MATERI 7
Pergerakan Dakwah
Di susun Oleh :
Hendi Suhendi, S.Sos.I., MM
FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020
A. Pengantar
Matakuliah manajemen Lembaga dakwah memberikan pemahaman kepada para
mahasiswa secara teoritis dan praktis mengenai pengelolaan atau manajemen dalam
kegiatan dakwah, baik dakwah secara individu ataupun melalui organisasi dakwah di
masyarakat mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan
tindakan perbaikan kedepan.
B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Pergerakan Dakwah
D. Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan dengan system online dimana mahasiwa melakukan aktivitas
pengunduhan modul, ikut forum diskusi, isi quiz dan mengerjakan tugas.
E. Materi Ajar
Pergerakan Dakwah
1. Pemberian Motivasi
Motivasi dalam hal ini diartikan sebagai kemampuan seorang pimpinan dakwah dalam
memberikan sebuah kegairahan, kegiatan dan pengertian, sehingga para anggotanya
mampu untuk mendukung dan bekerja secara ikhlas dalam mencapai tujuan dakwah.
Fungsi motivasi dalam pergerakan dakwah ini adalah menumbuhkan rasa memiliki dan
rasa tanggungjawab sehingga menumbuhkan semangat untuk maju, produktif dan
berprestasi. Dalam manajemen dakwah ada beberapa bentuk pemberian motivasi
diantaranya :
a. Mengikutsertakan dalam pengambilan keputusan
b. Memberikan informasi secara komprehensif
Setidaknya ada empat factor evaluasi informasi diantaranya : mutu informasi, ketepatan
waktu informasi, dan relevansi informasi.
2. Melakukan Bimbingan
Bimbingan yang dimaksud adalah tindakan pimpinan dakwah yang dapat menjamin
terlaksananya tugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan.
Beberapa komponen bimbingan dakwah diantranya :
a. Memberikan perhatian terhadap setiap perkembangan para anggotanya
b. Memberikan nasihat yang berkaitan dengan tugas dakwah yang bersifat membantu,
yaitu memberikan saran mengenai startegi dakwah yang diiringi dengan alternatif-
alternatif tugas dakwah dengan membagi pengetahuan.
c. Memberikan sebuah dorongan dalam bentuk melibatkan bawahan dalam pelatihan-
pelatihan.
d. Memberikan bantuan atau bimbingan kepada semua elemen dakwah
3. Menjalin Hubungan
Organisasi berdasarkan pengertian adalah perkumpulan dua atau lebih orang yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama. Atas dasar pengertian tersebut maka kepentingan
dalam organisasi adalah menjalin hubungan antara individu-individu yang ada dalam
organisasi tersebut.
Beberapa alasan pentingnya menjalin hubungan :
a. Keamanan
b. Status
c. Pertalian
d. Kekuasaan
e. Prestasi baik
Alasan tersebut didasari bahwa invidu yang tergabung dalam organisasi tersebut menjadi
satu tim yang bergerak menuju tujuan yang ditentukan. Terbentuknya tim tersebut memiliki
fungsi :
a. Dapat mempertahankan dan memperkuat norma atau etika tingkah laku.
b. Memberikan sebuah kepuasan, status serta kenyamanan sosial
c. Membantu kelompok organisasi dalam menjalin komunikasi
d. Dapat menyelesaikan permasalahan organisasi
Ada beberapa cara untuk menciptakan sebuah lingkungan tersebut yaitu :
a. Meningkatkan ketertarikan pribadi
b. Meningkatkan interaksi
c. Menciptakan tujuan Bersama dan rasa seperjuangan.
4. Penyelenggaraan Komunikasi
Kinerja komunikasi sangat penting dalam sebuah organisasi dakwah (munir, 2015).
Manfaat penyelenggaraan komunikasi tersebut diantaranya :
a. Menempatkan orang pada tempat yang seharusnya
b. Menempatkan orang untuk terlibat dalam organisasi
c. Menghasilkan hubungan dan pengertian yang lebih baik
d. Menolong orang-orang untuk mengerti perubahan
Menurut minzeberg (dalam munir 2015), ada tiga komponen peran komunikasi dalam
manajerial yaitu :
a. Peran antar pribadi mereka
b. Peran informal mereka
c. Peran mengambil keputusan mereka.
Namun dalam pelaksanaanya terdapat hambatan komunikasi diantaranya (munir 2015) :
a. Hambatan proses
b. Hambatan fisik
c. Hambatan semantic
d. Hambatan psiko-sosial
F. Referensi
M. Munir, Dkk. Manajemen Dakwah. Prenadamedia Group. Jakarta. 2015
Winardi. Azas-Azas Manajemen. Mandar Maju. Bandung. 2010
Ujan Poltak Sinombela. Manajemen Sumberdaya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta. 2018
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 60
M. Ali Azis, Ilmu Dakwah Kencana, (Jakarta: Prenada Media Kencana, 2004), h.109
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 43
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, edisi revisi, (Surabaya: CV Jaya
Sakti, 1989), h. 42
M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Kencana, 2004) hal. 75
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, edisi revisi, (Surabaya: CV Jaya
Sakti, 1989), h. 688
Susanto Astrid, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek. (Bandung: Bina Cipta,1997), h. 7
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al -Ikhlas, 1983), h. 163
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 28
Al-Wirsal Imam Zaidallah, Strategi Dakwah dalam membentuk Da’i dan Khathib
Profesional, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 41
M. Quraish Syihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1992), h. 15
Syamsuri Siddiq, “Dakwah dan Teknik Berkhuthbah”, (Bandung: Al-Ma’arif, 1987), h. 5
MODEL GERAKAN DAKWAH DI INDONESIA
(Studi Kasus Pada Dakwah Muhammadiyah)
Nahdatunnisa Asry
Abstract
Da'wah is the delivery of Islamic teachings can be in the form of amar makruf and
nahi munkar. The pattern of da'wah can take the form of cultural propaganda,
political preaching, and economic da'wah. Efforts to implement or ground social
monotheism supported by four doctrines also live in Muhammadiyah circles. The
doctrine is the doctrine of enlightenment of the people, the doctrine of encouraging
pious charity, the doctrine of cooperation for virtue, the doctrine of not practicing
politics. Da'wah is not understood as a tabligh, but a massive movement on various
aspects of human life. Muhammadiyah balances the spirituality of da'wah with social
charity as a real movement in response to the problems of the ummah at various
levels.
Pendahuluan
Islam merupakan agama yang berisi petunjuk-petunjuk agar manusia secara
individual menjadi manusia yang baik, beradab, dan berkualitas. Di samping itu Islam
sebagai agama dakwah dari bahasa arab yang asal katanya
دعاى- ياععى- دعاartinya menyeru, mengajak, memanggil, menjamu. Maksudnya adalah
agama yang disebarluaskan secara damai, tidak lewat kekerasan. Dakwah memiliki
tiga unsur pengertian pokok yaitu :
1. Dakwah adalah proses penyampaian agama Islam dari seseorang kepada orang
lain.
2. Dakwah adalah penyampain ajaran Islam tersebut dapat berupa amar makruf
(ajaran kepada kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kemungkaran).
3. Usaha tersebut dilakukan secara dasar dengan tujuan terbentuknya suatu individu
atau masyarakat yang taat dan mengamalkan sepenuhnya ajaran Islam.
1
Dengan pengertian dakwah di atas, pola dakwah dapat mengambil bentuk
antara lain dakwah kultural, dakwah politik, dan dakwah ekonomi. Dakwah kultural
adalah aktivitas dakwah yang menekankan pendekatan Islam kultural yaitu
pendekatan yang berusaha meninjau kembali kaitan doktrinal yang formal antara
Islam dan politik atau Islam dan negara. Dakwah politik adalah gerakan dakwah yang
ada di dalam atau ada pada kekuasaan. Dakwah ekonomi adalah upaya mewujudkan
dalam realitas kehidupan umat Islam, ajaran-ajaran Islam tertentu yang dapat
berfungsi untuk meningkatkan sosial ekonomi umat.
Kunci dari defenisi dakwah adalah panggilan atau ajakan kembali ke jalan
Allah karena hakikat dakwah adalah memanggil atau mengajak kembali manusia
kepada agama. Hal ini karena pada hakikatnya semua manusia dilahirkan dengan
keadaan bertuhan atau beragama. Manusia adalah makhluk religius. Jadi, tugas
dakwah adalah memanggil atau mengajak manusia agar kembali kepada apa yang
pernah diucapkan ketika masih berada di dalam ruh yaitu beriman kepada Allah.
2
Dalam situasi yang menghimpit seperti itu, muncullah gagasan untuk
membentuk suatu “persyarikatan” (organisasi) keagamaan yang berupaya sebisa-
bisanya merespons tantangan zaman tersebut. Usaha umat Islam untuk merespons
tantangan zaman dan diwujudkan dalam bentuk pendirian sebuah “organisasi”−di
lingkungan Muhammadiyah lebih di kenal dengan istilah “persyarikatan”−adalah ciri
khas model gerakan pembaruan keagamaan di Indonesia.1
Hingga saat ini, corak gerakan dakwah itu tetap tidak berubah. Benang
merahnya terlihat jelas. Orientasi dakwah Muhammadiyah merupakan implementasi
gerakan pembaruan dalam pengertian pemurnian (purification) ajaran Islam. Oleh
karena itu organisasi ini kemudian dikategorikan sebagai wujud formal gerakan
pembaruan yang mulai muncul dengan masuknya abad ke -20. 2
PEMBAHASAN
1
M. Amin Abdullah, Intelektualisme Muhammadiyah: Menyongsong Era Baru Pendekatan
“Teologis” Dalam Memahami Muhammadiyah. (Bandung: Mizan, 1995) h. 7.
2
Asep S. Muhtadi. Meretas Jalan Dakwah: Benang Merah Gerakan Ormas Islam (Dakwah
dan Gerakan Pembaruan Muhammadiyah)(Bandung: MUI Kota Bandung, 2012), h.45.
3
Muhammadiyah sebagai gerakan dan dakwah, sudah menjadi pemahaman
umum di kalangan masyarakat, baik di dalam atau di luar Muhammadiyah.
Muhammadiyah sendiri pun menyadarinya, bahwa predikat tersebut bukanlah
merupakan asumsi yang salah. Sebab motif utama pendirian Muhammadiyah –oleh
para pendirinya, yang dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan−adalah untuk menjadi
instrumen penting untuk pelaksanaan dakwah islamiyah secara menyeluruh. Namun
apa yang dilakukan dengan dakwah Muhammadiyah bukan dakwah dalam arti
sempit. Gerakan dakwah yang dilakukan bersifat multi wajah, sebagaimana halnya
Islam yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia
4
Dakwah sebagai salah satu komponen penting dari tindakan manusia
sebagai khalifah haruslah dikemas sedemikian rupa sehingga dapat
menawarkan sesuatu yang berarti bagi umat manusia dalam rnagka
menjadikan dirinya sebagai hamba dan khalifah Allah secara ideal. Idealitas
tersebut bisa dijelaskan dengan beberapa ayat al-Qur‟an yang secara eksplisit
maupun implisit menawarkan gagasan ideal tentang: input, proses, dan output
yang diharapkan Allah dalam wilayah personal, interpersonal dan sosial,
karenanya, proses dakwah di muhammadiyah merupakan serangkaian
aktivitas manusia yang diorganisasikan dalam berbagai sektor sehingga
melahirkan sebuah gerakan nyata dan dirasakan oleh masyarakat luas.
Dalam wilayah personal, Allah memperkenalkan gagasan “taqwa”,
yang ketika sifat itu melekat pada pribadi-pribadi manusia, maka akan lahirlah
hamba-hamba dan khalifah-khalifah ideal; dalam wilayah interpersonal Allah
menawarkan gagasan “ukhuwwah”, yang ketika sikap itu dimiki oleh setiap
orang dalam relasi interpersonalnya, maka akan lahir hubungan interpersonal
yang ideal; dalam wilayah sosial Allah menjelaskan gagasan “ummatan
wahidah”, sebagai produk ideal dari kesadaran untuk bertakwa pada diri
manusia dan berukhuwwah pada diri manusia dalam relasi interpersonalnya.
Kesalehan personal (ketakwaan) dalam Muhammadiyah harus
dibuktikan denga keshalehan sosial. Hal inilah yang mendasari sebelum
berdirinya pimpinan Muhammadiyah di tingkat bawah (seperti Cabang dan
Ranting) disyaratkan sebelumnya harus memilki mal sosial, baik itu majlis
ta‟lim, sekolah, panti asuhan, tempat kesehatan dan lain sebagainya. Dengan
demikian adapula yang disebut doktrin tauhid sosial dalam Muhammadiyah.
Salah satu peran dakwah Muhammadiyah sejak awal kelahirannya tidak lepas
dari ketegasannya dalam meluruskan aqidah umat Islam yang pada saat itu banyak
tercampuri oleh ajaran budaya lain yang dianggap bagian dari Islam, dahlan mencoba
5
menyampaikan risalah kebenaran ajaran Islam melalui jalur pemurnian ajaran Islam
dengan mengembalikan kepada sumber otentiknya yaitu Al Qur‟an dan Sunnah.
6
dapat berangkat jauh bila mereka tetap terbelenggu dalam kebodohan dan
keterbelakangan.
Doktrin “iman tanpa amal salih” bagaikan “pohon tanpa buah” sangat
dipegang oleh seluruh warga Muhammadiyah. Dalam benak warga
Muhammadiyah, fungsi organisasi antara lain adalah untuk memobilisasi atau
dalam bahasa Muhammadiyah untuk menggembirakan amal salih kolektif
Dilihat dari perspektif ini, lahirnya muhammadiyah merupakan
terobosan besar. Sebelum muhammadiyah lahir, umat Islam sudah terbiasa
menggerakkan amal salih dalam berbagai bidang kehidupan, akan tetapi
hanaya bersifat kecil-kecilan di atas inisiatif individual belaka. Setelah
Muhammadiyah lahir, kemampuan dan semangat beramal dari berbagai
individu muslim dipadukan lewat sebuah organisasi.
7
Dalam mencapai cita-cita perjuangannya untuk membangun
masyarakat yang diridhoi Allah Swt., Muhammadiyah menghindari kegiatan
politik praktis. Hal ini dikarenakan Muhammadiyah dalam membangun
masyarakatnya bersifat jangka panjang. Muhammadiyah tidak ingin
mengambil short-cut atau jalan pintas politik dengan membangun kekuasaan
dan berambisi ikut berebut kekuasaan dengan kekuatan-kekuatan politik yang
ada.
Logika Muhammadiyah adalah dengan membina masyarakat lewat
siraman nilai-nilai Islam, Muhammadiyah berarti telah ikut mempersiapkan
manusia-manusia yang berakhlak, memegang nilai-nilai dan norma-norma
moral secara kuat, sehingga tatkala manusia-manusia tersebut masuk ke
gelanggang politik praktis, mereka tidak akan menjadi homo politikus yang
mengejar kekuasaan demi kekuasaan semata.3
3
Roni Tabroni. Meretas Jalan Dakwah: Benang Merah Gerakan Ormas Islam (Revitalisasi
Gerakan Dakwah Muhammadiyah)(Bandung: MUI Kota Bandung, 2012), h. 230-233.
8
Ciri-ciri perjuangan Muhammdiyah itu adalah sebagai berikut:
9
Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah
Islamiyah. Ciri yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak
terpisahkan dalam jati diri Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam
bagian sebelumnya bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan
Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran
Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104. Berdasarkan Surat Ali Imran,
ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar
perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma‟ruf nahi munkar
dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di
tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam
amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai
ragam lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi,
membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua
amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi
dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu
untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.
10
bid‟ah dan tajdid, sebab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan
ibadah seseorang. Pemurnian tauhid dan ibadah tersebut, seperti:
11
dasarnya dalam agama, juga harus ditinggalkan. Yang boleh adalah ziarah kubur
dengan tujuan untuk mengingat adanya kematian pada setiap makhluk Allah.
Mendoakan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah mati dalam
Islam sangat dianjurkan. demikian juga berzikir dan membaca Alquran juga
sangat dianjurkan dalam Islam. Akan tetapi, jika di dalam berzikir dan membaca
Alquran itu diniatkan untuk mengirim pahala kepada orang yang sudah mati, hal
itu tidak berdasar pada ajaran agama, oleh karena itu harus ditinggalkan.
Demikian juga tahlilan dan salawatan pada hari kematian ke-3, ke-7, ke-40, ke-
100, dan ke-1000 hari, hal itu merupakan bid‟ah yang mesti ditinggalkan dari
perbuatan Islam. Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang ingin diusahakan
oleh Muhammadiyah dalam memurnikan tauhid4.
12
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Muhtadi, Asep S. 2012. Meretas Jalan Dakwah: Benang Merah Gerakan Ormas
Islam (Dakwah dan Gerakan Pembaruan Muhammadiyah). Bandung: MUI
Kota Bandung.
Tabroni, Roni. 2012. Meretas Jalan Dakwah: Benang Merah Gerakan Ormas Islam
(Revitalisasi Gerakan Dakwah Muhammadiyah). Bandung: MUI Kota
Bandung.
13
jsnurul.wordpress.com.
www.muhammadiyah.or.id
14
DAKWAH MELALUI GERAKAN BERSEDEKAH:
TINJAUAN IMPLEMENTASI PROGRAM PADA
PPPA DARUL QUR’AN
Hasan Bastomi
Program Studi Manajemen Dakwah,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus
Email: tommy.wedung@gmail.com
Abstract
Islam is a religion of dakwah or religion that commissioned his people to
spread Islam to all mankind. Dakwah is an invitation activity both in the form of
verbal, writing behavior and etc. One of activities in Islamic preaching can be
realized through the charity movement. Charity as dakwah activities and social
movements play an important role in reducing social gap. Charity developed through
the strategy and specific method will be more effectively used in the socialization of
charity. Dakwah movement through charity has been done by the PPPA with
innovative programs as the media in the socialization of charity for the benefit of
charity more touching and can be felt to the wider community through the program
initiated to provide public facilities such as education, health, acts of worship and
others that are useful for the community through cash fund raising funds.
Abstrak
Islam adalah agama dakwah yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan
dan mensyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia. Dakwah adalah sesuatu
kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya
yang dilakukan secara sadar dan berencana. Salah satu kegiatan dakwah Islam
dapat diwujudkan melalui gerakan bersedekah. Sedekah sebagai kegiatan dakwah
dan gerakan sosial dikarenakan memainkan peranan lebih penting dalam
menghapus kesenjangan sosial. Sedekah yang dikembangkan melalui strategi dan
metode tertentu akan lebih efektif digunakan dalam memasyarakatkan sedekah.
Gerakan dakwah melalui sedekah telah dilakukan oleh PPPA dengan
PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan
dan mensyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia baik dalam keadaan
bagaimanapun dan dimanapun, karena maju mundurnya umat Islam
sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang
dilakukan.1 Oleh karena itu sangat wajar jika Islam memerintahkan
umatnya untuk menjadi pengingat dan pengajak kearah kebaikan dan
pencegah kemungkaran. Maka Islam harus tersebar luas dan pe-
nyampaian kebenaran tersebut merupakan tanggung jawab umat Islam
secara keseluruhan, sesuai dengan misi sebagai rahmatan lil alamin
membawa kedamaian dan ketenteraman dalam kehidupan sekaligus
sebagai pengantar menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dakwah adalah sesuatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan,
tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan
berencana. Dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara kelompok
agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayat-
an serta pengamatan terhadap ajakan agama sebagai pesan yang
disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.2 Jadi
kegiatan itu dilakukan dengan mengajak, mendorong, menyeru, tanpa
tekanan, paksaan dan provokasi, dan bukan pula dengan bujukan dan
rayuan dan sebagainya. Dakwah merupakan ajakan yang tujuannya dapat
tercapai hanya dengan persetujuan tanpa paksaan dari objek dakwah.
Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah, menuntut
umatnya untuk selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini tidak
1
Didin Hafifuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm. 76.
2
M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm. 17.
7
Abdul Mu’ti, Deformalisasi Islam, (Jakarta: Grafindo Khasanah Ilmu, 2004), hlm. 33.
8
Ahmad Rofiq, Fiqih Kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 8.
9
Muhammad Thobrani, Mukjizat Sedekah, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2009),
hlm. 25.
KAJIAN TEORI
14
Suharso, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2009), hlm. 340.
15
Ram Aminuddin dan Tita Sobari, Sosiologi, Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1992),
hlm. 195.
16
Mansour Fakih, Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial Pergolakan Ideologi di
Dunia LSM Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 42.
17
Juwono Sudarsono, Pembangunan Politik dan Perubahan Politik, (Jakarta: Gramedia,
1976), hlm 24-25.
18
Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta, Dasar-Dasar Sosiologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009), hlm. 156.
19
Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis, (Malang:
UMM Press, 2005), hlm. 89.
20
Yasin al-Syaikh Ibrahim, Kitab Zakat: Tata Cara dan Sejarah, (Bandung: Penerbit
Maja, 2008), hlm. 26.
21
Yasin al-Syaikh Ibrahim, Kitab Zakat…, hlm. 26.
24
Ahmad Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan…, hlm. 242.
25
Yusuf Mansur, An Introduction to the Miracle of Giving, (Jakarta: Zikrul Hakim,
2009), hlm. 83-85.
KESIMPULAN
Dari beberapa uraian sebelumnya dapat dikemukakan hal-hal
berikut ini: pertama, sedekah sebagai gerakan sosial karena memainkan
peranan lebih penting dalam menghapus kesenjangan sosial. Kedua,
sedekah yang dikembangkan melalui strategi dan metode tertentu akan
lebih efektif digunakan dalam memasyarakatkan sedekah. Sehingga
gerakan sedekah yang dilakukan untuk mengembangkan dakwah men-
jadi lebih mudah. Ketiga, pada hakekatnya gerakan dakwah Islam yang
dimanifestasikan dalam aktivitas sedekah adalah suatu upaya untuk
merubah suatu keadaan menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut
ajaran Islam. Keempat, PPPA Darul Qur’an menggulirkan program-
program inovatif sebagai media dalam memasyarakatkan sedekah agar
manfaat sedekah semakin menyetuh dan dapat dirasakan untuk
masyarakat luas. Kelima, sebuah program yang diimplementasikan untuk
menyediakan fasilitas umum seperti; pendidikan, kesehatan, ibadah dan
lain-lain yang bermanfaat untuk masyarakat melalui dana wakaf tunai.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mu’ti, Deformalisasi Islam, Jakarta: Grafindo Khasanah Ilmu, 2004.
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008.