( 932411219 )
Abstrak
Salah satu organisasi dakwah yang sedang tumbuh dan berkembang di Indonesia adalah
majelis taklim. Hal ini terjadi bukan hanya karena kesadaran kolektif umat Islam tentang
pentingnya mempelajari ilmu agama dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara
terorganisir, teratur dan sistemik, lebih dari itu, majelis taklim telah menjadi suatu wadah yang
dapat membina keakraban diantara sesama jamaahnya. Majelis taklim sebagai pusat
pembelajaran Islam (Islamic Learning Institution) diakui memiliki peran yang sangat besar
didalam mencerdaskan kehidupan umat dan bangsa. keberadaan majelis taklim dirasakan
semakin penting dan diharapkan dapat berperan lebih besar guna menjawab berbagai persoalan
yang dihadapi masyarakat. Kebanyakan majelis taklim dikelola secara tradisional dengan
menggunakan pendekatan pahala dan konsep lillahi ta’ala sehingga terkadang mengabaikan
kualitas materi yang disesuaikan dengan kebutuhan jamaah, metode penyampaian, dan lain
sebagainya. Disinilah pentingnya manajemen majelis taklim yang berfungsi membuat suatu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi majelis taklim.
Diharapkan, dengan pengelolaan baru yang berbasis profesional, majelis taklim dapat
berkembang menjadi kekuatan dan memainkan peranan lebih besar dalam membangun
masyarakat muslim Indonesia serta menuju majelis taklim yang bagus.
Kata “manajemen” berasal dari bahasa Inggris, yakni management yang berarti
ketatalaksanaan, tata pimpinan, dan pengelolaan. Dalam bahasa Arab istilah manajemen
diartikan sebagai an-nizham yang berarti susunan, tatanan, sistim dan metode. George R Terry
menyatakan bahwa manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan dilakukan oleh
individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan-tindakan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal tersebut meliputi pengetahuan tentang apa yang harus
mereka lakukan, menetapkan cara bagaimana melakukannya, memahami bagaimana mereka
harus melakukannya dan mengukur efektivitas dari usaha-usaha mereka.
Secara etimologis, kata “majelis taklim” berasal dari bahasa Arab, yakni majlis dan
ta’lim. Kata “majelis” berasal dari kata jalasa, yajlisu, julusan, yang artinya duduk. Adapun arti
lainnya jika dikaitkan dengan kata yang berbeda seperti al-Majlisu wa al-Majlisatu berarti
tempat duduk, tempat sidang, dewan. Sedangkan kata “taklim” berasal dari kata ‘alima,
ya’lamu, ‘ilman, yang artinya mengerti, memahami benar-benar. Dengan demikian, majelis
taklim adalah tempat mengajar, tempat mendidik, tempat melatih, atau tempat belajar, tempat
berlatih, dan tempat menuntut ilmu. Majelis taklim merupakan kelompok organisasi sosial
keagamaan. Fokus majelis taklim adalah kajian keislaman. Tema-tema besar seperti ibadah,
mu’amalah dan akhlak mendapatkan porsi dalam kajian keislaman di majelis taklim. Dengan
demikian, manajemen pengelolaan majelis taklim harus berdasarkan kombinasi antara
manajemen pengelolaan organisasi nirlaba dan organisasi pendidikan sekaligus. Dalam
konteks ini, manajemen pengelolaan majelis taklim harus diberikan berdasarkan konsep
manajemen dakwah yang sudah mulai dikenal dalam tradisi dakwah Islam
Pembahasan
Ditinjau dari strategi pembinaan umat, dapat dikatakan Majelis Taklim sebagai wadah
Islamiyah yang murni instutisional keagamaan yang melekat pada agama Islam itu sendiri. Hal
ini senada dengan penjelasan yang di kemukakan oleh Tutty Alawiyah bahwa:
“Majelis Taklim, di tengah arus besar globalisasi yang melanda seluruh pelosok dunia
seperti saat ini, tampak seperti sebuah fenomena. Betapa tidak? Dalam khazanah kebahasaan,
salah satu arti dari (Majelis ) adalah pertemuan (kumpulan) orang banyak. Sementara itu,
(Taklim) berarti pengajaran agama (Islam) atau pengajian.”
Majelis taklim berasal dari bahasa Arab, yang terdiri dari dua suku kata yakni Majelis
berarti tempat belajar dan taklim berarti belajar. Jadi Majelis Taklim mempunyai makna
(tempat belajar) dari istilah atau definisi Majelis Taklim adalah sebuah lembaga pendidikan
non formal yang memiliki jamaah dengan relatif banyak usia yang non formal yang memiliki
jamaah dengan relatif banyak usia yang heterogen, memiliki kurikulum berbasis keagamaan
dan waktu fleksibel sesuai kebutuhan jamaah. Manfaat Majelis Taklim akan terasa mempunyai
makna bagi jamaahnya apabila kebutuhan masing-masing jamah terpenuhi. Para Mubaliq
sangat penting untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka, agar dapat meyesuaikan atau
mengarahkan jamaah pada tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan dari pemaparan di atas
majelis taklim adalah tempat perkumpulan orang banyak atau tempat belajar yang berbasis
keagamaan yang memiliki banyak usia dan waktu yang fleksibel.1
Mengenai hal yang menjadi tujuan majelis taklim menurut Dra. Hj. Tuti Alawiyah
merumuskan bahwa tujuan majelis taklim dari segi fungsi, yaitu :
“pertama Berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan Majlis Taklim adalah menambah ilmu
dan keyakianan Agama, yang akan menambah wawasan kepada remaja dan mendorong
pengalaman ajaran Agama. Kedua Berfungsi sebagai tempat kontak sosial, maka tujuanya
adalah silahturahmi antar anggota. Ketiga Berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuanya
meningkatkan kesadaran diri dan kesejahteraan dan lingkunganya”.
1
Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung, 1996, hal 235 - 236
Senada dengan pendapat dari Dra. Hj Tuti Alawiyah, Manfred Zimek mengatakan
bahwa tujuan dari majelis taklim adalah “ Menyampaikan pengetahuan nilai-nilai agama,
maupun gambaran akhlak”. Yang merupakan wadah organisasi masyarakat yang berbasis
politik. Namun majelis taklim mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan remaja.
Berdasarkan dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari Majelis taklim dapat
berfungsi sebagai tempat belajar untuk menambah ilmu agama dan wadah kegiatan keagamaan
dan sambagi tempat beraktivitas bagi remaja, dan ajang untuk sliraturahmi antara remaja satu
dengan lainya guna membentuk kebersamaan antar anggota majelis taklim, meningatkan
kesadaran didalam diri remaja bahwa pentingnya majelis taklim dan menciptakan kondisi
dilingkungan masyarakat yang baik.
Dalam sebuah organisasi apaupun dan dimanapun harus mempunyai seperangkat unsur
yang manandakan bahwa itu adalah sebuah organisasi. Begitu juga halnya dengan majlis taklim
yang notabene adalah lembaga pendidikan nonformal umat Islam, mutlak mempunyai
seperangkat unsur-unsur. Menurut Zainal Arifin, Isep dalam bukunya “Bimbingan Penyuluhan
Islam” (2009:271-272), Menyatakan secara keilmuan dakwah dalam pengajian Majlis Ta’lim
memiliki lima unsur yang berkembang selama ini kelima unsur tersebut antara lain:
1. Da’i
2. Mad’u (objek)
3. Materi
4. Metode
5. Media2
Unsur da’i, mad’u dan materi tidak akan berarti apa-apa hanya karena persoalan bahasa.
Sebaliknya, ketiga aspek tersebut akan terasa dahsyat juga karena faktor bahasa. Karna itu
bahasa dalam berdakwah di Majlis Ta’lim merupakan alat yang efektif untuk menyampaikan
pesan kepada khalayak. Pesan akan terasa hebat karena gaya bahasa dan pesan yang baik akan
terasa biasa-biasa saja karena faktor bahasa. Dengan demikian bahasa merupakan hal yang
perlu diperhatikan untuk penyampaian materi dalam Majlis Ta’lim karena anggotanya
mayoritas ibu-ibu yang sudah baya dan sudah lanjut usia. Dalam hal ini kiyai harus bisa
2
Zuhairi, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal. 192
menyampaikan pesan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anggota pengajian agar
tujuan dari Majlis Ta’lim bisa tercapai.
Menilai kadar kualitas sebuah majlis ta’lim dapat dilihat melalui analisa SWOT. Dalam
analisis ini, dipikirkan tentang kekuatan apa saja yang dimiliki, kelemahan apa saja yang
melekat pada lembaga, dan kemudian juga dilihat kesempatan/peluang atau Opportunity yang
terbuka dan akhirnya mampu untuk mengetahui ancaman, ganguan serta tantangan yang
menghadang. Dengan adanya Analisis SWOT untuk melihat kekuatan dan kelemahan didalam
organisasi, sekaligus memantau peluang dan tantangan yang dihadapi majelis taklim.3 Analisis
SWOT adalah salah satu tahap dalam manajemen strategik menggunakan pendekatan
lingkungan. Proses penilaian kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan secara umum.
Faktor Internal
a. Kekuatan
1) Memiliki banyak jamaah dari kalangan wanita
2) Memiliki pleksibilitas dalam pelaksanaannya
3) Memiliki banyak anggota jamaah
4) Adanya partisipasi Pemerintah
5) Memiliki akar sejarah lembaga pendidikan paling pertama sejak zaman Rasulullah
SAW
6) Pola pengajaran materi yang menyeluruh
7) Berperan sebagai kaderisasi umat
8) Adanya Ikatan persaudaraan yang kuat.
b. Kelemahan
1) Termasuk pendidikan nonformal sehingga minimnya aspek manajerial dan
kedisiplinan,
2) Kurikulum yang disajikan tidak tersusun secara sistematis
3) Sebagian majlis ta’lim tidak memiliki Ustad atau nara sumber yang mumpuni
sehingga proses pengajaran dan pengajiannya seadanya
3
Dra.Hj.Enung K Rukiati dan Dra.Fenti Hikmawati,Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,( Bandung :
Faktor Eksternal
a. Peluang
1) Motivasi dan minat anggota majlis ta’lim yang tinggi
2) Adanya kebutuhan rohani setiap manusia
3) Secara realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim
b. Ancaman
1) Arus globalisasi yang menyebabkan pudarnya nilai moralitas
2) Dominannya paham tertentu sehingga muncul kefanatikan (ta’ashubiyyah)
3) Adanya kegiatan kontraproduktif yang dilaksanakan
E. Problematika Majelis Taklim
4
H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-3, hal 120
5
Abdul Muin, “Fenomena Pendidikan Keagamaan Masyarakat Tabanan Bali; Kasus Majelis Taklim Al-Falah”,
Jurnal Edukasi Vol. 6, No 3 (Juli- September 2008), Hlm. 68
memberikan masukan untuk melengkapi media yang dibutuhkan, menyesuaikan materi
dengan kebutuhan mad'u dan memberikan pemahaman tentang majelis taklim6.
Alternatif dari problematika yang ada pada majelis taklim di antaranya yaitu:
b. Motivasi
Setiap organisasi harus mengadakan sebuah ide dan gagasan yang mana kegiatan
tersebut dapat memotivasi masyarakat muslim untuk bergabung pada majelis taklim.
6
Aih Kemal Mustofa1, Asep Muhyiddin, & Nase, Manajemen Majelis Taklim dalam Meningkatkan
FungsiMasjid, Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 2 No. 1 (2017) 1-17
7
Ahmad Munir, Manajemen Pembiayaan Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jurnal At-Ta’dib Vol. 8, No. 2,
Desember 2013
Penutup
A. Kesimpulan
Majelis taklim sebagai pusat pembelajaran Islam (Islamic Learning Institution) diakui
memiliki peran yang sangat besar didalam mencerdaskan kehidupan umat dan bangsa.
keberadaan majelis taklim dirasakan semakin penting dan diharapkan dapat berperan lebih
besar guna menjawab berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat.
majelis taklim adalah tempat mengajar, tempat mendidik, tempat melatih, atau tempat
belajar, tempat berlatih, dan tempat menuntut ilmu. Majelis taklim merupakan kelompok
organisasi sosial keagamaan. Fokus majelis taklim adalah kajian keislaman, tema-tema besar
seperti ibadah, mu’amalah dan akhlak mendapatkan porsi dalam kajian keislaman di majelis
taklim.
1. Arifin, M., H., Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet.
Ke-3
2. Khozin, Jejak-jejak Pendidikan Islam di Indonesia, ( Bandung, 1996, )
3. Zuhairi, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997,)
4. Enung K. Rukiati,Dra.,Hj. dan Dra.Fenti Hikmawati,Sejarah Pendidikan Islam di
Indonesia,( Bandung : Pustaka Setia , 2006 ), Cet. 1
5. Muin, Abdul , (2008) “Fenomena Pendidikan Keagamaan Masyarakat Tabanan Bali;
Kasus Majelis Taklim Al-Falah”, Jurnal Edukasi Vol. 6, No 3
6. Nase, Asep Muhyiddin, Aih Kemal Mustofa, (2017), Manajemen Majelis Taklim dalam
Meningkatkan FungsiMasjid, Jurnal Manajemen Dakwah Vol. 2 No. 1 (2017)
7. Munir, Ahmad, (2013), Manajemen Pembiayaan Pendidikan dalam Perspektif Islam,
Jurnal At-Ta’dib Vol. 8, No. 2