Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ISLAM DAN NEGARA MENEMUKAN HUBUNGANYA


DALAM KONTEKS KE-INDONESIAAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Studi Islam
Kontemporer”
Dosen Pengampu:
Mokhammad khosim,M.Pd.I

Di Susun Oleh:
Ahmad Fauzi (2023100260660)
Muhammad Zean Zacky (2023100260674)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN
WONOREJO-LUMAJANG
2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah dan inayah-Nya kepada kami, Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Sejarah perkembangan dan aliran-aliran dalam ushul fiqih
tepat pada waktunya.
Maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini tidak lain untuk memenuhi salah
satu dari sekian kewajiban mata kuliah “Studi Islam Kontemporer ” merupakan
bentuk langsung tanggung jawab kami pada tugas yang diberikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki
banyak kekurangan . Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat kami harapkan sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan dalam penulisan
makalah selanjutnya .
Demikian pengantar yang dapat kami sampaikan, Akhir kata kami ucapkan terima
kasih dan mohon maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan dalam
pengerjaannya.

Lumajang, 07 Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Masalah....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Memahami islam secara historis indonesia..........................................2
B. memahami pandangan tokoh tentang hubungan islam dan Negara......6
C. menjelaskan islam sebagai bagian dari ke indonesiaan........................7
D. mengetahui hubungan islam dan negara secara normative...................8
E. memahami hubungan agama dan negara di indonesia,barat,dan timur
tengah....................................................................................................9

BAB III PENUTUP.........................................................................................11


A. Kesimpulan...........................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembahasan tentang hubungan Islam dan negara telah banyak dibahas para
di negara-negara berpenduduk mayoritas Islam seperti Indonesia– pada tahun
ahli di dunia Islam seiring munculnya konsep nation state (negara bangsa) pada
abad ke-19 yang dipopulerkan oleh dunia Barat ke dunia internasional,
termasuk wilayah Indonesia yang berpenduduk mayoritas Islam. Meski konsep
nation state telah diperkenalkan sejak awal abad ke-19, pada umumnya
persoalan Islam dan negara baru serius menjadi isu internasional –tak terkecuali
1940-an di abad ke-20 lalu, tepatnya pada pasca perang dunia kedua.
Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tahun 1945,
dan kemudian mendapat pengakuan dunia internasional secara de jure dan de
facto, sejak itu pula gencar didiskusikan masalah Islam dan negara. Namun
demikian, secara historis sebenarnya telah dimulai sejak pra kemerdekan. Di
masa pasca kemerdekaan inilah relasi wacana Islam dan negara secara formal
menjadi pembahasan di lembaga-lembaga dan organisasi pemerintah maupun
non pemerintah, partai-partai, ormas-ormas, dari level organisasi dan lembaga
kecil hingga lembaga-lembaga tinggi negara baik lembaga eksekutif, legislatif
maupun yudikatif.
.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana memahami islam secara historis indonesia?
2. bagaimana memahami pandangan tokoh tentang hubungan islam dan
Negara?
3. bagaimana menjelaskan islam sebagai bagian dari ke indonesiaan?
4. bagaimana mengetahui hubungan islam dan negara secara
normative?
5. bagaimana memahami hubungan agama dan negara di
indonesia,barat,dan timur tengah?
C. Tujuan Masalah

1
1. Untuk mengetahui pemahaman islam secara historis indonesia
2. Untuk mengetahui pemahaman pandangan tokoh tentang hubungan
islam dan Negara

3. untuk mengetahui pemahaman islam sebagai bagian dari ke


indonesiaan
4. untuk mengetahui pemahaman hubungan islam dan negara secara
normative
5. untuk mengetahui pemahaman hubungan agama dan negara di
indonesia,barat,dan timur tengah

BAB II
PEMBAHASAN
A. memahami islam secara historis indonesia

Secara sosiologi historis, Islam telah memainkan peran yang signifikan


dalam perkembangan sosial, politik, dan budaya di Indonesia. Berikut beberapa
poin penting dalam perjalanan sejarah Islam di Indonesia:

1. Penyebaran Islam: Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui para


pedagang dan ulama dari Arab, Persia, dan India sekitar abad ke-13 dan ke-14
Masehi. Penyebaran Islam di Indonesia terjadi melalui berbagai jalur, termasuk
perdagangan, perkawinan, dan dakwah para ulama.

2. Islamisasi Kerajaan-kerajaan Nusantara: Islam meresap ke dalam struktur


kekuasaan di beberapa kerajaan di Nusantara, seperti Kerajaan Aceh, Demak,
Mataram, dan Banten. Kerajaan-kerajaan ini mengadopsi Islam sebagai agama
resmi dan menjadi pusat penyebaran Islam di wilayah-wilayah sekitarnya.

2
3. Peran Ulama dan Pesantren: Ulama-ulama dan pesantren memainkan peran
penting dalam penyebaran dan pemeliharaan ajaran Islam di Indonesia. Mereka
tidak hanya menyebarkan ajaran agama, tetapi juga menjadi pusat pendidikan
Islam yang memainkan peran besar dalam pembentukan budaya dan identitas
Islam di Indonesia.

4. Islam dan Perlawanan Terhadap Kolonialisme: Selama periode kolonialisme,


Islam menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi perlawanan terhadap penjajahan
Belanda. Gerakan-gerakan Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama
(NU) tidak hanya menjadi pusat pergerakan keagamaan, tetapi juga berkontribusi
dalam perjuangan melawan penjajah.

5. Islam dalam Politik Modern: Setelah kemerdekaan Indonesia, Islam terus


memainkan peran penting dalam politik Indonesia. Partai politik Islam seperti
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
memiliki pengaruh signifikan dalam politik Indonesia, meskipun Indonesia secara
resmi adalah negara sekuler.

Secara keseluruhan, Islam secara sosiologi historis telah membentuk lanskap


sosial, politik, dan budaya Indonesia, dan terus menjadi kekuatan penting dalam
kehidupan masyarakat Indonesia hingga saat ini.

B. pandangan tokoh tentang hubungan islam dan Negara

Dalam sejarah Islam, ada tiga tipologi hubungan antara agama dan negara. Din
Syamsudin membaginya sebagai berikut:

1. Al-maududi

3
golongan yang berpendapat bahwa hubungan antara
agama dan negara berjalan secara integral. Domain agama juga
menjadi domain negara, demikian sebaliknya, sehingga hubungan
antara agama dan negara tidak ada jarak dan berjalan menjadi satu
kesatuan.

2. Abdullahi Ahmed An-Na’im

golongan yang berpendapat bahwa hubungan antara


agama dan negara berjalan secara simbiotik dan dinamis-dialektis,
bukan berhubungan langsung, sehingga kedua wilayah masih ada
jarak dan kontrol masing-masing, sehingga agama dan negara
berjalan berdampingan. Keduanya bertemu untuk kepentingan
pemenuhan kepentingan masing-masing, agama memerlukan
lembaga negara untuk melakukan akselerasi pengembangannya,
demikian juga lembaga negara memerlukan agama untuk
membangun negara yang adil dan sesuai dengan spirit ketuhanan.

3. Ali Abd Raziq

golongan yang berpendapat bahwa agama dan negara merupakan


dua domian yang berbeda dan tidak ada hubungan sama sekali.
Golongan ini memisahkan hubungan antara agama dan politik/
negara. Oleh sebab itu, golongan ini menolak pendasaran negara
pada agama atau formalisasi norma-norma agama ke dalam
sistem hukum negara.

Dalam sejarah bangsa Indonesia, hubungan antara agama


(Islam) dan negara berkembang menjadi empat golongan

1. golongan yang mengintegrasikan antara agama dan negara


sebagai dua hal yang tidak terpisahkan.

4
Sejarah integrasi agama dan negara berjalan dengan intensif pada masa
pertumbuhan kerajaan-kerajaan Islam, seperti Kerajaan Islam Perelak,
Kerajaan Islam Samudera dan Pasai di Aceh. Dalam sistem
ketatanegaraan tersebut, hukum negara menjadi hukum agama
dan hukum agama juga menjadi hukum negara. Relasi agama dan
negara tersebut berjalan aman dan damai tanpa adanya konflik.

2. golongan yang berpendapat bahwa agama dan negara


berjalan dalam pusaran konflik

Konflik kaum agamawan memiliki kehendak untuk menerapkan norma-norma


agama/Islam secara totalitas, sedangkan warga masyarakat lokal menolak
pemberlakuan norma agama tersebut. Kejadian tersebut
menimbulkan perang terbuka yang dikenal dengan perang Paderi
(perang para pemuka agama). Dari kejadian itu kemudian muncul
semboyan “adat bersendi syara’ dan syara’ bersendi Kit.bullah”
yang artinya; eksistensi hukum adat diakui selama tidak
bertentangan dengan ketentuan syariat agama Islam

3. golongan yang membangun hubungan dinamis-dialektis antara


agama dan negara.

Norma-norma agama diberlakukan secara


gradual dalam sistem hukum nasional dan berjalan tanpa konflik
sebagaimana sistem ketatanegaraan kerajaan Goa.

4. golongan yang membangun hubungan sekular-ritualistik antara


agama dan negara.

Norma-norma agama diberlakukan dalam tradisi


ritual keagamaan oleh pemerintah sebagai simbol pengayoman
kepada warganya, sehingga masyarakat merasa diayomi dengan
kedatangan pemimpin, sebagaimana tradisi kerajaan Jawa. Para

5
raja Jawa menghadiri kegiatan ritual keagamaan hanya dua kali
setahun di Masjid atau sekatenan.

Dari segi gerakan politik, hubungan antara agama dan


negara di Indonesia mengalami perkembangan dalam bentuk
oposisi, alienasi dan integrasi. Tiga tipologi gerakan agama
tersebut telah mengalami dinamika yang progresif dan silih
berganti. Islam sebagai agama memainkan peran politik oposisi
terhadap pemerintahan Majapahit, sejak awal berdirinya
Kerajaan Islam Demak. Sedangkan pada masa pemerintahan
kerajaan Islam Demak, Islam dan politik kenegaraan terbangun
secara terintegrasi, tetapi ketika pusat kekuasaan Islam beralih
kepada kerajaan Mataram, maka tipologi hubungan Islam tidak
mengambil pola integrasi sebagaimana praktik kerajaan Islam
Demak, tetapi kerajaan Mataram Islam mengambil model moderat
yang berkarakter sinkretis. Peran raja sebagai simbol keagamaan
cukup hadir dua kali selama setahun, walaupun kesehariannya
tidak datang ke Masjid

C. Islam sebagai bagian dari ke-indonesiaan

Kajian tentang Islam dalam kaitannya dengan kebangsaan dan keindonesiaan


merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Sebagai bangsa, Indonesia berada pada
posisi yang sangat beragam. Sedangkan sebagai negara Indonesia, merupakan
negara dengan penduduk beragam suku, agama, etnik, dan golongan. Di antara
semuanya menjadi satu dalam rumpun Keindonesiaan karena mengalami nasib
yang sama di bawah penjajah kolonial Belanda. Pikiran Ahmad Syafii Maarif,
Abdurrahman Wahid, dan Nurcholish Madjid, tiga tokoh dari organisasi Islam
terbesar di Indonesia berada pada pemikiran yang secara substansial terdapat
kesamaan. Ketiganya sepakat bahwa Indonesia telah pada posisi yang ideal
dengan

6
Pancasila sebagai dasar Negara bukan negara agama. Islam sebagai agama
mayoritas penduduk Indonesia, tidak dijadikan sebagai dasar negara. Ahmad
Syafii Maarif, Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid sepakat bahwa nilai-
nilai Pancasila merupakan nilai yang tidak bertentangan dengan Islam. Negara
Pancasila sebagai pilihan adalah negara yang tidak bertentangan dengan Islam.
Nasionalisme dan Islam merupakan dua hal yang saling mendukung tidak bertolak
belakang. Tulisan ini memberikan kesimpulan bahwa di Indonesia, dengan
Pancasila sebagai dasar negara, merupakan bagian dari kosmopolitanisme-
kebangsaan yang modern. Kajian dalam tulisan ini mendasarkan pada karya yang
ditulis oleh Ahmad Syafii Maarif, Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid,
terutama karya yang ditulis setelah tahun 2001. Tulisan ditulis dengan pendekatan
interpretative atas teks yang tersaji dalam karangan dua intelektual muslim
kenamaan dari Muhammadiyah, NU dan non afiliasi organisasi keislaman.

D. Hubungan islam dan negara secara normative


Kedudukan sistem hukum Indonesia, sebagai akibat dari perkembangan
sejarahnya bersifat majemuk. Hukum Islam yang mengatur hubungan manusia
secara vertikal dengan Allah SWT, maupun yang mengatur hubungannya dengan
sesama manusia, mempunyai peranan dalam pembentukan hukum nasional. Hal
ini didasarkan pada kenyataan bahwa banyak aturan-aturan dan ketentuan-
ketentuannya, yang selama ini dikenal dalam hukum Islam telah terserap ke
dalam hukum perundang-undangan negara. Pembentukan hukum nasional
mengambil dan bersumber pada hukum yang hidup dalam masyarakat, maka
dengan sendirinya hukum Islam berperan dalam pembentukan hukum nasional.
Hal ini merupakan realisasi dari tuntutan dijadikannya hukum Islam menjadi
salah satu bahan rujukan dan sumber dari pembentukan hukum nasional
Diterimanya hukum Islam masuk ke dalam hukum nasional bukan hanya karena
hukum Islam diikuti mayoritas masyarakat bangsa Indonesia, tetapi karena hukum
Islam memang mampu memenuhi tuntutan keadilan. Kedudukan hukum Islam
dalam Negara Republik Indonesia tidak hanya secara umum ada dalam pasal 20
atau 24 Undang-undang Dasar 1945 (disamping hukum-hukum lainnya), tetapi

7
secara khusus tercantum di dalam pasal 29 ayat (1) itu jelas disebutkan bahwa
Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam pembentukan hukum nasional terdapat hal-hal yang perlu dicermati, yaitu:
1. Diterimanya hukum Islam masuk ke dalam hukum nasional bukan hanya
karena hukum Islam diikuti mayoritas masyarakat bangsa Indonesia, tetapi karena
hukum Islam memang mampu memenuhi tuntutan keadilan. Dengan masuknya
hukum Islam ke dalam hukum nasional, ia tidak lagi akan menggunakan label
Islam dan juga tidak lagi menjadi milik umat Islam saja, tetapi menjadi milik
bangsa.

2. Pakar hukum Islam harus mampu menggali nilai-nilai universal dari hukum
Islam untuk disumbangkan menjadi hukum nasional, supaya tidak akan
menghadapi kendala penolakan dari anggota badan legislatif yang tidak beragama
Islam.

3. Hukum Islam sangat identik dengan keadilan dan mampu memenuhi tuntutan
keadilan, dan dalam pelaksanannya memiliki tempat di kalangan masyarakat
dalam arti dapat diterima oleh semua masyarakat termasuk non muslim, karena
sudah menjadi milik negara. Oleh arena itu, keuniversalan hukum Islam
membutuhkan kajian yang lebih komprehensif, agar dapat terkomodir dalam
perumusan peraturan perundang undangan yang disusun dan oleh anggota badan
Legislatif

Peluang penerapan hukum Islam di Indonesia memiliki alasan-alasan tertentu


dalam mewujudkannya, alasan tersebut adalah

1. Alasan Sejarah
Hukum Islam baru dikenal setelah Islam disebarkan di Indonesia, dan dapat
dikatakan bahwa setelah Islam datang ke Indonesia, hukum Islam telah diikuti dan
dilaksanakan oleh pemeluk agama Islam di Nusantara ini. Hal itu dapat dilihat
pada studi para pujangga yang hidup pada masa itu mengenai hukum Islam dan
peranannya dalam menyelesaikan perkara-perkara yang

8
timbul dalam masyarakat. Tinjauan sejarah ini menjadi bukti bahwa berlakunya
hukum Islam seiring dengan masuknya Islam ke Indonesia
2. Alasan Penduduk

Menurut sensus, hampir Sembilan puluh persen, penduduk Indonesia mengaku


beragama Islam. Ini berarti bahwa mayoritas manusia yang mendiami kepulauan
Nusantara adalah pemeluk agama Islam. Karena penduduk Indonesia mayoritas
beragama Islam, maka sejak dahulu, para pegawai, pejabat pemerintahan dan atau
para pimpinan yang akan bekeija di Indonesia selalu dibekaii dengan pengetahuan
keislaman, baik tentang lembaganya maupun tentang hukumnya yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat Muslim Indonesia.
3. Alasan Yuridis

Di Indonesia, hukum Islam berlaku secara normatif dan yuridis formal. Yang
berlaku secara normatif adalah hukum Islam mempunyai sanksi kemasyarakatan
apabila norma-normanya dilanggar. Hukum Islam yang berlaku secara normatif di
Indonesia diantaranya adalah pelaksanaan ibadah. Dan yang berlaku secara
yuridis formal adalah hukum Islam yang mengatur hubungan manusia dengan
manusia lain dan benda dalam masyarakat. Bagian hukum Islam ini menjadi
hukum positif berdasarkan peraturan perundang-undangan yang telah
diberlakukan.
4. Alasan Konstitusional

Di bawah Bab Agama, dalam Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
dinyatakan bahwa Negara (Republik Indonesia) berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa.
5. Alasan Ilmiah

Sebagai bidang ilmu, hukum Islam telah lama dipelajari secara ilmiah, bukan saja
oleh orang Islam sendiri tetapi juga oleh orang-orang non-muslim. Orang Barat
non-Muslim ini, yang biasa disebut dengan istilah orientalis, mempelajari hukum

9
Islam dengan berbagai tujuan yang berubah-ubah. Sejarah telah menatat, bahwa
hukum Islam sebagai bidang ilmu dipelajari di perguruan tinggi umum, bahkan
sampai sekarang kaiangan perguruan tinggi umum tersebut, banyak menghasilkan
kajian ilmiah atau penelitian tentang hukum Islam.
Begitu pula terdapat kendala didalam Penerapan hukum Islam di Indonesia
melalui jalan perundang-undangan (legisiasi) tidaklah mudah. Karena, usaha ini
harus melibatkan pembahasan politik melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
yang tidak semua anggotanya pendukung sistem hukum Islam. Disamping itu,
terdapat kendala lain yang mempersulit usaha legisiasi hukum Islam di Indonesia,
yakni kendala yang bersifat kultural.14 Kendala dan kesulitan yang dihadapi
dalam menerapkan hukum Islam di Indonesia, tentunya harus diminimaiisir,
termasuk kemungkinan-kemungkinan yang muncul dalam upaya penerapan
hukum Islam di Indonesia.

E. Hubungan agama dan negara di indonesia barat dan timur tengah


Hubungan antara agama dan negara di indonesia negara negara barat dan negara
negara timur tengah memiliki perbedaan yang signifikan dalam kobteks
sejarah,budaya,dan sistem pemerintahan
1. Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia meskipun
secara konstitusi merupakan negara yang berdasarkan pancasila yang
mengakui pluraritas agama,mayoritas penduduknya menganut agama
islam .pemerintahan secara resmi menjujung tinggi prinsip keberagaman
agama dengan islamsebagai agama mayoritas dan prakte praktek keagamaan
lainya di beri kebebasan yang di jaman konstitusi secara historis agama islam
telah memainkan peran penting dalam pembentukan budaya dan politik
indonesia.
2. Negara negara barat umumnya menganut prinsip negara sekuler yang berarti
pemisahan antara agama dan pemerintahan. Prinsip prinsip demokrasi liberal
yang menjamin kebebasan beragama dan pemisah agama dan kebijakan
publik.meskipun agama masih memainkan peran penting dalam kehidupan
masyarakat kebijakanj negara di dasarkan pada landasan sekuler dan non
agamis

10
3. Negara negara timur tengah secara umum memiliki identitas keagamaan yang
kuat dengan myoritas penduduknta menganut islam. Banyak negara ini yang
mimiliki sistem pemerintahan yang berdasarkan hukum islam dan syari’ah
agama sering kali memainkan yang signifikan dalam kebijakan publik dan
nilai nilai agama sering diintegrasikan ke dalam lembaga lembaga negara.
Meskipun terdapat perbedaan signifikan dalam hubungan antara agama
dan neagara di indonesia ,negara barat ,negara timur tengah semuanya
mencerminkan kompleksitasidari hubungan antara agama,budaya dan
pemerintahan dalam masyarakat yang beragam

11

Anda mungkin juga menyukai