Anda di halaman 1dari 49

Laporan Hasil Observasi

Kajian Kebudayaan Mengenai Sistem Ekonomi dan Mata Pencaharian dalam Kehidupan Sekitar Pondok Pesantren Darus Sholah-Tegal Besar-Jember
Sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD)

Ketua Kelompok: Kunti Anis Azizah Narita Ayu Maharani Rohmatul Abadiyyah (101810401004) (101810401003) (101810401040) Anggota Kelompok:

Unit Pelaksana Teknik Bidang Studi Mata Kuliah Umum (UPT BS MKU) Universitas Jember Tahun 2011
i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan ridhoNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan hasil observasi yang berjudul Kajian Kebudayaan Mengenai Sistem Ekonomi dan Mata Pencaharian dalam Kehidupan Pondok Pesantren Darus Sholah-Tegal Besar-Jember ini. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca tentang seluk beluk sistem ekonomi dan mata pencaharian di lingkungan pondok pesantren. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan laporan ini, antara lain: 1. Bapak Azkiya, sebagai dosen mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
2. Ustadz dan Ustadzah di Pondok Pesantren Darus Sholah, sebagai narasumber utama.

3. Masyarakat di sekitar lingkungan Pondok Pesantren Darus Sholah, sebagai narasumber pelengkap. 4. Keluarga dan teman-teman penyusun yang turut memberikan dukungan baik berupa materi maupun non-materiil. 5. Kakak-kakak Rayon PMII FMIPA atas bantuan sarana, diskusi, dan sumbangsih idenya.
6. Tidak lupa saudari kami tercinta Larasati yang telah memberikan bantuan dan

dukungannya. 7. Serta pihak-pihak yang tidak mampu penulis sebut satu-persatu. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik dari segi isi, penulisan maupun kata-kata yang digunakan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penyusun harapkan demi kesempurnaan laporan ini.Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin. Wallahul muwafik ila aqwamit thariq. Jember, 24 Maret 2011

Penyusun DAFTAR ISI


ii

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iii BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Tinjauan Pustaka 1.5 Cara Observasi 1.6 Lokasi Observasi
1.7 Sistematika Tulisan

BAB 2. GAMBARAN UMUM LOKASI 2.1 Gambaran Umum Kabupaten Jember 2.2 Gambaran Umum Desa Tegal Besar, Jember 2.3 Gambaran Umum Pondok Pesantren Darus Sholah, Jember a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darus Sholah b. Sistem Pendidikan c. Demografi d. Fasilitas e. Tata Tertib Pondok Pesantren BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 sistem ekonomi dan mata pencaharian di Pondok Pesantren Darus Sholah 3.2 Perkembangan sistem ekonomi dan mata pencaharian Pondok Pesantren Darus

Sholah sejak awal didirikan hingga sekarang


3.3 Kaitan antara Pondok Pesantren Darus Sholah dengan kehidupan masyarakat sekitar

Pesantren sehari-hari. BAB 4. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB 1.PENDAHULUAN
iii

1.1 Latar Belakang Masalah Studi tentang pesantren sebenarnya telah banyak dilakukan oleh para ahli yang mempelajari Islam di Indonesia sejak pertengahan abad ke-19 ( Brumund,1857 ). Namun seperti apa yang dikatakan oleh Prof.Johns, bahwa kita sebenarnya baru mengetahui sedikit saja tentang pesantren ( Dhofier,1982 : 16 ), mengingat pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang bersifat tradisional mempunyai pengaruh yang kuat dan luas dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam membentuk dan memelihara kehidupan sosial, budaya, politik, dan keagamaan orang-orang jawa khususnya di daerah pedesaan. Pesantren sebagai pusat pengajaran agama Islam telah terdapat pada masa tingkat awal penyebaran Islam di Jawa,terutama pada abad ke15 dan abad ke-16 masehi. Hal ini dapat ditelusuri dari adanya deskripsi dalam tradisi kesusasteraan Jawa tentang adanya pusat-pusat pengajaran agama yang tersebar baik di pesisir utara pulau jawa maupun didaerah pedalamannya, tempat para santri singgah, dalam berkelana dari satu pusat ke pusat yang lain untuk mencari guru atau kyai yang mereka anggap ahli dalam salah satu cabang ilmu agama islam. Penyiar-penyiar agama islam di pulau jawa yang pertama menurut tradisi, adalah orangorang keramat, yangmempunyai pengetahuan agam islam yang dalam, dan di samping itu mereka memiliki keistimewaan yang berwujud kekuatan ghaib. Orang keramat itu disebut wali bersal dari bahasa arab yang berarti orang suci. Wali-wali yang terkenal menurut tradisi, sebanyak sembilan orang dan terkenal dengan nama walisanga. Dalam melakukan tugasnya menyebarkan agama islam, para wali mempunyai hubungan yang erat dengan lembaga pesantren. Sebagai refleksi betapa tinggi penghargaan rakyat Jawa pada masa lampau terhadap para wali, antara lain pemberians gelar sunan (dari kata susuhunan) kepada mereka, suatu gelar yang dimiliki oleh raja Jawa. Jadi, di dalam proses islamisasi di Pulau Jawa pada tingkat permulaan yang di pelopori oleh para wali, pesantren merupakan pusatnya dan memainkan peranan yang penting. Sementara itu agama Islam mulai memasuki arena kehidupan orang jawa pada masa pertumbuhan dan perluasan Kerajaan Hindu Majapahit. Perkembangan yang paralel antara kedua kekuatan yang berlawanan ini antara lain disebabkan oleh partisipasi orang jawa dalam kegiatan perdagangan di Lautan India ( Dhofier,1982 : 8 ). yang didominasi oleh orang-orang Islam

iv

Di samping itu, kecenderungan orang-orang Jawa mempercayai orang yang di anggap suci dan mempunyai kekuatan gaib diberi jalan keluar dalam praktek-praktek dan kepercayaan tarekat kepada para wali. Kehadiran para Wali Sanga dalam mengemban misi islam initelah mempermudah dan mempercepat proses penerimaan dan penyebarluasan Islam di lingkungan pesantren dalam masyarakat Jawa. Para wali sanga yang telah medirikan pesantren itu di antaranya adalah Sunan Giri yang telah mendirikan pesantren Giri di sebelah utara kota surabaya, Sunan Ampel ( Surabaya ), Sunan Bonang yang mendirikan pesantren di Tuban. Dalam pada itu, politik pemerintah kolonial Belanda dalam upayanya untuk semakin menancapkan kekuasaannya di Indonesia, telah membangkitkan kesadaran para pimpinan agama Islam di Jawa untuk ikut berperan serta dalam kancah politik dan perjuangan. Para pimpinan Islam di berbagai daerah mulai bangkit mengadakan perlawanan. Dengan kedudukan mereka yang terhormat di mata kalangan masyarakat, maka mereka dengan mudah mengerahkan penduduk untuk bangkit melawan penjajah Belanda. Di derah pedesaan, kyai merupakan bagian dari kelompok elit alam struktur sosial, politik, dan ekonomi masyarakat pedesaan. Di samping itu,sebagai akibat adanya perluasan sistem pemerintah kolonial di bidang politik, pemerintah Belanda telah mengangkat para pimpinan pribumi (Sultan dan para Bangsawan) menjadi Pegawai Negeri yang di gaji oleh pemerintah Belanda. Akibatnya terdapat jurang pemisah yang sangat dalam di antara para pejabat ( pegawai pemerintah Belanda) dengan rakyat yang ada di bawah penindasan. Di sini lain muncul pimpinan pimpinan pribumi yang tidak kehilangan hubungan baiknya dengan islam, yaitu para kyai. Dengan demikian, peranan kepemimipinan bergeser dari sultan-sultan ke tangan para kyai yang tinggal bersama penduduk di pedesaan. Kehidupan kyai di pedesaan tidak terlepas hubungannya dengan pesantren, sehingga kyai dan pesantren menjadi tempat dan tumpuan masyarakat di pedesaan. Dengan demikian maka lembaga-lembaga pendidikan pesantren pun menjadi memiliki fungsi ganda, selain sebagai lembaga pendidikan ( keagamaan ), sekaligus merupakan wadah dan alat perjuangan. Tidak mengherankan bila dari lembaga-lembaga pesantren ini selain melahirkan para ulama dan kyai juga telah banyak melahirkan para pejuang bangsa. Setelah bangsa Indonesia lepas dari belenggu penjajahan pertumbuhan lembaga pesantren pun kian bertambah pesat. Bahkan dalam perkembangan selanjutnya, di lembaga-lembaga pesantren tidak hanya di langsungkan pendidikan keagamaan saja melainkan juga telah mulai tumbuh pesantren-pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum. Semenjak
v

didirikannya, pondok pesantren ini telah mengalami perjalanan sejarah yang cukup panjang, dan kini telah menjadi sebuah pesantren yang terbilang besar di daerah jawa timur. Pesantren sebagai lembaga pendidikan islam tradisional, keberadaanya ternyata mampu menarik perhatian masyarakat luas. Kendati ada sementara anggapan bahwa lembaga pendidikan pesantren kurang mampu menjajikan masa depan yang cerah bagi para muridnya jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan yang bersifat umum, namun ternyata minat masyarakat untuk mengirimkan anaknya pondok- pondok pesantren tetap tinggi. Ini dapat dilihat dari perkembangan jumlah pondok pesantren serta para santrinya dari tahun ke tahun. Pada tahun 1977 jumlah pesantren yang ada di indonesia adalah 4.195 buah dengan jumlah santri 677.384 orang. Jumlah itu pada tahun 1981 mengalami peningkatan menjadi 5.661 buah pesantren dengan jumlah santrinya sebanyak 938.397 orang ( Koentowidjojo, 1988 : 1 ). Di samping itu, keberadaan pesantren yang dahulu hanya di dukung oleh kaum tani dan para pedagang, kini menunjukkan adanya latar belakang ekonomi dan sosial budaya yang semakin beragam, diantaranya ada yang dari kalangan para pengusaha, pegawai, dan para cendekiawan. Mengenai ciri-ciri pesantren dapat dikemukakan sebagai berikut: a) adanya kyai sebagai pendiri, pelaksana, dan guru, b) pelajar (santri) yang secara pribadi langsung diajar berdasarkan naskah-naskah Arab klasik tentang pengajaran, faham, dan aqidah keislaman (Ziemik,1986 : 100). Selain itu masih ditambahkan lagi adanya pondok (asrama) tempat para santri tinggal selama belajar serta ruang ( kelas ) untuk belajar dan kegiatan-kegiatan sejenisnya yang berada di lingkungan kompleks pesantren ; sebuah masjid yang digunakan sebagai tempat beribadah atau tempat upacara ( kegiatan-kegiatan ) keagamaan yang lainnya. Selain itu kompleks pesantren biasanya di kelilingi dengan pagar tembok yang berfungsi mengawasi keluar masuknya para santri (Rosad Amidjaja,dkk,1985 : 3). Pesantren juga bukan hanya sekedar merupakan tempat anak didik menerima ilmu pengetahuan saja, khususnya ilmu agama. Lebih jauh dari itu, lembaga pesantren merupakan suatu wadah sosialisasi anak didik yang berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang budaya yang berbeda, dengan dasar norma-norma agama. Dengan kata lain, lembaga pesantren merupakan wadah untuk mentransformasikan nilai bagi para santrinya. Hal lain yang lebih menarik dari lembaga pesantren adalah bahwa ternyata keberadaan pondok pesantren mampu membawa penghidupan bagi masyarakat di sekitarnya. Selain membawa efek religius yang terpenting lagi, keberadaan pondok pesantren mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, dimana masyarakat sekitar dapat
vi

bekerja secara wirausaha. Biasanya pondok pesantren selalu didatangi oleh khlayak ramai sehingga kesempatan inipun tidak disia-siakan oleh masyarakat sekitar untuk berwirausaha, entah secara kecil-kecilan (mikro) atau besar-besaran (makro). Uniknya, karena kehidupan di bidang ekonomi ini tumbuh dalam pengaruh pondok pesantren, maka tentunya akan berbeda dengan kehidupan ekonomi yang tumbuh diluar pengaruh pesantren. Bagaimana masyarakat sekitar dapat memiliki mata pencaharian dan tumbuhnya lembaga ekonomi mungkin saja ada sedikit intervensi dari pihak pesantren, atau bahkan tidak sama sekali. Atas dasar hal ini, maka penulis melakukan kajian kebudayaan dan memilih salah satu unsur kebudayaan yaitu tentang sistem ekonomi dan mata pencaharian pada lingkungan pondok pesantren untuk diamati. Tidak lain adalah untuk memahami kebudayaan lingkungan pondok pesantren di bidang sistem ekonomi dan mata pencaharian penduduk dan juga keunikan unsur kebudayaan tersebut untuk diamati. Adapun penulis menentukan pondok pesantren darus Sholah, Desa TegalBesar, Jember sebagai objek observasi dimana observasi tersebut dilaksanakan selama kurun waktu Bulan Maret 2011. 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang muncul adalah:
1. Bagaimana sistem ekonomi dan mata pencaharian di Pondok Pesantren Darus Sholah? 2. Bagaimana dengan Perkembangan sistem ekonomi dan mata pencaharian Pondok

Pesantren Darus Sholah sejak awal didirikan hingga sekarang?


3. Bagaimana Kaitan antara Pondok Pesantren Darus Sholah dengan kehidupan

masyarakat sekitar Pesantren sehari-hari. 1.3 Maksud dan tujuan Adapun maksud dan tujuan dari pengkajian ini ialah: 1. Untuk dapat mengungkapkan potensi-potensi positif yang di miliki lembaga pesantren. 2. Untuk menjawab pokok-pokok permasalahan yang telah di uraikan di dalam subbab, dalam rangka menyebarluaska informasi mengenai nilai-nilai budaya yang berkembang dan dianut oleh masyarakat khususnya pesantren. 3. Untuk memahami kehidupan ekonomi masyarakat sekitar pondok pesantren dan hubungan masayarakat terhadap pondok pesantren. 4. Untuk meningkatkan kepekaan sosial terhadap keragaman hidup masyarakat pondok pesantren.
vii

5. Dapat memberikan masukkan pada pihak-pihak atau instansi yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dalam upaya pengembangan kesejahteraan kehidupan. 1.4 Tinjauan pustaka 1.4.1 Sejarah Pesantren Dalam abad ke-14, ketika kekuasaan majapahit sebagai suatu kerajaan yang berdasarkan perdagangan mulai berkurang, maka bagian barat dari rute perdagangan yang melalui Kepulauan Nusantara berhasil dikuasai oleh negara Malaka. Pelabuhannya sering dikunjungi oleh pedagang-pedagang Muslim dari Gujarat dan Persia. Dalam abad ke-13 mareka membawa agama Islam, mula-mula ke Pantai Timur Aceh kemudian ke Malaka, dan selanjutnya sepanjang rute dagang ke pulau-pulau rempah di Indonesia Timur, dan juga ke kota-kota pelabuhan di Pantai Utara Pulau Jawa ( Koent jaraningrat,1984 : 48-49 ). Pada masa itu peranan orang jawa Muslim dalam kegiatan perdagangan sudah semakin kuat. Pedagang-pedagang Jawa dari kota-kota pelabuhan dagang Gresik, Demak, dan Tuban pergi berdagang ke Malaka, dan sebaliknya pedagang-pedagang beragama islam dari malaka, juga mengunjungi kesimpulan seorang ahli pulau Jawa. Kemudian pada akhir abad ke-15,menurut yang telah mempelajari islam di Indonesia, Islam telah

menggantikan Hinduisme sebagai senjata utama dalam kegiatan politik di jawa, yang dalam perkembangan selanjutnya menyebabkan tumbuhnya masyarakat Islam di Jawa (Dhofier,1982 : 8 ). Pada akhir abad ke-18 hampir seluruh penduduk di Pulau Jawa secara resmi telah menganut agama islam ( Suseno,1983 : 34 ), walaupun dengan intensitas yang berbeda. Di daerah Pesisir Utara misalnya, orang-orang Jawa disana pada umumnya sebagai penganut agama islam yang taat, dan di daerah pedalaman Jawa juga terdapat kampung-kampung santri. Demikian pula dengan orang-orang jawa di kalangan keraton juga pada waktu itu telah menganut agama islam,namun demikian gaya hidup mereka cenderung masih menunjukkan pengaruh Hindu-Jawa yang lebih menonjol. Mengenai perbedaan tipologi dan karakteristik serta orientasi penganut islam di keraton dan luar keraton telah di kaji oleh C.Geertz (1981), dan R.Jay (1963) dalm studinya di daerah Jawa Timur yang dilakukan pada permulaan tahun lima puluhan. Ketika pemerintah kolonial Belanda berhasil menanamkan kekuasaan politiknya di tanah jawa, mereka terus melancarkan langkah-langkah pembatasan gerak serta pengawasan yang ketat terhadap pimpinan-pimpinan Islam yang di anggap dapat mengancam dan
viii

membahayakan kekuasaan mereka. Akibatnya, perkembangan islam pada waktu itu banyak mengalami kendala. Kendati pada waktu itu perhatian para pemimpin Islam lebih banyak tertuju pada masalah-masalah agama saja kurang mencampuri urusan politik, namun pemerintah Hindia Belanda sangat memperhitungkan mereka. Hal ini dapat dimengerti, mengingat kedudukan seorang kyai ataupun pemmpin islam adalah cukup tinggi dan terhormat di mata kalangan masyarakat Jawa pada waktu itu. Mereka dianggap sebagai orang yang suci dan memiliki kekuatan gaib, sehingga memiliki pengaruh yang sangat besar kepada masyarakat. Kedudukan mereka yang terhormat di dalam masyarakat sewaktu-waktu dengan mudah dapat membangkitkan gerakan perlawanan terhadap pemerintah penjajah. Lebih-lebih apabila mereka bekerja sama dengan para pimpinan pergerakan rakyat yang menentang kekuasaan Belanda. Inilah yang dikhawatirkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada waktu itu,sehingga mereka mengawasi dengn ketat setiap gerakan para tokoh dan pimpinan agama Islam. Adaya pembatasan-pembatasan dan pengawasan yang ketat dari pihak Belanda terhadap para pimpinan Islam telah membatasi aktifitas Islam,baik sebagai kesatuan sosial, budaya maupun politik, dan akhirnya para pemimpin agama islam tidak bisa berperan dalam kegiatan politik. Sebagai alternatifnya, maka pusat-pusat studi Islam pindah ke desa-desa. Dari sinilah mulainya timbul lembaga-lembaga pendidikan islam tradisional yang disebut pesantren. Hasil kajian kesejarahan pesantren sebagai lembaga maupun sistem pendidikan islam di indonesia,pada akhirnya bermuara pada stereotip mengenai terdapatnya kesejajaran kesejarahan(historical paralelism)antara sejarah pesantren dan sejarah sosialisasi islam di indonesia. 1.4.2 Pengertian Pesantren Jika ingin mengkaji Islam Indonesia, maka pesantren merupakan institusi yang tidak dapat ditinggalkan. Pondok secara etimologis berarti bangunan untuk sementara; rumah; bangunan tempat tinggal yang berpetak-petak yang berdinding bilik dan beratap rumbia dan; madrasah dan asrama (tempat mengaji atau belajar agama Islam). Pondok yang biasa dipakai dalam tradisi Pasundan dan Jawa untuk menyebutkan asrama tempat belajar agama Islam, sebenarnya tidak sama sekali asli Nusantara melainkan merupakan hasil penyerapan dari bahasa Arab,
ix

al-funduq, yang berarti hotel, tempat penginapan, pesanggrahan, atau penginapan bagi orang yang bepergian. Adapun term pesantren secara etimologis berasal dari pe-santri-an yang berarti tempat santri, asrama tempat santri belajar agama, atau pondok. Meihat akar bahasa (etimologi) santri maka istilah santri dan derivatnya, pesantren adalah lebih dekat dengan warisan budaya lokal pra-Islam. Kebiasaan orang Jawa untuk menyebut lembaga pendidikan Islam itu terkadag dengan istilahpondok atau pesantren atau merangkai keduanya menjadi pondok pesantren, tetapi dengan maksud yang sama. Hanya saja kemudian sering dibedakan antara pesantren salaf, yang berorientasi pada pelestarian tradisi dengan sistem pendidkan tradisional, dengan pesantren modern, yang sudah banyak mengadopsi sistem pendidikan sekolah modern barat. Tidak adanya kata sepakat dalam mendefinisikan santri dan pesantren adalah sangat wajar dengan melihat kompleksitas unsur-unsur dan fungsi pesantren sehingga tidak mungkin merumuskan definisi pesantren dalam arti yang komprehensif, lebih-lebih jika hanya dengan satu-dua perspektif saja dengan menutup dimensi-dimensi yang lain. Salah satu definisi yang dipandang reprsentatif adalah definisi dari departemen agama: pondok pesantren adalah lembaga pendidikandan pengajaran agama Islam yang pada umumnya kegiatan tersebut diberikan dengan cara nonklasikal dimana seorang kiai mengajar santrinya berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahas arab oleh ulama besarsejak abad pertengahan, sementara santri biasanya tinggal d pondok.atau asrama tersebut. 1.4.3 Geneologi Tradisi Pesantren Ada tiga bentuk pesantren yang memiliki corak tersendiri. Pertama, pesantren salaf, yaitu pesantren yang masih melestarikan tradisi-tradisi ke-salaf-an sebagai sebuah warisan khazanah keilmuan ulama-ulama al-salaf al-sholih (baca: ulama-ulama klasik) seperti hanya menekankan pembelajaran kitab-kitab klasik, dan sistemnya sangat sederhana. Kedua, pesantren khalaf, atau disebut dengan pesantren modern, adalah pesantren yang sudah mengadopsi khasanah keilmuan dan sistem pendidikan yang berkembang melalui kecanggihan teknologi, fasilitasnya yang serba lengkap sekaligus kompleks, dan kurikulum pendidikannya sudah menyamakan dengan kurikulum yang disajikan pendidikan formal. Ketiga, pesantren semi modern, pesantren ini corak keilmuan dan sistem pendidikannya tidak jauh berbeda dengan pesantren modern, hanya saja segi fasilitas yang disediakan tidak selengkap dan sekompleks pesantren modern. Kitab yang diajarkan umumnya sama.
x

Pertama, kitab-kitab fiqh. Hampir semua pesantren di nusantara ini mengajarkan kitabkitab fiqh yang berhaluan Mazhab al-Syafii. Itu menunjukkan, secara geneologi, pemahaman fiqh pesantren di nusantara ini tidak berujung pada bentuk fiqh yang kaku atau keras. Karena, Imam Muhammad bin Idris al-Syafii (w. 204 H) sebagai pencetusnya, dikenal sebagai pemikir moderat. Ia berhasil memoderasi pemikiran fiqh Abu Hanifah (w. 150 H) yang cenderung rasional-kontektual dan pemikiran fiqh Malik bin Anas (w. 179 H) yang cenderung kaku dan rigid. Al-Syafii juga dikenal sebagai sosok penuh toleransi atas perbedaan. Wasiatnya yang paling terkenal misalnya: rayuna shawab yahtamil al-khata wa ray ghairina khata yahtamil al-shawab (pandangan yang kami yakini benar, mungkin salah; dan pandangan orang lain yang kami yakini salah, mungkin benar). Ini menunjukkan, betapa al-Syafii berupaya menghindari klaim ini salah dan ini benar. Kedua, kitab-kitab tasawuf. Dalam tradisi pesantren nusantara, secara umum kitab-kitab tasawuf yang diajarkan adalah karya-karya Muhammad al-Ghazali (w. 505 H), seperti Ihya Ulum al-Din atau Bidayah al-Hidayah. Di sana juga tak terdapat satupun ajaran yang menghendaki tindak kekerasan semisal terorisme. Bahkan, kelembutan muslim Indonesia lebih banyak diwarnai ajaran tasawuf itu. Ketiga, kitab-kitab tauhid (teologi). Diketahui, mayoritas pesantren di nusantara cenderung mengajarkan kitab-kitab tauhid berhaluan Asyariyyah atau Maturidiyyah, seperti Umm alBarahin, Sanusi, Dasuqi, Kifayah al-Awwam, Tijan al-Darari, dan sebagainya. Di lingkungan pesantren, ajaran nilai-nilai agama diajarkan dengan penuh kegembiraan. Para santri dilatih melaksanakan ibadah seperti shalat dan puasa dengan cara membiasakan diri sesuai kemampuan. Menghafal rukun iman dan rukun Islam, mengutip ajaran yang bersumber dari kitab kuning, menghafal nama-nama nabi, dan puji-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW kerap dilakukan melalui metode kidung nadoman. 1.4.4 Salah satu Unsur Kebudayaan: Sistem ekonomi dan Mata Pencaharian Sistem merupakan istilah dari bahasa yunani (system) yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Edgar F Huse dan James L. Bowdict sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan. Ekonomi adalah
xi

sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Semantara, Sistem ekonomi adalah suatu susunan dari unsurunsur ekonomi yang saling berhubungan dan bekerja sama sebagai satu kesatuan untuk mencapai tujuan bersama, yaitu terpenuhinya kebutuhan yang bersifat materi. Tujuan dari sistem ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. mata pencaharian adalah Sarana pendukung atau subsistensi seseorang untuk "cara mengamankan kebutuhan hidup". Sebagai contoh penghidupan nelayan tergantung pada ketersediaan dan aksesibilitas ikan. 1.5 Cara Observasi Lapangan 1.5.1 Diskusi kelompok Diskusi kelompok dilakukan dalam rangka berbagi pemikiran dan ide antar anggota sehingga akan dihasilkan keputusan yang dapat diterima semua anggota. Penulis dalam melakukan diskusi kelompok dilakukan pada saat sebelum menetukan judul observasi maupun pada saat proses penyusunan laporan. 1.5.2 Persiapan ke lapangan Adapun persiapan ke lapangan dilakukan dalam rangka menyiapakan dan menetapkan kembali alat dan bahan yang dibutuhkan ketika observasi ke lapangan. Dalam proses ini, terdiri dari mencari partner transportasi, persiapan kamera/alat dokumentasi, persiapan alat tulis menulis, persiapan daftar pertanyaan, dan persiapan waktu. 1.5.3 Interview dan oservasi Interview dilakukan dalam rangka mengorek data dan informasi yang dibutuhkan dari beberapa narasumber. Adapun narasumber yang berhasil penulis temui adalah seorang pedagang pecel bernama ibu Edi (47 thn), pedagang gorengan bernama ibu Siti, seorang ustadzah bernama Khadijah, dan seorang santriwati bernama Lilik. Penulis mewawanvcarai narasumber tersebut dalam rangka mencari informasi tentang sistem ekonomi dan mata pencaharian mereka. Adapun observasi dilakukan di lingkungan internal Pondok Pesantren darus Sholah dan lingkungan eksternal pondok pesantren Darus Sholah dengan cara mengamati pola perilaku dan kebiasaan warga internal mau pun eksternal pondok pesantren Darus Sholah.
xii

1.5.4

Kategorisasi dan analisa data Kategorisasi dilakukan untuk memudahkan penulis dalam mempelajari data dari daerah yang berbeda. Penulis melakukannnya dengan mengklasifikasi data informasi menjadi dua yaitu: data iterview dan data observasi. Selain itu data juga terkategorisasi menjadi : data dari objek internal dan eksternal. Analisis data dilakukan untuk mengolah kembali data yang ada hingga menjadi data yang relevan dengan tema dan layak dibaca. Analsis data juga dilakukan dengan mempelajari kembali dengan memberikan feedback terhadap data.

1.5.5

Pengajuan data Hasil data yang telah dianalisis kemudian disusun berdasarkan format yang ditentukan menjadi sebuah laporan observasi.

1.6 Lokasi Observasi Observasi ini dilakukan di lingkungan pondok pesantren darus Sholah, desa Tegal Besar, Kabupaten Jember, jawa Timur. Alasan penulis menulis lokasi ini adalah karena Pondok Pesantren darus Sholah bisa dikatakan pondok pesantren yang cukup terkenal di wilayah Jember sehingga akan memudahkan penulis dalam penggalian data dan penyusunan laporan observasi. Selain itu, lokasi desa Tegal Besar juga cukup dekat dan akses transportasi juga cukup mudah. 1.7 Sistematika Tulisan Dalam laporan ini, penyusunannya mengikuti format yang telah ditentukan yaitu pada halaman pertama berupa sampul, halaman kedua dan ketiga adalah kata pengantar dan daftar isi. Kemudian halaman selanjutnya berupa bab 1, yaitu pendahuluan dengan urutan subbab sebagai berikut: 1. Latar belakang masalah 2. Rumusan masalah 3. Maksud dan tujuan observasi 4. Tinjauan pustaka 5. Cara observasi 6. Lokasi observasi 7. Sistmatika laporan Kemudian bab 2 adalah mengenani gambaran umum lokasi observasi yang terbagi menjadi: gambaran umum mengenai kabupaten Jember, gambaran umum mengenai kelurahan
xiii

Tegal besar, dan gambaran Umum mengenai pondok pesantren Darus Sholah . Halaman selanjutnya adalah bab 3 yaitu tentang pembahasan dari rumusan masalah yang akan membahas tentang kondisi dan perkembangan sistem ekonomi dan mata pencaharian penduduk sekitar pondok pesantren darus Sholah dan hubungan antara pihak Pesantren dan warga sekitar. Bab terakhir adalah kesimpulan berupa simpulan dan saran. Halaman selanjutnya adalah daftar pustaka, dan kemudian adalah lampiran-lampiran yang terbagi menjadi foto dokumentasi, pedoman dan transkrip interview.

BAB 2. GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1 Gambaran Umum Kabupaten Jember Kabupaten Jember adalah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia yang beribukota di Jember. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Bondowoso di utara, Kabupaten Banyuwangi di timur, Samudra Hindia di selatan, dan Kabupaten Lumajang di barat. Kabupaten Jember terdiri atas 31 kecamatan. Kabupaten Jember terletak pada koordinat 114 derajat Bujur Timur dan antara 8 derajat9 derajat Lintang Selatan pada bagian Tengah dan Selatan dan dikelilingi oleh Pegunungan yang memanjang sepanjang batas selatan dengan Pulau Nusabarong sebagai satu-satunya Pulau di Kabupaten Dati II Jember. Kabupaten Dati II Jember berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Dati II Bondowoso dan sedikit wilayah Kabupaten Dati II Probolinggo, bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Dati II Lumajang. Topografi wilayah Dati II Jember
xiv

merupakan dataran ngarai, terdapat Gunung Betiri yang mempunyai ketinggian kurang lebih 1.223 M. Tata guna wilayah Kabupaten Dati II Jember secara garis besar dipergunakan untuk sawah, pekarangan, hutan, kebun, dan tanah negara lainnya. Kota Jember dahulu merupakan kota administratif, namun sejak tahun 2001 istilah kota administratif dihapus, sehingga Kota Administratif Jember kembali menjadi bagian dari Kabupaten Jember. Jember merupakan pusat regional di kawasan timur tapal kuda. Di kota ini terdapat perguruan tinggi negeri, Universitas Jember. Hari jadi Kabupaten Jember diperingati setiap tanggal 1 Januari. Mayoritas penduduk Kabupaten Jember terdiri atas Suku Jawa dan Suku Madura, dan sebagian besar beragama Islam. Selain itu terdapat warga Tionghoa dan Suku Osing. Suku Madura dominan di Jember bagian Utara dan merupakan mayoritas di sejumlah tempat. Bahasa Jawa dan Madura digunakan di banyak tempat, sehingga umum bagi masyarakat di Jember menguasai dua bahasa daerah tersebut dan juga saling pengaruh tersebut memunculkan beberapa ungkapan khas Jember. Jember berpenduduk 2.146,571 jiwa (JDA, BPS 2007) dengan kepadatan rata-rata 651,79 jiwa/km2. Dengan sebagian besar penduduk masih bekerja sebagai petani, perekonomian Jember masih banyak ditunjang dari sektor pertanian. Di Jember terdapat banyak area perkebunan, sebagian besar peninggalan Belanda. Perkebunan yang ada dikelola oleh Perusahaan nasional PTP Nusantara, Tarutama Nusantara (TTN), dan Perusahaan daerah yaitu PDP (Perusahaan Daerah Perkebunan). Jember terkenal sebagai salah satu daerah penghasil tembakau utama di Indonesia. Tembakau Jember adalah tembakau yang digunakan sebagai lapisan luar/kulit crutu. dipasaran dunia tembakau Jember sangat dikenal di Brehmen, Jerman dan Belanda. Kota Jember memiliki perguruan tinggi negeri Universitas Negeri Jember dan Politeknik Negeri Jember. Selain itu terdapat beberapa perguruan tinggi yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jember, Universitas Muhammadiyah Jember, Universitas Islam Jember, Universitas Moch. Seroedji, IKIP PGRI, dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mandala. PPKIA (Pusat Pendidikan Komputer Indonesia Amerika) salah satu lembaga pendidikan luar sekolah, ada juga (PIKMI) pusat pendidkan progarm satu tahun yang berbasis komputer, (MAGISTRA UTAMA). 2.2 Gambaran Umum Kelurahan Tegal Besar Kaliwates adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kecamatan Kebonagung terdiri dari Kelurahan Kebon Agung, Mangli, Kebon
xv

Agung, dan Kaliwates. Di sini terdapat Kolam Renang Kebonagung yang sangat ternama. Juga ada Desa Kepatihan, Desa Tegal Besar, Desa Sempursari. Kecamatan Kaliwates terbentuk pada tanggal 19 April 1976 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1976 tentang Penghapusan Kecamatan Jember. Kecamatan Kaliwates berada di pusat Ibu Kota Kabupaten Jember yang berada pada posisi masuk kota Jember dari arah barat Lumajang dan Surabaya, dengan luas wilayah 2.580,324 Ha yang terdiri dari daerah datar (97%), berbukit (2%) dan bergumuk (1%). Penduduk Kecamatan Kaliwates sebanyak 110.009 jiwa terdiri dari laki-laki 52.018 jiwa dan perempuan 57.991 jiwa yang tersebar pada empat kelurahan dan tiga desa.

Peta Kelurahan Tegal Besar Kelurahan Tegal besar merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di kecamatan kaliwates. Kelurahan ini memiliki luas daerah sebesar 746.861 ha., dengan batas wilayah: Sebelah Utara Kelurahan Kebonsari Sebelah Timur Kelurahan Kranjingan Sebelah Selatan Kelurahan Kranjingan, Desa Ajung Sebelah Barat Desa Ajung , Kelurahan Kaliwates Adapun kondisi geografis kelurahan Tegal Besar adalah: 1. Ketinggian Tanah dari permukaan laut : 89 dpl 2. Banyaknya curah hujan :2.150 m/ tahun 3. Topografi : Dataran Rendah 4. Suhu Udara rata-rata : 27 dr/C
xvi

5. Jumlah hari hujan / tahun : 116 hari Kelurahan yang dipimpin oleh Yunita Maharani,S.STP ini memiliki jumlah warga sebanyak 24.008 jiwa dengan rincian warga laki-laki berjumlah 11.753 jiwa dan Perempuan 12.255 jiwa. 2.3 Gambaran Umum Pondok Pesantren Darus Sholah a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darus Sholah YPI Darus Sholah Jember Didirikan pada th. 1985, oleh Almarhum Drs. KH. Yusuf Muhammad, LML. Dan dilanjutkan oleh Drs. KH. Nadhier Muhammad, MA. Mulai merintis Pesantren th. 1987 diikuti lembaga-lembaga pendidikan formal dan non formal mulai dari TK Full Day, SD Plus, SMP Plus, Madrasah Aliyah ,SMA Unggulan BPPT, TPQ, Madrasah Diniyah, Majlis Ta lim, Majlis Da wah, Poliklinik, Kopontren dan keterampilan keterampilan yang dianggap sangat bermanfaat bagi santri dan pesantren Sepulang dari Madinah, setumpuk kegiatan telah menanti Kiai muda yang berwawasan luas ini. Sontak, beliau sibuk membina pengajian di kampung?? kampung. Salah satunya, mengasuh pengajian di Gang Paneli Talangsari Jember. Di tengah kesibukan mengasuh beberapa pengajian, beliau juga tengah mempersiapkan embrio pesantrennya, Darus Sholah. Tepatnya, pada 27 Rajab tahun 1987, Gus Yus meresmikan kelahiran pesantrennya. Pesantren ini didirikan di JI. Moh. Yamin 25, Tegal Besar Jember di atas tanah seluas 8 hektare. Saat itu, keadaan di lokasi pesantren masih sunyi, tidak seramai sekarang. Belum ada kendaraan, waktu itu. listrik juga masih menggunakan diesel. Hanya ada beberapa gelintir santri yang menimba ilmu di pondok Gus Yus tersebut. Adalah Kiai As'ad Syamsul Arifin, seorang kiai kharismatik asal Situbondo, yang meletakkan batu pertama Pesantren Darus Sholah. Sewaktu itu, kiai As'ad sudah menjadi orang yang demikian dituakan di jam'iyyah Nahdlatul Ulama. Kiai As'ad lah yang bersama sejumlah kiai senior seperti KH Achmad Shiddiq dan KH Ali Maksum, pada tahun 1984, menjadi tokoh kunci yang sangat menentukan derap langkah Nahdlatul Ulama. Saat itu, Nahdlatul Ulama berada dalam ambang kehancuran karena badai konflik internal. Untungnya, kiai As'ad dan beberapa kiai kharismatik yang lain berhasil menyelesaikan konflik ini. Makanya, sangat tepat kiranya jika kiai yang juga abah KH Fawa'id Situbondo ini yang didaulat Gus Yus untuk meresmikan pesantrennya. Apalagi, ternyata KH Muhammad, abah Gus Yus, adalah senior Kiai As'ad. Sebaliknya, ketika Kiai As'ad bermaksud men??dirikan Ma'had Aly pada tahun 1990,
xvii

Gus Yus dan juga Gus Nadzir, kakaknya dimintai bantuannya untuk turut serta merumuskan pendirian program pendidikan pasca pesantren tersebut. Bersama sejumlah kiai senior, beliau didapuk untuk turut menyumbangkan pikiran bagi pendirian dan pengembangan Ma'had Aly ke depan. MA sendiri diangankan oleh para pendirinya, untuk mampu mencetak kader kader ulama yang, menurut Kiai As'ad, kian langka. Tidak hanya itu. Pasca pendirian MA, Gus Yus juga dimohon untuk menjadi salah satu staf pengajar di sana. Hanya karena beliau belakangan sibuk di dunia politik, kiai politisi ini hanya dimintai mengajar satu bulan sekali sebagai dosen tamu. Sedikit demi sedikit, Gus Yus pun membangun "pondasi" pondoknya. Santri santrinya pun dari tahun ke tahun, kian banyak. Tidak hanya dari Jember, tapi juga dari luar kota suwar suwir tersebut. Karena maksud memodernisasi pondok, Gus Yus akhimya juga mendirikan sekolah umurn seperti TK, SD, SMP Plus, SMA Unggulan, MA /MAK dan lain lain. Kendati demikian, aura salaf pondok pesantren Darus Sholah tetap dipertahankan. Nampaknya, Gus Yus hendak menerapkan kaidah :" al muhafadlah alal qadi mi as shalih wal akh dzu bil jadidi aslah". Meneruskan tradisi salaf yang baik, tapi juga mengambil nilai modem yang baik. Selain itu, kiai yang juga politisi ini membangun masjid megah yang rencananya dijadikan Islamic Centre. Mungkin, benar juga kata Kiai As'ad pada Gus Yus, ketika bertiga: beliau, Gus Nadzir dan KH Hasan Bash pada 10 Ramadlan tahun 1990, secara khusus dipanggil oleh kiai kharismatik asal Situbondo tersebut. "Raje pondukke sampean (akan besar pondok anda)", tukas kiai As'ad sambil menepuk dada Gus Yus yang berada di sebelahnya. Nampaknya, ramalan kiai sepuh ini benar-??benar menjadi kenyataan. Setapak demi setapak, Darus Sholah semakin ditata dengan baik. Santri santrinya juga semakin meluber. Informasi terakhir, jumlah santrinya putra dan putri sudah mencapai 750 orang. Sementara, yang di luar pondok sekitar 500 orang. Sungguh, prestasi yang luar biasa. Dalarn usia yang belia, pesantren baru ini cukup dikatakan maju dan besar. Hingga kini, usia Darus Sholah sudah Dua Puluh tahun. Sebuah usia, yang dikatakan Gus Yus, di acara Haul yang ke 17 ini sebagai, "cukup dewasa". Kiai yang juga mantan Ketua Fraksi Kebangkitan Bangsa MPR RI periode 1999 sd 2004 ini berharap, pesantrennya akan menjadi mandiri. Mandiri, dalam arti kata, segala sesuatu yang berjalan di pesantren, lebih karena sistem yang berjalan. Memang, banyak orang cukup risau, siapa yang nanti menggantikan Gus Yus, jika sewaktu-waktu beliau tidak ada. Karena, pengaruh kiai muda ini sangatlah menentukan. Tapi, kerisauan ini sendiri sudah dijawab setelah ditinggalkan Gus Yus kegiatan Darus Sholah tidak terganggu dan tidak terbengkalai,hal ini dikarenakan Gus Yus telah meletakkan dasar-dasar manajemen pondok yang profesional. Segalanya berjalan apa adanya
xviii

sesuai dengan sistem yang berlaku, dan bahkan Darus Sholah tambah menjelma menjadi pondok yang sangat diminati oleh masyarakat, hal ini dibuktikan dengan semakin bertambah banyak santri yang mondok dipesantren ini, bahkan Darus Sholah kekurangan gedung ( Ruang sekolah dan asrama) untuk menampung santri yang semakin membeludak. Hanya saja, banyak obsesi beliau yang belum selesai. Pertama, keinginan Gus Yus mendirikan Perguruan Tinggi yang bersifat kejuruan di pesantren. Seperti Akademi Perawat, Fakultas Kedokteran dan lain lain. Kedua, membangun studio radio yang dapat menjadi media dakwah ke masyarakat. Ini mengingatkan kita, tatkala beliau aktif menjadi penyiar radio di masa remaja. Dan ketiga, meneruskan pembangunan masjid yang beliau cita citakan bakal menjadi Islamic Centre, yang hingga kini baru 75 persen. Inilah tugas kolektif yang bakal dipikul, baik oleh Gus Nadzir, selaku penerus pengasuh Darus Sholah, ataupun perangkat sistemik Darus Sholah yang lain seperti guru, ustadz dan lain sebagainya. b. Sistem Pendidikan Keunggulan lembaga pendidikan pesantren Darus Sholah terletak pada Panca Jiwa kepesantrenannya, diantranya: keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah, dan kemerdekaan. Keikhlasan, berarti dalam melaksanakan segala aktivitas pendidikan dan aktivitas apapun di pesantren hanya semata-mata lillahi taala. Kalau ada seorang kiai, guru, atau ustadznya digaji atau hanya berorientasi mencari honor maka berarti dia tidak jauh beda dengan guru-guru honoran di luar pesantren. Kesederhanaan, berarti berpola hidup dan berpenampilan hidup yang sederhana, tidak serba mewah. Sehingga ketika ada seorang santri yang pola hidupnya serba mewah, maka pada hakekatnya dia tidak jauh berbeda dengan siswa-siswi pendidikan non pesantren. Kemandirian, artinya berdikari, berdiri di atas kaki sendiri, baik dalam konsep, sistem, maupun dana. Maka, bila ada sebuah pesantren yang sistem pendidikan dan konsep kurikulumnya memakai susunan konsep dan sistem orang atau institusi di luar pesantren berarti bukan sebuah pesantren. Begitu juga dalam hal dana, ketika ada sebuah pesantren bergantung kepada orang atau pihak di luar pesantren seperti halnya disokong subsidi dari pemerintah atau institusi-institusi lain maka tidak ada bedanya dengan sekolah negri dan institusi-institusi lainnya. Ukhuwah islamiyah, adalah semua komunitas pesantren selalu berada dalam ikatan prinsip persaudaraan. Sebagaimana mottonya, Berdiri di atas semua golongan dalam satu kesatuan persaudaraan. Tidak membawa kepentingan segelintir orang maupun kelompok
xix

tertentu. Kemerdekaan, yaitu mempunyai jiwa yang bebas. Dalam artian, bebas dari perbudakan hawa nafsu dan syetan yang terkutuk. Sekaligus bebas dari tekanan-tekanan secara personal maupun komunal, dari siapa dan pihak manapun. Hal itulah yang terlihat di Pondok Pesantren Darus Sholah Jember. Pesantren modern yang berjiwa salafi, yang menggabungkan kurikulum sekolah dan Pesantren menjadi satu yang bertujuan mendidik para siswa/siswi agar menjadi insan yang berguna, memiliki Imtaq dan Iptek yang seimbang, cerdas, terampil dan berakhlaqul karimah. Kehidupan keseharian santri di Pondok Pesantren Darus Sholah tidak jauh beda layaknya kehidupan santri di pesantren-pesantren lain. Disini santri sangat dituntut untuk hidup mandiri dan diberi kebebasan untuk berkreasi walaupun waktu yang disediakan untuk itu sangat minim. Kesederhanaan ini tidak mematahkan semangat para santri Darus Sholah untuk selalu berbenah diri menuntut ilmu dan menjadi yang terbaik. Semua sarana dan prasarana mereka gunakan dengan sebaik-baiknya, dengan penuh semangat para santri mengisi waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan yang tidak menjadi program khusus ( yang dijadwal oleh pesantren ) misalnya olahraga sepakbola, tenis meja, dll bisa dilakukan pada hari Ahad yang ini kesemuanya tidak mengganggu kegiatan pokok pesantren. Memang sudah ada kegiatankegiatan semacam itu yang dijadwalkan oleh masing-masing lembaga dan ini masuk dalam kegiatan ekstra kurikuler siswa. Tidak ada kelihatan raut sedih dari wajah para santri dalam menjalankan kehidupan sehari-hari mereka. Yang terlihat hanyalah rasa kekeluargaan yang sangat tinggi mereka rasakan. Mereka menganggap di Pesantren adalah keluarga besar, karena keadaan mereka jauh dari rumah dan sanak keluarga maka temanlah yang paling dekat yang digunakan untuk saling curhat dan beradu argumen keilmuan layaknya kehidupan keluarga. Memang kalau dilihat dari padatnya kegiatan pesantren dan sekolah sangat melelahkan, tapi tidak untuk di Darus Sholah. Semua kegiatan sudah ada jadwalnya tinggal menjalankan saja jadi tidak rancu. Hampir praktis tidak ada waktu luang bagi santri. Setelah selesai kegiatan formal semua santri langsung bersiap-siap melaksanakan istighasah bersama di masjid sampai maghrib dan ini dilakukan setiap hari. Dilanjutkan dengan kegiatan yang semuanya sudah dikelompokkan sesuai dengan tingkat kemampuan santri, mulai mengaji sesuai dengan kelompok memakai metode qiroati/dirosati sampai pada kajian kitab kuning. Hal ini dilakukan setiap hari kecuali hari jumat karena dibuat istighasah setelah shalat maghrib dan hari Ahad yang dibuat pembacaan tibaiyah. Disisi lain juga tidak ketinggalan pula kemajuan iptek di pesantren ini. Selain mengaji yang sudah menjadi kewajiban dan rutinitas santri setiap harinya, santri juga diberi kebebasan
xx

untuk menggali iptek. Internet online setiap hari (hotspot) sangat membantu santri dan asatidz untuk mencari kajian-kajian keagamaan lewat situs yang ada yang bisa nantinya digunakan untuk kepentingan bersama santri dan asatidz. Sistem pendidikan yang diterapkan Pondok Pesantren Darus Sholah menggunakan perpaduan sistem modern (Kholafiyah) dan tradisional (Salafiyah) ini terbukti dengan jenjang pendidikan yang ada didalamnya yaitu : 1. Pendidikan Informal (TPA/TPQ, Madrasah Diniyah, Pengajian Wetonan dan Majlis Talim) 2. Pendidikan Formal ( TK, SD, SMP Plus, MA, MAK,SMA Unggulan) Pendidikan Informal 1. TPA/TPQ Didirikan pada tahun 1989 dengan jumlah siswa pada awal berdirinya 25 orang kemudian meningkat dari tahun ketahun. Sehingga pada tahun ajaran 2006/2007 jumlah siswanya 78 orang dan telah mewisuda 3 angkatan. Sistim pendidikan klasikal yang diadakan pada sore hari dari jam 15.00 hingga jam 16.30 WIB. siswa kebanyakan berasal dari tetangga pondok pesantren. 2. PENGAJIAN WETONAN Pengajian Wetonan ini diadakan diluar jam Madrasah Diniyah, dengan klasifikasi waktu pelaksanaan bada subuh dan bada Isya(20:30). Pengajian Wetonan ini dibagi menjadi 2 yaitu pengajian Wetonan rutin harian dan pengajian Wetonan rutin mingguan. Peserta pengajian ada 2 kelompok besar yaitu kelompok aliyah sederajat dan kelompok Tsanawiyah sederajat. Sistim pendidikan yang diterapkan model Wetonan yaitu santri berkumpul untuk mendengarkan dan menulis keterangan yang diberikan oleh ustadz. 3. MAJLIS TA'LIM Majlis Talim Majlis talim adalah bentuk pengajian yang diikuti oleh masyarakat sekitar lingkungan pondok. Pelaksanaan majlis talim ini pada setiap hari jumat bada subuh hingga jam 07.00 WIB. Materi pengajian yang dikaji adalah kitab tasawuf terutama pada materi-materi kehidupan bermasyarakat. Pengajian ini diasuh oleh Drs KH. Nadhier Muhammad,MA. Pendidikan Formal 1. TK Darus Sholah Sistem yang diterapkan adalah menggunakan sistim klasikal yang terbagi menjadi 2 sistem yaitu pertama menggunakan sistem pendidikan formal TK sebagaimana umumnya yang kedua menggunakan sistem play group yang dikemas dalam TK Full Day. 2. SD Darus Sholah
xxi

Sistem yang diterapkan adalah menggunakan sistem klasikal yang memakai kurikulum dari 2 departemen yang berbeda yaitu dari Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama. 3. SMP Plus Darus Sholah Sebagai salah satu Lembaga Formal dibawah naungan YPI Darus Sholah menjadi salah satu penunjang terlaksananya Pendidikan, baik pendidikan Agama maupun Umum dengan menerapkan sistem perpaduan kurikulum lokal dan nasional, murid disamping mendapatkan pendidikan sama seperti SMP lainnya juga mendapatkan pendidikan Agama layaknya dipesantren karena semua siswa/siswi diwajibkan menetap didalam pesantren dengan pengawasan 24 jam. 4. MA/MAK Darus Sholah Lembaga ini menerapkan kurikulum Nasional yang bersumber dari Depag dan kurikulum lokal yang lebih memfokuskan pada pemahaman keagamaan, siswa diharapkan menjadi muslim yang berkepribadian islam, yaitu bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlaq mulia dan mempunyai inteligensi yang tinggi. Sistem pendidikan yang diterapkan yaitu pengajaran klasikal, pengajaran tutorial, yakni penyampaian materi-materi yang bersumber dari kurikulum lokal serta metode musyawarah. 5. SMA Unggulan Darus Sholah Sebagai salah satu Lembaga Formal dibawah naungan YPI Darus Sholah menjadi salah satu penunjang terlaksananya Pendidikan, baik pendidikan Agama maupun Umum dengan menerapkan sistem perpaduan kurikulum lokal dan nasional, murid disamping mendapatkan pendidikan sama seperti SMA lainnya juga mendapatkan pendidikan Agama layaknya dipesantren karena semua siswa/siswi diwajibkan menetap didalam pesantren dengan pengawasan 24 jam.

c. Demografi
JUMLAH SANTRI 2006 - 2007 Jumlah santri putra-putri yang menetap di pondok pesantren sebanyak 977 santri dengan perincian sebagai berikut : A. Jumlah santri Putra yang menetap di Pondok pesantren pada tahun ajaran 2006/2007 sebanya 463 orang dengan rincian 1. SMP Plus Darus Sholah sebanyak 309 orang 2. MA, MAK Darus Sholah sebanyak 70 orang 3. SMU Darus Sholah sebanyak 72 orang
xxii

4. Mahasiswa yang sebagian menjadi pengurus pondok pesantren sebanyak 12 orang B. Jumlah santri Putri yang menetap di Pondok pesantren pada tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 514 orang, dengan rincian : 1. SMP Plus Darus Sholah sebanyak 341 orang 2. MA, MAK Darus Sholah sebanyak 84 orang 3. SMU Darus Sholah sebanyak 80 orang 4. Mahasiswa yang sebagian menjadi pengurus pondok pesantren sebanyak 9 orang JAJARAN PIMPINAN PUSAT Alm. Drs. KH. Yusuf Muhammad,LML. (PENDIRI) Drs. KH. Nadhier Muhammad,MA. (PENGASUH) Ny. Hj. Siti Rosyidah SHI (PENGASUH) Drs. H. Zainal Fanani (WAKIL PENGASUH) Ust. H. M. Thohari (WAKIL PENGASUH) Dra. Umi Hanik (WAKIL PENGASUH) Ustz. Rodliyah (WAKIL PENGASUH)

JAJARAN PIMPINAN OPERASIONAL M. Tantowi (Ketua Pengurus Putra) Anisa Natalinda (Ketua Pengurus Putri) Dr. M. Hadi Purnomo. MPd ((Kepala SMA UNGGULAN) Drs. Suud Siraj (Kepala MA/MAK) Drs. H. Zainal Fanani (Kepala SMP Plus) Ny. Hj. Siti Rosyidah SHI (Kepala SD) Dra. Umi Hanik (Kepala TK) Ust. Harun Arrosyid (Kepala TPA/TPQ)

d. Fasilitas PP. Darus Sholah memiliki fasilitas-fasilitas yang memadai sebagai pendukung kegiatan belajar mengajar dan kegiatan ubudiyah dan majelis Talim, antara lain :
xxiii

Kantor 7 buah masing2 Kantor dilengkapi dgn 2komputer Ruang kelas 57 lokal Aula 1 buah (2 lantai) Masjid 2 buah Lab. Bahasa 1 lokal (24 unit) Lab. Komputer 1 lokal (15 unit) Perpustakaan Pusat 1 lokal & Tiap Lembaga 1 perpustakaan Internal Kamar santri 47 lokal Islamic centre 1 lokal (dalam proses penyelesaian) Koperasi 3 buah (Kantin makan, cafe dan toko) Kamar mandi & WC 55 lokal Sound system 1 set Laptop Masing-masing lembaga ada LCD Masing-masing lembaga ada Alat Music Masing-masing lembaga ada Drum Band SD TV & VCD Setiap Kelas SMP & SMU Unggulan Sarana Olah Raga Masing-masing lembaga ada Kamera Shouting Masing-masing lembaga ada Foto Digital Masing-masing lembaga ada Kamera CCTV Setiap Kelas SMP & MA / MAK Jaringan Internet Masing-masing lembaga ada Dll

e. Tata Tertib Pondok Pesantren BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Santri PondokPesantren Darus Sholah dianggap sah apabila terdaftar dan memiliki tanda pengenal (Kartu Angggota Santri). 2. Semua santri diwajibkan bertempat tinggal hanya di dalam Pondok Pesantren Darus Sholah.
xxiv

3. Sekolah formal Madrasah Diniyah, Pengajian, Kursus-kursus dan kegiatan ekstra kurikuler yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Darus Sholah adalah untuk semua santri. 4. Santri tidak dibenarkan mengikuti kegiatan di luar Pondok Pesantren Darus Sholah kecuali atas sepengetahuan dan perkenan Pengasuh. BAB II HAK SANTRI Pasal 2 1. Santri berhak mendapatkan pelayanan pendidikan dan pengajara. 2. Santri berhak menggunakan fasilitas / sarana milik Pesantren Darus Sholah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Santri berhak atas semua kegiatan yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Darus Sholah. 4. Santri berhak melaporkan kepada pengurus apabila ia merasa tidak aman, terjadi kehilangan atau kecurian barang. Pasal 3 Kewajiban Kurikuler 1. Semua santri diwajibkan mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren Darus Sholah. 2. Semua santri wajib mengikuti pengajian Al Quran dan kitab sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan oleh pengurus. 3. Semua santri wajib mengikuti semua kegiatan belajar mengajar dan ekstra kurikuler sesuai dengan ketentuan yang ditetaokan oleh lembaga formal masing-masing. 4. Semua santri wajib izin (melalui surat resmi dari pengurus) jika berhalangan dalam mengikuti kegiatan pada poin 2dan 3. Pasal 4 Kewajiban Nonkurikuler 1. Semua santri diwajibkan berqidah Islam Ala Thariqati Ahlis Sunah Wal Jamaah. 2. Semua santri diwajibkan mentaati peraturan Pondok Pesantren Darus Sholah baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. 3. Semua santri wajib berbusana muslim/muslimah sesuai dengan ketentuan. 4. Semua santri diwajibkan menjaga nama baik Pondok Pesantren Darus Sholah. 5. Semua santri wajib taat kepada Masyaayikh, Asatidz dan pengurus.
xxv

6. Semua santri wajib menghormati tamu, keluarga dan akhwan. 7. Semua santri diwajibkan mengikuti sholat berjamaah lima waktu dan membaca aurad hingga berdoa bersama imam. 8. Semua santri wajib bangun pagi pikul 04.00 WIB dan melaksanakan semua sholat sunah muakkadah (rawatib). 9. Semua santri wajib bersikap, bertingkah laku, bertutur kata dan berpakaian sopan (sesuai dengan ketentuan Syaran wa adatan). 10. Semua santri diwajibkan menjaga kebersihan, keamanan dan ketertiban Pondok Pesantren Darus Sholah. 11. Semua santri diwajibkan melapor/meminta izin resmi kepada pengurus apabila meninggalkan / keluar dari lingkungan pondok. 12. Semua santri diwajibkan melapor kepada keamanan / pengurus apabila menyaksikan terjadinya pelanggaran tata tertib dan mengetahui orang yang mencurigakan. 13. Semua santri wajib berbahasa Arab/Inggris sesuai ketentuan. Pasal 5 Kewajiban Administratif 1. Semau santri wajib mengisi biodata lengkap untuk pengisian buku induk dan buku pribadi santri. 2. Semua santri diwajibkan membayar infaq syahriyah pondok dan sekolah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, selambat-lambatnya tanggal 10 pada setiap bulannya. 3. Semau santri diwajibkan melewatkan wesel, surat dan paketmelalui kantor pondok. 4. Semua santri wajib kos makan di kantin pesantren. BAB III LARANGAN Pasal 6 Keamanan 1. Santri dilarang melakukan hal-hal yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban umum. 2. Santri dilarang melakukan hal-hal yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban pondok pesantren. 3. Santri dilarang berkelahi, minum-minuman keras, dan mengganggu hak milik orang lain tanpa seizing pemiliknya (mengghasab, menipu dan mencuri )serta melakukan tindakan yang melanggar syariat Islam.
xxvi

4. Santri dilarang melakukan ancaman-ancaman (intimidasi) dan berbuat fakhisyah. 5. Santri dilarang main PS dan menyaksikan segala bentuk pertunjukan diluar lingkungan pondok. 6. Semua pelajar dilarang merokok 7. Santri dilarang menyimpan atau menggunakan senjata tajam dan barang-barang yang berbau pornografi (kaset, komik, majalah, gambar-gambar/poster dan lain-lain). 8. Semua santri putri dilarang mengenakan perhiasan kecuali anting. Pasal 7 Ketertiban 1. Santri dilarang berada diluar masjid sesudah adzan sholat dikumandangkan. 2. Santri dilarang bersuara keras dan bergurau terutama diwaktu jamaah atau pengajian sedang berlangsung dan setelah pukul 23.00 WIB. 3. Santri dilarang mengganggu ketenangan orang lain, baik didalam maupun diluar pondok pesantren. 4. Santri dilarang memasuki asrama/wilayah lain kecuali seizin ketua kamar/asrama/wilayahnya. 5. Santri dilarang berkeliaran, mejeng dan apalagi bermalam diluar pondok pesantren. 6. Santri dilarang naik kendaraan di halaman pondok pesantren 7. Santri dilarang memasang pengumuman didalam pondok pesantrentanpa seizing pengurus. 8. Santri yang memiliki kendaraan dilarang parker kecuali ditempat yang telah disediakan. 9. Santri dilarang menggunakan hak milik pondok pesantren (yang telah disediakan untuk santri) untuk kepentingan pribadi. Pasal 8 Hubungan Lain Jenis 1. santri dilarang melakukan hubungan dengan lain jenis (bukan muhrim) atau berkhalwat. 2. Santri dilarang membawa HP, peralatan elektronik atau peralatan memasak yang menggunakan aliran listrik kecuali dengan seizing dari pengurus. BAB IV SANKSI Pasal 9 Macam-macam Sanksi : 1. Sanksi Berat :
xxvii

a. Diserahkan pada pihak yang berwajib b. Dikeluarkan dari pondok pesantren. c. Disowankan pada Kyai 2. Sanksi Sedang : a. Kerja Bakti b. Ditazir c. Diskors (dicabut haknya sebagai santri sementara) d. Dipanggil orang tua/walinya. 3. Sanksi Ringan : a. Dipanggil kekantor (Bimbingan Konseling) untuk dinasehati b. Baca Alquran atau menghafalkan doa-doa. c. Diberi peringatan 4. Sanksi Lain : a. Denda berupa barang/uang b. Tergantung kebijakan Pengasuh 1. Sanski Berat : a. Diserahkan kepada pihak yang berwajib apabila melakukan : 1. Tindak pidana yang berurusan dengan kepolisian 2. Terlibat organisasi terlarang b. Dikeluarkan dari pondok pesantren apabila melakukan : 1. Mencuri hak milik orang lain 2. Hubungan antara putra dan putri yang bukan muhrimnya melewati batas Syara 3. Minum-minumsan keras dan berjudi 4. Tidak taat dan patuh pada Pengas 5. Melakukan hal-hal kontra produktif terhadap kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh pesantren c. Disowankan Kepada Kyai apabila melakukan : 1. Hal-hal diatas pada poin a dan b 2. Pelanggaran lain yang berkali-kali.
xxviii

2. Sanski Sedang a. Kerja Bakti apabila melakukan : 1. Perbuatan yang tidak mengindahkan kebersihan, mengganggu ketertiban dan keamanan. 2. Sering meninggalkna sholat berjamaah pada sat berada dipondok. 3. Tidak mengikuti kegiatan pesantren tanpa keterangan sebanyak 3 kali. b. Ditazir apabila melakukan : 1. Main PS atau melakukan pertunjukan di luar pondok pesantren. 2. Merokok dan mnyimpan barang-barang yang berbau porno.

c. Diskors (dicabut haknya sebagai santri sementara) apabila melakukan 1. Tidak membayar syahriyah / infaq pondok selama 3 bulan 2. Mencemarkan nama baik pondok 3. Pulang tanpa izin dan bermalam 3 hari 4. Sering meninggalkan pengajian atau kegiatan pondok dan sekolah setelah mendapat peringatan 3 kali d. Dipanggil orang tua/walinya apabila melakukan : 1. Melakukan pelanggaran berulang-ulang setelah diperingatkan dan membuat surat pernyataan. 2. Menghina atau melawan pengurus yang sedang melakukan tuga. 3. Sering tidak masuk sekolah/madrasah. 3. Sanksi Ringan : a. Dipanggil kekantor (Bimbingan Konseling) apabila melakukan : 1. Melakukan ancaman-ancaman terhadap orang lain. 2. Perkelahian dengan orang lain. b. Baca Alquran apabila melakukan : 1. Tidak sholat berjamaah. 2. Tidak mengikuti kegiatan pengajian rutin. 3. Tidak mengikuti kegiatan pondok dan madrasah / sekolah. c. Diberi peringatan apabila melakukan : 1. Tidak memakai busana musli/muslimah secara mahadiyah (berkopyah).
xxix

2. Bersikap dan berkata tidak sopan. 3. Menbayar infaq/shodaqah tidak tepat waktu 4. Sanksi Lain : a. Didenda apabila melakukan pelanggaran teta tertib yang berlaku. b. Tergantung kebijakan apabila melakukan pelanggaran yang berlaku. BAB V LAIN-LAIN Pasal 10 1. Segala ketentuan yang belum diatur dalam tata tertib ini akan diatur kemudian atas dasar mufakat para pengurus 2. Peraturan ini diberlakukan sejak ditetapkan.

xxx

BAB 3. PEMBAHASAN
3.1 Sistem ekonomi dan mata pencaharian di Pondok Pesantren Darus Sholah Adapun sebelum menuju pada sistem ekonomi dan mata pencarian di pondok pesantren darus sholah akan di jelaskan terlebih dahulu mengenai ;ekonomi dan sistem terlebih dahulu Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani (oikos) yang berarti keluarga, rumah tangga dan (nomos), atau peraturan, aturan, hukum, dan secara garis besar diartikan sebagai aturan rumah tangga atau manajemen rumah tangga. Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja. Ilmu yang mempelajari ekonomi disebut sebagai ilmu ekonomi. Ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian menyebabkan timbulnya kelangkaan (Ingg: scarcity). Ilmu ekonomi muncul karena adanya tiga kenyataan berikut : Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas. Sumber daya tersedia secara terbatas. Masing-masing sumber daya mempunyai beberapa alternatif penggunaan. Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia di dalam memenuhi kebutuhannya yang relatif tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas dan masing-masing sumber daya mempunyai alternatif penggunaan (opportunity cost). Secara garis besar ilmu ekonomi dapat dipisahkan menjadi dua yaitu ilmu ekonomi mikro dan ilmu ekonomi makro. 1. Ekonomi Makro Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau
xxxi

pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pembayaran internasional. Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi utama sebagai berikut : Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam kegiatan ekonomi. Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan keadaan ini disebut full employment. Sebaliknya bila masih ada sumber daya yang belum dimanfaatkan berarti perekonomian dalam keadaan under employment atau terdapat pengangguran/belum berada pada posisi kesempatan kerja penuh. Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil khususnya stabilitas di bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun dalam jangka panjang berarti terjadi inflasi. Sebaliknya terjadi deflasi. Sejauh mana perekonomian mengalami pertumbuhan dan pertumbuhan tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang membaik antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam distribusi pendapatan terdapat trade off maksudnya bila yang satu membaik yang lainnya cenderung memburuk. 2. Ekonomi Mikro Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah tangga. Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang bagaimana individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum. Secara teori, tiap individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi yang optimum bersama dengan individuindividu lain akan menciptakan keseimbangan dalam skala makro dengan asumsi ceteris paribus.

xxxii

Peran dan Fungsi Pemerintah di Bidang Ekonomi Dilihat dari Harga Ekonomi Mikro Harga ialah nilai dari Ekonomi Makro suatu Harga adalah nilai dari komoditas secara

komoditas (barang tertentu saja) Unit analisis Pembahasan ekonomi penawaran, perilaku perusahaan Tujuan analisis tentang secara perilaku produsen,

agregat (keseluruhan). kegiatan Pembahasan tentang individual. kegiatan ekonomisecara konsumen, pendapatan pasar, pertumbu8han inflasi, pengangguran, investasi nasional,

Contohnya permintaan dan dan keseluruhan. Contohnya

penerimaan, biaya dan laba atau rugi ekonomi,

dan kebijakan ekonomi Lebih memfokuskan pada analisis Lebih memfokuskan tentang cara mengalokasikan sumber pada analisis tentang daya agar dapat dicapai kombinasi pengaruh yang tepat. ekonomi perekonomian keseluruhan kegiatan terhadap secara

1. Fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hokum, pertahanan dan keamanan. 2. Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa public, seperti pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan, dan telepon. 3. Fungsi distribusi, yaitu fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi pendapatan masyarakat. Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa yunani system yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama. Pengertian sistem menurut sejumlah para ahli : 1. L. James Havery Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
xxxiii

2. John Mc Manama Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien. 3. C.W. Churchman. Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan. 4. J.C. Hinggins Menurutnya sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan. 5. Edgar F Huse dan James L. Bowdict Menurutnya sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan. Sumber dana pondok pesantren berasal dari dana pendirinya sendiri yaitu Gus Yus .Dana pribadinya berupa aset-aset terdiri dari sawah yang cukup luas,ladang serta ternak-ternak yang pada awalnya dulu di gembalakan sendiri oleh beliau.Selain dari dana pribadi sumber pendapatan pesantren berasal dari uang spp para sntri yang besarnya berbeda-beda pada tiap jenjang pendidikan . Pesantren berupaya mendirikan koperasi yang bertujuan memenuhi kebutuhan seharihari para santrinya.Koperasi trsebut di bagi menjadi dua yaitu koperasi dalam yang di kelola oleh santri putri dan koperasi luar yang dikelola langsung oleh pihak pesantren.Di koperasi tersebut di jual berbagai macam kebutuhan santri antara lain peralatan tulis ,sabun mandi ,dan makanan ringan. Pendapatan pesantren yang lainya melalui sistem bagi hasil dengan para pedagang yang menyewa tempat di dalam pesantren.Dana tersebut di gunakan untuk operasional pondok pesantren.Besarnya dana bagi hasil itu tidak di tentukan bergantung pada pendapatan pedagang pada hari tersebut. 3.2 Perkembangan sistem ekonomi dan mata pencaharian warga sekitar pondok Pesantren Darus Sholah sejak awal didirikan hingga sekarang.
xxxiv

Perdagangan sebagai mata pencaharian utama warga sekitar pondok pesantren Darus sholah mengalami perkembangan yang amat pesat.Hal ini sejalan dengan perkembangan sert kemajuan dari pondok pesantren Darus Sholah.sebab pada saat ini semakin bertambah banyak santri yang menuntut ilmu menyebabkan satu toko atau satu warung saja yang menjual kebutuhan sehari-har kurang mampu memenuhi kebutuhan para santri yang semakin bertambah banyak. Pada tahap awal perkembangan pondok pesantren Darus Sholah belum banyak warga sekitar yang bekerja sebagai pedagang kebanyakan dari warga sekitar berprofesi sebagai buruh tani,petani dan tukang becak.Namunseiring makin bertambah besarnya pondok pesantren Darus Sholah warga sekitar pun banyak yang beralih pekerjaan menjadi seorang pedagang.Tapi hal tersebut membawa dampak yang kurang baik pula sebab arus persaingan antar pedagang pun tidak dapat terelakkan. Tetapi ada beberapa warga sekitar pondok pesantren yang tetap setia berprofesi sebagai petani dan buruh tani serta tukang becak yang penghasilannya tidak menentu.Namun pada perkembanganannya tidak hanya warga sekitar pondok pesantren Darus sholah saja yang menikmati buah perkembangan dari semakin pesat dan banyaknya santri pondok pesantren darus sholah,tetapi juga warga yang lain yang tidak bermukim di sekitar pondok pesantren darus Sholah ikut menikmati rejeki pula. Pada akhir-akhir ini banyaknya pedagang yang berjualan di sekitar pondok pesantern mengakibatkan ketatnya persaingan antar para pedagang yang menyebabkan turunnya penghasilan para pedagang yang tidak mampu bersaing dengan pedagang lain yang mungkin mengakibatkan pedagang tersebut gulung tikar atau bangkrut.Di tambah lagi persaingan tidak hanya muncul antar pedagang saja tetapi pihak pesantren juga ikut bersaing dengan mendirikan koperasi. Selain itu jika ada beberapa pedagang yang berjualan di dalam pondok pesantren akan di kenai biaya .Biaya tersebut sebagai dana bagi hasil antara pedagang dengan pihak pondok pesantren yang besarnya tidak di tentukan ,namunterkadang biaya tersebut memberatkan pedagang karena pendapatan para pedagang yang semakin tidak menentu. 3.3Kaitan antara Pondok Pesantren Darus Sholah dengan kehidupan masyarakat sekitar Pesantren sehari-hari.
xxxv

Terdapat kaitan antara warga sekitar dengan pihak pesantren Darus Sholah hal ini dapat di amati dalam keseharian warga sekitar darus sholah yang bekerja sebagai pedagang.Pada awal berdirinya pondok pesantren Darus sholah warga sekitar yang bekerja sebagai pedagang amatlah sedikit tetapi seiring dengan perkembangan pondok pesantren Darus Sholah semakin banyak warga sekitar Darus Sholah yang bekerja sebagai pedagang. Selain itu berkembangnya ilmu pengetahuan juga menyebabkan bertambah banyaknya santri yang menuntut ilmu di pondok pesantren.Dan tidak hanya dari warga daerah tersebut tapi juga dari daerah lain di sekitarnya.Akibat dari perkembangan pondok pesantren Darus sholah yang semakin pesat menyebabkan banyak dari warga sekitar yang beralih pekerjaan menjadi pedagang. Namun dengan bertambahnya warga sekitar yang bekerja sebagai pedagang juga berakibat kurang baik.Antara lain minimnya warga yang bekerja sebagai buruh tani dan juga petani dapat menyebabkan berkurangnya pasokan bahan pangan .Kekurangan bahan pangan meski dapat tercukupi dari daerah lain juga menyebabkan harga jualnya pun makin melonjak naik.Hal ini juga dapat mempengaruhi pendapatan dari para pedagang,selain ancaman dari sesama pedagang lain yang dapat menyebabkan pedagang tersebut terus merugi dan lamakelamaan bangkrut. Dalam aspek religi pun warga sekitar pondok pesantren Darus sholah mendapat pengaruh yang cukup besar.Yaitu dengan semakin banyaknya ibu-ibu sekitar pondok pesantren yang mensekolahkan anaknya ke TPQ guna menambah ilmu pengetahuan dalam bidang agama.Selain itu dalam TPQ juga di ajarkan bagaimana cara membaca alquran ,bagaimana bertata krama dengan baik kepada orang yang lebih tua. Dalam bidang pendidikan formal pun warga sekitar tidak perlu repot lagi dalam memikirkan sekolah yang tepat dan cenderung dekat bagi para putra-putrinya karena pondok pesantren Darus Sholah pun menyelenggarakan sekolah formal.Sekolah formal tersebut terbagi dalam jenjang-jenjang antara lain TK,SD,SMP,SMA.Dan sekolah formal yang di selenggarakan pihak pondok pesantren pun tidak kalah dengan sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah serta masyarakat pun mengalui ke unggulan sekolah formal dan non formal pondok pesantren Darus Sholah.Pengakuan tersebut oleh pondok pesantren di tanggapi dengan prestasi yang semakin gemilang dari tahun ke tahun.

xxxvi

BAB 4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian serta analisis didapat bahwa sumber dana pesanttren yang di pergunakan untuk biaya operasional pondok pesantren Darus Sholah berasal dari dana pribadi,iuran spp,hasil penjualan barang-barang kebutuhan sehari-hari,serta uang bagi hasil dengan para pedagang yang berjualan di dalam pondok pesantren pada saat jam-jam istirahat dan perkembangan pondok yang kian pesat menyebabkan perubahan sistem mata pencaharian penduduk sekitar. Sebagian besar warga sekitar pondok pesantren Darus Sholah berprofesi sebagai pedagang,petani,buruh tani,serta beberapa warganya bekerja sebagi tukang becak dan masih banyak profesi pekerjaan yang lain.Selaian itu terdapat kaitan antara kehidupan sehari-hari warga sekitar pondok pesantren dan pondok pesantren Darus Sholah terkait satu sama lainnya. Hal itu dapat di lihat kesehariaan warga sekitar pondok pesantren yang melakukan hubungan ekonomi dengan pondok pesantren,hubungan pendidikan pun warga sekitar tidak lepas dengan pondok pesantren karena banyak putra-putri warga yang menuntut ilmu di instasi atau lembaga pendidikan formal dan non formal milik pesantren. Sedang dalam bidang religi warga sekitar juga mulai mendapatkan pengaruh dengan di terapkan aturan bagi para pedagang yang berjualan di dalam pondok mengenakan jilbab bagi kaum perempuan .

xxxvii

DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad,Yunus .1995.Nilai-nilai Budaya Dalam Kehidupan Pesantren di daerah

Situbondo Jawa Timur.Jakarta:Depdikbud


2. Tuanya,M.Thaha.2007.Modernisasi Pesantren.Jakarta:Departemen Agama RI ,Balai

Penelitian dan pengembangan Agama.


3. http://www.darussholah.net/index.php muhammad nur shodiq 4. http://www.creativebrain.web.id/media.php?

action=readnews&id=84&title=Pengertian%20Sistem%20Menurut%20Para %20Ahli#ixzz1IqlPOdHx Author by Riyanto Wibowo. 5. http://www.animers.net78.net/pengertian-ekonomi/ 6. http://www.scribd.com/doc/21634378/PENGERTIAN-EKONOMIREZA SALAM N

xxxviii

LAMPIRAN Gambaran singkat keluarga Bu Siti. Mungkin usia yang menjelang senja bukanlah usia yang tepat untuk bekerja keras mencari nafkah untuk menghidupi keluarga.Namun hal tersebut tidak berlaku bagi Bu Siti dan Pak Maman ,mereka berdua adalah pasanngan suami isterinyang berprofesi sebagai pedagang kaki lima.Bu Siti serta suaminya bahkan menghidupi 4orang anak serta 3 cucu yang masih kecil-kecil. Bu Siti adalah salah seorang warga pesantren Darus sholah yang bekerja beralih pekerjaan dari buruh tani ke berdagang gorengan.Dagangan gorengan Bu Siti beraneka macam karena untuk menarik minat pembeli.Pada akhit-akhir ini pendapatan dari Bu Siti mengalami penurunan yang lumayan dratis Hal ini di pengaruhi oleh berbagai faktor antara lain makin banyaknya warga sekitar yang beralih profesi menjadi pedagang mengakibatkan semakin ketatnya persaingan antara pedagang sehingga para pedagang pun harus mampu melakukan perubahan-perubahan atau inovasi terhadap barang dagangannya agar tidak menyebabkan keberlanjutan usaha tersebut berhenti. Anak-anak Bu Siti juga ada yang menuntut ilmu di sekolah formal yang di kelola oleh pondok pesantren Darus Sholah.Meski hidup dalam kesederhanaan dan kekurangan namun ke dua anak-anak bu siti yang bersekolah di SD Serta SMP Darus Sholah tetap mampu menunjukkan prestasi serta kelebihannya,meski dalam kesehariannya Hidup kesederhanaan bahkan kekurangan. Suami Bu Siti juga berprofesi sama dengan Bu Siti yaitu pedagang gorengan yang pendapatan sehari-harinya tidak mencapai 30.000 per hari.Penghasilan tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga tersebut. Di tambah lagi semakinbanyaknya pedagang yang juga berjualan di sekitar pondok pesantren juga mempengaruhi pendapatan Bu Siti serta suaminya. Bu Siti harus bekerja keras agar sumber mata pencahariannya dapat terus berlanjut dengan jalan menjajakan gorengannya di dalam pondok pada saat jam-jam istirahat tetapi hal ini pun oleh pihak pondok pesantren pun di kenai biaya sewa tempat yang besarnya
xxxix

dalam

tergantung pendapatan Bu siti pada saat berjualan di dalam area pondok.Namun terkadang hal tersebut cukup memberatkan bagi Bu Siti yang pendapatannya pas-pasan. Usaha Bu Siti serta suaminya untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya dengan jalan penambahan jenis-jenis gorengan yang di perjual belikan serta melakukan perubahan dan pembaharuan resep pembuatannya agar pembeli tidak bosan.Jenis jenis gorengan yang di jual oleh bu siti sama dengan yang di jual oleh suami beliau.Gorengan tersebut antara lain tahu isi,tempe goreng ,dadar jagung isi udang,pisang goreng.Atau dengan jalan lain untuk menekan biaya pembuatan bu siti terkadang mengurangi bahanbahan yang di perlukan misalnya tepung terigu atau tepung berasnya sebagai bahan gorengan.

xl

Hasil wawancara dengan Bu Siti salah seorang pedagang di sekitar pondok Berapa jumlah anggota keluarga ibu? 5 orang,keluarga ibu berjumlah 5 orang yang terdiri dari 4 orang anak serta suami ibu Berapa banyak keluarga yang ibu hidupi setiap harinya? 2 orang, Dua orang anak ibu telah menikah dan dua orang lagi bersekolah di pondok pesantren Darus sholah.Jadi jumlah keluarga yang ibu dan suami ibu hidupi ada 2 orang yaitu anak-anak ibu yang masih bersekolah Berapa lama Ibu berjualan di sini dan apa pekerjaan suami ibu? 3 tahun,ibu berjualan di depan pondok pesantren darus sholah sekitar 3 tahunan sedangkan suami bu juga bekerja sebagai penjual gorengan sekaligus rujak buah. Berapa kira-kira pendapatan ibu dan suami ibu setiap harinya? Sekitar 20.000 ribu sampai 30.000.Pendapatan ibu dan suami ibu sehari-hari hanya cukup untuk makan saja sedangkan jika di gunakan untuk memenuhi keburuhan sekolah anak-anak ibu masih kurang karena terkadang ibu harus berhutang ke tetangga ibu yang lainnya. Apa suka duka ibu selama berjualan di depan pondok pesantren darus sholah? Banyak suka duka yang ibu dan suami ibu alami selama berjualan di gorengan dan rujak buah di depan pondok pesantren.Antara lain mulai didirikannya koperasi

Apa perubahan yang ibu rasakan setelah perkembangan yang pesat dari pondok pesantren Darus sholah ? Perubahan yang ibu rasakan yaitu semakin ramainya pondok pesantren Darus sholah dengan para santri sehingga pembeli ibu juga mengalami peningkatan.Serta semakin banyak warga sekitar pondok pesantren yang juga bekerja sebagai pedagang.

xli

Gambaran singkat keluarga Bu Edi Perempuan yang satu ini adalah seorang ibu yang pekerja keras mencari nafkah demi mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya.Karena penghasilan suaminya sebagai tukang becak hanya mampu di gunakan untuk makan sehari-hari sedangkan untuk biaya sekolah anakanaknya tidak ada. Untuk itu Bu Edi ikut bekerja keras membanting tulang agar dapat mencukupi kebutuhan hidupnya serta untuk menyekolahkan anak-anaknya.Bu Edi memiliki 5 orang anak ,2 diantara anak-anaknya telah menikah dan di karunia seorang anak.sedang seorang putranya meninggal karena sakit.Dan 2 orang anaknya yang lain masih bersekolah.salah satu putra Bu Edi adalah teman kami yang bernama Erfan Budiarto yang menuntut ilmu guna memenuhi citacitanya di Universitas jember ,fakultas Mipa Jurusan Biologi .Sedangkan adik perempuan erfan Masih bersekolah di Smp yag di kelola oleh pondok pesantren darus sholah. Selain menghidupi anak-anaknya Bu Edi juga harus menjaga serta merawat cucucucunya yang di tinggal bekerja oleh kedua orang tuanya.Untuk memenuhi kebutuhanya tersebut Bu Edi bekerja sebagai pedagang yang menjajakan makanan serta gorengan.Pada saat jam sekolah berakhir warung Bu Edi selalu ramai di kunjungi oleh para siswa-siswa yang bersekolah di pondok pesantren tersebut.Menu yang tersedia antara lain nasi pecel,nasi rawon dan nasi campur selain itu Bu Edi juga menjajakan gorengan antara lain tempe goreng,tahu isi ,pisang goreng dan dadar jagung. Namun akhir-akhir ini pendapatan Bu Edi mengalami penurunan akibat bertambah banyaknya pedagang-pedagang lain yang menjajakan makanannya di sekitar pondok tersebut.Tetapi Bu Edi tidak dapat berbuat banyak beliau hanya bisa pasrah menerima keadaanya.Tetapi untung saja pihak sekolah yang di kelola oleh pihak pondok pesantren memberikan keringan terhadap biaya sekolah anak bungsunya ,karena prestasinya yang cukup gemilang. Suami Bu Edi juga tidak henti-hentinya bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari.Dengan jalan memperbanyak jam kerjanya serta mengusahakan pekerjaan lain demi mencukupi semua kebutuhan hidup keluarganya.Itulah bentuik tanggung jawab yang di emban oleh pak Edi.
xlii

Hasil wawancara dengan Bu Edi Berapa jumlah anggota keluarga ibu? 5 orang,jumlah anggota keluarga Bu Edi ada 5 orang yaitu 4 orang anak dan seorang suami. Berapa lama ibu berjualan di sini ? 11 tahun,Bu edi berjualan di sekitar pondok pesantren sejak sebelas tahun yang lalu untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sehari-hari. Berapa pendapatan ibu dan suami ibu setiap harinya? 25.000 ribu rupiah,setiap harinya Bu Edi dan suaminya berpenghasilan 25.000 ribu rupiah.Namun penghasilan tersebut tidak menentu bergantung pada ramainya pembeli serta pengajar dan orang-orang yang ingin di antarkan oleh suami Bu Edi ke tampat tujuannya mengunakan becaknya. Apa suka duka ibu selama ibu berjualan di sini? Suka duka ibu selama berjualan adalah makin banyaknya pedagang yang berjualan di sekitar pondok pesantren yang dapat mengurangi pendapatan ibu,selain itu pihak pondok yang yang mendirikan koperasi juga turut mempengaruhi pendapatan ibu.Sedangkan hal-hal yang menyenangkan adalah ramainya siswa siswi yang pulang sekolah memebeli dagangan Bu Edi.Meski kebanyakan pembelinya adalah para pelajar putra. Apakah ibu merasakan perbedaan antara berjualan pada saat dulu dengan sekarang? Ya,berjualan pada zaman dulu lebih laku karena belum banyak pedagang lain yang juga berjualan di sekitar pondok pesantren Darus Sholah.Sedangkan pada saat ini sudah banyak pedagang dari daerah lain yang turut mencari nafkah di sekitar Pondok pesantren juga mempengaruhi pendapatan. Bagaimana perlakuan para pengurus pondok terhadap ibu dan keluarga? Baik,Perlakuan para pengurus pondok terhadap ibu dan keluarga ibu sangatlah baik sebab selama ibu berjualan di sini tidak pernah mendapat keluhan

xliii

dari pondok pesantren malahan anak ibu yang bersekolah di sana mendapatkan keringanan dalam hal pembayaran Spp

Gb.1.Jalanan Menuju pondok pesantren Darus Sholah.

xliv

Gb.2.Gerbang depan Pondok pesantren Darus Sholah.

Gb.3. Papan nama salah satu smp milik pondok pesantren Darus Sholah.

xlv

Gb.4.Beberapa murid SMP Plus Darus Sholah.

Gb.5.Wawancara salah satu anggota dengan pedagang di daerah sekitar pondok pesantren

xlvi

Gb.6 Aktivitas pedagang di sekitar ondok pesantren.

xlvii

Gb.7 Wawancara ketua kelompok dengan salah seorang pedagang.

Gb.8 Wawancara salaj seorang anggota kelompok dengan pedagang

xlviii

Gb.9. Wawancara kelompok dengan pedagang

Gb.10.Santri dari pondok pesantren Darus Sholah yang sedang bercengkrama pada saat jam pulang sekolah

xlix

Anda mungkin juga menyukai