid yang terkesan asing dan tidak memasyarakat bila

diperhatikan.

4.3.4.3 Respon Ulama Dayah Modern Terhadap Strategi Dan Metode


Dakwah Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot, Kecamatan
Montasik.

Strategi dakwah Jamaah Tabligh mencakup semua lapisan

masyarakat, khusus kepada kaum pria di dalam Desa Lamme Garot yang

markasnya di Mesjid Jamik Cot Goh, Lamme Garot. Sedangkan metode

dakwahnya berbeda dengan dakwah pada umumnya. Metode dakwah

yang mereka miliki unik kalau dilihat pada jaman sekarang. Mereka tidak

menggunakan media modern seperti internet, radio, TV, dan media

massa.

Akan tetapi, dakwah Jamaah Tabligh hanya disampaikan

melalui dakwah lisan dan uswatun hasanah dalam kehidupan sehari-hari

dengan tujuan masyarakat meniru dan mencontohinya. Dakwah Jamaah

Tabligh menjadi bahan pembicaraan atau perbincangan dalam

masyarakat, sehingga hal ini mendapat merespon dari sebagian para

ulama,

terutama dalam Desa Lamme Garot Kecamatan Montasik, Kabupaten

Aceh Besar.

Di lihat dari gerakan Jamaah Tabligh dalam berdakwah

memakai beberapa metode yaitu metode jaulah, bayan, talim wa


taallum, khidmad, dan khuruj atau keluar dari desanya/ke daerah orang

untuk berdakwah dan sasaran dakwah mereka dipergunakan untuk semua

lapisan masyarakat:

1) Pelaksanaan metode jaulah yaitu berjalan atau berkeliling menemui

individu-individu secara tatap muka satu persatu dilakukan

penyadaran tentang ketauhidan dan memperbanyak amal ibadah serta

diajak menggalakkan shalat berjamaah di mesjid-mesjid atau di

musalla-musalla. Model dakwah yang dilakukan mereka di Desa

Lamme Garot, yaitu:

a) Dakwah ijtimai untuk anggota mereka sendiri.

b) Dakwah infiradi diperuntukkan untuk diri pribadi.

c) Dakwah khususi untuk orang-orang yang dikhususkan mereka

misanya pejabat-pejabat, tokoh-tokoh, dan orang-orang

tertentu.

d) Dakwah umumi yang diperuntukkan bagi masyarakat umum.

2) Metode bayan yaitu memberi ceramah kepada siapa saja yang mau

mengikutinya dan tempatnya di mesjid atau di musalla-musalla di

tempat mereka berkumpul. Biasanya materi yang diberikan meliputi

sejarah kehidupan para shahabat Rasulullah Saw, berhubungan

dengan mental kesabaran, perjuangan dakwah Islam dan menjelaskan

enam sifat para shahabat Rasul Saw.


3) Metode talim wa taallum (pengajian) pelaksanaannya semua

pengikut harus mengikuti perintah untuk duduk rapat di atas lantai

dan melingkar menghadap karkun (pemberi materi), materinya

meliputi:

a) Belajar tajwij/ cara-cara membaca Al-Quran yang benar.

b) Halakah kitab fadhilah amal.

c) Muzakarah sifat-sifat para shahabat Rasul Saw.

4) Metode khidmat artinya memuliakan semua orang, terutama

diperuntukkan kepada:

a) Khidmad amir yaitu memuliakan amir mereka dalam jaulah

(saat jaulah ditunjuk satu orang sebagai amir dari sejumlah

anggota) rombongan, juga dalam khuruj.

b) Khidmad jamaah yang mereka maksud adalah Jamaah

Tabligh sesama anggota Jamaah Tabligh. Mereka saling

hormat-menghormati. Sifat seperti itu sangat penting

diamalkan dan dipraktikkan sesama anggota jamaah dimana

saja mereka bertemu kenal atau belum kenal.

c) Khidmad diri yang dimaksud adalah menghormati,

memuliakan dirinya dengan banyak berzikir, rajin beribadah,

dan membersihkan diri dari dosa, memperbanyak doa,

menghindarkan diri dari ucapan sia-sia, membersihkan badan


dari segala najis, pakaian dan tempat yaitu tempat mereka

berkumpul (mesjid).

d) Khidmad makhluk yaitu memuliakan makhluk yaitu manusia,

hewan-hewan, tumbuh-tumbuhan, dan mesjid yang mereka

tempati.

Dengan demikian, metode-metode tersebut di atas sesuai dengan

ajaran Islam dan sangat besar manfaatnya bila mampu dilaksanakan sesuai

dengan metode dan teknik-teknik tertentu yang dapat menarik hati

masyarakat untuk mengikutinya secara ikhlas dalam semua lapisan

masyarakat. Sehingga dakwah Jamaah Tabligh di masyarakat akan

mendapat kelancaran dan kemajuan dalam kegiatan seruan umat kepada

mengamalkan ajaran Islam di masa yang akan datang.

4.3.5 Klasifikasi Pandangan Masyarakat Lamme Garot Terhadap


Keberadaan Jamaah Tabligh.

Tanggapan masyarakat terhadap Jamaah Tabligh adalah: Pertama,

Jamaah Tabligh jangan melupakan membimbing keluarga dalam keislaman,

Kedua, jangan terlena mendakwahi orang lain tapi melupakan keluarga. Ketiga,

tidak membolehkan anak-anak turut dalam kegiatan dakwah karena hal ini
memberatkan anak-anak khususnya bagi anak-anak yang masih bersekolah.

Keempat, hanya membolehkan para pelajar berdakwah keluar saat mereka sedang

libur sekolah. Kelima, menekankan kepada anggotanya akan pentingnya

pencapaian dunia, kesalahan bukan terletak pada pencapaian dunia melainkan

pada penggunaan pencapaian dunia itu untuk tujuan di luar jalan Allah. Keenam,

tidak membolehkan anggota yang pengetahuan keislamannya rendah berdakwah

karena dapat menyesatkan umat. Ketujuh, mengarahkan anggotanya pada rujukan-

rujukan sumber ajaran Islam, al-Qurn dan Hadits yang benar, bukan hadits-

hadits yang lemah apalagi palsu. Kedelapan, meskipun Jamaah Tabligh tidak

membicarakan dan terlibat politik namun harus memberikan kemerdekaan bagi

anggotanya untuk berkegiatan politik, karena kekuasaan itu juga dapat digunakan

untuk penyebaran Islam, khususnya untuk menegakkan khilafah islamiyah.

Kesembilan, upaya mewajibkan anggota untuk bertaqlid bertentangan dengan

ittiba. Kesepuluh, Jamaah Tabligh terlalu terfokus pada kesalehan individual

dengan mengabaikan aspek-aspek politik, jihad, dan ekonomi. Kesebelas,

Jamaah Tabligh terlalu sempit dalam memahami dakwah yang terbatas pada

bidang yang parsial dan tidak universal. Pola dakwah yang mereka terapkan masih

konservatif dengan hanya melanjutkan dan mempertahankan segala sesuatu yang

menjadi kebiasaan Rasulullah saw tanpa ada usaha untuk melakukan ijtihad

dengan menyesuaikan dengan keadaan yang berlaku di zaman sekarang.

Adapun pandangan masyarakat Lamme Garot terhadap Jamaah Tabligh

yang dapat dikategorikan sebagai berikut:

1) Menolak
Tingkat penolakan yang paling ekstrim adalah yang menyatakan

bahwa Jamaah Tabligh adalah aliran sesat, sebagian menyatakan bahwa

Jamaah Tabligh tidak sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini mereka nyatakan

karena melihat fenomena bahwa sebagian anggota Jamaah Tabligh yang

mengabaikan dan menelantarkan keluarga, menelantarkan studi, dan

meninggalkan pekerjaan. Jamaah Tabligh hendaknya sebelum melakukan

dakwah keluar meninggalkan nafkah yang cukup untuk keluarga, dan bagi

yang sudah berkeluarga hendaknya tidak meninggalkan keluarga lebih dari

satu minggu.

2) Menerima Secara Aktif

Anggota masyarakat tertarik kepada gerakan dakwah Jamaah

Tabligh dan kemudian mengikuti kegiatan dakwah saat mereka berdakwah di

lokasi tempat tinggalnya. Ini kemudian diteruskan dengan keikutsertaannya

menjadi anggota Jamaah Tabligh.

Mereka yang menerima aktif ini dapat dikategorikan dalam tiga latar

belakang:

a) Golongan yang memang sudah menjalankan ibadah Islam

dengan baik namun kemudian merasakan kelezatan iman yang

lebih tinggi saat mengikuti kegiatan dakwah Jamaah Tabligh.

b) Golongan yang masih labil pelaksanaan ajaran Islam yang

kemudian termotivasi karena selama pergaulannya dengan

anggota Jamaah Tabligh mengalami peningkatan keislaman

dan keimanan.
c) Golongan yang sama sekali tidak mengamalkan ibadah atau

ajaran Islam dan bahkan melakukan perbuatan yang

bertentangan dengan ajaran Islam yang kemudian selama

pergaulan dengan anggota Jamaah Tabligh mengalami

pencerahan spiritual.

3) Menerima dengan Pasif

Yakni anggota masyarakat yang tercerahkan dengan kehadiran

Jamaah Tabligh dan selalu hadir dalam pengajian Jamaah Tabligh di

daerahnya namun tidak terlibat aktif dalam aktifitas dakwah.

4) Acuh tak Acuh

Ini adalah golongan yang baginya ada atau tidak Jamaah Tabligh di

daerahnya dia tidak ambil pusing, tidak menolak dan tidak menerima, dan

tidak memberikan komentar dan respon apapun.

4.3.6 Dampak Sosial Jamaah Tabligh Di Desa Lamme Garot Kecamatan


Montasik, Kabupaten Aceh Besar.

Sebagai lembaga dakwah, Jamaah Tabligh terdiferensiasi dengan

lembaga-lembaga lainnya dalam beberapa hal:

a) Lahir bukan atas latar belakang politis dan menjauhi hal-hal

yang berhubungan dengan politik dan bahkan melarang

anggotanya untuk tidak terlibat dalam politik.


b) Garis kerja dakwah (hirarki) tidak sama dengan lembaga lain

baik dalam sistem dan peraturannya, serta kualitas pengorbanan

harta, jiwa, raga, dan waktu dalam berdakwah.

c) Sikap dan prilaku yang diaktualisasikan sebagai Muslim

dengan menjalankan amalan-amalan wajib dan sunnah serta

meninggalkan hal-hal yang sia-sia/tidak bermanfaat selama 24

jam.

d) Karakteristik kepribadian islami yang kemudian menjadi

budaya jamaah tercermin dari ketulusan hati, tanggung jawab,

integritas, kejujuran, kecermatan, menepati janji, mengontrol

diri, rendah hati, sabar, tabah, berani, sederhana, kerja keras

dan persaudaraan. Kesemuanya tertuang secara melembaga

dalam adab-adab ushul dakwah, khidmat, ikrm, dan tasykil.

e) Selain dakwah melalui komunikasi kepada masyarakat mereka

juga berdakwah melalui pelestarian nilai-nilai dan ajaran Islam

dalam kehidupan sehari-hari dimana mereka berada.

f) Perilaku interpersonal anggota Jamaah Tabligh memberikan

penguatan (reinforcement) dan dorongan dalam mewujudkan

interaksi kelompok dalam keberagamaan.

g) Realisasi ajaran-ajaran Islam yang dilakukan bukan sekedar

ritual mekanis melainkan lebih dari itu merupakan upaya

pelestarian dan perbaikan individu dan masyarakat.


h) Dalam transformasi nilai-nilai dan ajaran Islam Jamaah

Tabligh menerapkan berbagai metode dakwah.

Dari sisi transformasi nilai-nilai dan ajaran Islam, Jamaah Tabligh

mengaplikasikan behavioral learning ini sebagai berikut:

a) Pengalaman-pengalaman baru yang dibentuk adalah pengalaman

pengalaman yang melahirkan ketenangan jiwa dalam

pengamalan ajaran-ajaran Islam, yang selanjutnya menghasilkan

internalisasi nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam dalam diri setiap

masyarakat Desa Lamme Garot.

b) Asosiasi baru yang dibentuk adalah asosiasi yang positif dan

membahagiakan antara kognisi, afeksi, emosi, dan psikomotor

masyarakat Lamme Garot dengan agama Islam.

c) Kecenderungan baru yang akan dibentuk adalah kecenderungan

untuk selalu menggapai ridha Ilahi dengan melakukan amalan-

amalah shalih dimanapun berada, baik di rumah, lingkungan

tempat tinggal, lingkungan kerja, mesjid, lingkungan belajar,

Dan sebagainya.

d) Habitat baru yang dibentuk adalah habitat /masyarakat terbaik

atau masyarakat Muslim yang menyahuti tuntutan Allah.

Dalam mengkaji respon masyarakat Desa Lamme Garot terhadap

Jamaah Tabligh harus dilihat secara objektif, terbuka, toleran, dengan

pemahaman luas tentang Jamaah Tabligh, dan dengan melihat latar belakang

anggotanya secara individual. Hal ini penting, mengingat pandangan negatif


tentang Jamaah Tabligh sebagian dihasilkan karena kesalahan generalisasi,

yakni menjadikan kasus perorangan berlaku untuk semua anggota Jamaah

Tabligh.

Secara umum, hasil yang dicapai bagi setiap individu dan masyarakat

Desa Lamme Garot sebagai salah satu sasaran dakwah Jamaah Tabligh

dapat dirangkumkan sebagai berikut:

1) Masyarakat Desa Lamme Garot semakin gemar melakukan amal

ibadah.

2) Shalat berjamaah semakin hari semakin hidup di mesjid Jamik,

Lamme Garot Kecamatan Montasik Aceh Besarr.

3) Peningkatan jumlah Jamaah mesjid Jamik Lamme Garot.

4) Suasana keislaman di masyarakat Desa Lamme Garot mulai hidup.

5) Penurunan tingkat kenakalan remaja di Desa Lamme Garot, karena

banyak di antara mereka yang memasuki jamaah.

6) Semangat menggali pengetahuan keislaman semakin tinggi di

kalangan masyarakat Lamme Garot.

7) Peningkatan ukhuwah islamiyah dan silaturahmi.

Selanjutnya, penulis menemukan bahwa perilaku dalam bentuk

aktifitas keagamaan yang dibudayakan Jamaah Tabligh merupakan salah

satu bentuk penerapan norma-norma kelompoknya dan resosialisasi. Mereka

adalah orang-orang yang telah didakwahi dan kemudian mendakwahi, diobati


dan kemudian mengobati, diperbaiki kepribadiannya kemudian membantu

orang lain. Mereka adalah orang-orang yang meleburkan ego individunya dan

membentuknya menjadi suatu impresi keanggotaan kolektif, sehingga

dakwah yang dilakukan tidak lagi dipandang sebagai aktifitas individu

melainkan aktifitas kelompok. Kebanggaan individu lebur menjadi

kebanggaan kelompok yang selanjutnya akan membentuk kebanggaan

keislaman.

Oleh karena itu, menurut Muslim dalam Jamaah Tabligh status

seseorang tidak ditentukan oleh kecakapan dan pengetahuan, namun

kesungguhan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam. Berawal dari proses

ini kemudian lahir generasi muslim yang terlahirkan kembali, yang bangga

dengan agama dan martabatnya sebagai seorang Muslim. Lebih lanjut juga

disebutkan bahwa Jamaah Tabligh, yang terdapat di Desa Lamme Garot

mengupayakan untuk melahirkan kelompok masyarakat muslim tanpa kelas

di Desa Lamme Garot (Wawancara: Muslim).

Secara umum dampak positif yang dapat dirasakan dalam gerakan

tabligh ini adalah perubahan drastis mampu merubah pola hidup yang

hedonis menjadi religius. Bagi mereka yang pernah bergabung dalam jamaah

ini walaupun hanya mengikuti selama tiga hari melakukan shalat berJamaah,

berdzikir dan lain-lain, dari segi kerendahan hati dan disiplin shalat

merupakan hasil yang tidak mungkin didapati dalam waktu relatif singkat.

Tapi di jamaah ini dapat dirasakan, paling tidak selama tiga hari tersebut, atau
selama masa keluar itu, maka tidak heran bagi mereka yang telah terjaring

dalam kelompok ini merasa lebih baik dari sebelumnya.

Namun demikian, penulis juga menemukan beberapa kesan negatif

dari pergerakan tabligh ini antara lain terlalu menyederhanakan ajaran

Islam, seakan-akan Islam hanya mengurus masalah ibadah saja, tidak ikut

membicarakan ekonomi apalagi soal politik, dan jabatan. Selain itu yang

sering menjadi permasalahan adalah tentang keluarga yang ditinggalkan.

Bahkan sebagian orang menuduh anggota Tabligh telah menelantarkan anak

dan istri hingga bercerai hanya untuk kepentingan dakwah. Mereka

meninggalkan anak dan istri di rumah tanpa meninggalkan nafkah.

Adapun kasus-kasus seperti menelantarkan istri atau meninggalkan

orang tua yang sakit adalah kasus yang terjadi karena begitu antusiasnya

sebagian personil dari Jamaah ini, sehingga menyimpang dari kaidah yang

benar. Kadang ada anggota Jamaah Tabligh yang mengasumsikan seperti

halnya Nabi Ibrahim meninggalkan istrinya dan Nabi Ismail di tengah gurun

dimana Allah-lah yang mencukupi rizkinya, dan ini kurang benar".

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Muncul dan

berkembangnya Jamaah Tabligh di Desa Lamme Garot Kecamatan

Montasik, Kabupaten Aceh Besar dalam beberapa tahun terakhir menjadi

sebuah fenomena baru dan menarik untuk dikaji secara lebih mendalam,

untuk mengetahui sejarah awal masuknya, konsep ajarannya dan bagaimana

strategi yang digunakan dalam menjalankan dan menyebarkan misi

dakwahnya. Jamaah tabligh adalah kelompok dakwah yang sangat gigih dan

sabar bahkan

rela berkorban harta dan waktu untuk kepentingan dakwah, mereka telah

mengajak dan mendorong masyarakat di Desa Lamme Garot untuk

mengamalkan perintah Allah Swt dan Raul-Nya agar kembali menyadari

dirinya sebagai hamba yang harus menyembah Allah dan taubat dari

kelalaian dan kesalahan sikap dan mental sepritual sebelumnya.

Mengajak untuk shalat berjamaah di Masjid, sebagai salah satu usaha

untuk mempererat tali silaturrahim antar anggota dan target dakwah maka

secara rutin para jamaah tabligh mengajak dan saling mengingatkan untuk

bersama-sama melaksanakan shalat berjamaah di masjid, khususnya mesjid

yang ada di Desa Lamme Garot.

Membangun in-group feeling terhadap anggota baru sesuai dengan

ajaran jamaah tabligh yaitu memuliakan sesama muslim maka salah satu

langkah yang dilakukan jamaah tabligh adalah membangun kerja sama

dengan para anggota baru, itu semua dilakukan dengan baik sehingga anggota

baru merasanyaman dan tumbuh rasa kekeluargaan.


Menghidupkan tradisi mengamalkan sunnah Nabi SAW,

Menghidupkan sunnah Nabi SAW, merupakan pegangan pokok jamaah

tabligh, dimana dengan menjalankan dan saling mengingatkan tentang

sunnah akan memunculkan simpati dari target dakwah dan menguatkan

ikatan emosi para anggota. Jamaah tabligh merupakan sebuah mediator

dengan kata lain sebagai pencerah di Desa Lamme Garot dalam

memakmurkan masjid, dibandingkan yang dulunya Desa Lamme Garot ini

bisa dikatakan sepi ke Masjid terhitung hanya sebagian orang saja yang

datang kemasjid itupun juga hanya petugas intinya saja antara bilal sama

Imamnya yang tetap eksis di Masjid Jamik Desa Lamme Garot Kecamatan

Montasik akan tetapi setelah keberadaan jamaah tablight di Desa Lamme

Garot membahawa perubahan yang sangat signifikan dalam hal

keperibadatan untuk memakmurkan Masjid Jamik Desa Lamme Garot

semakin ramai dan bahkan semua masyarakar antosias dalam memakmurkan

masjid untuk sama-sama sholat berjamaah.

5.2 Saran

1) Bagi jamaah tabligh perlu lebih persuasif untuk mengadakan

pendekatan dengan masyarakat dan ulama dayah Desa Lamme Garot.

Karena ulama dayah masih banyak yang belum begitu

mengenal tentang metode dakwah jamaah tabligh.


2) Jamaah tabligh semestinya memperdalam pengetahuan agama Islam

pada ulama dayah agar terhindar dari kecurigaan masyarakat terhadap

materi dakwah jamaah tersebut.

3) Semua individu muslim atau muslimah harus berdakwah di mana saja

berada sesuai kemampuannya masing-masing dalam rangka menyeru

umat kepada kebenaran dan mencegah kemungkaran.


DAFTAR PUSTAKA

Gottschalk, Louis (2006). Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-


PRESS).

Nawawi, Hadari (2007). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Khasanah, Dkk (2011). Jamaah Tabligh. Purwokerto: STAIN Purwokerto.
Kamaruddin, (2011). Dampak Sosial Jamaah Tabligh di Kota Makasar. Makasar:
UNVI.

Kuntowijoyo (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.

Maleong, Laxy (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda


Karya.

Mukhlis, (2011). Telaah Hadis-Hadis Yang Digunakan Sebagai Hujjah Jamaah


Tabligh Masjid Jami Kebon Jeruk Jakarta Barat. Jakarta: Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.

Rivai, Fikri (2010). Aktivitas Dakwah KH. Najib Al-Ayyubi di Jamaah Tabligh.
Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Sadiqin, Sehat Ihsan (2008). Tasawuf Aceh. Banda Aceh: Bandar Publishing.

Sjamsuddin, Helius (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Soemanto, Wasty (2004). Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah).


Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai