Anda di halaman 1dari 36

MODUL 7

MANAJEMEN LEMBAGA DAKWAH

MATERI 7
Pergerakan Dakwah

Di susun Oleh :
Hendi Suhendi, S.Sos.I., MM

FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2020
A. Pengantar
Matakuliah manajemen Lembaga dakwah memberikan pemahaman kepada para
mahasiswa secara teoritis dan praktis mengenai pengelolaan atau manajemen dalam
kegiatan dakwah, baik dakwah secara individu ataupun melalui organisasi dakwah di
masyarakat mulai dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi dan
tindakan perbaikan kedepan.

B. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Pergerakan Dakwah

C. Kemampuan Akhir yang diharapkan


1. Menjelaskan strategi pergerakan dakwah

D. Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan dengan system online dimana mahasiwa melakukan aktivitas
pengunduhan modul, ikut forum diskusi, isi quiz dan mengerjakan tugas.

E. Materi Ajar

Pergerakan Dakwah

Dakwah adalah aktivitas menyeru, mengajak, mendorong manusia kejalan yang di


ridhoi Allah swt yaitu Al-Islam. Dampak dari seruan tersebut membawa perubahan baik secara
individu, kelompok atau masyarakat, dalam perbaikan kehidupan sosial, politik, ekonomi, ilmu
pengetahuan, hukum dalam lain-lain yang kemudian menciptakan sebuah peradaban baru
kehidupan manusia.
Dengan demikian pergerakan dakwah adalah seluruh proses pemberian motivasi kerja
kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka mampu bekerja dengan ikhlas demi
tercapainya tujuan organisasi dengan efektif dan efisien. (Munir, 2015). Motivasi yang
dimaksud adalah bahwa pimpinan organisasi ditengah bawahannya dapat memberikan sebuah
bimbingan , instruksi, nasehat, dan koreksi jika diperlukan.
Agar fungsi dari pergerakan dapat berjalan dengan baik maka ada hal-hal yang perlu
diperhatikan diantaranya :
1. Memberikan penjelasan secara komprehensif kepada seluruh elemen dakwah
2. Setiap pelaku dakwah harus mengetahui, memahami dan menerima baik tujuan yang
telah ditetapkan
3. Setiap pelaku dakwah mengerti struktur organisasi
4. Memperlakukan secara baik bawahan dan memberikan penghargaan yang diiringi
bimbingan dan pengarah kepada semua bawahan
Beberapa kunci proses pergerakan dakwah agar dapat berjalan dengan baik, efektif dan
efisien yaitu :

1. Pemberian Motivasi
Motivasi dalam hal ini diartikan sebagai kemampuan seorang pimpinan dakwah dalam
memberikan sebuah kegairahan, kegiatan dan pengertian, sehingga para anggotanya
mampu untuk mendukung dan bekerja secara ikhlas dalam mencapai tujuan dakwah.
Fungsi motivasi dalam pergerakan dakwah ini adalah menumbuhkan rasa memiliki dan
rasa tanggungjawab sehingga menumbuhkan semangat untuk maju, produktif dan
berprestasi. Dalam manajemen dakwah ada beberapa bentuk pemberian motivasi
diantaranya :
a. Mengikutsertakan dalam pengambilan keputusan
b. Memberikan informasi secara komprehensif
Setidaknya ada empat factor evaluasi informasi diantaranya : mutu informasi, ketepatan
waktu informasi, dan relevansi informasi.

2. Melakukan Bimbingan
Bimbingan yang dimaksud adalah tindakan pimpinan dakwah yang dapat menjamin
terlaksananya tugas-tugas dakwah sesuai dengan rencana ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan.
Beberapa komponen bimbingan dakwah diantranya :
a. Memberikan perhatian terhadap setiap perkembangan para anggotanya
b. Memberikan nasihat yang berkaitan dengan tugas dakwah yang bersifat membantu,
yaitu memberikan saran mengenai startegi dakwah yang diiringi dengan alternatif-
alternatif tugas dakwah dengan membagi pengetahuan.
c. Memberikan sebuah dorongan dalam bentuk melibatkan bawahan dalam pelatihan-
pelatihan.
d. Memberikan bantuan atau bimbingan kepada semua elemen dakwah
3. Menjalin Hubungan
Organisasi berdasarkan pengertian adalah perkumpulan dua atau lebih orang yang bekerja
sama untuk mencapai tujuan bersama. Atas dasar pengertian tersebut maka kepentingan
dalam organisasi adalah menjalin hubungan antara individu-individu yang ada dalam
organisasi tersebut.
Beberapa alasan pentingnya menjalin hubungan :
a. Keamanan
b. Status
c. Pertalian
d. Kekuasaan
e. Prestasi baik
Alasan tersebut didasari bahwa invidu yang tergabung dalam organisasi tersebut menjadi
satu tim yang bergerak menuju tujuan yang ditentukan. Terbentuknya tim tersebut memiliki
fungsi :
a. Dapat mempertahankan dan memperkuat norma atau etika tingkah laku.
b. Memberikan sebuah kepuasan, status serta kenyamanan sosial
c. Membantu kelompok organisasi dalam menjalin komunikasi
d. Dapat menyelesaikan permasalahan organisasi
Ada beberapa cara untuk menciptakan sebuah lingkungan tersebut yaitu :
a. Meningkatkan ketertarikan pribadi
b. Meningkatkan interaksi
c. Menciptakan tujuan Bersama dan rasa seperjuangan.

4. Penyelenggaraan Komunikasi
Kinerja komunikasi sangat penting dalam sebuah organisasi dakwah (munir, 2015).
Manfaat penyelenggaraan komunikasi tersebut diantaranya :
a. Menempatkan orang pada tempat yang seharusnya
b. Menempatkan orang untuk terlibat dalam organisasi
c. Menghasilkan hubungan dan pengertian yang lebih baik
d. Menolong orang-orang untuk mengerti perubahan
Menurut minzeberg (dalam munir 2015), ada tiga komponen peran komunikasi dalam
manajerial yaitu :
a. Peran antar pribadi mereka
b. Peran informal mereka
c. Peran mengambil keputusan mereka.
Namun dalam pelaksanaanya terdapat hambatan komunikasi diantaranya (munir 2015) :
a. Hambatan proses
b. Hambatan fisik
c. Hambatan semantic
d. Hambatan psiko-sosial

Untuk meningkatkan pemahaman, silakan pelajari jurnal yang dilampirkan.

F. Referensi
M. Munir, Dkk. Manajemen Dakwah. Prenadamedia Group. Jakarta. 2015
Winardi. Azas-Azas Manajemen. Mandar Maju. Bandung. 2010

Dian Wijayanto. Pengantar Manajemen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2012

Reza Pratama. Pengantar Manajemen. Deepublish. Yogyakarta. 2020

Veithzal Rivai, dkk. Islamic Leadership. Bumi Aksara. 2013

Ujan Poltak Sinombela. Manajemen Sumberdaya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta. 2018
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 60
M. Ali Azis, Ilmu Dakwah Kencana, (Jakarta: Prenada Media Kencana, 2004), h.109
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997), h. 43
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, edisi revisi, (Surabaya: CV Jaya
Sakti, 1989), h. 42
M. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media Kencana, 2004) hal. 75
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, edisi revisi, (Surabaya: CV Jaya
Sakti, 1989), h. 688
Susanto Astrid, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek. (Bandung: Bina Cipta,1997), h. 7
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al -Ikhlas, 1983), h. 163
Ilyas Ismail dan Prio Hotman, Filsafat Dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan
Peradaban Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 28
Al-Wirsal Imam Zaidallah, Strategi Dakwah dalam membentuk Da’i dan Khathib
Profesional, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 41
M. Quraish Syihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1992), h. 15
Syamsuri Siddiq, “Dakwah dan Teknik Berkhuthbah”, (Bandung: Al-Ma’arif, 1987), h. 5
MODEL GERAKAN DAKWAH DI INDONESIA
(Studi Kasus Pada Dakwah Muhammadiyah)

Nahdatunnisa Asry

Abstract

Da'wah is the delivery of Islamic teachings can be in the form of amar makruf and
nahi munkar. The pattern of da'wah can take the form of cultural propaganda,
political preaching, and economic da'wah. Efforts to implement or ground social
monotheism supported by four doctrines also live in Muhammadiyah circles. The
doctrine is the doctrine of enlightenment of the people, the doctrine of encouraging
pious charity, the doctrine of cooperation for virtue, the doctrine of not practicing
politics. Da'wah is not understood as a tabligh, but a massive movement on various
aspects of human life. Muhammadiyah balances the spirituality of da'wah with social
charity as a real movement in response to the problems of the ummah at various
levels.

Keyword: Da’wah, Muhammadiyah, Case Study.

Pendahuluan
Islam merupakan agama yang berisi petunjuk-petunjuk agar manusia secara
individual menjadi manusia yang baik, beradab, dan berkualitas. Di samping itu Islam
sebagai agama dakwah dari bahasa arab yang asal katanya
‫ دعاى‬-‫ ياععى‬- ‫ دعا‬artinya menyeru, mengajak, memanggil, menjamu. Maksudnya adalah
agama yang disebarluaskan secara damai, tidak lewat kekerasan. Dakwah memiliki
tiga unsur pengertian pokok yaitu :

1. Dakwah adalah proses penyampaian agama Islam dari seseorang kepada orang
lain.
2. Dakwah adalah penyampain ajaran Islam tersebut dapat berupa amar makruf
(ajaran kepada kebaikan) dan nahi munkar (mencegah kemungkaran).
3. Usaha tersebut dilakukan secara dasar dengan tujuan terbentuknya suatu individu
atau masyarakat yang taat dan mengamalkan sepenuhnya ajaran Islam.

1
Dengan pengertian dakwah di atas, pola dakwah dapat mengambil bentuk
antara lain dakwah kultural, dakwah politik, dan dakwah ekonomi. Dakwah kultural
adalah aktivitas dakwah yang menekankan pendekatan Islam kultural yaitu
pendekatan yang berusaha meninjau kembali kaitan doktrinal yang formal antara
Islam dan politik atau Islam dan negara. Dakwah politik adalah gerakan dakwah yang
ada di dalam atau ada pada kekuasaan. Dakwah ekonomi adalah upaya mewujudkan
dalam realitas kehidupan umat Islam, ajaran-ajaran Islam tertentu yang dapat
berfungsi untuk meningkatkan sosial ekonomi umat.

Kunci dari defenisi dakwah adalah panggilan atau ajakan kembali ke jalan
Allah karena hakikat dakwah adalah memanggil atau mengajak kembali manusia
kepada agama. Hal ini karena pada hakikatnya semua manusia dilahirkan dengan
keadaan bertuhan atau beragama. Manusia adalah makhluk religius. Jadi, tugas
dakwah adalah memanggil atau mengajak manusia agar kembali kepada apa yang
pernah diucapkan ketika masih berada di dalam ruh yaitu beriman kepada Allah.

Munculnya gerakan dakwah keagamaan ala Muhammadiyah di atas panggung


sejarah keagamaan Islam di Indonesia sebenarnya merupakan peristiwa sosial-budaya
biasa, yakni peristiwa sosial-budaya bernapaskan keagamaan Islam, yang merupakan
“eksperimen sejarah” yang cukup spektakuler, khususnya untuk ukuran saat itu.

Tantangan zaman yang menghimpit umat Islam saat berdirinya


Muhammadiyah pada 1912 dapat disebutkan antara lain: umat Islam–hampir di
seluruh dunia−berada di bawah belenggu cengkraman penjajahan, kebekuan
pemikiran keagamaan, rendahnya mutu pendidikan umum yang diselenggarakan oleh
pemerintah kolonial Hindia Belanda dan yayasan-yayasan Katolik dan Protestan. Hal
ini tidak saja menyangkut pendidikan, tetapi juga dalam pelayanan sosial, seperti
rumah sakit, panti asuhan, rumah jompo, dan lain sebagainya. Belum lagi menyebut
situasi umu umat Islam yang sangat mudah dijumpai di sana-sini seperti kebodhan,
keterbelakangan, dan kemiskinan.

2
Dalam situasi yang menghimpit seperti itu, muncullah gagasan untuk
membentuk suatu “persyarikatan” (organisasi) keagamaan yang berupaya sebisa-
bisanya merespons tantangan zaman tersebut. Usaha umat Islam untuk merespons
tantangan zaman dan diwujudkan dalam bentuk pendirian sebuah “organisasi”−di
lingkungan Muhammadiyah lebih di kenal dengan istilah “persyarikatan”−adalah ciri
khas model gerakan pembaruan keagamaan di Indonesia.1

Film Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo secara sederhana


menggambarkan corak gerakan dakwah yang dilakukan persyarikatan
Muhammadiyah. Substansi gerakannya jelas. Ia ingin membersihkan praktik
keagamaan dari unsur lain yang kerap menggeser kemurnian ajaran dari sumber
utamanya Al-Qur‟an, dan As-Sunnah. Misalnya, setting ketika Ahmad Dahlan muda
mendobrak tradisi dan meluruskan arah kiblat yang telah lama melekat dalam praktik
keagamaan masyarakat kampung Kauman Yogyakarta. Meski sedikit mengundang
kesan telah mengungkap luka lama yang pernah melilit hubungan intern umat Islam,
film itu tetap menjadi representasi gerakan dakwah yang diperankan para pendahulu
organisasi Muhammadiyah.

Hingga saat ini, corak gerakan dakwah itu tetap tidak berubah. Benang
merahnya terlihat jelas. Orientasi dakwah Muhammadiyah merupakan implementasi
gerakan pembaruan dalam pengertian pemurnian (purification) ajaran Islam. Oleh
karena itu organisasi ini kemudian dikategorikan sebagai wujud formal gerakan
pembaruan yang mulai muncul dengan masuknya abad ke -20. 2

PEMBAHASAN
1
M. Amin Abdullah, Intelektualisme Muhammadiyah: Menyongsong Era Baru Pendekatan
“Teologis” Dalam Memahami Muhammadiyah. (Bandung: Mizan, 1995) h. 7.

2
Asep S. Muhtadi. Meretas Jalan Dakwah: Benang Merah Gerakan Ormas Islam (Dakwah
dan Gerakan Pembaruan Muhammadiyah)(Bandung: MUI Kota Bandung, 2012), h.45.

3
Muhammadiyah sebagai gerakan dan dakwah, sudah menjadi pemahaman
umum di kalangan masyarakat, baik di dalam atau di luar Muhammadiyah.
Muhammadiyah sendiri pun menyadarinya, bahwa predikat tersebut bukanlah
merupakan asumsi yang salah. Sebab motif utama pendirian Muhammadiyah –oleh
para pendirinya, yang dipelopori oleh KH. Ahmad Dahlan−adalah untuk menjadi
instrumen penting untuk pelaksanaan dakwah islamiyah secara menyeluruh. Namun
apa yang dilakukan dengan dakwah Muhammadiyah bukan dakwah dalam arti
sempit. Gerakan dakwah yang dilakukan bersifat multi wajah, sebagaimana halnya
Islam yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia

A. Doktrin Dakwah Muhammadiyah

Membahas doktrin berarti membahas tentang normativitas sesuatu.


Secara tekstual, dakwah sering diartikan dengan mana: “mengajak” dengan
beberapa derivasi maknanya. Bagi Muhammadiyah, dakwah itu memerlukan
sarana dan prasarana. Andaikata dakwah itu dimaknai sebagaimana dalam
QS/16:125,

َ ‫سهُ ۚ إِ َّن َربَّكَ ه َُى أَ ْعلَ ُم بِ َم ْه‬


َ ‫ض َّل َع ْه‬
ۖ ‫سبِي ِل ِه‬ َ ‫سىَ ِة ۖ َو َج د ِْل ُه ْم بِ لَّتِي ه‬
َ ْ‫ِي أَح‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬
َ ‫سبِي ِل َربِّكَ بِ ْل ِح ْك َم ِة َو ْال َم ْى ِع‬ َ ًٰ َ‫ع إِل‬ ُ ْ‫اد‬
َ‫َوه َُى أ َ ْعلَ ُم بِ ْل ُم ْهتَعِيه‬
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk".
maka QS. Ali Imran/3:104 dapat dimaknai bahwa “dakwah” adalah
serangkaian kegiatan manajerial “pengislaman” yang dikerjakan secara
sistemik, dengan serangkaian perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
dan pengawasan yang matang dan dapat dipertanggungjawabkan.

4
Dakwah sebagai salah satu komponen penting dari tindakan manusia
sebagai khalifah haruslah dikemas sedemikian rupa sehingga dapat
menawarkan sesuatu yang berarti bagi umat manusia dalam rnagka
menjadikan dirinya sebagai hamba dan khalifah Allah secara ideal. Idealitas
tersebut bisa dijelaskan dengan beberapa ayat al-Qur‟an yang secara eksplisit
maupun implisit menawarkan gagasan ideal tentang: input, proses, dan output
yang diharapkan Allah dalam wilayah personal, interpersonal dan sosial,
karenanya, proses dakwah di muhammadiyah merupakan serangkaian
aktivitas manusia yang diorganisasikan dalam berbagai sektor sehingga
melahirkan sebuah gerakan nyata dan dirasakan oleh masyarakat luas.
Dalam wilayah personal, Allah memperkenalkan gagasan “taqwa”,
yang ketika sifat itu melekat pada pribadi-pribadi manusia, maka akan lahirlah
hamba-hamba dan khalifah-khalifah ideal; dalam wilayah interpersonal Allah
menawarkan gagasan “ukhuwwah”, yang ketika sikap itu dimiki oleh setiap
orang dalam relasi interpersonalnya, maka akan lahir hubungan interpersonal
yang ideal; dalam wilayah sosial Allah menjelaskan gagasan “ummatan
wahidah”, sebagai produk ideal dari kesadaran untuk bertakwa pada diri
manusia dan berukhuwwah pada diri manusia dalam relasi interpersonalnya.
Kesalehan personal (ketakwaan) dalam Muhammadiyah harus
dibuktikan denga keshalehan sosial. Hal inilah yang mendasari sebelum
berdirinya pimpinan Muhammadiyah di tingkat bawah (seperti Cabang dan
Ranting) disyaratkan sebelumnya harus memilki mal sosial, baik itu majlis
ta‟lim, sekolah, panti asuhan, tempat kesehatan dan lain sebagainya. Dengan
demikian adapula yang disebut doktrin tauhid sosial dalam Muhammadiyah.

Doktrin Tauhid Sosial

Salah satu peran dakwah Muhammadiyah sejak awal kelahirannya tidak lepas
dari ketegasannya dalam meluruskan aqidah umat Islam yang pada saat itu banyak
tercampuri oleh ajaran budaya lain yang dianggap bagian dari Islam, dahlan mencoba

5
menyampaikan risalah kebenaran ajaran Islam melalui jalur pemurnian ajaran Islam
dengan mengembalikan kepada sumber otentiknya yaitu Al Qur‟an dan Sunnah.

Namun, melewati ajaran tauhid yang bersifat personal, Muhammadiyah juga


melakukan doktrin tauhid yang bersifat sosial. Sebagai gerakan dakwah,
Muhammadiyah tidak hanya menyadarkan umat dari aspek personal tetapi juga
membangun kesadaran tauhid sosial sebagai basis dan komitmen dakwahnya.

Di dalam perjalanannya upaya untuk mengimplementasikan atau


membumikan tauhid sosial didukung oleh empat doktrin lainnya yang juga hidup di
kalangan warga Muhammadiyah. Empat doktrin tersebut adalah:

1. Doktrin Pencerahan Umat

Para tokoh Muhammadiyah pendahulu tidak pernah bosan


meningatkan masyarakat Islam Indonesisa bahwa ilmu pengetahuan aadalah
barnag kaum muslimin yang hilang yang harus direbut kembali. Itulah
sebabnya, pada tahap awal pertumbuhannya Muhammadiyah tidak langsung
membangun kongsi-kongsi dagang tetapi membangun sekolah sebanyak
mungkin. Pertimbangannya jelas yakni kebodohan telah menjadi musuh
terbesar umat Islam dan mustahil dapat membangun masa depan yang lebih
baik bilamana kebodohan dan keterbelakangan tetap saja melekat lengket
dalam kehidupan mereka.
Lewat doktrin enlightment bagi umat Islam Muhammadiyah merintis
sekolah umum sebanyak-banyaknya. Bagi Muhammadiyah, kitab kuning dan
kitab putih sama pentingnya. Anjuran tokoh-tokoh Muhammadiyah agar ZIS
(Zakat, Infaq dan Shadaqah) tidak saja disalurkan ke mesjid, tetapi kalau perlu
lebih banyak lagi yang disalurkan ke lembaga-lembaga pendidikan.
Alasannya, yakni umat Islam yang banyak memadati masjid tidak akan pernah

6
dapat berangkat jauh bila mereka tetap terbelenggu dalam kebodohan dan
keterbelakangan.

2. Doktrin Menggembirakan Amal Salih

Doktrin “iman tanpa amal salih” bagaikan “pohon tanpa buah” sangat
dipegang oleh seluruh warga Muhammadiyah. Dalam benak warga
Muhammadiyah, fungsi organisasi antara lain adalah untuk memobilisasi atau
dalam bahasa Muhammadiyah untuk menggembirakan amal salih kolektif
Dilihat dari perspektif ini, lahirnya muhammadiyah merupakan
terobosan besar. Sebelum muhammadiyah lahir, umat Islam sudah terbiasa
menggerakkan amal salih dalam berbagai bidang kehidupan, akan tetapi
hanaya bersifat kecil-kecilan di atas inisiatif individual belaka. Setelah
Muhammadiyah lahir, kemampuan dan semangat beramal dari berbagai
individu muslim dipadukan lewat sebuah organisasi.

3. Doktrin kerjasama untuk kebajikan

“Bekerjasamalah dalam kebaikan dan taqwa dan jangan bekerjasama


dalam dosa dan permusuhan” (QS. Al-Maidah/5:2).
... ‫اْلثْ ِم َو ْالعُع َْوان‬
ِ ْ ًَ‫َوت َ َع َووُىا َعلًَ ْال ِب ِ ّر َوالت َّ ْق َى ٰي ۖ َو ََل تَ َع َووُىا َعل‬
Ayat tersebut telah dijadikan doktrin dalam perjuangan
Muhammadiyah. Sebagai organisasi dakwah yang berusaha mengajak seluruh
lapisan masyarakat untuk menegakkan kebajikan dan mencegah
kemungkaran, Muhammadiyah menghimbau para muballighin dan
muballighat-nya untuk selalu dapat bekerjasama dengan semua pihak demi
tercapainya tujuan baik bersama. Di kalangan para da‟i Muhammadiyah ada
semacam slogan hanya dengan iblis Muhammadiyah tidak dapat bekerjasama.

4. Doktrin tidak berpolitik praktis

7
Dalam mencapai cita-cita perjuangannya untuk membangun
masyarakat yang diridhoi Allah Swt., Muhammadiyah menghindari kegiatan
politik praktis. Hal ini dikarenakan Muhammadiyah dalam membangun
masyarakatnya bersifat jangka panjang. Muhammadiyah tidak ingin
mengambil short-cut atau jalan pintas politik dengan membangun kekuasaan
dan berambisi ikut berebut kekuasaan dengan kekuatan-kekuatan politik yang
ada.
Logika Muhammadiyah adalah dengan membina masyarakat lewat
siraman nilai-nilai Islam, Muhammadiyah berarti telah ikut mempersiapkan
manusia-manusia yang berakhlak, memegang nilai-nilai dan norma-norma
moral secara kuat, sehingga tatkala manusia-manusia tersebut masuk ke
gelanggang politik praktis, mereka tidak akan menjadi homo politikus yang
mengejar kekuasaan demi kekuasaan semata.3

B. Ciri Gerakan Dakwah Muhammadiyah

Dakwah Muhammadiyah tidak semata persoalan spiritual, tetapi juga sosial.


Dakwah tidak dipahami sebagai tabligh, tetapi gerakan massif pada berbagai aspek
kehidupan manusia. Muhammadiyah menyeimbangkan dakwah yang sifatnya
spiritualitas dengan amal sosial sebagai gerakan nyata sebagai jawaban atas problem
umat di berbagai levelnya.

Oleh karena, muhammadiyah memahami kata “dakwah” bukan sekadar


melaksanakan kegiatan pengislaman dalam arti formal. Lebih jauh dari itu, dakwah
bagi Muhammadiyah diartikan sebagai upaya penyeluruh untuk
menumbuhkembangkan kondisi ideal dalam takaran “Islam”. Sehingga rumusan
tujuan Muhammadiyah selalu mengarah pada “pengislaman” dalam arti yang
sebenar-benarnya (Islam dalam pengertian esensialnya).

3
Roni Tabroni. Meretas Jalan Dakwah: Benang Merah Gerakan Ormas Islam (Revitalisasi
Gerakan Dakwah Muhammadiyah)(Bandung: MUI Kota Bandung, 2012), h. 230-233.

8
Ciri-ciri perjuangan Muhammdiyah itu adalah sebagai berikut:

1. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam

Persyarikatan Muhammadiyah dibangun oleh KH Ahmad Dahlan sebagai


hasil kongkrit dari telaah dan pendalaman (tadabbur) terhadap Alquranul Karim.
Faktor inilah yang sebenarnya paling utama yang mendorong berdirinya
Muhammadiyah, sedang faktor-faktor lainnya dapat dikatakan sebagai faktor
penunjang atau faktor perangsang semata. Dengan ketelitiannya yang sangat
memadai pada setiap mengkaji ayat-ayat Alquran, khususnya ketika menelaah surat
Ali Imran, ayat:104, maka akhirnya dilahirkan amalan kongkret, yaitu lahirnya
Persyarikatan Muhammadiyah. Kajian serupa ini telah dikembangkan sehingga dari
hasil kajian ayat-ayat tersebut oleh KHR Hadjid dinamakan “Ajaran KH Ahmad
Dahlan dengan kelompok 17, kelompok ayat-ayat Alquran”, yang didalammya
tergambar secara jelas asal-usul ruh, jiwa, nafas, semangat Muhammadiyah dalam
pengabdiannya kepada Allah SWT.

Kelahiran Muhammadiyah itu tidak lain karena diilhami, dimotivasi,


dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al-Qur‟an karena itu pula seluruh
gerakannya tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan
prinsip-prinsip ajaran Islam. Segala yang dilakukan Muhammadiyah, baik
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, kemasyarakatan, kerumahtanggaan,
perekonomian, dan sebagainya tidak dapat dilepaskan dari usaha untuk
mewujudkan dan melaksankan ajaran Islam. Tegasnya gerakan
Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam
wujud yang riil, kongkret, dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan, dan
dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil‟alamin.

2. Muhammadiyah Adalah Gerakan Dakwah Islam Amar Ma‟ruf Nahi Munkar

9
Ciri kedua dari gerakan Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan dakwah
Islamiyah. Ciri yang kedua ini muncul sejak dari kelahirannya dan tetap melekat tidak
terpisahkan dalam jati diri Muahammadiyah. Sebagaimana telah diuraikan dalam
bagian sebelumnya bahwa faktor utama yang mendorong berdirinya Persyarikatan
Muhammadiyah berasal dari pendalaman KHA Dahlan terdapat ayat-ayat Alquran
Alkarim, terutama sekali surat Ali Imran, Ayat:104. Berdasarkan Surat Ali Imran,
ayat : 104 inilah Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar
perjuangannya, yaitu dakwah (menyeru, mengajak) Islam, amar ma‟ruf nahi munkar
dengan masyarakat sebagai medan juangnya. Gerakan Muhammadiyah berkiprah di
tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai ragam
amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat orang banyak seperti berbagai
ragam lembaga pendidikan sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi,
membangun sekian banyak rumah sakit, panti-panti asuhan dan sebagainya. Semua
amal usaha Muhammadiyah seperti itu tidak lain merupakan suatu manifestasi
dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan tunggal, yaitu
untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islamiyah.

3. Muhammadiyah Adalah Gerakan Tajdid

Ciri ke tiga yang melekat pada Persyarikatan Muhammadiyah adalah sebagai


Gerakan Tajdid atau Gerakan Reformasi. Muhammadiyah sejak semula
menempatkan diri sebagai salah satu organisasi yang berkhidmat menyebarluaskan
ajaran Agama Islam sebagaimana yang tercantum dalam Alquran dan Assunah,
sekaligus membersihkan berbagai amalan umat yang terang-trangan menyimpang
dari ajaran Islam, baik berupa khurafat, syirik, maupun bid‟ah lewat gerakan dakwah.
Muhammadiyah sebagai salah satu mata rantai dari gerakan tajdid yang diawali oleh
ulama besar Ibnu Taimiyah sudah barang tentu ada kesamaaan nafas, yaitu
memerangi secara total berbagai penyimpangan ajaran Islam seperti syirik, khurafat,

10
bid‟ah dan tajdid, sebab semua itu merupakan benalu yang dapat merusak akidah dan
ibadah seseorang. Pemurnian tauhid dan ibadah tersebut, seperti:

 Meniadakan kebiasaan menujuhbulani (Jawa: tingkeban), yaitu selamatan bagi


orang yang hamil pertama kali memasuki bulan ke tujuh. Kebiasaan ini
merupakan peninggalan dari adat-istiadat Jawa kuno, biasanya diadakan dengan
membuat rujak dari kelapa muda yang belum berdaging yang dikenal dengan
nama cengkir dicampur dengan berbagai bahan lain, seperti buah delima, buah
jeruk, dan lain-lain. Masing-masing daerah berbeda-beda cara dan macam
upacara tujuh bulanan ini, tetapi pada dasarnya berjiwa sama, yaitu dengan
maksud mendoakan bagi keselamatan calon bayi yang masih berada dalam
kandungan itu.
 Menghilangkan tradisi keagamaan yang tumbuh dari kepercayaan Islam sendiri,
seperti selamatan untuk menghormati Syekh Abdul Qadir Jaelani, Syekh Saman,
dll yang dikenal dengan manakiban. Selain itu, terdapat pula kebiasaan membaca
barzanji, yaitu suatu karya puisi serta syair-syair yang mengandung banyak
pujaan kepada Nabi Muhammad Shallallahu „alaihi wa sallam yang
disalahartikan. Dalam acara-acara semacam ini, Muhammadiyah menilai, ada
kecenderungan yang kuat untuk mengultusindividukan seorang wali atau nabi,
sehingga hal itu dikhawatirkan dapat merusak kemurnian tauhid. Selain itu, ada
juga acara yang disebut “khaul”, atau yang lebih populer disebut khal, yaitu
memperingati hari dan tanggal kematian seseorang setiap tahun sekali, dengan
melakukan ziarah dan penghormatan secara besar-besaran terhadap arwah orang-
orang alim dengan upacara yang berlebih-lebihan. Acara seperti ini oleh
Muhammadiyah juga dipandang dapat mengeruhkan tauhid.
 Bacaan surat Yasin dan bermacam-macam zikir yang hanya khusus dibaca pada
malam Jumat dan hari-hari tertentu adalah suatu bid‟ah. Baginya ziarah hanya
pada waktu-waktu tertentu dan pada kuburan tertentu, ibadah yang tidak ada

11
dasarnya dalam agama, juga harus ditinggalkan. Yang boleh adalah ziarah kubur
dengan tujuan untuk mengingat adanya kematian pada setiap makhluk Allah.
Mendoakan kepada orang yang masih hidup atau yang sudah mati dalam
Islam sangat dianjurkan. demikian juga berzikir dan membaca Alquran juga
sangat dianjurkan dalam Islam. Akan tetapi, jika di dalam berzikir dan membaca
Alquran itu diniatkan untuk mengirim pahala kepada orang yang sudah mati, hal
itu tidak berdasar pada ajaran agama, oleh karena itu harus ditinggalkan.
Demikian juga tahlilan dan salawatan pada hari kematian ke-3, ke-7, ke-40, ke-
100, dan ke-1000 hari, hal itu merupakan bid‟ah yang mesti ditinggalkan dari
perbuatan Islam. Selain itu, masih banyak lagi hal-hal yang ingin diusahakan
oleh Muhammadiyah dalam memurnikan tauhid4.

Sifat Tajdid yang dikenakan pada gerakan Muhammadiyah sebenarnya tidak


hanya sebatas pengertian upaya memurnikan ajaran Islam dari berbagai kotoran yang
menempel pada tubuhnya, melainkan juga termasuk upaya Muhammadiyah
melakukan berbagai pembaharuan cara-cara pelaksanaan Islam dalam kehidupan
bermasyarakat, semacam memperbaharui cara penyelenggaraan pendidikan, cara
penyantunan terhadap fakir miskin dan anak yatim, cara pengelolaan zakat fitrah dan
zakat harta benda, cara pengelolaan rumah sakit, pelaksanaan sholat Id dan
pelaksanaan kurban dan sebagainya.

Untuk membedakan antara keduanya maka tajdid dalam pengertian pemurnian


dapat disebut purifikasi (purification) dan tajdid dalam pembaharuan dapat disebut
reformasi (reformation). Dalam hubungan dengan salah satu ciri Muhammadiyah
sebagai gerakan tajdid, maka Muhammadiyah dapat dinyatakan sebagai Gerakan
Purifikasi dan Gerakan Reformasi5.

4jsnurul.wordpress.com. Diakses 7 Juli 2012 pukul 11.49 wib.


5
www.muhammadiyah.or.id, diakses 7 Juni 2012 pukul 11.49 wib.

12
KESIMPULAN

Sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah tidak hanya menyadarkan umat


dari aspek personal tetapi juga membangun kesadaran tauhid sosial sebagai basis dan
komitmen dakwahnya. Di dalam perjalanannya upaya untuk mengimplementasikan
atau membumikan tauhid sosial didukung oleh empat doktrin lainnya yang juga hidup
di kalangan warga Muhammadiyah. Empat doktrin tersebut adalah doktrin
pencerahan umat, doktrin menggembirakan amal salih, doktrin kerjasama untuk
kebajikan, doktrin tidak berpolitik praktis.

Dakwah Muhammadiyah tidak semata persoalan spiritual, tetapi juga sosial.


Dakwah tidak dipahami sebagai tabligh, tetapi gerakan massif pada berbagai aspek
kehidupan manusia. Muhammadiyah menyeimbangkan dakwah yang sifatnya
spiritualitas dengan amal sosial sebgaai gerakan nyata sebagai jawaban atas problem
umat di berbagai levelnya. Ciri-ciri perjuangan dalam dakwah Muhammdiyah itu
adalah muhammadiyah sebagai gerakan islam, muhammadiyah adalah gerakan
dakwah islam amar ma‟ruf nahi munkar, muhammadiyah adalah gerakan tajdid.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin. 1995. Intelektualisme Muhammadiyah: Menyongsong Era Baru


(Pendekatan “Teologis” Dalam Memahami Muhammadiyah. Bandung:
Mizan

Muhtadi, Asep S. 2012. Meretas Jalan Dakwah: Benang Merah Gerakan Ormas
Islam (Dakwah dan Gerakan Pembaruan Muhammadiyah). Bandung: MUI
Kota Bandung.

Sya'bi, Akhmad. 1997. Kamus An-Nur. Surabaya : Halim.

Tabroni, Roni. 2012. Meretas Jalan Dakwah: Benang Merah Gerakan Ormas Islam
(Revitalisasi Gerakan Dakwah Muhammadiyah). Bandung: MUI Kota
Bandung.

13
jsnurul.wordpress.com.
www.muhammadiyah.or.id

14
DAKWAH MELALUI GERAKAN BERSEDEKAH:
TINJAUAN IMPLEMENTASI PROGRAM PADA
PPPA DARUL QUR’AN

Hasan Bastomi
Program Studi Manajemen Dakwah,
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus
Email: tommy.wedung@gmail.com

Abstract
Islam is a religion of dakwah or religion that commissioned his people to
spread Islam to all mankind. Dakwah is an invitation activity both in the form of
verbal, writing behavior and etc. One of activities in Islamic preaching can be
realized through the charity movement. Charity as dakwah activities and social
movements play an important role in reducing social gap. Charity developed through
the strategy and specific method will be more effectively used in the socialization of
charity. Dakwah movement through charity has been done by the PPPA with
innovative programs as the media in the socialization of charity for the benefit of
charity more touching and can be felt to the wider community through the program
initiated to provide public facilities such as education, health, acts of worship and
others that are useful for the community through cash fund raising funds.

Keywords: Dakwah, Charity, Program Implementation, PPPA Darul


Qur’an

Abstrak
Islam adalah agama dakwah yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan
dan mensyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia. Dakwah adalah sesuatu
kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya
yang dilakukan secara sadar dan berencana. Salah satu kegiatan dakwah Islam
dapat diwujudkan melalui gerakan bersedekah. Sedekah sebagai kegiatan dakwah
dan gerakan sosial dikarenakan memainkan peranan lebih penting dalam
menghapus kesenjangan sosial. Sedekah yang dikembangkan melalui strategi dan
metode tertentu akan lebih efektif digunakan dalam memasyarakatkan sedekah.
Gerakan dakwah melalui sedekah telah dilakukan oleh PPPA dengan

Membangun Profesionalisme Keilmuan 145


menggulirkan program-program inovatif sebagai media dalam memasyarakatkan
sedekah agar manfaat sedekah semakin menyetuh dan dapat dirasakan untuk
masyarakat luas melalui program yang digulirkan untuk menyediakan fasilitas
umum seperti; pendidikan, kesehatan, ibadah dan lain-lain yang bermanfaat untuk
masyarakat melalui dana wakaf tunai.

Kata Kunci: Dakwah, Sedekah, Implementasi Program, PPPA Darul


Qur’an

PENDAHULUAN
Islam adalah agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan
dan mensyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia baik dalam keadaan
bagaimanapun dan dimanapun, karena maju mundurnya umat Islam
sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan dakwah yang
dilakukan.1 Oleh karena itu sangat wajar jika Islam memerintahkan
umatnya untuk menjadi pengingat dan pengajak kearah kebaikan dan
pencegah kemungkaran. Maka Islam harus tersebar luas dan pe-
nyampaian kebenaran tersebut merupakan tanggung jawab umat Islam
secara keseluruhan, sesuai dengan misi sebagai rahmatan lil alamin
membawa kedamaian dan ketenteraman dalam kehidupan sekaligus
sebagai pengantar menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dakwah adalah sesuatu kegiatan ajakan baik dalam bentuk lisan,
tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang dilakukan secara sadar dan
berencana. Dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara kelompok
agar timbul dalam dirinya suatu pengertian, kesadaran, sikap, penghayat-
an serta pengamatan terhadap ajakan agama sebagai pesan yang
disampaikan kepadanya dengan tanpa adanya unsur-unsur paksaan.2 Jadi
kegiatan itu dilakukan dengan mengajak, mendorong, menyeru, tanpa
tekanan, paksaan dan provokasi, dan bukan pula dengan bujukan dan
rayuan dan sebagainya. Dakwah merupakan ajakan yang tujuannya dapat
tercapai hanya dengan persetujuan tanpa paksaan dari objek dakwah.
Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah, menuntut
umatnya untuk selalu menyampaikan dakwah, karena kegiatan ini tidak
1
Didin Hafifuddin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm. 76.
2
M. Arifin, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm. 17.

146 Edisi Juli - Desember 2016


akan pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan
terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya. 3
Perjalanan hidup manusia yang semakin komplek membuat manusia
harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada, saling
bekerjasama dalam suatu tujuan agar hidup bahagia dunia dan akhirat
kelak. Tujuan itu akan mudah tercapai manakala manusia itu punya
suatu gerakan sosial yang sesuai dengan syariat agama Islam. Begitu
pula dalam berdakwah Islam tanpa adanya inovasi suatu gerakan akan
terasa sulit untuk mencapai misi ajaran Islam. Misi ajaran Islam itu sendiri
adalah sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam. 4 Gerakan sosial
sendiri diartikan sebagai sebentuk aksi kolektif dengan orientasi konflik-
tual yang jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan dalam
konteks jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang diikat
rasa solidaritas dan identitas kolektif yang kuat. Secara singkat gerakan
sosial berkaitan dengan aksi organisasi atau kelompok civil society dalam
mendukung atau menentang perubahan sosial.5 Menurut Usman Sunyoto,
gerakan sosial lazim dikonsepsikan sebagai kegiatan kolektif yang
dilakukan oleh sekelompok (orang) tertentu untuk menciptakan kondisi
yang sesuai dengan cita-cita kelompok tersebut.6
Agama Islam dengan gerakan dakwahnya dikenal sejak jaman Nabi
Muhammad SAW di angkat menjadi Rasul. Berkat gerakan dakwah yang
dipimpin beliau Islam tersebar keseluruh penjuru dunia bahkan sampai
ke bumi nusantara ini yang mayoritas penduduknya muslim pada zaman
sekarang ini. Gerakan dakwah mengalami pasang surut, di Indonesia
mulai popular khususnya setelah KH. Ahmad Dahlan mendirikan
lembaga Muhammadiyah yang kemudian munculah gerakan dakwah
modern. Dakwah Islamiyah bagi seorang muslim adalah suatu kewajiban
dalam menegakkan agama Allah SWT. Gerakan Islam agar tetap berada
3
Muzier Suprapta dan Harjan Hefni (ed.), Metode Dakwah, (Jakarta: Prenada Media,
2003), hlm. 5.
4
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Edisi Revisi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008), hlm. 97.
5
Darmawan Triwibowo, Gerakan Sosial Wahana Civil Society bagi Demokrasi, (Jakarta:
LP3ES, 2006) hlm. xv.
6
Sunyoto Usman, Agama dan Gerakan Sosial di Indonesia Pasca Orde Baru, (Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada, 2007), hlm. 3.

Membangun Profesionalisme Keilmuan 147


pada garis perjuangannya, diperlukan penegasan terhadap komitmen
tauhid kemanusiaan. Tauhid merupakan pondasi utama Islam, karena
tauhid yang akan mempersatukan sesama manusia dan mengikat manusia
dengan Allah, dengan pengokohan tauhid sebagai dasar gerakan maka
gerakan Islam akan mampu mencerahkan umat karena langkahnya
disinari oleh cahaya dan bimbingan Allah, memberdayakan umat karena
setiap langkahnya tidak sia-sia, arah dan tujuannya jelas sehingga mereka
memiliki semangat berjuang.7
Dakwah sebagai gagasan maupun sebagai kegiatan sangat terkait
dengan ajaran amar ma’ruf nahi mungkar. Pada hakikatnya dakwah Islam
merupakan aktualisasi imani yang dimanifestasikan dalam suatu wujud
kegiatan manusia yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi
cara berfikir dan sikap serta tindakan manusia lain pada dataran realitas
masing-masing dan sosio-kultural dalam rangka mengusahakan terwujud-
nya implementasi ajaran Islam dari semua segi kehidupan dengan
mengunakan cara atau metode dan teknik tertentu.8 Gerakan sosial mem-
punyai tujuan untuk merubah keadaan sosial yang lebih baik. Dalam
hal ini gerakan dakwah juga mempunyai tujuan mengajak manusia
kepada kebaikan dan meningalkan kejahatan, sehingga keduanya
mempunyai tujuan yang hampir sama. Seperti halnya aktivitas dakwah
dengan strategi gerakan dakwah yang dilakukan oleh Yusuf Mansur dalam
berdakwah. Melalui lembaga yang dipimpin Yusuf Mansur seperti pondok
pesantren Darul Qur’an dan pengajian Wisata Hati, yang sudah
berkembang diberbagai kota diantaranya di Semarang. Melalui strategi
dakwah yang terkenal dengan gerakan sedekah, sholat malam dan sholat
dhuha yang sering disampaikan. Penulis dalam penelitian ini akan lebih
fokus membahas tentang salah satu strategi dakwah Yusuf Mansur yang
menekankan pada sedekah yang sering disampaikannya.
Perbuatan atau tingkah laku manusia yang baik itu akan dinilai
sedekah oleh Allah SWT, Bahkan dalam hadis disebutkan bahwa men-
damaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, membantu
seseorang dalam masalah kendaraannya lalu menaikkannya ke atas

7
Abdul Mu’ti, Deformalisasi Islam, (Jakarta: Grafindo Khasanah Ilmu, 2004), hlm. 33.
8
Ahmad Rofiq, Fiqih Kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 8.

148 Edisi Juli - Desember 2016


kendaraannya atau mengangkat barang bawaannya ke atas kendaraannya
adalah sedekah. Beliau juga bersabda bahwa “(mengucapkan) kalimat yang
baik adalah sedekah, setiap langkah yang dia berjalan menuju masjid untuk
shalat adalah sedekah, dan menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah”
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).9 Hadist diatas menyerukan bersedekah
dengan berbagai cara, kebesaran Allah SWT dalam menciptakan
makhluk terbaik yaitu sebagai manusia harus bersyukur. Salah satu wujud
syukur yang tepat dan nyata adalah dengan bersedekah kepada orang
lain. Bersedekah akan menyadarkan manusia, bahwa harta yang ada pada
diri manusia sesungguhnya tidak seluruhnya haknya, namun hak orang
lain. Harta yang menjadi hak orang lain itu perlu di sampaikan kepada
yang berhak dengan cara bersedekah. Allah SWT berfirman:
“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan
orang yang disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang
diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang
melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan
memberikan kelapangan sesudah kesempitan” (QS. Ath-Thalaq:7).
Berdasarkan ayat diatas, seseorang yang mencintai sesamanya sama
mencintai dirinya sendiri, mereka tidak dihinggapi rasa sombong dan
takabur gara-gara menumpuknya harta, bahkan sebaliknya harta menjadi
anugerah terbesar mereka untuk semakin meningkatkan amal kebaikan.
Beramal baik kepada sesama itu dijanjikan keuntungan yang besar
berupa ganjaran yang tidak akan pernah putus berupa kebahagiaan lahir
dan batin, karena harta yang disedekahkan akan diganti oleh Allah SWT.
Firman Allah SWT:
“Katakanlah sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-
Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-
Nya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya
dan Dia-lah pemberi rizki yang sebaik-baiknya” (QS. Saba’:39).
Berdasarkan ayat diatas inilah pesan penting yang hendaknya tidak
dilupakan oleh umat Islam untuk bersedekah dengan tulus dan ikhlas,
dengan niat beribadah dan berbagi dengan sesama yang membutuhkan,

9
Muhammad Thobrani, Mukjizat Sedekah, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2009),
hlm. 25.

Membangun Profesionalisme Keilmuan 149


sesungguhnya harta yang disedekahkan itu tidak hilang, tetapi menjadi
pinjaman Allah SWT dan akan diganti-Nya dengan lipat ganda.10 Oleh
karena itu mebarik untuk ditelisik lebih jauh dan mendalam bagaimana-
kah strategi dakwah melaui gerakan bersedekah khususnya tinjauan pada
implementasi program Program Pembibitan Penghafal Al-Qur’an (PPPA)
Darul Qur’an.

KAJIAN TEORI

1. Sedekah Sebagai Gerakan Sosial


Sedekah berasal dari bahasa Arab yaitu shadaqah ( ) yang berarti
suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain
secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu dan
jumlah tertentu.11 Sedekah juga berarti suatu pemberian yang diberikan
oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridha Allah SWT dan
pahala semata. Shadaqoh berasal dari kata shadaqa ( ) yang berarti
benar. Makna sedekah secara bahasa adalah membenarkan sesuatu. 12
Lebih lanjut Sanusi mengatakan bahwa sedekah menurut istilah sama
dengan infak yaitu mengeluarkan sebagian harta, pendapatan atau
penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan oleh agama.
Sedekah juga diartikan memberikan sesuatu yang berguna bagi orang
lain yang memerlukan bantuan (fakir-miskin) dengan tujuan untuk
mendapat pahala.13 Penggunaan kata sedekah memiliki arti sangat luas
seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an, menjadikan perbedaan dalam
pemberian hukum terhadap sedekah. Sedekah ada yang wajib yaitu yang
disebut zakat. Ada yang musthajab (dianjurkan) seperti memberi buka
puasa pada orang yang berpuasa Ramadhan dan memberi santunan
kepada para fuqara dan masakin dari harta selain zakat atau dikenal juga
dengan istilah shadaqah at-tathawwu’.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, gerakan sosial adalah
tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok
10
Muhammad Thobrani, Mukjizat Sedekah…, hlm.25-31.
11
Syaikh Mushthafa Masykur, Fiqh Dakwah, Jilid 2, (Jakarta: Al-I’tishom Cahaya
Umat, 2008), hlm. 15.
12
M. Sanusi, The Power of Sedekah, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2009), hlm. 9.
13
Shodiq, Kamus Istilah Agama Islam, (Jakarta: Seintrama, 1988), hlm. 289.

150 Edisi Juli - Desember 2016


masyarakat yang disrtai program terencana dan ditujukan pada suatu
perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-
pola dan lembaga masyarakat yang ada.14 Gerakan sosial adalah salah
satu bentuk utama dari perilaku kolektif. Menurut Turner dan Killan,
secara formal gerakan sosial didefinisikan sebagai suatu kolektivitas yang
melakukan kegiatan dengan kadar kesinambungan tertentu untuk
menunjang atau menolak perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau
kelompok yang mencakup kolektivitas itu sendiri. 15 Gerakan sosial
diartikan sebagai sebentuk aksi kolektif dengan orientasi konfliktual
yang jelas terhadap lawan sosial dan politik tertentu, dilakukan dalam
konteks jejaring lintas kelembagaan yang erat oleh aktor-aktor yang diikat
rasa solidaritas dan identitas kolektif yang kuat. Meskipun fungsionalis-
me sebagai aliran pemikiran mengklaim sebagai teori perubahan, tetapi
kalau dilihat asumsi dasarnya maka fungsionalisme sebenarnya merupa-
kan bersandar pada gagasan status quo.16
Gerakan sosial secara teoritis merupakan sebuah gerakan yang lahir
dari dan atas prakarsa masyarakat dalam usaha menuntut perubahan
dalam institusi, kebijakan atau struktur pemerintah. Ini berarti tidak
selalu gerakan sosial itu muncul dari masyarakat tapi bisa juga hasil
rekayasa para pejabat pemerintah atau penguasa.17 Menurut Syarbaini,18
ada empat unsur utama yang perlu ditekankan dalam sebuah gerakan
sosial, yaitu jaringan yang kuat tetapi interakisnya bersifat informal atau
tidak terstruktur, ada sharing keyakinan dan solidaritas di antara mereka,
ada aksi bersama dengan membawa isu yang bersifat konfliktual, dan
aksi tuntutan itu bersifat kontinyu tetapi tidak terinstitusi dan mengikuti
prosedur rutin seperti dikenal dalam organisasi atau agama.

14
Suharso, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Semarang: Widya Karya, 2009), hlm. 340.
15
Ram Aminuddin dan Tita Sobari, Sosiologi, Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1992),
hlm. 195.
16
Mansour Fakih, Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial Pergolakan Ideologi di
Dunia LSM Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 42.
17
Juwono Sudarsono, Pembangunan Politik dan Perubahan Politik, (Jakarta: Gramedia,
1976), hlm 24-25.
18
Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta, Dasar-Dasar Sosiologi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009), hlm. 156.

Membangun Profesionalisme Keilmuan 151


Suatu gerakan sosial dapat dikatakan terbuka apabila apabila ada
pernyataan yang secara eksplisit mengajak kearah perubahan. Dalam
melihat perkembangan gerakan sosial, salah satu aspek penting yang
layak diperhatikan adalah mekanisme iternalnya yang memungkinkan
gerakan tumbuh dan lebih terorganisasi. Pada awal perkembangannya
peran pemimpin dalam menciptakan mekanisme itu sangat penting. 19
Sejalan dengan pandangan Islam di atas, sedekah wajib atau zakat
merupakan salah satu syarat mutlak di dalam membina masyarakat
muslim. Memberikan zakat merupakan salah satu alasan diberikannya
wewenang kepada orag-orang yang berbuat untuk memakmurkan bumi.
Sedekah wajib atau zakat, sebagai suatu lembaga, benar-benar lekat
kebijakan keuangan. Bahkan zakat memainkan peranan lebih penting
dalam menghapus kesenjangan sosial. Penerapannya tak hanya dilakukan
satu dua hari saja, melainkan melalui rentang waktu satu tahun. 20
Sedekah wajib atau zakat menempati posisi ketiga dalam rukun Islam.
Yang pertama dan kedua adalah syahadat dan sahalat. Al-Qur’an
menjadikan hal ini sangat penting, walaupun dalam bayangan mayarakat
pada umumnya puasa menempati kedudukan setelah shalat. Di atas dua
rukun inilah, shalat dan zakat, berdiri bangunan Islam. Jika keduanya
hancur, Islam sulit untuk bisa bertahan. Demikan pentingnya zakat dalam
Islam, sehingga kaum muslim menerimanya sebagai suatu kewajiban dan
satu jalan.21 Dari sudut pandang yang logis, pembayaran zakat akan
menghasilkan dua kebaikan utama, yaitu menjauhkan seseorang dari dosa
dan menyelamatkan si pemberi dari akhlak tercela yang ditimbulkan cinta
dan rakus pada harta. Maka melalui sedekah wajib atau zakat, kelompok
yang lebih miskin ditingkatkan kesejahteraannya. Perlu dilakukan innovasi
dam pembaharuan pemahaman dalam bentuk penalaran utamanaya tentang
harta benda atau profesi yang hasilnya dikenakan beban zakat, dan
pendistribusiannya sebagian diberikan dalam bentuk dana untuk kegiatan
produktif. Dengan demikian mustahiq dapat memutar dana tersebut,

19
Syamsul Arifin, Ideologi dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis, (Malang:
UMM Press, 2005), hlm. 89.
20
Yasin al-Syaikh Ibrahim, Kitab Zakat: Tata Cara dan Sejarah, (Bandung: Penerbit
Maja, 2008), hlm. 26.
21
Yasin al-Syaikh Ibrahim, Kitab Zakat…, hlm. 26.

152 Edisi Juli - Desember 2016


sehingga dapat menjamin kebutuhan sehari-hari da mengembangkannya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dalam jangka panjang.22
Sedekah akan membangun mentalitas kepedulian sosial yang tinggi,
utamanya bagi mereka yang mampu. Selain agar kekayaan tidak hanya
beredar di kalangan orang-orang kaya saja, juga kokohnya sebagai ikatan
persaudaraan antar mereka yang mampu dan yang tidak mampu, men-
jadikan tali silaturrahim itu diikat denga semangat keagamaan yang
dikemas dalam bahasa ekonomi. Karena bagaimanapun juga, kepedulian
sosial dalam perspektif ini memiliki nilai ibadah yang sangat tinggi.
Shalat ritual yang dijalankan tanpa mengimbas kepada perilaku sosial
secara riil, maka shalat kehilangan jati dirinya. Simbol salam ikrar untuk
menebar kesejahteraan ke siapa saja yang membutuhkan di sebelah kanan
dan sebelah kiri, adalah perintah yang wajib dipenuhi dengan tindakan
kongkrit.23 Sedekah yang dikembangkan melalui strategi dan metode
tertentu akan lebih efektif digunakan dalam memasyarakatkan sedekah.
Sehingga gerakan sedekah yang dilakukan untuk mengembangkan
dakwah menjadi lebih mudah. Berdasarkan teori-teori gerakan sosial
dan gerakan dakwah, sedekah yang dilakukan dalam rangka untuk
merubah keadaan sosial yang lebih baik, menjadikan sedekah sebagai
gerakan dakwah mempunyai tujuan yang sama dengan gerakan sosial.

2. Sedekah Sebagai Gerakan Dakwah


Sedekah yang dikembangkan melalui strategi dan metode tertentu
akan lebih efektif digunakan dalam memasyarakatkan sedekah. Sehingga
gerakan sedekah yang dilakukan untuk mengembangkan dakwah men-
jadi lebih mudah. Berdasarkan teori-teori gerakan sosial dan gerakan
dakwah, sedekah yang dilakukan dalam rangka untuk merubah keadaan
sosial yang lebih baik, menjadikan sedekah sebagai gerakan dakwah
mempunyai tujuan yang sama dengan gerakan sosial. Dalam meng-
gerakkan suatu kelompok untuk bersedekah, seorang pendakwah juga
membutuhkan sebuah organisasi dan strategi yang harus dimiliki untuk
menggerakkan suatu kelompok itu.
22
Ahmad Rofiq, Fiqih Kontekstual…, hlm. 260.
23
Ahmad Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta: Prima Duta,
1985), hlm. 242.

Membangun Profesionalisme Keilmuan 153


Menurut Ahmad Amrullah pada hakekatnya sedekah dan gerakan
dakwah Islam adalah suatu upaya untuk merubah suatu keadaan menjadi
keadaan lain yang lebih baik menurut ajaran Islam. Ini berarti upaya
menumbuhkan kesadaran dari dalam pada diri sesorang (obyek dakwah).
Suatu kesadaran yang memungkinkan obyek dakwah mempunyai persepsi
cukup memadai tentang Islam sebagai sumber nilai dalam hidupnya dan
yang dapat juga menumbuhkan kekuatan dan kemauan dalam dirinya
untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Islam tersebut dalam kehidupan
sehari-hari.24 Lebih lanjut dia mengatakan bahwa proses aktualisasi nilai
perintah dakwah pada semua dataran kenyataan manusia memerlukan
suatu upaya yang terorganisir dalam rangka merealisir fungsi ajaran Islam.
Fungsi ajaran Islam itu adalah upaya membebaskan umat dari sistem
kehidupan yang dhalim menuju suatu sitem kehidupan yang adil yang
diridhai Allah SWT. Proses ini terdiri dari pengubahan sistem merasa,
berfikir, bersikap dan bertindak individu dan masyarakat menuju
pembangunan dan penciptaan realitas sistem baru yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, kebenaran, perdamaian, dan keindahan.
Sedekah sebagai salah satu bentuk gerakan dakwah yang digunakan
untuk mewujudkan perubahan masyarakat agar peduli dan lebih baik
dalam hubungan antar sesama. Seperti halnya organisasi yang yang
dipimpin Yusuf Mansur, yaitu Darul Qur’an dan Wisata Hati sebagai
sarana untuk membuat kelompok yang gemar bersedekah dan
menfasilitasi masyarakat untuk bersedekah. Hubungan sedekah dan
gerakan dakwah menurut Yusuf Mansur adalah menempatkan sedekah
sebagai salah satu strategi untuk menyampaikan dakwah amar ma’ruf
nahi munkar.25 Bersedekah akan menyadarkan manusia, bahwa harta yang
ada pada diri manusia sesungguhnya tidak seluruhnya haknya, namun
hak orang lain.

24
Ahmad Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan…, hlm. 242.
25
Yusuf Mansur, An Introduction to the Miracle of Giving, (Jakarta: Zikrul Hakim,
2009), hlm. 83-85.

154 Edisi Juli - Desember 2016


PEMBAHASAN

1. Program Pengelolaan Sedekah


PPPA Darul Qur’an menggulirkan program-program yang inovatif
sebagai media dalam memasyarakatkan shodaqoh agar manfaat
shodaqoh semakin menyetuh dan dapat dirasakan untuk masyarakat
luas. Sebuah program yang digulirkan untuk menyediakan fasilitas umum
seperti pendidikan, kesehatan, ibadah dan lain-lain yang bermanfaat
untuk masyarakat melalui dana wakaf tunai. Melalui program ini PPPA
Darul Qur’an telah mendirikan Pondok Pesantren Darul Qur’an di Bulak
santri, Ketapang, Tangerang dan di Bogor. Sampai saat ini, PPPA Darul
Qur’an membagi programnya menjadi 3 fokus yaitu pendidikan,
pemberdayaan, dan sosial. Program ini merupakan program bantuan
kemanusiaan, seperti bantuan bencana alam maupun bantuan bagi
mustahiq yang sakit. Selain itu, PPPA juga menggulirkan program yang
bersifat berjangka waktu, antara lain:
a. Simpatik Guru. Program ini digulirkan sebagai wujud keprihatihan
terhadap nasib guru yang mengabdikan ilmunya di madrasah, TK
atau TPA, majlis iqra dan masjid. Simpatik Guru akan memberikan
subsidi kepada 1000 guru perbulan. Mereka hanya membiasakan
dan mengajarkan anak didik mereka untuk sholat dhuha, tahajud
dan sholat sunnah lainnya selain ibadah fardhu.
b. Beasiswa Santri Qur’an. Sebuah program kepedulian yang digulirkan
untuk santri-santri yang kurang mampu yang bercita-cita ingin
menjadi penghafal Al-Qur’an. Pada tahun ini diharapkan PPPA
dapat memberikan beasiswa kepada 1000 santri di berbagai pondok
dan lembaga pendidikan lainnya.
c. Santri Gemar Membaca (SGM). Program ini digulirkan untuk
mewujudkan mimpi sekolah, madrasah dan pondok pesantren yang
belum memiliki perpustakaan. Perpustakaan adalah media yang
tepat untuk menumbuhkan budaya membaca dan menulis. Pro-
gram ini memberikan bantuan aneka ragam bacaan dan penyediaan
perpustakaan serta memberikan pelatihan menulis dan jurnalistik
kepada sekolah, madrasah dan pondok pesantren.

Membangun Profesionalisme Keilmuan 155


d. PPPA Training Center. Sebagai pusat pelatihan dan konsultasi PPPA
menggulirkan program: (1) Majelis Konseling. Program ini digulir-
kan sebagai sarana masyarakat untuk berkosultasi mengenai masalah
jodoh, hutang, anak dan lain-lain. (2) Pusat Kajian Qur’an Terpadu
(PUQAT). Sebagai lembaga yang mempunyai tujuan mencetak
penghafal Al-Qur’an, PPPA membuat kajian-kajian terpadu
mengenai metode terkini dalam hal menghafal Al-Qur’an. (3) Q-
Learn. Menyediakan tenaga pengajar atau guru ngaji privat, dengan
membuat link pengajar yang berdekatan dengan calon murid,
setelah para guru ngaji mengikuti metode pelatihan dari PPPA Darul
Qur’an. (d) Gerakan Wakaf Tunai. Program ini digulirkan oleh PPPA
Yayasan Darul Qur’an Nusantara untuk memfasilitasi dan mengajak
partisipasi masyarakat untuk berwakaf senilai Rp 5 juta atau Rp
10 juta dalam “Pembangunan Kawasan Terpadu Pondok Pesantren
Darul Qur’an.
e. Seminar Kun Fayakuun. Program dalam bentuk seminar ini bertujuan
untuk mengupas bagaimana seseorang dapat menghadirkan kun
fayakuun Allah dengan cara diatur dengan baik. Sebuah manajemen
yang mengkombinasikan kajian spiritual yang dimantapkan dengan
kajian tafsir tentang ayat innamaa amruhuu dengan kajian merengkuh
kesuksesan dunia dan akhirat.

2. Perwujudan Dana Sedekah


Adapun sebagai sebuah perwujudan dari hasil dana shodaqoh yang
sudah terkumpul, maka PPPA Darul Qur’an memanfaatkan dana
shodaqoh itu dalam bentuk Pembangunan Kawasan Terpadu Pondok
Pesantren Darul Qur’an. Diantaranya adalah:
a. Sekolah Darul Qur’an Internasinal. Sekolah Darul Qur’an
Internasional awalnya hanya dikhususkan untuk anak-anak santri
atau anak-anak didik yang diberikan full beasiswa oleh PPPA (Pro-
gram Pembibitan Penghafal al Qur’an). Sekolah Darul Qur’an
Internasional, menyelenggarakan jenjang pendidikan mulai dari
Toddler, Playgroup, TK, SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi, dan
Pesantren.

156 Edisi Juli - Desember 2016


b. Darul Qur’an Kids (Daqu Kids). Daqu Kids adalah sekolah tingkat
taman kanak-kanak dan Playgroup berstandar internasional.
Sekolah tersebut didesain dengan arsitektur minimalis yang tampak
megah dan nyaman dihiasi dengan bambu yang rindang dan rumput
yang hijau. Bangunan Daqu Kids dilengkapi dengan fasilitasi
berbagai arena permainan bertaraf international seperti kolam
renang, kolam ikan, papan titian, jembatan gantung, wall climbing
dan flying fox. Dalam melakukan proses belajar dan mengajar, PPPA
Darul Qur’an membantu operasional pendidikan dan memberikan
bea studi untuk siswa atau siswi yang kurang mampu untuk
mengenyam pendidikan di Daqu Kids.
c. Darul Qur’an School (Daqu School). Daqu School adalah sekolah
tingkat SD bernuasa natural dan bersahaja ini dibangun untuk
anakanak yang memerlukan pendidikan terbaik. Didesain dengan
kesan sederhana dan bersahabat. Bangunan ini terdiri dari 4 ruang
kelas, 1 ruang kantor dan sebuah musholla. Daqu Shcool juga
mendapatkan bantuan operasional pendidikan dan PPPA juga
memberikan bea studi untuk siswa atau siswi yang kurang mampu
setelah mereka lulus seleksi.
d. SMP Islam Darul Qur’an (SMPI Daqu). SMPI Daqu adalah sekolah
tingkat menengah pertama yang dibangun 2 lantai dengan jumlah
10 ruang kelas. Sekolah ini diperuntukkan bagi para santri PPPA
Darul Qur’an untuk mencetak dan membibit penghafal Al-Qur’an
yang merupakan salah satu program yang dikedepankan oleh
Yayasan Darul Qur’an Nusantara. Para santri berasal dari berbagai
daerah di Indonesia seperti: Papua, Jatim, Jateng, Jakarta, Lampung,
Jabar, Tangerang dan daerah lainnya. Para santri merupakan anak-
anak yang kurang mampu namun mempunyai semangat belajar yang
kuat dan memiliki potensi akademik yang baik.
e. STMIK Antar Bangsa. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan
Komputer (STMIK) Antar Bangsa merupakan lembaga pendidikan
tinggi yang ikut serta dalam menghasilkan lulusan yang memiliki
spiritualitas (keseimbangan antara intelektual, integritas moral dan
iman) dan membangun generasi qur’ani yang menguasai teknologi
serta mampu menjawab tantangan zaman dan bersaing dalam era

Membangun Profesionalisme Keilmuan 157


globalisasi. Sekolah ini bertujuan membangun generari qur’ani yang
mengusai teknologi dengan mengedepankan pengusaan teknoogi
informatika yang berlandaskan spiritual dan menyatukan akhlaqul
karimah. diharapkan mahasiswa yang telah menyelesaikan studi di
STIMIK Antar Bangsa, mampu berinteraksi dengan dunia usaha,
mengusai ilmu terapan khususnya teknologi dan berakhlalqul
karimah serta melibatkan Allah dalam setiap urusannya. Untuk
mahasiswa yang berprestasi dan penghafal Al-Qur’an, PPPA Darul
Qur’an telah menyiapkan beasiswa.
f. Pondok Pesantren Darul Qur’an. Pondok Pesantren Darul Qur’an
adalah sebuah lembaga pendidikan modern yang bertujuan meng-
hasilkan para penghafal Al-Qur’an. Memiliki jenjang pendidikan
mulai dari sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah atas.
Pondok ini diperuntukan bagi para santri yang kurang mampu
dengan bantuan beasiswa dan juga bagi para santri non-beasiswa.
g. Perpustakaan Sekolah Gratis. Perpustakaan sekolah gratis
merupakan bangunan bantuan dari PPPA Darul Qur’an. Per-
pustakaan tersebut diperuntukan bagi sekolah atau pondok yang
belum memiliki fasilitas perpustakaan. Bantuan yang diberikan
berupa bangunan dilengkapi dengan buku-buku pelajaran dan
bacaan serta komputer yang dilengkapi dengan program bahasa
Arab, Qur’an, hadits, tafsir dan fikih empat mazhab. Bantuan
pembangunan perpustakaan sekolah gratis tersebut telah dilakukan
di beberapa sekolah, diantaranya di Ponpes Al-Sabily kampung
Secang desa Sukatani kecamatan Cisoka Kabupaten Tangerang
Banten. Yang diberikan bantuan senilai Rp. 12 juta untuk pe-
nyelesaian bangunan, koleksi buku dan satu set komputer berserta
program bahasa Arab, Qur’an, Hadits, Tafsir dan Fikih Empat
Mazhab. Bantuan perpustakaan juga diberikan kepada MTs As-
Syafi iyah 06 Pondokmiri, Rawakalong Gunung Sindur Bogor.
Sedemikian penting dan utamanya bersedekah, sehinga seseorang
dianjurkan menunaikannya sebagai inisiatif, bukan atas permintaan.
Sangat utama ditunaikan didepan, bukan setelah ada sisa dari suatu harta.
Sedekah juga jangan diberikan setelah melaksanakan suatu perbuatan,
karena hal itu bukan sedekah, malainkan syukuran. Keutamaan sedekah

158 Edisi Juli - Desember 2016


menurut Rasulullah SAW, ada empat keutamaan, yaitu: pertama, sedekah
justru mengundang rezeki. Semakin banyak bersedekah semakin banyak
rezeki melimpah. Sabda Rasulullah SAW bahwa Tidak akan berkurang
rezeki orang yang bersedekah, kecuali bertambah. Kedua, sedekah bisa
menyembuhkan penyakit. Karena sedekah dapat membersihkan hati dan
pikiran, dampaknya secara psikologis dapat pula membantu penyembuh-
an, berkat ridha Allah SWT. Selain itu, Allah SWT menjanjikan melipat-
gandakan ganjaran sedekah hingga 700 kali lipat. Ketiga, sedekah dapat
menolak bala’, menahan musibah, menghilangkan kesulitan, dan ke-
empat, bersedekah dapat memanjangkan umur. Dengan bersedekah itu
akan memberikan hidup penuh kebajikan, selalu tumbuh kepuasan batin
dan merasa lebih berbahagia, karena dapat membantu orang lain, dan
semakin dicintai para sahabat.

KESIMPULAN
Dari beberapa uraian sebelumnya dapat dikemukakan hal-hal
berikut ini: pertama, sedekah sebagai gerakan sosial karena memainkan
peranan lebih penting dalam menghapus kesenjangan sosial. Kedua,
sedekah yang dikembangkan melalui strategi dan metode tertentu akan
lebih efektif digunakan dalam memasyarakatkan sedekah. Sehingga
gerakan sedekah yang dilakukan untuk mengembangkan dakwah men-
jadi lebih mudah. Ketiga, pada hakekatnya gerakan dakwah Islam yang
dimanifestasikan dalam aktivitas sedekah adalah suatu upaya untuk
merubah suatu keadaan menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut
ajaran Islam. Keempat, PPPA Darul Qur’an menggulirkan program-
program inovatif sebagai media dalam memasyarakatkan sedekah agar
manfaat sedekah semakin menyetuh dan dapat dirasakan untuk
masyarakat luas. Kelima, sebuah program yang diimplementasikan untuk
menyediakan fasilitas umum seperti; pendidikan, kesehatan, ibadah dan
lain-lain yang bermanfaat untuk masyarakat melalui dana wakaf tunai.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mu’ti, Deformalisasi Islam, Jakarta: Grafindo Khasanah Ilmu, 2004.
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008.

Membangun Profesionalisme Keilmuan 159


Ahmad Amrullah, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Prima
Duta, 1985.
Ahmad Rofiq, Fiqih Kontekstual, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Darmawan Triwibowo, Gerakan Sosial Wahana Civil Society bagi Demokrasi,
Jakarta: LP3ES, 2006.
Didin Hafifuddin, Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani Press, 1998.
Juwono Sudarsono, Pembangunan Politik dan Perubahan Politik, Jakarta:
Gramedia, 1976.
M. Arifin, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang, 1997.
M. Sanusi, The Power of Sedekah, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani,
2009.
Mansour Fakih, Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial Pergolakan
Ideologi di Dunia LSM Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Muhammad Thobrani, Mukjizat Sedekah, Yogyakarta: Pustaka Marwa,
2009.
Muzier Suprapta dan Harjan Hefni (ed.), Metode Dakwah, Jakarta: Prenada
Media, 2003.
Ram Aminuddin dan Tita Sobari, Sosiologi, Jilid 2, Jakarta: Erlangga,
1992.
Shodiq, Kamus Istilah Agama Islam, Jakarta: Seintrama, 1988.
Suharso, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Semarang: Widya Karya, 2009.
Sunyoto Usman, Agama dan Gerakan Sosial di Indonesia Pasca Orde Baru,
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2007.
Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta, Dasar-dasar Sosiologi, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009.
Syaikh Mushthafa Masykur, Fiqh Dakwah, Jilid 2, Jakarta: Al-I’tishom
Cahaya Umat, 2008.
Syamsul Arifin, Ideologi Dan Praksis Gerakan Sosial Kaum Fundamentalis,
Malang: UMM Press, 2005.
Yasin al-Syaikh Ibrahim, Kitab Zakat: Tata Cara dan Sejarah, Bandung:
Penerbit Maja, 2008.
Yusuf Mansur, An Introduction to the Miracle of Giving, Jakarta: Zikrul
Hakim, 2009.

160 Edisi Juli - Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai