Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA ISLAM DAN PERADABAN MELAYU


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok

Mata Kuliah : Islam dan Peradaban Melayu

Dosen Pengampu :

Yesi Putriani, S.Pd.,M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 1:

Wardatun Naziroh

RTS. Dewi Sartika

Tiara

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM

MAMBA’UL ULUM

JAMBI

2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Hubungan Antara Islam Dan Peradaban Melayu pada mata kuliah Islam dan Peradaban
Melayu yang diampu oleh ibu Yesi Purtiani, S.Pd.,M.Pd.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Hubungan Antara Islam
dan Peradaban Melayu ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Jambi, 04 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................................
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................................
2.1. Sejarah Islam di Indonesia...................................................................................................
2.2. Bahasa Politik Islam dan Teori.............................................................................................
2.3. Awal Terbentuknya Komunitas Muslim di Kawasan Melayu................................................
BAB III PENUTUP......................................................................................................................................
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................................
3.2. saran....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Islam memberikan peranan yang besar dalam perkembangan peradaban di tanah
Melayu. Walaupun sebelumnya dikawasan ini sudah berkembang suatu kebudayaan yang
sangat kuat (Hindu-Budha) dan sudah cukup mengakar dan melahirkan berbagai macam
budaya. Islam sebagai agama pengganti dan masuk setelah Hindu-Budha kemudian
memberikan kemajuan yang lebih terhadap peradaban Melayu yang terasimilasi dan
terakulturasi dengan budaya yang ada, akan tetapi tidak merusak kaidah inti dari agama
Islam tersebut.
Peradaban Islam memberikan kemajuan ke wilayah Melayu dalam bentuk aspek (social,
politik, ekonomi dan keagamaan).
Islam melayu merupakan salah satu dari tujuan wilayah peradaban islam terbesar di
dunia. Kedudukan islam melayu tidak terlepas dari asia tenggara yang disebut juga
indonesia melayu. Sampai saat ini waktu kedatangan islam di Indonesia belum diketahui
secara pasti.dan memang sulit untuk mengetahui kapan suatu kepercayaan mulai diterima
oleh suatu komunitas tertentu.disamping wilayah itu nusantara yang luas dengan banyak
daerah perdagangan yang memungkinkan terjadinya kontak dengan orang asing,
mengakibatkan suatu daerah mungkin lebih awal menerima pengaruh islam dari pada
daerah lain. Penyebara islam  telah banyak berperan pada masyarakat melayu dari
berbagai kehidupan terutama perkembangan politik. Melalui kerajaan islam seperti
kerjaan perlak yang berdiri dari abad ke-3 H atau 9M.kerajaan samudra pasai abad ke-
12M, kerajaan aceh darussalam tahun 1524M, kerajaan siak indragiri abad ke-17M, dan
lain-lain. Sebelum kesultanan demak lahir, penyebaran agama islam dijawa sudah
dilakukan baik dari orang asing maupun bumi putera sendiri. Ada pun cara-cara
penyebaran yang dilakukan antara lain melalui pernikahan dengan wanita setempat,
dakwah, pendidikan, dan kesenian. Sebagai penyebaran agama islam, beberapa antaranya
tergolong dalam wali songo, penyebaran agama islam juga ditunjukan kepulau-pulau lain,
seperti maluku, lombok, kalimantan, dan sulawei, penyebaran tersebut dipelopori oleh
para ulama, termasuk wali song, dan mendapatkan dukungan dari para penguasa.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi fokus pembicaraan yang akan dibahas dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah islam kebudayaan melayu ?
2. Bagaimana kedatangan islam di Indonesia ?

1.3. Tujuan
Tujuan dalam penyusunan makalah ini :
1. Untuk menambah wawasan
2. Untuk mengetahui sejarah hubungan islam dan peradaban melayu
3. Untuk memenuhi tugas islam dan peradaban melayu
4. Untuk melatih skil menulis dalam hal penyusunan kalimat
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Sejarah Islam Di Indonesia


      Menurut Taufik Abdullah, berbagai kesaksian sejarah yang lebih kemudian
memperlihatkan bahwa berita Ibn Batutta tentang raja yang dikelilingi ulama itu merupakan
awal dari terbentuknya sebuah tradisi kerajaan maritim Islam di Nusantara. Sejarah Melayu,
yang ditulis pada abad ke-16, juga memberitakan tentang Sultan Malaka yang senang
berdiskusi tentang masalah-masalah agama. Namun, satu hal yang menarik untuk di catat,
kata Taufik Abdullah, bahwa awal masa berdirinya kerajaan Islam ditandai tidak saja oleh
usaha konsolidasi kekuasaan, tetapi juga, dan bahkan ini yang lebih penting, keterlibatan sang
raja dalam pengembangan ilmu keagamaan serta penyebaran kesadaran kosmopolitanisme
kultural Islam. Tetapi, konversi secara massif penduduk Asia tenggara kepada Islam (juga
Kristen), seperti diungkapkan Anthony Reid, baru bermula pada sekitar tahun 1400, dan
mencapai puncaknya pada 1570-1630, yang disebutnya sebagai “masa perdagangan”, the age
of commerce. Reid menyebut “konversi massal” (lebih dari seperdua penduduk Asia
Tenggara menjadi Islam dan Kristen) ini sebagai “revolusi keagamaan”, relegious revolution.
                  Setelah berdirinya kerajaan Samudera Pasai pada akhir abad ke 13 itu, seiring
dengan terjadinya boom ekonomi sebagai berkah dari perdagangan bebas atau kapitalisme
merkantilis, muncul berbagai entitas atau masyarakat politik Islam di berbagai wilayah
Nusantara yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-17.
Makalah ini akan memfokuskan pada pembahasan bagaimana pola-pola entitas politik itu
terbentuk, bahasa politik (Islam) yang umum digunakan pada masa itu, dan konsepsi
kekuasaan Islam, khususnya dalam tradisi Melayu dan Islam-Jawa, yakni Mataram, yang
tampaknya mempunyai corak yang berbeda dari kerajaan-keraajan Islam Jawa “pesisir” dan
kerajaan-kerajaan Islam-Melayu.
Islam tidak mengubah desa menjadi suatu bentuk baru dari organisasi
kekuasaan, seperti umpamanya yang terjadi di Samudra Pasai. Konversi agama
dijalankan, tetapi pusat kekuasaan telah ada lebih dulu. Dari perbandingan beberapa
tipe Islamisasi dan pembentuknya negara ini, menurut Taufik Abdullah, muncul dua
pola yang menonjol. Yang pertama adalah situasi di mana Islam memainkan peranan
dalam pembentukan negara. Yang kedua adalah keadaan di mana Islam harus
menghadapi masalah akomodasi struktural. Tetapi dalam kedua pola perpindahan
agama tersebut, negara, baik yang berupa kadipaten-kadipaten yang terletak di
pinggir-pinggir sungai maupun kerajaan maritim yang relatif terpusat, berperan
sebagai “jembatan penyebrangan” Islamisasi bagi wilayah sekitarnya.
Ketiga, pola Jawa. Di sini Islam tampaknya tidak punya kebebasan untuk
memformulasikan struktur dan sistem kekuasaan, sebagaimana di Pasai. Soalnya
jelas: Islam sudah harus berhadapan dengan sistem politik dan kekuasaan yang sudah
lama mapan, dengan pusatnya keraton Majapahit. Benar, komunitas pedagang muslim
sudah mendapat tempat di pusat-pusat politik pada abad ke-11 dan kemudian
membesar pada abad ke-14. Tapi baru abad ke-14 komunitas itu menjadi ancaman
yang serius bagi keraton pusat. Ini pun setelah Majapahit melemah, menyusul konflik
internal keluarga kerajaan dan berbagai pemberontakan lokal.
Syahdan, situasi yang runyam di pusat keraton itulah, yang membuka peluang
kepada pada para saudagar kaya di berbagai kadipaten di wilayah pesisir untuk
menjauh dari kekuasaan raja. Berbekal keuntungan besar dari perdagangan
internasional, para pedagang besar itu tidak saja masuk Islam, tapi juga membangun
komunitas-komunitas politik yang independen.

2.2.     Bahasa Politik Islam dan teori


Proses Islamisasi di Asia Tenggara, seperti sering disebutkan, umumnya
berlangsung damai. Ini berbeda dengan Islamisasi, misalnya di Persia dan Turki, yang
sering melibatkan kekuatan militer. Tapi, sebelum membicarakan lebih jauh mengenai
bahasa politik Islam, kita berputar dulu ke belakang untuk melihat posisi bahasa
Melayu sebelum dan setelah masa kedatangan Islam. Hal ini kiranya penting
diketahui, mengingat bahasa Melayu-lah yang dipilih oleh para juru dakwah atau agen
Islamisasi lainnya untuk mengembangkan Islam di Asia Tenggara. Selain itu, kitab-
kitab klasik di Nusantara boleh dikatakan ditulis dalam bahasa Melayu, dan yang
tidak kalah pentingnya menggunakan apa yang disebut dengan huruf “Jawi”, atau
“Arab pegon”.
Menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, orang-orang Arab yang mula-
mula menyebarkan agama Islam di kepulauan Nusantara, sengaja memilih bahasa
Melayu sebagai pengantarnya. Ada persamaan nasib, antara bahasa Arab dan Melayu,
kata guru besar bahasa dan kesusteraan Melayu Universiti Kebangsaan Malaysia yang
asal Bogor itu.
“Orang-orang Arab telah memperkenalkan diri mereka pada daerah ini sejak
sebelum Islam, yaitu sejak zaman Jahiliyah. Seperti bahasa Arab zaman Jahiliyah,
bahasa Melayu pun tidak merupakan bahasa estetik dalam bidang agama.”

Dengan ini pula bahasa Melayu-Indonesia itu harus dianggap sebagai bahasa
Islam, dan mungkin merupakan yang kedua terbesar dalam dunia Islam.
ketika entitas politik Islam terbentuk pada akhir abad ke-13, dengan tegaknya
kerajaan Samudera Pasai, maka pemakaian kosa kata politik Islam pun semakin
meluas pula. Seperti telah dikemukakan, terbentuknya institusi-institusi politik di
Nusantara selalui diawali oleh masuk Islam-nya raja-raja lokal, lalu diikuti para elite
dan rakyat. Maka begitulah, “kerajaan” pun segera berubah menjadi “kesultanan”,
sedangkan sang “raja” mendapat julukan “sultan” atau “malik”, di samping sebutan
“raja” itu sendiri. Perubahan ini, boleh dibilang lancar-lancar saja, seperti tampak
pada kasus penguasa Pasai, Merah Silu, yang kemudian menjadi Sultan Malik al-
Shalih itu.
Bahasa politik Islam di Nusantara memang mengenal pula kosa kata seperti
“amanah”, “adil”, “amar ma’ruf nahy mungkar”, yang diperuntukkan bagi para
penguasa dalam hubungan mereka dengan rakyat. Tapi harus kita akui, bahasa politik
Islam di Nusantara, seperti juga di negeri-negeri muslim lainnya, lebih banyak yang
pro-penguasa.
            Islam datang dikawasan  Melayu  diperkirakan pada sekitar abad ke-7. Kemudian
mengalami perkembangan secara intensif dan mengislamisasi masyarakat secara optimal
yang diperkirakan terjadi pada abad ke-13 M. Awal kedatangannya diduga akibat hubungan
dagang antara pedagang-pedagang Arab dari Timur Tengah (seperti Mesir, Yaman, atau
Teluk Persia) atau dari daerah sekitar India (seperti Gujarat, Malabar, dan Bangladesh),
dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, semacam Sriwijaya di Sumatra atau dengan di Maja
Pahit di Jawa.
Perkembangan mereka pada abad ke-13 sampai awal abad ke-15 ditandai
dengan banyaknya pemukiman muslim baik di Sumatra seperti di Malaka, Aceh,
maupun di Jawa seperti di pesisir-pesisir pantai, Tuban, Gresik, Demak, dan
sebagainya.
Pusat-pusat kekuatan ekonomi masyarakat Islam secara tidak langsung terlembagakan dalam
bentuk kota-kota dagang atau munculnya para saudagar muslim, baik di Malaka, Aceh,
maupun pesisir-pesisir pulau jawa. Saudagar-saudagar Arab, kelompok-kelompok sufi, dan
para mubaligh dari teluk persia, Oman maupun dari Gujarat-Persia tersebut atau dari berbagai
tempat lain dari Timur Tengah terus berakumulasi dengan kekuatan lokal, hingga
terbentuknya komunitas politik, yakni kesultanan pada abad ke-16. Dari sana para saudagar
mendapat perlingdungan dan semangat lebih untuk meneruskan langkah-langkah ekonomi
dan dakwahnya untuk menembus wilayah-wilayah Timur lainnya, seperti daerah-daerah
Jawa, serta daerah Maluku, seperti Ambon, Ternate, Tidore, dan seterusnya, termasuk
Kalimantan, pulau-pulau Sulu dan Filipina.

Pengaruh persia terhadap kebudayaan Melayu juga sangat terasa pada


pemikiran-pemikiran seni dan bahasa. Banyak pola-pola kata dan bahasa yang di
adopsi dari pola-pola Persia, dimana huruf  akhiran “th” yang selalu dibaca tegas
seperti pada kata masyaraka(t),  makluma(t), khiyana(t), dan sebagainya. Sementara
dalam pola bahasa Arab akhiran “t” selalu dibaca mati dan diganti dengan akhiran
“h”; khiyanah, ma’lumah, dan sebagainya. Istilah-istilah lain seperti cilla (duduk
bersila), bazar (pasar) dan sebagainya, termasuk pada pola dan wujud seni sastra
Melayu yang hampir separuhnya terpengaruh Persia.
Mengenai tempat asal datangnya Islam ke kawasan Melayu ada berbagai teori antara lain:
1.      Teori Arab
Pendapat ini menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab atau lebih
tepatnya dari Hadramaut. Karena jika dilihat secara nyata jauh ke belakang
sebenarnya telah terjadi hubungan antara penduduk nusantara dengan bangsa Arab
sebelum kelahiran Islam. Dalam  satu catatan -shih” telah ditemui pada tahun 650
M/30 H. perkampungan tersebut dihuni oleh orang-orang Arab yang datang ke
Sumatera pada abad ke-7 M. Selain tu pula bahwa pada abad 7 M yakni sekitar tahun
632 M berangkatlah satu ekspedisi yang terdiri dari beberapa orang saudagar Arab
dan beberapa orang mubaligh Islam berlayar ke negeri Cina dan tinggal di pelabuhan
Aceh yaitu di Lamuri. Kemudian dikatakan pula bahwa pada tahun 82 H atau tahun
717 M berlayar pula 33 buah kapal Arab-Persia yang diketuai oleh Zahid ke Tiangkok
dan singgah pula di Aceh, Kedah, Suam, Brunei dan lain-lain.  Kepentingan mereka
adalah untuk berdagang dan menyebarkan Islam. selanjutnya T. W. Arnold dalam
bukunya “The Preaching Of Islam” menyebutkan pada 674 M telah ada koloni Arab
di Pantai Barat Sumatra dan ada dari pembesar Arab itu yang menjadi kepala koloni
disana, yaitu sekitar 676 M.
Teori Arab ini sangat banyak menampilkan bukti-bukti tentang keberadaan orang Arab di
Wilayah Melayu, baik sebelum Islam maupun sesudah Islam. selain itu dapat juga dilihat
bahwa system aksara Arab-Melayu yang ada di nusantara merupakan saduran dari aksara
Arab atau aksara Timur Tengah. Hal ini menandakan telah terjadinya interaksi yang dalam
antara kedua wilayah itu.

2.      Teori India
Teori kedatangan Islam ke Nusantara dibawa oleh pedagang-pedang dari India
telah dipelopori oleh orientalis seperti Snouck Horgronje dan Brain Harrison. Teori
ini diperkuat lagi dengan bukti lain yakni penemuan batu-batu nisan seperti batu nisan
di Pasai yang bertanggal 17 Dzulhijjah 831 H (27 September 1428) mirip dengan batu
nisan yang ada dimakam Maulana Malik Ibrahim di Gresik Jawa Timur bahkan sama
pula bentuknya dengan batu nisan yang terdapat di Cambay, Gujarat. Sementara itu
didapati juga pendapat yang mengatakan bahwa Islam dibawa oleh pedagang-
pedagang yang berasal dari Malabar bukan Gujarat.  Hal ini dekarenakan adanya
kesamaan mazhab yang di anut oleh masyarakat Nusantara dengan masyarakat di
Malabar yakni manganut Mazhab Syafi’i. Sedangkan di Gujarat, masyarakatnya
mengamalkan mazhab Hanafi. Selain itu Gujarat menerima Islam lebih belakang dari
Pasai.

3.      Teori China
Terdapat juga teori yang mengatakan bahwa Islam di bawa ke Nusantara melalui
Negara China karena Islam telah sampai ke China pada zaman pemerintahan Dinasti
Tang sekitar tahun 659 M. pendapat ini didukung oleh Emanuel Godinho De Evedia
yang digunakan oleh Othman dalam tulisannya yang mengatakan bahwa Islam datang
ke Nusantara dari China melalui Kanton dan Hainan pada abad ke-9 M dengan bukti
ditemukannya batu bersurat di Kuala Berang Telengganu yang terletak di Pantai
Timur Tanah Melayu.
Selain itu, teori ini didukung oleh fakta di mana telah terjadi kegiatan
perdagangan antara orang-orang Islam dari Asia barat (Arab-Persi) sejak abad ke-3 H
(abad ke-9 M) atau lebih awal yaitu abad pertama kali hijrah (abad ke-7). Menurut
Syafi Abu Bakar dalam penelitiannya mengatakan bahwa terdapat lebih kurang
200.000 pedagang-pedagang di pelabuhan Katon yang sebagian besarnya adalah
pedagang-pedagang Islam.
4.      Teori Eropah
Teori yang menyatakan bahwa Islam itu datang dari eropah secara mutlak
berpegang pada apa yang disebutkan oleh pengembara italia Marcopolo bahwa
masuknya islam ke Asia Tenggara adalah pada abad ke 13 Masehi di sebelah utara
pulau sumatera. Dalam hal ini mereka membatasi pendapat hanya pada perjalanan
Marcopolo ke daerah tersebut yang terjadi pada tahun 1292 M dengan pendapatnya
sebagaimana yang tertulis di dalam Ensiklopedia dunia islam sebagai berikut:
“sesungguhnya semua penduduk negeri ini adalah penyembah berhala kecuali di kerajaan
kecil perlak yang terletak di timur laut Sumatera dimana penduduk kotanya adalah orang-
orang islam. sedangkan penduduk yang tinggal di bukit-bukit mereka semuanya adalah
penyembah berhala atau orang-orang biadab yang memakan daging manusia,”
5.      Teori Muslim
Ada beberapa pendapat sejarawan Arab dan Muslim tentang masuknya islam di
Asia Tenggara. Misalnya Muhammad Dhiya Syahab dan Abdullah bin Nuh
mengatakan bahwa banyak buku-buku sejarah dari Barat dan orang-orang yang
mengikutinya yang mengira bahwa islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13 M
tetapi saya berkeyakinan bahwa masuknya islam ke Asia Tenggara jauh sebelum
masa yang diduga oleh orang-orang asing itu dan para pengikut mereka.
Kemudian pendapat Syarif Alwi bin Thohir Al-Haddad salah seorang Mufti Kesultanan Johor
Malaysia mengatakan bahwa pendapat-pendapat para sejarahwan tentang masuknya islam ke
Asia Tenggara adalah tidak tepat. Terutama pendapat sejarawan Eropa  yang menetapkan
masuknya islam ke jawa pada tahun 800-1300 H, di Sumatera dan Malaysia pada abad ke 7
Hijriah. Kenyataan yang benar bertentangan dengan apa yang mereka katakan. Karena
sesungguhnya islam telah mempunyai raja-raja di Sumatera pada abad ke enam bahkan ke
lima hijriah.
Selain itu, Dr. Muhammad Zaitun mengatakan bahwa walaupun para sejarahwan
menyebutkan masuknya islam ke Malaysia pada abad ke enam hijriah (abad ke 12 M),
pendapat yang lebih kuat adalah islam telah masuk kesana jauh sebelum itu. Mungkin tahun
yang disebutkan oleh mereka hanya menjelaskan catatan-catatan sejarah seperti yang tertulis
di prasasti yang sampai kepadanya sesudah pemerintah wilayah-wilayah tersebut memeluk
agama islam dan terbentuk kesultanan-kesultanan islam di daerah tersebut. Di Malaysia,
wilayah kedah adalah wilayah yang paling cepat memeluk islam.
6.      Teori Benggali (Bangladesh)
Teori yang menyatakan bahwa Islam itu datang dari Benggali (kini Bangladesh)
yang diajukan oleh Fatimi. Fatimi beragumentasi bahwa kebanyakan orang terkemuka
di Pasai adalah orang benggali atau keturunan mereka. Selain itu Fatimi menjelaskan
bahwa Islam muncul pertama kali di Semenanjung Malaya adalah dari arah pantai
timur, bukan dari barat (Malaka), pada abad ke 11 M, melalui Kanton, Phanrang,
sementara elemen-elemen prasasti yang ditemukan di Terengganu juga lebih mirip
dengan prasasti yang ditemukan di Leran.
Teori Gujarat dan Bengali sebagai tempat asal Islam di Nusantara mempunyai kelemahan-
kelemahan tertentu. Ini dimunculkan oleh Morrison (1951). Ia menjelaskan meski batu-batu
nisan yang ditemukan di tempat-tempat tertentu di Nusantara boleh jadi berasal dari Gujarat
atau Bengali, itu tidak berarti Islam juga datang dari sana. Menurut Morrison, pada masa
Islamisasi Samudera Pasai yang raja pertamanng raja pertamanya wafat tahun 698 H/1297 M,
Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Barulah setahun kemudian (699 H/1298M)
Cambay, Gujarat ditahlukkan kekuasaan Muslim. Selanjutnya dinyaatakan, meski laskar
Muslim beberapa kali menyerang Gujarat - masing-masing 415 H/1024 M, 574 H/1178 M,
595 H/1197 M – raja hindu disana mampu mempertahankan kekuasaannya hingga tahun 698
H/1297 M. Berdasarkan hal tersebut, Morrisson mengemukakan bahwa Islam di Nusantara
bukan berasal dari Gujarat, melainkan dibawa para Muslim dari Pasai Coromandel pada akhir
abad ke-13.

2.3.     Awal Terbentuknya Komunitas Muslim Dikawasan Melayu


Kata melayu di dapat didokumen cina sejak tahun 644M yg menceritakan
pengiriman utusan dari sumatera bagian selatan kecina.  Menurut dokumen tersebut
peziarah budha kecina sudah dua kali dtang kedaerah ini pertama ke Jambi tahun 671
dan kedua ke Sriwijaya. Begitu juga catatan rahib budha I-Tsing menggunakan kata
ma-lo-yu untuk dua kerajaan yang disinggahinya tahun 675M yaitu kerajaan melayu
di Sungai Batang dan kerajaan Sriwijaya di Palembang. Pada catatan kesusasteraan
cina juga menyebutkan bahwa, pengembara yang singgah kenusantara mendapati
bahasayang di tuturkan oleh penduduk setempat bahasa K UN-LUN  yang dipercaya
oleh penyelidik sebagai bahasa melayu kuno.
1.      Masuknya Islam diwilayah Melayu
Sejarah islam dalam kebudayaan melayu indonesia
Sebenarnya yang disebut melayu bukanlah suau komunitas etnik atau suku bangsa. Namun
dalam hal ini masyarakat merupakan kumpulan etnik-etnik serumpun yang menganut agama
yang sama dengan menggunakan bahasa yang sama. Etnik-etnik serumpun yang lain pada
umumnya menempati suatu daerah tertentu. Dimanapun berada bahasa dan agama mereka
sama, melayu dan islam.kepulauan melayu merupakan gerbang masuk terdapat bagi
pelayaran ketimur. Karna itu tidak heran jika kerajaan-kerajaan islam awal seperti samudra
pasai.
Masuknya islam dimelayu menurut beberapa ahli ada beberapa teori yaitu
a.      Islam datang langsung dari arab tepatnya hadramaut sekitar abad 7 M.
b.      Islam datang ketanah melayu dari india yang bermazhab syafii yakni dari gujarat,
malabar, keasia tenggara melalui perdagangan karna banyak ditemukan kota pelabuhan dan
pusat-pusat perdagangan.
c.       Islam datang dari benggali yang anak keturunan mereka menyebar kepasai islam
datang pertama kali disenanjung melaya pada abad ke-11 melalui kantong phanrang
(vietnam).
2.      Islam Melayu divietnam
Vietnam saat ini merupakan negara yang terbentuk republik sosialis,terletak
diantara kamboja dan laos dibagian barat dan cina bagian utara ibukotanya hanoy.
Masuknya islam kedaerah ini diperkirakan pada abad 10 dan 11M melalui jamah
india,persia, dan perdagangan  arab yang pada waktu itu disini telah ada kerajaan
cham.umat islam disini menganut dua mazhab  yaitu mazhab suni dan mazzhab bani
divietnam umat islam terbagi tiga kelompok kelasik umat islam yaitu kelompok
pertama muslim cham yang merupakan kelompok mayoritas, kelompok kedua adalah
umat yang berasal dari suku-suku yang beragama, mereka adalah pedagang muslim
yang datang dari negeri yang beragam. Kelompok ini dengan jumlah umat muslim
terbesar, kelompok ketiga adalah muslim dari warga negara vietnam asli yang
warganya masuk islam atau islam karna pernikahan.
3.      Islam Melayu diberuneidarussalam
Islam menjadi agama dibrunei ketika rajanya awang alak betatar masuk islam
dan berganti nama menjadi sultan Muhammad syah tahun 1406-1408. Lalu seluruh
istana masuk islam. Kemudian islam berkembang pesat ketika brunei mengambil alih
pusat penyebaran islam, kebudyaan islam dan perdagangan ketika malaka jatuh oleh
portugis tahun 1511.
4.      Islam Melayu difilipina
 Islam datang kefilipina pada abad ke-12 yang dibawa oleh orang arab melalui
perdagangan yang melewati malaka dan filipina. Islam berkembang cukup baik disini
hal ini ditunjukan adanya masyarakat muslim dan berdirinya kerajaan islam.
5.      Islam Melayu disemenanjung Malaya
Semenanjung malaya adalah wilayah setrategis dan menjadi pusat perdagangan
diselat malaka yang berdampingan dengan pulau sumatra. Kesultanan malaka terletak
disenanjung malaya ini.pendirinya adalah parameswara dari majapahit, syamsul munir
mengemukakan lebih lanjut bahwa  kesultanan malaka ini berasal dari kesultanan
samudra pasai.parameswara menikah dengan putri sultan samudra pasai lalu masuk
islam,dan menjadi raja pertama bergelar megat iskandar syah.[10]
6.      Datangnya islam keindonesia
Sampai saat ini waktu kedatangan islam diindonesia belum diketahui secara
pasti.dan memang sulit untuk mengetahui kapan suatu kepercayaan mulai diterima
oleh suatu komunitas tertentu.disamping wilayah itu nusantara yang luas dengan
banyak daerah perdagangan yang memungkinkan terjadinya kontak dengan orang
asing, mengakibatkan suatu daerah mungkin lebih awal menerima pengaruh islam
dari pada daerah lain.
Beberapa ahli menyebutkan bahwa berdasarkan berita cina dari dinasti tang,
islam sudah mulai diperkenalkan kepada masyarakat indonesia pada abad ke-VII-VIII
M. berita tersebut meneceritakan bahwa orang ta-shih mengurungkan niatnya untuk
menyerang kerajaan holing yang dipimpin ratu simo karena pemerintah di holing
sangat kuat.meskipun hal itu tidak dapat  diartikan bahwa orang islam belum
menjejakan kakinya dibumi indonesia.
BAB III
PENUTUP

3.1.    Kesimpulan
Islam datang dikawasan  Melayu  diperkirakan pada sekitar abad ke-7.
Kemudian mengalami perkembangan secara intensif dan mengislamisasi masyarakat
secara optimal yang diperkirakan terjadi pada abad ke-13 M. Awal kedatangannya
diduga akibat hubungan dagang antara pedagang-pedagang Arab dari Timur Tengah
(seperti Mesir, Yaman, atau Teluk Persia) atau dari daerah sekitar India (seperti
Gujarat, Malabar, dan Bangladesh), dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara, semacam
Sriwijaya di Sumatra atau dengan di Maja Pahit di Jawa.
Perkembangan mereka pada abad ke-13 sampai awal abad ke-15 ditandai
dengan banyaknya pemukiman muslim baik di Sumatra seperti di Malaka, Aceh,
maupun di Jawa seperti di pesisir-pesisir pantai, Tuban, Gresik, Demak, dan
sebagainya.
Pusat-pusat kekuatan ekonomi masyarakat Islam secara tidak langsung
terlembagakan dalam bentuk kota-kota dagang atau munculnya para saudagar muslim,
baik di Malaka, Aceh, maupun pesisir-pesisir pulau jawa.
Sebenarnya yang disebut melayu bukanlah suau komunitas etnik atau suku
bangsa. Namun dalam hal ini masyarakat merupakan kumpulan etnik-etnik serumpun
yang menganut agama yang sama dengan menggunakan bahasa yang sama. Etnik-
etnik serumpun yang lain pada umumnya menempati suatu daerah tertentu.
Dimanapun berada bahasa dan agama mereka sama, melayu dan islam. Kepulauan
melayu merupakan gerbang masuk terdapat bagi pelayaran ketimur. Karna itu tidak
heran jika kerajaan-kerajaan islam awal seperti samudra pasai. Abad ke-13 agama
islam mulai berkembang pesat dikepulauan melayu, karena pada saat itu agama hindu
dan budha mengalami kemunduran pada peranan politiknya.yang ditandai dengan
mundurnya kerajaan sriwijaya dan swarnabumi dan dengan kerisisnya ekonomi yang
membelitnya.

3.2. Saran
Saran yang mungkin bermanfaat untuk kita semua kedapannya, cobalah untuk
membaca lebih banyak buku atau jurnal serta blok yang membahas tentang hubungan antara
Islam dan Peradaban Melayu untuk meanbah literatur agar informasi yang didapat labih
optimal dan akurat. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, K. (2019, Desember 7). tentang : Hubungan Islam Dengan Peradaban Melayu.
Dipetik Oktober 4, 2022, dari Hubungan Islam dan Peradaban Melayu:
https://komplikasimakalah.blogspot.com/2019/12/makalah-hubungan-islam-dengan-
peradaban.html

Dr. Nyayu Soraya, M. (2021). Islam dan Beradaban Melayu. Serang, Banten: Desanta
Publisher.

Julianti, D. (2017, Mei 23). tentang : Makalah Hubungan Islam dan Peradaban Melayu.
Dipetik Oktober 4, 2022, dari Makalah Hubungan Islam dan Peradaban Melayu.html:
https://devijulianti97.blogspot.com/2017/05/makalah-islam-dan-peradaban-
melayu.html

Anda mungkin juga menyukai