BAB II
TEORI TENTANG KEGIATAN KEAGAMAAN MAJELIS TAKLIM
DAN PEMBENTUKAN SIKAP KEAGAMAAN REMAJA
USIA 13-15 TAHUN
A. Kegiatan Keagamaan
1. Pengertian Kegiatan Keagamaan
Dalam kamus bahasa Indonesia kegiatan berasal dari kata
giat yang memiliki arti rajin, bergairah dan bersemangat kemudian
ketambahan imbuhan ke-an menjadi kegiatan berarti aktivitas.
(Meity Taqdir Qodratillah, 2011: 144). Aktivitas berasal dari kata
dalam bahasa Inggris “activity” yang berarti “aktivitas, kegiatan atau
kesibukan berarti pekerjaan. (John M. Echols dan Hasan Sadily,
2008: 10)
Agama berasal dari kata Sanskrit. Ada yang berpendapat
bahwa kata itu terdiri dari dua kata, yaitu a berarti tidak dan gam
berarti pergi, jadi agama artinya tidak pergi; tetap di tempat; diwarisi
turun temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian.
Pendapat lain mengatakan bahwa agama berarti teks atau kitab suci.
Selanjutnya dikatakan bahwa gam berarti tuntunan. Agama juga
mempunyai tuntunan, yaitu kitab suci. Istilah agama dalam bahasa
asing bermacam-macam, antara lain; religion, religio, religie,
godsdienst, dan al-din. (Amsal Bakhtiar, 1997: 10). Sedangkan
pengertian Agama dalam kamus bahasa Indonesia berarti ajaran
yang menganut kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Maha esa dan cara berhubungan sesama manusia, dan cara
berhubungan manusia dan mahluk lain. Maka keagamaan berarti
hal-hal dan segala sesuatu mengenai agama. (Meity Taqdir
Qodratillah, 2011: 6)
Dari pengertian yang disebut di atas, maka dalam hal ini
perlu penulis tekankan, bahwa yang dimaksud dengan kegiatan
15
16
B. MAJELIS TAKLIM
1. Pengertian Majelis Taklim
Dari segi etimologis majelis takim berasal dari bahasa arab,
yang terdiri dari dua kata yaitu majelis dan taklim. Majelis artinya
tempat duduk, tempat sidang, dewan, dan taklim yang di artikan
dengan pengajaran. Dengan demikian secara bahasa majelis taklim
adalah tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama
islam. (Taqiyudin Masyhuri, 2004: 93)
Secara istilah, pengertian majelis taklim sebagaimana
dirumuskan pada musyawarah majelis taklim se DKI Jakarta
pada tahun 1980, adalah lembaga pendidikan non-formal islam
yang memiliki kurikulum tersendiri, di selenggarakan secara
berkala dan teratur, dan diikuti oleh jama’ah yang relatif banyak,
18
kaum ibu.
c) Majelis taklim kaum remaja yaitu, jamaah yang terdiri
dari para remaja.
d) Majelis taklim campuran yaitu, jamaah yang terdiri dari
kaum bapak, kaum ibu, para pemuda-pemudi dan para
remaja.
2. Ditinjau dari pengikat hadirin, terdapat majelis taklim sebagai
berikut:
a) Majelis taklim yang diselenggarakan oleh masjid/
mushalla tertentu, jama’ahnya terdiri dari masyarakat yang
berada di sekitar masjid / mushalla itu.
b) Majelis taklim yang diselenggarakan oleh RT/RW,
jamaahnya terdiri dari masyarakat RT/RW setempat.
c) Majelis taklim yang diselenggarakan oleh instansi tertentu
jamaahnya terdiri dari karyawan kantor instansi tersebut.
d) Majelis taklim yang diselenggarakan oleh organisasi atau
perkumpulan tertentu, jamaahnya terdiri dari para
anggota atau simpatisan organisasi atau perkumpulan itu.
3. Ditinjau dari metode yang digunakan, terdapat majelis taklim
sebagai berikut:
a) Majelis taklim yang diselenggarakan dengan menggunakan
metode ceramah yang dilaksanakan dengan dua cara
yaitu: ceramah umum dan ceramah terbatas.
b) Majelis taklim yang dilaksanakan dengan metode halaqah.
c) Majelis taklim yang dilaksanakan dengan menggunakan
metode diskusi atau mudzakarah.
d) Majelis taklim yang diselenggarakan dengan menggunakan
metode campuran (Taqiyuddin, 2011: 138-139).
26
C. Sikap Keagamaan
1. Pengertian Sikap
Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude, sedangkan
istilah attitude berasal dari bahasa latin, yaitu aptus yang berarti
keadaan siap secara mental, yang bersifat melakukan kegiatan.
Rumusan seperti ini diartikan bahwa sikap mengandung tiga
komponen, yaitu komonen kognitif, komponen afektif, dan
komponen tingkah laku. (Bambang Syamsul Arifin, 2015: 124).
2. Ciri-ciri Sikap
Sikap menentukan tabiat tingkah laku dalam hubungannya
dengan perangsang yang datang, orang atau kejadian. Dapat
27
3. Komponen Sikap
Tiap-tiap sikap, menurut Abu Ahmadi mempunyai tiga aspek
berikut.
a. Aspek kognitif: berkaitan dengan gejala mengenai pikiran.
Aspek ini berupa pengetahuan, kepercayaan, atau pikiran yang
didasarkan pada informasi, yang berkaitan dengan objek.
b. Aspek afektif: berwujud proses yang berkaitan dengan perasaan
tertentu, seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipasti, dan
sebagainya yang ditujukan pada objek-objek tertentu.
c. Aspek konatif: berwujud proses tendensi atau kecenderungan
utuk berbuat suatu objek, misalnya kecenderungan memberi
pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya. (Bambang
Syamsul Arifin, 2015: 127-128)
4. Pembentukan Sikap Keagamaan
Secara psikologis sikap dapat dibawa dari lahir dan
dipengaruhi oleh faktor genetik. Walaupun demikian sebagian
besar para pakar psikologi sosial berpendapat bahwa sikap
terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar. Pandangan ini
28
c) lingkungan masyarakat
menjadi acuh tak acuh atau benci. Apabila perasaan seperti itu
bertumpuk-tumpuk, mungkin akan berakhir dengan mengingkari
wujud Tuhan, supaya ia dapat mengambil kesimpulan baru, yaitu
segala sesuatu dalam alam ini terjadi dengan sendirinya dan berjalan
tanpa kendali sehingga mungkin saja, teratur atau kacau balau.
3. Problem Remaja
Umur remaja adalah umur peralihan dari masa anak-anak
menjelang masa dewasa, yang merupakan masa perkembangan
terakhir bagi pembinaan kepribadian atau masa persiapan untuk
memasuki umur dewasa, pada masa ini banyak memiliki problem.
Telah banyak penelitian yang dilakuakan orang dalam mencari
problema yang umum dihadapi oleh remaja, baik dinegara yang
maju, maupun yang masih berkembang. Di antara problem remaja
yang sering rasakan antara lain adalah:
38