Anda di halaman 1dari 15

Tipologi Pemikiran dan Gerakan Dakwah

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pemikiran, Gerakan dan Kebijakan Dakwah
Dosen Pengampu : Ulul Aedi M. Ag.

Oleh

1. Alfi Maulani 214110102214


2. Hidayatur Rohmah 214110102151
3. Tia Ariyani 214110103049

4 KPI E

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


JURUSAN MANAJEMEN DAN KOMUNIKASI
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. Karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Tipologi Pemikiran dan Gerakan Dakwah tepat waktu.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pemikiran, Gerakan dan kebijakan
Dakwah. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini menambah wawasan bagi
pembaca tentang pengetahuan akan Tipologi Pemikiran dan Gerakan Dakwah.
Penulis mengucapkan terimakasih sebear – besarnya kepada bapak Ulul Aedi M.Ag. Selaku
dosen pengampu Mata Kuliah Pemikiran, Gerakan dan kebijakan Dakwah. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni
penulis. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini.

Purwokerto, 13 Maret, 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan Islam di Indonesia saat ini tampak sangat kompleks.
Kompleksinya diakibatkan oleh struktur sosial masyarakat Indonesia yang pluralistik,
tantangan globalisasi dan sekaligus tantangan lokal. 1 Keadaan ini dipertajam oleh
tipologi pemikiran dan aliran yang ada dan berkembang di kalangan umat Islam
Indonesia. Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat menjadi modal bagi kemajuan
bangsa, akan tetapi, di sisi lain kemajemukan juga dapat menjadi batu sandungan bagi
kemajuan bangsa. Dari sini kita ketahui tantangan yang dihadapi dakwah tidak hanya
berupa pluralitas masyarakat Indonesia. Selain itu, dapat di nafikan tantangan lainnya
yang berasal dari situasi dan keadaan lokal. Kedatangan islam ke Nusantara, tidak
hanya memperlihatkan bagaimana islam disebarkan, tetapi juga bagaimana Islam di
terima oleh masyarakat lokal, kemudian di adaptasi, dan berpengaruh pada pola – pola
interaksi dalam masyarakat.
Dakwah islam yang dikonotasikan sebagai upaya transformasi dan internalisasi
nilai – nilai ajaran Islam kepada umat manusia, dalam pelaksanaannya memerlukan
adanya sistem perencanaan yang matang dan memadai agar dapat mencapai hasil dan
tujuan yang di harapkan. Dimana salah satunya dengan memahami objek dakwahnya
sebagai pertimbangan untuk menentukan sasaran dakwah yang tepat dalam
melaksanakan tugasnya pada suatu masyarakat tertentu.
Kegiatan dan pelaksanaan dakwah di Indonesia semakin semarak dan
menunjukkan tanda – tanda peningkatan, sebagaimana tercermin dari maraknya
kegiatan majelis taklim, halaqah, tabligh akbar dan ceramah lainnya baik berupa tatap
muka atau melalui media massa. Namun maraknya itu semua belum tentu mencapai
sebuah keberhasilan yang pasti akan tercapai. Dalam mencapai keberhsilan dakwah
tersebut perlu memiliki gerakan dakwah yang benar.
Mengenai pemikiran dan gerakan dakwah, Indoesia merupakan salah satu negara
yang menjadi pusaran kegiatan itu. Hal ini dapat di lihat dari munculnya tokoh atau
pengelompokan – pengelompokan dalam pemikiran dan gerakan dakwah, oleh karena

1
Urbaningrum, Islam Demokrasi Pemikiran Nurcholish Majid (Jakarta; Penerbit republika, 2004), Cet. Ke-1, h. 175.
itu pentingnya mengetahui dasar dakwah serta tipologi pemikiran dan gerakan
dakwah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dari gerakan dakwah?
2. Aspek apa saja yang masuk kedalam gerakan dakwah?
3. Bagaimana pemikiran atau strategi gerakan dakwah?

C. Tujuan
Memahami apa pengertian dari tipologi pembagian pemikiran dan gerakan
dakwah, dan bagaimana pemikiran dan strategi gerakan dakwah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gerakan Dakwah
1. Pengertian Gerakan Dakwah
Gerakan dakwah terdiri dari 2 suku kata, yaitu gerakan dan dakwah. Kata
Gerakan dalam Dalam bahasa Arab yaitu Harokah (‫ ) الحركة‬yang berasal dari kata

Haruka (‫ )حرك‬memiliki arti lawan dari kata diam (‫ )ضد السكون‬atau tidak bergerak,

yang berarti harokah adalah suatu gerakan. Di dalam bahasa umum, Harokah berarti
perpindahan tubuh dari satutempat ke tempat tertentu menuju tempat lainnya (‫انتقال‬

‫)الجسم من مكان إلى مك ان آخر‬. Hal tersebut menunjukan adanya langkah-langkah dan

usaha-usaha yang terus bergerak dari satu posisi menuju posisi yang lain atau dari
satu keadaan menuju keadaan yang lain2. Sedangkan Dakwah merupakan istilah
dalam bahasa Arab yang artinya adalah ajakan. Dakwah merupakan suatu kegiatan
yang memiliki sifat menyerukan, mengajak serta memanggil manusia untuk beriman
serta taat pada Allah, Tuhan semesta alam sesuai dengan akidah, akhlak serta syariat
Islam dengan penuh kesadaran dan secara terencana.3
Dari sini dapat dipahami bahwa Gerakan Dakwah berarti langkah-langkah,
usaha-usaha dan gerakan-gerakan dalam proses dakwah yang berdasarkan asas-asas,
aturan-aturan dan nilai-nilai Islam, baik dalam tujuan, aqidah dan sikap atau suluknya.
Gerakan dakwah (dakwah harakah) bermakna dakwah dengan atau melalui sistem
pergerakan. Sesuai dengan namanya, aliran dakwah yang satu ini lebih menekankan
aspek tindakan (aksi) ketimbang wacana (teoritisasi) 4. Menurut Hasan al-Qattany,
yang dimaksud dakwah harakah adalah dakwah yang berorientasi pada
pengembangan masyarakat Islam, dengan melakukan reformasi total (islah) terhadap
seluruh aspek kehidupan sosial, baik terkait dengan individu (islah al-fard), keluarga
(islah al-usrah), masyarakat (islah al-mujtama’) hingga Negara (islah al-daulah).5

2
Definisi Harakah. (2012, January 31). HASMI. Retrieved March 13, 2023, from https://www.hasmi.org/definisi-harakah/
3
Pengertian Dakwah: Ketentuan, Tujuan dan Jenis-jenisnya. (n.d.). Gramedia.com. Retrieved March 13, 2023, from
https://www.gramedia.com/literasi/dakwah/
4
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah : Rekayasa Membangun Agama dan

Peradaban Islam, (Jakarta : Prenada Media Group, 2011), Cet. Ke-1, h. 233.
5
Hasan Ibn Falah al-Qattany, al-Tariq ila al-Nahdah al-Islamiyyah, (Riyad : Dar al Hamidi, 1993), h. 1-10
2. Tinjauan Gerakan Dakwah dari berbagai aspek
Sebagai sistem hidup yang komprehensif (manhaj hayah) menurut Fathi
Yakan, Islam tidak boleh dianggap hanya sebagai sistem keyakinan transendental,
melainkan suatu sistem yang mengatur seluruh segi kehidupan dari mulai sistem
sosial, ekonomi hingga politik.6 Khusus aspek politik, Fathi Yakan membedah
karakter harakah Islam dari sistem keyakinan lain. Islam kata Yakan, berbeda dengan
agama Kristen misalnya, yang menghendaki pemisahan agama dari Negara. Dalam
keyakinan Kristen, agama tidak mencampuri urusan-urusan keagamaan. Kaidah yang
amat terkenal terkait dengan pemisahan agama dari Negara ini adalah pernyataan “…
berikanlah kaisar milik kaisar dan berikanlah kepada Allah apa yang menjadi milik
Allah…”7 Fatih Yakan memaparkan, bahwa kaidah demikian ini tidak dikenal dalam
Islam. Kekuasaan Negara, demikian Fatih Yakan menjelaskan, sejatinya ditujukan
untuk melindungi agama dan menghadirkan keadilan dalam masyarakat.8

Dari segi sosial, Ajaran Islam menjadikan ibadah yang mempunyai aspek
sosial sebagai landasan membangun sistem penanganan masalah seperti kemiskinan,
kesenjangan sosial. Dengan adanya gerakan dakwah, dapat mengurangi rasa
kesenjangan sosial yang nantinya akan mencapai rasa kesetaraan di dunia dalam
beribadah, karena hanya di akhirat lah yang membedakan iman dan takwa manusia.9

3. Karakteristik Gerakan Dakwah


Menurut Mustafa Masyhur, dakwah harakah mendasarkan diri pada tiga
kekuatan sekaligus, yaitu (1) kekuatan aqidah dan iman, (2) kekuatan persatuan dan
ikatan kaum muslimin (quwwat at-waddah wa at-tarabbuth) dan (3) kekuatan jihad
(quwwat al jihad).10 Menurut Fathi Yakan, ada empat cirri yang sangat menonjol dari
dakwah harakah, yaitu (1) murni dan autentik (dzatiyyah), yakni autentik sebagai
panggilan Tuhan, (2) mendorong kemajuan (taqaddumiyah), yakni kemajuan yang
tetap menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas, (3) universal (syamilahi) mencakup

6
Fathi Yakan, Kaifa Nad‟u ila al-Islam, (Beirut : Muassasah al-Risalah, 1991), h. 89
7
Ibid., h. 97
8
Ibid., h. 88
9
Usman, ‘STRATEGI DAKWAH DALAM MASALAH SOSIAL’, Junal Ilmiah Dakwah Dan Komunikasi, 11.4 (2010),
48–66.
10
Faizah & Lalu Muchsin, Psikologi Dakwah, (Jakarta : Kencan, 2006), Edisi Pertama,

Cet. Ke-2, h. xvi


semua aspek kehidupan, memadukan tiga sistem hidup (manhaj al hayat) yang terdiri
dari tiga D, yaitu Din (agama), Dunya (dunia), dan Daulah (pemerintahan negara)
dan (4) menekankan prinsipprinsip agama yang luhur dan menjauhkan diri dari
perbedaan mazhab.11 Menurut Sayyid Qutub, seorang aktivis dan arsitek dakwah
gerakan di Mesir ada tiga ciri dakwah gerakan, yaitu : (1) lebih menekankan pada aksi
ketimbang teori, wacana dan retorika, sebagaimana dakwah Nabi yang tidak
membangun wacana (la yuqim falsafatan) tetapi membangun ummat (lakin yubni
ummah), (2) dakwah gerakan membolehkan penggunaan kekuatan fisik dalam
membentuk jihad fisabilillah jika keadaan memaksakan. Jihad diperlukan untuk
mengawal dakwah dan membela diri dari gerakan fisik yang menghalangi dakwah,
dan (3) dakwah gerakan sangat meniscayakan organisasi dan jaringan (networking),
dalam skala nasional, regional, maupun internasional. Menurut Sayyid Qutub, dakwah
bukan saja tugas individu, tetapi tugas dan kewajiban kolektif seluruh muslim.
Organisasi dakwah gerakan haruslah bersifat terbuka yang dibangun di atas platform
akidah tauhid dan ukhuwah Islam tanpa mengenal perbedaan suku, ras, dan warna
kulit.12

4. Peran Dai Dalam Gerakan Dakwah

Dalam pengertian islam, dai adalah orang yang mengajak kepada orang lain
baik secara langsung atau tidak langsung menggunakan kata – kata, perbuatan atau
tingkah laku kearah kondisi yang baik atau lebih baik menurut syariat Al – Quran dan
sunnah. Berdasarkan pengertian tersebut dai identik dengan seseorang yang
melakukan amar maruf nahi mungkar.13 Secara umum dai berarti setiap muslim atau
umat muslimat yang berdakwah sebagai kewajiban yang melekat dalam diri sebagai
realisasi perintah Rasulullah SAW. Untuk menyampaikan Islam kepada semua orang
walaupun hanya satu ayat dan tidak terpisahkan dari misinya sebagai penganut Islam,
serta dengan hadis Nabi. Menurut Budiharjo, Dai adalah seseorang yang melakukan
dakwah kepada seluruh umat agar menyembah kepada Allah swt, agar melaksanakan
ajaran – ajaran agama Islam.14

11
Ibid, h. xvi
12
Ibid., h. xvii
13
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Cet II, Jakarta; Amzah, 2013), Hal. 68.
14
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (edisi revisi), (Jakarta; Kencana Pernada Media Grup, 2004), Hal. 216.
Berdasarkan definisi di atas, dai berarti orang yang melakukan dakwah. Tetapi
tentu tidak semua orang yang muslim dapat melakukan dakwah dengan baik dan
benar, karena pengetahuan dan kesungguhan mereka berbeda dan tidaklah sama. Dai
merupakan pelopor dan penggerak perubahan sekaligus menjadi teladan bagi umat
muslim lainnya. Adapun hal – hal uyang semula menhyimpang dari Al – quran dan
Hadis harus ddiluruskan agar sesuai dengan ajaran islam baik mengenai aqidah,
muamalah, dan aspek – aspek kehidupan lainnya. Selain itu pula pembentukan
kepribadian seorang dai merupakan bekal atau dasar dalam mengemban tugas
dakwah. Iman, ikhsan, berani, sabar, dan mempunya sifat optimis merupakan prinsip
utama yang harus dimiliki seorang dai untuk membentuk sebuah kepribadian.

Suatu pergerakan pasti memerlukan dukungan kader. Kader dakwah gerakan


itu sendiri biasanya disebut dai. Disini, dai berperan sebagai seorang pejuang dan
aktifis pergerakan Islam, yang sudah dibekali dirinya dengan ilmu dan wawasan ke
islaman yang luas sehingga dapat menghadapi tantangan yang akan dilaluinya di
kemudian hari dan bahkan siap menjadi syahid.

5. Kepentingan Gerakan Dakwah

Perberlakian dakwah gerakan tidak sepanjang zaman, tetapi hanya jika


keadaan memaksa, yaitu (1) ketika dakwah dihambat oleh kekuatan fisik, sehingga
sama sekali tidak ada peluang untuk menyebarkan Islam (berdakwah) secara damai,
(2) ketika ada kesiapan pada kaum muslimin, kesiapan mental, moral, dan kekuatan,
(3) penggunaan kekuatan fisik dalam dakwah gerakan bersifat darurat. Jika keadaan
kembali menjadi kondusif untuk berdakwah secara damai, maka penggunaan
kekuatan fisik harus dihentikan.15

Perbedaan Islam di berbagai belahan bumi berbeda-beda dan untuk


mengambil keputusan merespons keadaan diperlukan pemikiran mendalam serta
ijtihad yang ikhthiyath (hati-hati) karena rentan terhadap penyusupan pihak lawan,
seperti yang dialami oleh Jama’ah Islamiyah yang dipimpin oleh Abu Bakar Ba’asyir
dan Habib Riziq, juga lasykar jihad Ja’far Umar, dan lasykar jihad Imran.

Adapun pengertian penggerakan dakwah adalah seluruh proses pemberian


motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu

15
Ibrahim Muhammad al-Ja’bari, Gerakan Kebangkitan Islam, alih bahasa Abu Ayyub alAnsary, (Solo : Duta
Rohman, 1996), h. 67-70
bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan
ekonomis. Motiving secara implicit berarti, bahwa pimpinan organisasi di tengah
bawahannya dapat memberikan sebuah bimbingan, intruksi, nasihat, dan koreksijika
diperlukan. Agar fungsi dari penggerakan dakwah ini dapat berjalan secara optimal,
maka harus menggunakan teknik-teknik tertentu meliputi: a. Memberikan penjelasan
secara komprehensif kepada seluruh elemen dakwah yang ada dalam organisasi
dakwah. b. Usahakan agar setiap pelaku dakwah menyadari, memahami, dan
menerima baik tujuan yang telah diterapkan. c. Setiap pelaku dakwah mengerti
struktur organisasi yang dibentuk.

B. Strategi Gerakan Dakwah

1. Pengertian Strategi Dakwah

Strategi dakwah adalah metode siasat, taktik atau manuver yang dipergunakan
dalam aktivitas dakwah.16 Asmuni menambahkan, strategi dakwah yang dipergunakan
dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa hal, antara lain:

a. Azas filosofi, yaitu azas yang membicarakan tentang hal-hal yang erat
hubungannya dengan tujuan yang hendak dicapai dalam proses dakwah;

b. Azas psikologi, yaitu azas yang membahas tentang masalah yang erat
hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitu juga
sasaran atau objek dakwah yang memiliki karakter kejiwaan yang unik, sehingga
ketika terdapat hal-hal yang masih asing pada diri mad’u tidak diasumsikan sebagai
pemberontakan atau distorsi terhadap ajakan;

c. Azas sosiologi, yaitu azas yang membahas masalah-masalah yang berkaitan


dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah, misalnya politik masyarakat setempat,
mayoritas agama di daerah setempat, filosofi sasaran dakwah, sosio-kultur dan lain
sebagainya, yang sepenuhnya diarahkan pada persaudaraan yang kokoh, sehingga
tidak ada sekat diantara elemen dakwah, baik kepada objek (mad‟u) maupun kepada
sesama subjek (pelaku dakwah). Dalam mencoba memahami keberagamaan
masyarakat, antara konsepsi psikologi, sosiologi dan religiusitas hendaknya tidak
dipisahkan secara ketat, sebab jika terjadi akan menghasilkan kesimpulan yang fatal.17

16
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 32-33.
17
Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer, Aplikasi dan Praktisi Dakwah sebagai Solusi Problematikan
Kekinian (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2006), Cet. Ke-1, h. 184.
d. Azas kemampuan dan keahlian (achievement and profesional), yaitu azas yang
lebih menekankan pada kemampuan dan profesionalisme subjek dakwah dalam
menjalankan misinya. Latar belakang subjek dakwah akan dijadikan ukuran
kepercayaan mad‟u; e. Azas efektifitas dan efisiensi, yaitu azas yang menekankan
usaha melaksanakan kegiatan dengan semaksimal mungkin sesuai dengan planning
yang telah ditetapkan sebelumnya.18

Seluruh azas yang dijelaskan di atas termuat dalam metode dakwah yang
harus dipahami oleh pelaku dakwah. Dimana Istilah metode atau methodos (Yunani)
diartikan sebagai rangkaian, sistematisasi dan rujukan tata cara yang sudah dibina
berdasarkan rencana yang matang, pasti dan logis.19 Strategi pada hakekatnya adalah
perencanaan (planning) dan management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk
mencpai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya
menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana tekhnik (cara)
operasionalnya.

Dengan demikian strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan


(planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai
tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya
secara tekhnik (taktik) harus dilakukan, dalam arti kat bahwa pendekatan (approach)
bias berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.

Strategi Dakwah20
 Gagasan Dasar Strategi
Dakwah Strategi dakwah adalah metode siasat, taktik atau manuver yang
dipergunakan dalam aktivitas dakwah . Asmuni menambahkan, strategi dakwah yang
dipergunakan dalam usaha dakwah harus memperhatikan beberapa hal, antara lain:
1. Azas filosofi, yaitu azas yang membicarakan tentang hal-hal yang erat
hubungannya dengan tujuan yang hendak dicapai dalam proses dakwah.
2. Azas psikologi, yaitu azas yang membahas tentang masalah yang erat
hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da‟i adalah manusia, begitu juga
sasaran atau objek dakwah yang memiliki karakter kejiwaan yang unik, sehingga

18
Sutikno, http://sutiknotaliabo.blogspot.co.id/2013/05/strategi-dakwah.html, diakses pada tanggal 17 April
2016, pukul 12.00 WIB.
19
Onong Uchjana Efendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 56.
20
RI, Maruly Hendra Utami. 2021. Pemikiran dan Gerakan Dakwah Moh. Natsir Dalam Perkembangan
Masyarakat Islam Di Indonesia. Disertasi. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung. Hal. 46-56
ketika terdapat hal-hal yang masih asing pada diri mad‟u tidak diasumsikan
sebagai pemberontakan atau distorsi terhadap ajakan.
3. Azas sosiologi, yaitu azas yang membahas masalah-masalah yang berkaitan
dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah, misalnya politik masyarakat setempat,
mayoritas agama di daerah setempat, filosofi sasaran dakwah, sosiokultur dan lain
sebagainya, yang sepenuhnya diarahkan pada persaudaraan yang kokoh, sehingga
tidak ada sekat di antara elemen dakwah, baik kepada objek (mad‟u) maupun
kepada sesama subjek (pelaku dakwah). Dalam memahami keberagamaan
masyarakat, antara gagasan psikologi, sosiologi dan religiusitas hendaknya tidak
dipisahkan secara ketat dengan memberikan pemahaman yang berargumentasi
lain, sebab jika terjadi akan menghasilkan kesimpulan yang fatal.
4. Azas kemampuan dan keahlian (achievement and profesional), yaitu azas yang
lebih menekankan pada kemampuan dan profesionalisme subjek dakwah dalam
menjalankan misinya. Latar belakang subjek dakwah akan dijadikan ukuran
kepercayaan mad‟u. Kelima, Azas efektifitas dan efisiensi, yaitu azas yang
menekankan usaha melaksanakan kegiatan dengan semaksimal mungkin sesuai
dengan planning yang telah ditetapkan sebelumnya.
Seluruh azas yang dijelaskan di atas termuat dalam metode dakwah yang harus
dipahami oleh pelaku dakwah. Di mana Istilah metode atau methodos (Yunani)
diartikan sebagai rangkaian, sistematisasi dan rujukan tata cara yang sudah dibina
berdasarkan rencana yang matang, pasti dan logis.
Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan management untuk
mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencpai tujuan tersebut, strategi tidak hanya
berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus
menunjukkan bagaimana tekhnik (cara) operasionalnya. Dengan demikian strategi
dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan management dakwah
untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah
harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara tekhnik (taktik) harus
dilakukan, dalam arti bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu
bergantung pada situasi dan kondisi.
Untuk tercapainya strategi dakwah, maka segala sesuatunya harus berhubungan
dengan komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan dalam
rumus Lasswell, yaitu:
a. Who? (Siapa da'i atau penyampai pesan dakwahnya?)
b. Says What? (Pesan apa yang disampaikan?)
c. In Which Channel? (Media apa yang digunakan?)
d. To Whom? (Siapa Mad'unya atau pendengarnya?)
e. With what Effect? (Efek apa yang diharapkan?) Pertanyaan "efek apa yang
diharapkan" secara emplisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab
dengan seksama.
f. When (Kapan dilaksanakannya?)
g. How (Bagaimana melaksanakannya?)
h. Why (Mengapa dilaksanakan demikian?) Tambahan pertanyaan tersebut dalam
strategi dakwah sangat penting, karena pendekatan (approach) terhadap efek yang
diharapkan dari suatu kegiatan dakwah bermacam-macam: 1) Menyebarkan
Informasi, 2) Melakukan Persuasi dan 3) Melaksanakan Instruksi

 Pentingnya Strategi Gerakan Dakwah


Pentingnya strategi gerakan dakwah adalah untuk mencapai tujuan, sedangkan
pentingnya suatu tujuan adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Fokus
perhatian dari ahli dakwah memang penting untuk ditujukan kepada strategi gerakan
dakwah, berhasil tidaknya kegiatan dakwah secara efektif banyak ditentukan oleh
strategi gerakan dakwah itu sendiri. Dengan demikian strategi gerakan dakwah, baik
secara makro maupun secara mikro mempunyai fungsi ganda, yaitu:
1. Menyebarluaskan pesan-pesan dakwah yang bersifat informatif, persuasif dan
instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil optimal.
2. Menjembatani "Cultur Gap" akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan
dioperasionalkannya media, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai dan norma-
norma agama maupun budaya. Bahasan ini sifatnya sederhana, diharapkan dapat
menjadi perhatian para ahli dakwah dan para calon pendakwah yang sedang atau akan
bergerak dalam kegiatan dakwah secara makro dalam mempelajarinya. Jika sudah
memahami sifat-sifat mad'u, dan tahu pula efek apa yang kita kehendaki dari mereka,
memilih cara mana yang kita ambil untuk berdakwah sangatlah penting, karena
terdapat korelasi dengan media yang digunakan.
3. Cara bagaimana menyampaikan pesan dakwah tersebut, bisa mengambil salah satu
dari dua elemen di bawah ini:
a. Dakwah secara tatap muka (face to face) :
1.Dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku
(behavior change) dari mad'u. 2. Sewaktu menyampaikan memerlukan umpan
balik langsung (immediate feedback). 3. Dapat saling melihat secara langsung
dan bisa mengetahui apakah mad'u memperhatikan dan mengerti apa yang kita
sampaikan, dengan harapan umpan balik sesuai dengan keinginan da'i. 4.
Kelemahannya mad'u yang dapat diubah tingkah lakunya relatif, dalam makna
sejauh bisa berdialog dengannya.
b. Dakwah melalui media :
1. Pada umumnya banyak digunakan untuk dakwah informatif. 2. Tidak
begitu ampuh untuk mengubah tingkah laku. 3. Kelemahannya tidak
persuasif. 4. Kelebihannya dapat mencapai mad'u dalam jumlah yang
besar.

 Peranan Da'i Dalam strategi gerakan dakwah


Peranan da'i sangatlah penting. Strategi gerakan dakwah harus luwes
sedemikian rupa sehingga da'i sebagai pelaksana dapat segera mengadakan perubahan
apabila ada suatu faktor yang mempengaruhi. Suatu pengaruh yang menghambat
proses dakwah bisa datang sewaktu-waktu, lebih-lebih jika proses dakwah
berlangsung melalui media. Menurut gagasan A.A. Prosedure, bahwa dalam
melancarkan komunikasi lebih baik.

KESIMPULAN
Dakwah merupakan istilah dalam bahasa Arab yang artinya adalah ajakan.
Dakwah merupakan suatu kegiatan yang memiliki sifat menyerukan, mengajak serta
memanggil manusia untuk beriman serta taat pada Allah, Tuhan semesta alam sesuai
dengan akidah, akhlak serta syariat Islam dengan penuh kesadaran dan secara
terencanaGerakan dakwah (dakwah harakah) bermakna dakwah dengan atau melalui
sistem pergerakan. Sesuai dengan namanya, aliran dakwah yang satu ini lebih
menekankan aspek tindakan (aksi) ketimbang wacana (teoritisasi).

Adapun pengertian penggerakan dakwah adalah seluruh proses pemberian


motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu
bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan
ekonomis. Motiving secara implicit berarti, bahwa pimpinan organisasi di tengah
bawahannya dapat memberikan sebuah bimbingan, intruksi, nasihat, dan koreksijika
diperlukan.

Strategi dakwah adalah metode siasat, taktik atau manuver yang dipergunakan
dalam aktivitas dakwah. strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan
(planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai
tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya
secara tekhnik (taktik) harus dilakukan, dalam arti kat bahwa pendekatan (approach)
bias berbeda sewaktu-waktu bergantung pada situasi dan kondisi.

Pentingnya strategi gerakan dakwah adalah untuk mencapai tujuan, sedangkan


pentingnya suatu tujuan adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Fokus
perhatian dari ahli dakwah memang penting untuk ditujukan kepada strategi gerakan
dakwah, berhasil tidaknya kegiatan dakwah secara efektif banyak ditentukan oleh
strategi gerakan dakwah itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Anas. 2006. Paradigma Dakwah Kontemporer, Aplikasi dan Praktisi Dakwah
sebagai Solusi Problematikan Kekinian. Semarang: Pustaka Rizki Putra. Cet. Ke-1,
Hal. 184.
Asmuni Syukir. 1983. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas. Hal. 32-33.
Definisi Harakah. 2012. HASMI. Retrieved March 13, 2023, from
https://www.hasmi.org/definisi-harakah/
Faizah & Lalu Muchsi. 2006. Psikologi Dakwah. Jakarta : Kencan, Edisi Pertama, Cet. Ke-2,
Hal. xvi
Fathi Yakan. 1991. Kaifa Nad‟u ila al-Islam. Beirut : Muassasah al-Risalah. hal. 89.
Hasan Ibn Falah al-Qattany. 2019. al-Tariq ila al-Nahdah al-Islamiyyah. Riyad : Dar al
Hamidi. Hal. 1-10.
Ibrahim Muhammad al-Ja’bari. 2019. Gerakan Kebangkitan Islam, alih bahasa Abu Ayyub
alAnsary. Solo : Duta Rohman, Hal. 67-70.
Ilyas Ismail dan Prio Hotman. 2019. Filsafat Dakwah : Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam. Jakarta : Prenada Media Group, Cet. Ke-1, hal. 233.
Moh. Ali Aziz. 2004. Ilmu Dakwah (edisi revisi). Jakarta; Kencana Pernada Media Grup.
Hal. 216.
Onong Uchjana Efendi. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti. Hal. 56.
Pengertian Dakwah: Ketentuan, Tujuan dan Jenis-jenisnya. (n.d.). Gramedia.com. Retrieved
March 13, 2023, from https://www.gramedia.com/literasi/dakwah/
RI, Maruly Hendra Utami. 2021. Pemikiran dan Gerakan Dakwah Moh. Natsir Dalam
Perkembangan Masyarakat Islam Di Indonesia. Disertasi. Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung. Hal. 46-56.
Samsul Munir Amin. 2013. Ilmu Dakwah. Cet II, Jakarta; Amzah, Hal. 68.
Sutikno, http://sutiknotaliabo.blogspot.co.id/2013/05/strategi-dakwah.html, diakses pada
tanggal 13 Maret 2023, pukul 12.00 WIB.
Urbaningrum. 2004. Islam Demokrasi Pemikiran Nurcholish Majid. Jakarta; Penerbit
republika. Cet. Ke-1, Hal. 175.
Usman. 2019. ‘STRATEGI DAKWAH DALAM MASALAH SOSIAL’, Junal Ilmiah Dakwah
Dan Komunikasi, 11. 48–66.

Anda mungkin juga menyukai