Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Islam masuk ke Indonesia diperkirakan sejak abad pertama Hijriah atau

sekitar abad ke-7 Masehi. Pada masa-masa awal islamisasi, ulama merupakan

tokoh utama sejarah Indonesia klasik.1 Saat ini, Islam telah dianut oleh

berbagai lapisan masyarakat, hal ini memberi peluang untuk memperkuat

pemahaman/ajaran Islam tersebut, walaupun terkadang pelaksanaannya masih

bercampur dengan tradisi penduduk asli. Pemahaman dan pengamalan Islam

sebagai agama yang damai perlu terus dilakukan pembinaan dan pengajaran

yang lebih mendalam, hal ini dituntut keberadaan para Da‟i, ulama ataupun

tokoh agama untuk memberikan siraman rohani keislaman, sehingga tetap pada

ajaran Islam yang telah dibawa dan diajarkan Nabi Muhammad saw. 2

Ulama sangat berperan dalam penyebaran Islam. Melalui dakwah yang

dilakukan oleh ulama, Islam menjadi agama yang banyak dianut rakyat

Indonesia. Islamisasi di Indonesia pun terus berlanjut, dimulai dengan

datangnya para pedagang-pedagang Islam ke pelabuhan-pelabuhan, kemudian

diperkenalkan, disebarkan, dikembangkan dan dimantapkan. Abad-abad

pertama Islamisasi di Indonesia diwarnai dengan masa penyebaran ajaran

tasawuf abad pertengahan dan pertumbuhan tarekat, sebagian sejarawan

1
Moeflich Hasbullah, Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2012), Hlm 11.
2
Zainap Hartati “Peranan Kyai Haji Ibrahim Dalam Dakwah Dan Pendidikan” Vol. 11,
No. 1, Juli 2012. Hlm 199

1
mengemukakan bahwa karna faktor tasawuf dan tarekat proses Islamisasi Asia

Tenggara, terutama Indonesia dapat berlangsung dengan damai.3

Seseorang disebut ulama apabila seorang ulama tersebut mendalami

agama secara mantap, serta mengamalkannya dalam seluruh segi kehidupan.

Dalam perkembangannya, ulama menempati posisi penting dalam pembinaan

moral masyarakat. Bahkan pada masa penjajahan, ulama menjadi pemimpin

dan penggerak untuk melakukan perlawanan terhadap penjajahan. Setelah

kemerdekaan ulama tidak menjadi pemimpin untuk melakukan perlawanan,

melainkan mulai berfikir bagaimana membina moral masyarakat,

mengembangkan pendidikan bagi umat Islam serta menjembatani antara umat

Islam dan pemerintahan.4 Sejarah perjuangan dan keberhasilan para ulama

terdahulu telah tercatat dalam sejarah. Para ulama telah mengembangkan

berbagai disiplin ilmu keislaman. Ilmu pengetahuan yang mereka sumbangkan

ke berbagai belahan dunia, kemudian menjadi pokok peradaban Barat.

Ulama merupakan pengalihan fungsi kenabian, dimana setiap ulama

harus mampu mengembangkan misi para Nabi kepada seluruh masyarakat.

Dalam keadaan sangat sulit sekalipun. Amanat menegakkan Islam setiap sisi

kehidupan menuntut peran aktif ulama dengan perjuangan, kesabaran,

3
Sri Mulyati, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di Indonesia,
(Jakarta: Prenada Media,2015), Hlm 12.
4
Selia Lestari “KH Abdul Sattar Saleh Pejuang Dakwah dan Pesantren di Kabupaten
Merangin” Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi 2019. Hlm 13.

2
keikhlasan, dan sikap tawakal, dengan demikian umat Islam dapat

mengamalkan nilai-nilai keislaman dengan kehidupan sehari-hari.5

Seorang ulama hendaknya memiliki kriteria ilmu agama Islam dan

sanggup membimbing umat dengan memberikan bekal-bekal ilmu keislaman

yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis seperti

1. Ikhlas melaksanakan ajaran Islam.

2. Berakhlaq luhur, berfikir kritis, aktif mendorong masyarakat melakukan

perbuatan positif, bertanggung jawab dan istiqomah.

3. Berjiwa besar, kuat mental dan fisik, tahan diuji, hidup sederhana,

amanah, dan tawakkal kepada Allah.

4. Berwawasan luas dan menguasai beberapa cabang ilmu demi

pengembangannya. Menerima pendapat orang lain yang tidak

bertentangan dengan Islam dan bertawaddu.6

Ketertiban unsur ulama semacam ini adalah proses pembangunan

bangsa dan negara mutlak diperlukan. Karena kehidupan bangsa Indonesia

tidak dapat dipisahkan dengan masalah-masalah keagamaan baik secara

konstitusional seperti yang tercantum dalam sila pertama Pancasila Yaitu

Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan dipertegas lagi dalam pasal 29 Undang-

Undang Dasar 1945, demikian juga secara sosiologi bahwa bangsa Indonesia

adalah bangsa religius dan kebebasan memilih dan melaksanakan ibadah sesuai

dengan kepercayaan masing-masing.

5
Khairunnisa “KH. Abdul Qadir (Pemikiran dan Usaha-usahanya di Jambi seberang)”
IAIN STS Jambi: tahun 2004. Hlm 2
6
KH. Drs, Badruddin Hsubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman. (Jakarta: Gema
Insani Press, 1995), cet. Ke-1, Hlm 47.

3
Para ulama yang termasyhur dalam perkembangan ilmu pengetahuan di

antaranya:

1. Ibnu Hisyam (695 M), Ilmuan dalam bidang ilmu alam dan penyusun

pertama ilmu geometri.

2. Abu Musa Jabir bin Hayyan (720-813 M), terkenal sebagai pakar ilmu

kimia yang sangat berpengaruh di Barat.

3. Tsabit bin Qurra (825-901), terkenal dalam bidang ilmu kedokteran. 7

Dan masih banyak lagi ulama yang mempunyai keahlian dalam bidang

ilmu-ilmu tertentu yang terkenal secara internasional. Pada tingkat nasional

juga terdapat ulama-ulama besar, seperti KH. Hasyim As’ari, KH. Ahmad

Dahlan, KH. Agus Salim, Buya Hamka. Dan banyak juga ulama yang hanya

dikenal pada tingkat lokal, seperti KH. Abdul Qadir pendiri pondok pesantren

As’ad di Jambi seberang, dan KH. Abdul Sattar Saleh pendiri pondok

pesantren Syekh Maulana Qori.

Begitu juga di Kabupaten Merangin, khusunya di Desa Muaro Panco,

Kecamatan Renah Pembarap, juga memiliki ulama yang berperan penting

dalam penyebaran Islam yaitu KH. Zakaria.

KH. Zakaria atau yang lebih dikenal dengan guru Zakaria beliau benar-

benar mengembangkan tugas sebagai penyebar ajaran-ajaran Islam melalui

jalur berdakwah diberbagai tempat, beliau juga mengembangkan agama islam

dengan cara membuat pengajian di langgar sebelah rumahnya, lalu membuat

pengajian khusus untuk orang tua yang selanjutnya dikenal sebagai panti

7
KH. Drs, Badruddin Hsubky, Dilema Ulama Dalam Perubahan Zaman. (Jakarta: Gema
Insani Press, 1995), cet. Ke-1, Hlm 124.

4
jompo Talang Sekuang hingga saat ini. Kemudian beliau juga mengembangkan

agama Islam melalui jalur pendidikan. Melalui madrasah/pondok pesantren

yang dirintisnya dia telah berpartisipasi dalam membantu pemerintah

mencerdaskan anak bangsa.

KH. Zakaria juga pernah ditangkap oleh tentara Belanda pada Agresi

Militer kedua selama dua bulan dan diasingkan (dipenjarakan) di daerah Muara

Siau yang berjarak lebih kurang 70 km dari desa Muaro Panco dengan kondisi

transportasi yang terbatas. Penyebab beliau ditahan oleh pihak Belanda karena

menjelaskan sebuah hadist yaitu “Hubbul Whaton Minal Iman” yang artinya

“Cinta Tanah Air Adalah Sebagian Dari Iman” dalam hal ini ternyata beliau

dilaporkan oleh masyarakat yang tidak senang dengan beliau kepada pihak

Belanda.

Di desa Muaro Panco berkembanglah beberapa budaya salah satunya

yaitu RABANO (rebana) yang bercampu antara laki-laki dan perempuan

sehingga menimbulkan hal-hal negatif ditengah masyarakat. Untuk

memberantas yang demikian maka KH. Zakaria tidak membolehkan bermain

rebana di wilayah desa Muaro Panco. Maka sampai saat ini ditiadakan bermain

musik (rebana/organ tunggal) disetiap acara keramaain maupun pernikahan.

Melihat keistimewaan dalam dirinya yaitu sebagai tokoh ulama yang

dihormati atau disegani di dalam masyarakat serta perannya sebagai tokoh

ulama untuk membangun masyarakat berilmu dan menambah kecintaan pada

Nabi serta sang pencipta yaitu Allah SWT, disamping itu beliau juga

mempunyai murid yang berhasil, dan menjabat posisi penting di Merangin

5
yaitu sebagai katua MUI, Juga aktif sebagai pengurus NU Kabupaten Merangin

yaitu KH. Abdul Sattar Saleh. Maka dari itu penulis ingin melakukan sebuah

penelitian yang berjudul “Peran KH. Zakaria dalam Menyebarkan Islam di

Muaro Panco (1928-1989)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya

kemudian muncul permasalahan yang menjadi pokok pembahasan yang

menjadi sebuah acuan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Gambaran Umum Desa Muaro Panco?

2. Bagaimana Latar Belakang Kehidupan KH. Zakaria?

3. Bagaimana Peran KH. Zakaria dalam Penyebaran Islam di Muaro Panco?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Dari latar belakang diatas maka penulis memberi batasan ruang lingkup

penelitian yaitu spasial dan temporal. Pada batasan spasial penelitian ini

dilakukan di Muaro Panco, tempat tokoh lahir dan menyebarkan ajaran Islam.

Untuk aspek temporalnya, penulis membatasi pada tahun 1928-1996.

Pengambilan tahun 1928 dikarenakan pada tahun itulah KH. Zakaria

mulai mengembangkan ajaran Islam di desa Muaro Panco Islam dengan

melakukan dakwah di tengah masyarakat hingga membuka pengajian,

sedangkan tahun 1996 sebagai batas akhir penelitian, karena pada waktu itu

wafatnya KH. Zakaria. Setelah beliau wafat perjuangannya dilanjutkan oleh

anak cucunya.

6
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

a. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kondisi Muaro Panco.

b. Untuk mendeskripsikan dan menganalis riwayat hidup dan pendidikan

KH. Zakaria.

c. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis peran KH. Zakaria dalam

penyebaran Islam di Muaro Panco.

1.4.2 Manfaat Penelitian

a. Mengetahui perkembangan Islam di Muaro Panco.

b. Mengangkat biografi tokoh keagamaan lokal.

c. Mendorong penelitian serupa agar menambah wawasan.

1.5 Tinjauan Pustaka

1.5.1 Studi Relavan

Sejauh yang diketahui oleh penulis sampai saat ini, tulisan yang dengan

konfrehensif membahas mengenai biografi KH. Zakaria secara kronologis dari

awal biografi ini belum ada yang menuliskan, kalaupun ada yang menyinggung

tetapi untuk tempat waktu dan karakternya sangatlah berbeda dan biasanya

juga mencakup hal yang lebih luas tentang KH. Zakaria. Akan tetapi, dari

beberapa tulisan yang ditemukan karya tulis (Buku, Jurnal atau Skripsi) yang

mengungkapkan mengenai tema penulis yang dapat dijadikan perbandingan

oleh penulis tentang sejauh mana masalah yang akan di bahas dan yang akan

ditulis.

7
Pertama penulis menganalisis skripsi yang ditulis oleh Noni Shintia

Dewi "Biografi Muhammad Amin Rajo Tiang So (Penyebar Agama Islam di

Jangkat pada Tahun 1686-1706). Skripsi ini membahas tentang perjuangan

seorang tokoh ulama atau tokoh agama yang memiliki peran penting dalam

penyebaran agama Islam di Jangkat. Sosok beliau sangat berpengaruh dalam

penyebaran agama Islam khususnya di Jangkat. Muhammad Amin Rajo Tiang

So membawa pengaruh terhadap masyarakat setempat terutama dari segi

kepercayaan hingga sampai ke sosio-kultur. Dimana pada waktu itu masyarakat

Jangkat masih menganut animisme dan dinamisme.8

Kedua penulis menganalisis skripsi yang ditulis oleh Siti Ramayani

tentang "Perjuangan KH. Muhammad Daud Arif Di Kuala Tungkal Dalam

Perang Kemerdekaan 1945-1949", Skripsi ini membahas tentang perjalanan

hidup dan perjuangan KH. Muhammad Daud Arif Di Kuala Tungkal, yang

merupakan seorang kyai, ulama, guru agama, tokoh masyarakat dan politisi di

Kuala Tungkal. Sebelum KH. Muhammad Daud Arif datang ke Kuala Tungkal

keadaan masyarakat begitu kacau dan banyak kemiskjnan yang muncul.

Keadaan yang tidak kalah parah adalah banyaknya masyarakat yang buta

huruf, terlebih belum mengenai agama/ajaran Islam. Setelah kedatangan KH.

Muhammad Daud Arif 1930. Melihat kondisi masyarakat yang begitu kacau

dan belum bersinarnya agama Islam di Kuala Tungkal, maka beliau berencana

untuk menyebarkan agama Islam. Awal KH. Muhammad Daud Arif

8
Noni Shintia Dewi, "Biografi Muhammad Amin Rajo Tiang So (Penyebar Agama Islam
di Jangkat pada Tahun 1686-1706)”. Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Jambi 2019.

8
menyebarkan ilmu pengetahuan agama dengan mendirikan majelis taklim yaitu

dengan cara membentuk pengajian kecil di tempat tinggalnya. 9

Ketiga penulis menganalisis skripsi yang ditulis oleh Raenah tentang

"Peranan KH. Muhammad Salekh Dalam Pengembangan Agama Islam Di

Kecamatan Pelawan Singkut Kabupaten Sarolangun". KH Muhammad Salekh

merupakan ulama yang mempunyai pengaruh dalam bidang keulamaan serta

mempunyai kharisma yang sangat tinggi. Sebagai seorang ulama dia

mempunyai peranan yang cukup besar terhadap perkembangan agama Islam di

Kecamatam Pelawan Singkut Kabupaten Sarolangun, dimana kontribusinya di

dalam dunia pendidikan dan juga dakwah-dakwahnya yang mampu

meningkatkan kehidupan sosial keagamaan masyarakat kecamatan Pelawan

Singkut.10

Meskipun berbeda dalam objek kajiannya, namun ketiga penelitian

tersebut memiliki kesamaan untuk memaparkan kehidupan dari tokoh yang

memiliki pengaruh dalam suatu daerah sehingga dapat menginspirasi banyak

orang. Oleh karena itu penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah

biografi yang bersifat social keagamaan. Selain itu penulis berupaya untuk

mengumpulkan sumber dan informasi tentang KH. Zakaria hingga menjadi

satu kesatuan.

9
Siti Rahmayani, "Perjuangan KH. Muhammad Daud Arif Di Kuala Tungkal Dalam
Perang Kemerdekaan 1945-1949". Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jambi
2017.
10
Raenah, ''Peranan K.H. Muhammad Salekh Dalam Pengembangan Agama Islam Di
Kecamatan Pelawan Singkut Kabupaten Sarolangun". Fakultas Sastra dan Kebudayaan Islam
Institut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2004.

9
1.6 Kerangka Konseptual

Menentukan alur penulisan penelitian sejarah, perlu digunakan sebuah

kerangka konseptual yang akan menetukan batasan untuk lebih mudak

dipahami. Dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode pendekatan

biografis. Untuk itu menurut Kuntowijoyo setiap biografi harus memiliki

setidaknya empat hal, yaitu 1) kepribadian tokoh, menyangkut tentang sebuah

biografi yang memperhatikan adanya latar belakang keluarga, pendidikan,

lengkungan sosial-budaya dan perkembangan diri; 2) kekuatan sosial yang

mendukung, Marxisme sangat mendukung anggapan bahwa kekuatan sosial

yang berperan bukan peroranga; 3) lukisan sejarah zamannya yaitu melukiskan

zaman yang memungkinkan seseorang muncul jauh lebih penting dari pada

pribadi atau kekuatan sosial yang mendukung; 4) keberuntungan dan

kesempatan yang datang. Sehubungan dengan kepribadian tokoh, sebuah

biografi juga perlu memperhatikan adanya latar belakang keluarga, pendidikan,

lingkungan sosial budaya, serta perkembangan diri untuk melihat

keterkaitannya dengan pembentukan karakter dari sang tokoh.11

Selain menggunakan pendekatan biografi penulis juga menggunakan

teori sosial sebagai ilmu bantu, menurut penulis teori social yang paling

relevan digunakan dalam penelitian ini adalah teori peranan social yang

dikemukakan oleh Erving Goffman. Menurut teori ini peranan social adalah

salah satu konsep sosiologi yang paling sentral dan didefinisikan dalam pola-

pola atau norma-norma perilaku yang diharapkan dari orang yang menduduki

11
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah. ed kedua. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003). Hlm
206-207.

10
posisis tertentu dalam struktur social. Peranan yang dilakukan oleh seseorang

dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi unsur yang meliputi norma-norma

yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat

sebagai organisasi, dan dapat dikatakan sebagai individu yang penting dalam

masyarakat.

Teori tersebut dapat digunakan penulis dalam mengungkapkan peranan

yang dilakukan oleh KH. Zakaria sebagai seorang ulama yang menyebarkan

agama Islam di Muaro Panco dan memberikan suri tauladan bagi masyarkat

disana. Berdasarkan pendekatan biografi dan teori peranan tersebut, penulis

berusaha menjelaskan secara rinci bagaimana proses dan peran dari KH.

Zakaria dalam menyebarkan agama Islam. Sehingga tujuan-tujuan yang dicapai

dalam penelitian ini berjalan dengan baik.

1.7 Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode sejarah. Metode

sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan

peninggalan masa lampau. Penelitian sejarah mempunyai lima tahap yaitu

pemilihan topik, pengumpulan sumber (heuristik), verifikasi (kritik sejarah,

dan keabsahan sumber), interpretasi (analisis dan sintesis), dan terakhir

penulisan (historiografi).12 Berikut akan dipaparkan lebih rinci mengenai tahap

penulisan sejarah yang berkaitan dengan judul tersebut yaitu:

12
A. Daliman. "Metode Penelitian Sejarah", (Yogyakarta: Ombak, 2018). hlm. 46.

11
1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Heuristik merupakan tahap pengumpulan sumber dan mencari berbagai

sumber data yang terkait dengan masalah yang sedang di teliti. Seperti buku,

jurnal, majalah, koran dan foto-foto. Untuk menjadikan historiografi perlu di

cari sumberaya, baik primer, sukender, teresier maupun historis. 13 Tahap ini

yang di gunakan penulis untuk melakukan proses pencarian dan berbagai

sumber literatur di berbagai perpustakaan, melakukan perjalanan ke sejumlah

tempat-tempat yang memiliki data terkait, wawancara dengan beberapa tokoh

masyarakat dan anak cucunya di desa Muaro Panco, kemudian mencari data di

Perpustakan Wilayah Kota Jambi, Arsip daerah Jambi dan Perpustakaan

Universitas Jambi, perpustakaan fakultas dan perpustakaan Merangin. Dalam

penelitian ini di gunakan duajenis data, yaitu:

Data primer adalah data yang diporeleh peneliti secara langsung, untuk

mendapatkan data ini dilakukan studi lapangan dengan menggunakan teknik

wawancara dengan beberapa informan, yaitu para keluarga dan anak cucu KH.

Zakaria dan tokoh masyarakat di Desa Muaro Panco. Metode wawancara di

lakukan dengan menyiapkan beberapa pertanyaan yang sesuai dengan

penelitian yang akan dilakukan. Disamping itu juga digunkan naskah-naskah

dan arsip dari lembaga terkait yang di anggap penting.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada

berupa buku-buku, skripsi thesis, jurnal dan data-data yang terkait lainnya.

Data ini diperoleh dari studi kepustakaan di Perpustakan Wilayah Kota Jambi,

13
A. Daliman, Metodohgi Penelitian Sejarah. 2012 Yogyakarta; Ombak. hlm, 46-48.

12
Arsip daerah Jambi dan Perpustakaan Universitas Jambi, perpustakaan fakultas

dan sumber-sumber artikel dan jurnal internet lainnya.

Sumber sejarah merupakan kebutuhan yang sangat penting

dalam penyusunan penelitian karena sumber sejarah merupakann instrument

utama dalam pengolahan data dan merokontruksi sejarah.

2. Kritik Sumber

Data yang sudah dikumpulkan diseleksi untuk melihat tingkat keaslian

data sumber sejarah melalui kritik ekstren dan intern. Kritik sumber di lakukan

sebagai upaya untuk menentukan apakah sumber data yang didapat valid dan di

pertanggung jawabkan kebenarannya secara subtansial maupun secara fisik.

Kritik sumber adalah menilai sumber-sumber sejarah yang dibutuhkan

dalam penulisan sejarah baik kritik eksteren maupun kritik interen. Kritik

eksteren berkaitan dengan keaslian, keutuhan, dan keotentikan sumber. Kritik

eksteren dari segi dokumen melihat keaslian arsip sezaman yang digunakan

dengan melakukan kritik dari segi fisik sumber, seperti melihat tanggal arsip

dibuat, kertas yang digunakan, metode penulisan, bahasa dan gaya penulisan.

Sedangkan dari segi sumber lisan melihat dari informan yang dekat

dengan pelaku sejarah akan lebih diutamakan. Agar informasi yang didapat

tidak subjektif, maka penulis tidak hanya melakukan wawancara dengan satu

keturunan saja, melainkan beberapa orang yang berhubungan langsung dengan

pelaku sejarah.

13
Kritik interen berkaitan dengan kredibilitas (kebenaran sumber)14

untuk mengevaluasi kredibilatas atau keabsahan serta relevansi isi sumber data

lainnya dengan cara mencari data pendukung lain (kolaborasi) seperti data lisan

atau hasil wawancara. Penulis lebih mengutamakan arsip yang berkaitan

dengan KH. Zakaria.

3. Interpretasi (Analisis dan Sintesis)

Interpretasi berarti menafsirkan atau memberi makna kepada fakta-

fakta atau bukti-bukti sejarah.15 Interpretasi merupakan proses penggabungan

atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah yang berkaitan

dengan tema penelitian dan dengan sebuah kerangka konseptual kemudian

disusunlah fakta tersebut kedalam suatu interpretasi secara menyeluruh.

Setelah data penelitian ini diperoleh dari pustaka atau wawancara maka

dipergunakanlah karangka konseptual biografi yang mengacu pada pendekatan

masalah khusus atau kejadian luar biasa yang menyangkut KH. Zakaria. Untuk

menjelaskan secara utuh dan kronologis jalannya perjuangan KH. Zakaria

dalam menyebarkan agama islam khusunya di Merangin (Muaro Panco).

4. Historiografi (Penulisan)

Langkah yang terakhir adalah historiografi atau penulisan sejarah

merupakan suatu penyampaian secara analisis dan sintesis dari penelitian yang

akan dikaji secara kronologi. Historiografi sebuah kegiatan untuk menyusun

fakta-fakta menjadi sebuah kisah sejarah melalui pencarian sumber analisis

sintesis yang dituangkan dalam tulisan. Penulisan sejarah memiliki pedoman-

14
A. Daliman. op.cit. hal 72.
15
A. Daliman. op.cit. hal 8.

14
pedoman khusus, selain ditulis sesuai dengan ejaan yang disempurnakan,

penulisan sejarah juga disertai dengan footnote, tabel penunjang, lampiran, foto

dan juga daftar pustaka.

1.8 Sistematika Penulisan

Adapun penulisan proposal penelitian ini didasarkan pada sistematika

penuisan yang sederhana dengan tujuan menjelaskan masalah yang ada, yang

akan dibahas pada bab-bab selanjutnya, yaitu:

Bab I Pendahuluan dalam bab ini dikemukakan latar belakang, rumusan

masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

pustaka, kerangka konseptual, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana gambaran

umum Muaro Panco.

Bab III dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang kehidupan

KH. Zakaria mulai dari tentang latar belakang sosio-kultur, silsilah keturunan.

Bab IV dalam bab ini akan dibahas mengenai peran KH. Zakaria dalam

mengembangkan ajaran agama Islam terhadap masyarakat.

Bab V bab ini merupakan bab terakhir dan penutup. Bab ini berisi

kesimpulan hasil penelitian. Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan yang

di dapat terkait dengan penelitian yang dilakukan. Kesimpulan merupakan

jawaban atas pertanyaan dalam rumusan masalah yang telah ditentukan

sebelumnya. Setelah itu daftar pustaka.

15
BAB II

GAMBARAN UMUM DESA MUARO PANCO

2.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Merangin merupakan salah satu Kabupaten dari 11 (sebelas)

Kabupaten/kota yang berada di provinsi Jambi. Wilayah Kabupaten Merangin

berada di wilayah bagian barat provinsi Jambi dan secara geografis terletak antara

101, 32, 11-102,50 00 bujur Timurdan 1, 28, 23-1, 52 00 bujur Selatan,

Kabupaten Merangin memiliki luas wilayah 7,679 km2 atau 745,130 Ha yang

terdiri dari 4.607 km2 berupa dataran rendah dan 3.027 km2 berupa dataran

tinggi, dengan ketinggian berkisar 46-1.206 m dari permukaan air laut dengan luas

wilayah meliputi sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sarolangun,

sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kerinci, sebelah Utara berbatasan

dengan Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo, sedangkan sebelah Selatan

berbatasan dengan Kabupaten Rejang Lebong (Provinsi Bengkulu). 16

Gambar Peta Kabupaten Merangin


16
BPS Merangin dalam angka tahun 2004. Hlm 29

16

Anda mungkin juga menyukai