Anda di halaman 1dari 16

“ACTUATING dalam Lembaga Da’wah”

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Manajemen Dakwah
Dosen Pengampu : Saerozi, S.Ag., M.Pd

Disusun oleh Kelompok 3:

Fitroh Nurikhsan (1701016070)


Deryl Ardica (1701016126)
Syarah Chelmidar (1701016131)
Asa Ayyandiani (1701016139)
Khoirul Sofiana (1701016149)
Azmi Sabila (1701016150)

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam penyelenggaraan da’wah, mutlak diperlukan penjalinan hubungan
(koordinasi) diantara satu dengan yang lain. Dengan adanya penjalinan
hubungan yang dilakukan oleh pimpinan terhadap para pelaksana, baik
antara mereka yang berada dalam satu kesatuan, maupun dengan kesatuan
yang lainnya, dapatlah dihindarkan kesimpang siuran, kekacauan,
kekembaran, kekosongan dan sebagainya. Kebijakan Nabi Muhammad SAW
bahwa dalam setiap menghadapi masalah beliau senantiasa mengadakan
permusyawaratan dengan para sahabatnya, disamping hal tersebut
menunjukkan bahwa musyawarah adalah merupakan prinsip ajaran islam
yang penting, yang juga sebagai sarana penjalinan hubungan antara Nabi
SAW dengan para sahabatnya satu sama lain. Sehingga terpadulah potensi
mereka dalam satu kesatuan dan kekuatan yang sinkron.Pentingnya arti
pemberian motivasi, pembimbingan dan koordinasi, dalam rangka proses
penyelenggaraan da’wah. Selain itu diperlukan pula adanya saling
pengertian diantara para pelaksana. Saling pengertian ini dapat diwujudkan,
bilamana masing-masing mereka secara timbal balik senantiasa
menyampaikan informasi, ide, keinginan dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen dakwah?
2. Apa pengertian actuating dalam lembaga dakwah?
3. Bagaimana pemberian motivasi dalam lembaga dakwah?
4. Bagaimana melekukan bimbingan dalam lembaga dakwah?
5. Bagaimana menjalin hubungan dalam lembaga dakwah?
6. Bagaimana penyelengara komunikasi dalam lembaga fakwah?
7.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian manajemen dakwah
Manajemen secara etimologis, berasal dari bahasa inggris,
manajement, yang berarti ketatalaksanakan,tatapimpinan, dan, pengolahan.
Sedangkan secara terminologi terdapat banyak definisi yang dikemukakan
oleh para ahli, diantaranya adalah sebuah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan, terhadap para anggota organisasi serta
pengunaan seluruh sumber-sumber yang ada secara tepat untuk meraih
tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien1
Perkataan dakwah berasal dari bahasa arab da’a artinya memangil
atau menyeru, mengajak atau mengundang. Jika diubah menjadi da’watun
maka maknanya akan berubah menjadi seruan, panggilan atau undangan.
Jadi dakwah menurut Ali Makhfudz adalah dorongan manusia untuk
berbuat kebajikan dan mengikuti petunjuk agama, menyeru kepada
kebaikan da mencegah dari perbuatan mungkar agar enmperoleh
kebahagiaan dunia akhirat.2
Manajemen dakwah menurut A. Rosyad Shaleh adalah
mamanajemen dakwah sebagai proses perencanaan tugas,
mengelompokkan tugas menghimpun dan menempatkan tenaga-tenaga
pelaksana dalam kelompok-kelompok tugas dan kemudian menggerakkan
ke arah pencapaian tujuan dakwah. Yang pada intinya manajemen dakwah
yaitu sebuah pengatutam secara sistematis dan koordinatif dalam kegiatan
arau aktivitas dakwah yang dimulai dari sebelum pelaksanaan sampai
akhir dari kegiatan dakwah.3
B. Pengertian actuating
Actuating merupakan tindakan mengupayakan seluruh anggota
organisasi untuk mencapai tujuan perencanaan yang sudah di tetapkan.
Pengerakan adalah aktivitas pokok dalam manajemen yang mendorong

1
M Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah: (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2006) hlm, 9
2
Khatib Pahlawan Kayo, Manajemen Dakwah: (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2007) hlm 17
3
M Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah: (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2006) hlm, 35-
36

2
dan menjuruskan semua bawahan agar keinginan, bertujuan serta bergerak
untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditentukan dan merasa
berkepentingan serta pada dengan rencana usaha organisasinya.
George R. Terry, dalam buku sarwoto, memberikan pengertian ini
sebagai tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok suka
berusaha untuk mencapai sasaran agar sesuai dengan perencanaan
manajerial dan usaha organisasi.4
Adapun pengertian pengerakan adalah seluruh proses pemberian
motivasi kerja kepada para bawahan sedemikian rupa, sehingga mereka
mampu bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan
efisien dan ekonomis. Motiving secara implicit berarti, bahwa pimpinan
organisasi di tengah bawahannya dapat memberikan sebuah bimbingan,
instruksi, nasihat, dan koreksi jika diperlukan.
Agar fungsi dari pengerakan dakwah ini dapat berjalan secara optimal,
maka harus menggunakan teknik-teknik tertentu meliputi:
a. Memberikan penjelasan secara komprehensif kepada seluruh elemen
dakwah yang ada dalam organisasi dakwah.
b. Usahakan agar setiap pelaku dakwah menyadari, memahami, dan
menerima baik tujuan yang telah diterapkan.
c. Setiap pelaku dakwah mengerti struktur organisasi yang dibentuk.
d. Memperlakukan secara baik bawahan dan memberikan penghargaan
yang diiringi dengan bimbingan dan petunjuk untuk semua
anggotanya.
Adapun beberapa poin dari proses pengerakan dakwah yang menjadi
kunci dari kegiatan dakwah, yaitu:
a. Pemberian motivasi
b. Bimbingan
c. Penyelenggaraan komunikasi, dan
d. Pengembangan dan peningkatan pelaksana.
C. Pemberian motivasi

4
Ernie Tisnawati dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen: (Jakarta: Kencana, 2005) hlm,
11-12

3
Motivasi diartikan sebagai kemampuan seorang manajer atau
pemimpin dakwah dalam memberikan sebuah kegairahan, kegiatan dan
pengertian, sehingga para anggotanya mampu mendukung san bekerja
secara ikhlas untuk mencapai tujuan organisasi sesuai tugas yang
dibebankan kepadanya. dengan kata lain, motivasi adalah memberikan
semangat atau dorongan kepada para pekerja untuk mencapai tujuan
bersama dengan cara memenuhi kebutuhan dan harapan mereka serta
memberikan sebuah penghargaan (reward).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya motivasi, yaitu:
a. Adanya proses interaksi kerja sama antara pemimpin dan bawahan,
dengan kolage atau atasan dari pemimpin itu sendiri.
b. Terjadinya proses interaksi antara bawahan dan orang lain yang
diperhatikan, diarahkan, dibina, dan dikembangkan, tetapi ada juga
yang dipaksakan agar tindakan dan perilaku bawahan sesuai dengan
keinginan yang diharapkan oleh pemimpin.
c. Adanya perilaku yang dilakukan oleh para anggota berjalan sesuai
dengan sistem nilai atau aturan ketentukan yang berlaku dalam
organisasi yang bersangkutan.
d. Adanya perbedaan prilaku yang ditampilkan oleh para anggota dengan
latar belakang dan dorongan yang berbeda-beda.
Dalam manajemen dakwah pemberian motivasi dapat berupa:
1. Mengikutsertakan dalam pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan atau (dicision making) merupakan sebuah
tindakan yang penting dan mendasar dalam sebuah organisasi. Al
qur’an menjelaskan dalam QS al – baqoroh ayat 30
ُ‫ض َخ ِليفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْ عَ ُل فِي َها َم ْن يُ ْف ِسد ُ فِي َها َويَ ْس ِفك‬ ِ ‫َوإِذْ قَا َل َربُّكَ ِل ْل َم ََلئِ َك ِة إِنِي َجا ِع ٌل فِي ْاْل َ ْر‬
َ‫ِس لَكَ ۖ قَا َل ِإنِي أ َ ْعلَ ُم َما ََل ت َ ْعلَ ُمون‬
ُ ‫س ِب ُح ِب َح ْمدِكَ َونُقَد‬
َ ُ‫الد َما َء َونَحْ نُ ن‬
ِ
Artinya : ngatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan

4
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Dalam istilah manajemen, pengambilan keputusan didefinisikan
sebagai proses identifikasi dan pemilihan alternative-alternatif
tindakan yang sesuai dengan tuntutan dalam sebuah organisasi
dakwah di perlukan sebuah kerjasama tim yang benar-benar kuat dan
mengakar. Oleh karenanya, pelibatan peran serta aktif dan partisipatif
dari semua pihak dalam pengambilan keputusan dan kebijakan-
kebijakan merupakan dorongan penting yang dapat menambah rasa
kepercayaan serta semangat kerja yang tinggi.
Organisasi dakwah akan menghadapi permasalahan yang semakin
kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, para
pemimpin dakwah tidak harus menggantungkan sepenuhnya terhadap
apa yang dikerjakan oleh anggotanya, dan kondisi ini memungkinkan
semua elemen yang ada pada organisasi dapat memberikan kontribusi
pemikirannya. Jadi hubungan antara Da’i dalam melakukan tugas-
tugasnya dengan satuan kerjanya diharapkan mampu terjalin secara
mutualis didalam suatu organisasi.
Dalam suatu organisasi dakwah ini hubungan mutualis ini sangat
penting di terapkan guna mendongkrak disiplin kerja, mempererat
hubungan kerja, dan memecahkan isu-isu yang mampu mengganggu
kinerja organisasi dakwah tersebut.
Adapun karakteristik dari budaya organisasi ini adalah:
1. Inovasi serta pengambilan resiko, para pekerja didorong untuk
selalu mampu memberikan kontribusinya terhadap inovasi-inovasi
baru dan siap mengambil resiko yang harus terjadi.
2. Perhatian ke rincian, melihat sejauh mana para anggota mampu
melihat terhadap persepsi, kecermatan, analisis, dan perhatian.
3. Orientasi orang, sejauh mana keputusan manajemen melihat dan
memperhitungkan hasil terhadap orang-orang yang ada pada
organisasi tersebut.

5
4. Orientasi tim, kerjasama antar anggota harus mampu
memperlihatkan kekuatan yang solid dan kolektif guna menjunjung
tinggi semangat kerja organisasi.
5. Keagresifan, sejauh mana melihat para anggota agresif, kompetitif,
tidak acuh didalam organisasi dan satuan kerja.
6. Kemantapan, sejauh mana kegiatan organisasi mampu
mempertahankan stabilitas kerja sebagai tolak ukur pertumbuhan
kinerja didalamnya.
7. Seperti yang tergambar dalam surat Asy-Syura 38:

Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan


Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka
(diputuskan) dengan musyawarah anatar mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian rejeki yang kami berikan.

Sebagaimana juga tersirat dalam surat Al Imran 159:

Artinya: “ Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku


lemah lembut pada mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
behati kassar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu,
karena itu maafkanlah mereka, dan bermusyawarahlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”.

6
Dalam kaitan keputusan ini, kerangka lain membuktikan bahwa
manusia dalam ajaran islam adalah makhluk yang istimewa dengan
segala hak-hak yang dimilikinya.

1. Memberikan Informasi Secara Komprehensif


Dengan system informasi yang akurat dan tepat waktu, maka
fungsi manajerial dakwah akan mampu memberikan arti yang
sangat permanen mengenai data atau analisis yang ada dalam
organisasi tersebut. Dengan system informasi ini maka pemimpin
dakwah akan mampu memonitor semua kegiatan dakwah, mulai
arah dan tujuan sasarannya. Dalam penggunaan arus informasi,
para manajer dakwah harus selalu memperhatikan mutu hubungan
manusia didalam organisasi yang meliputi: keputusan kritis,
perwakilan, komunikasi antar elemen, menyelesaikan perselisihan,
dan feedback atau umpan balik yang didapat.
Adapun empat faktor yang dapat dijadikan sebuah evaluasi dalam
organisasi, yaitu:
a. Mutu informasi, semakin akurat informasi yang dimiliki, maka
semakin mutu pemimpin dakwah akan lebih dipercaya.
b. Ketetapan waktu informasi, ketetapan waktu ini untuk
menghindari tindakan yang salah dalam pelaksanaan kegiatan
dakwah.
c. Mutu informasi, semakin banyaknya informasi yang masuk
maka disinilah diperlukannya peran keterampilan semua
elemen untuk mengakses dan mengakomodir informasi, guna
membantu menyaring informasi dengan tepat dan akurat.
d. Relevansi informasi, masih mengenai mutu informasi, dimana
korelasinya terdapat pada pemimpin dakwah. Mereka harus
mampu mempertanggungjawabkan informasi yang relevan
sesuai dengan tugas-tugasnya.
D. MELAKUKAN BIMBINGAN
Bimbingan disini dapat diartikan sebagai tindkan pemimpin
dakwah yang dapat menjamin terlaksananya tugas – tugas dakwah sesuai

7
dengan rencan ketentuan – ketentuan yang telah digariskan. Dalam proses
pelaksananaan aktivitas dakwah itu masih banyak hal – hal yang harus
diberikan sebagai sebuah arahan atau bimbingan. Hal ini dimaksud untuk
membimbing para elemen dakwah yang terkait guna mencapai sasaran dan
tujuan yang telah dirumuskan untuk mengindari kemacetan atau
penyimpangan. Pekerjaan ini lebih banyak dilakukan oleh pemimpin
dakwah, karena mereka yangblebih banyak mengetahui kebijakan
organisasi, yakni akan dibawa kemana arah organisasi.
Adapun komponen bimbingan dakwah adalah nasihat untuk
membantu para da’i dalam melaksanakan perannya, serta mengatasi
permasalahan dalam menjalankan tugasnya adalah :
a. Memberikan perhatian terhadap setiap perkembangan para anggotanya.
b. Memberikan nasihat yang berkaitan dengan tugas dakwah yang
bersifat membantu.
c. Memberikan sebuah dorongan, ini bisa berbentuk mengikut sertakan di
dalam program pekatihan – pelatihan relevan.
d. Memberikan bantuan atau bimbingan kepada semua elemen dakwah
untuk serta dalam pembuatan keputusan dan strategi perencanaan.
Bimbingan yang dilakukan oleh manajer dakwah terhadap pelaksanaan
kegiatan dapat dilakukan dengan jalan memberikan perintah atau sebuah
petunjuk serta usaha – usaha lain yang bersifat mempengaruhi atau
menetapkan arah tugas dan tindakan mereka. Dalam konteks ini dituntut
kemampuan seorang peimpin dakwah dalam meberikan arahan , perintah
yang tepat sehingga tidak terjadi kesalah pahaman terhadap para
anggotanya. Suatu pengarahan atau bimbingan yang baik harus mengikuti
syarat agar berjalan secara efesien. Adapun syarat tersebut adalah :
a. Sedapat mungkin lengkap dan tegas
b. Memiliki tujuan yang masuk akal dan
c. Sedapat mungkin tulis
Perlu diperhatikan juga bahwa seorang pemimpin yang berhasil dalam
membimbing bukanlah karena kesusahannya, tetap karena kemampuannya
memberikan motivasi atau kekuatan kepada orang lain. Pada tangga ini lah

8
puncak loyalitas dari pengikut yang terbentuk. Disisi lain harus ada
hubungan timbal balik anatar si penerima (para anggota) dengan pemberi
(pemimpin)untuk melaksankan dengan kesadaran dan tanggung jawab
serta motivasi yang kuat untuk melaksanakan dengan sebailk – baiknya.
Dengan begitu akan timbul sebuah singkronisasi dan kordinasi terhadap
berbagai tugas yang diberikan, sehingga sasaran dakwah dalam sebuah
organisasi dapat terarah dan terlaksana.
E. Menjalin Hubungan
Organisasi dakwah merupakan sebuah organisasi yang berbentuk
sebuah tim atau kelompok (dua individu atau lebih yang berinteraksi dan
saling bergantungan untuk mencapai sasaran tertentu), dimana semua
kegiatannya akan bersentuhan langsung dengan para anggotanya. Defnisi
dari sebuah tim adalah sebagai dua orang atau lebih yag berinteraksi dan
saling memengaruhi arah tujuan bersama.
Untuk dapat dianggap sebuah tim maka sekumpulan orang tersebut
harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Ada berbagai kesepakatan terhadap misi tim.
b. Semua anggota harus menaati peraturan tim yang berlaku.
c. Ada pembagian tanggung jawab dan wewenang yang adil.
d. Orang beradaptasi terhadap perubahan.

Secara mendasar terdapat beberapa alasan mengapa diperlukan


sebuah hubungan antar kelompok, yaitu:

a. Keamanan
b. Status
c. Pertalian
d. Kekuasaan
e. Prestasi baik

Tim formal adalah suatu kelompok kerja yang ditandai dengan


didefinisikan oleh struktur organisasi yang dibentuk secara sengaja oleh
pimpinan dan diberi tanggung jawab untuk melakukan tugas tertentu
guna membantu organisasi mencapai tujuan. Sedangkan tim informal

9
adalah suatu kelompok yang tidak terstruktur secara formal atau
ditetapkann secara organisatoris; muncul sebagai tanggapan terhadap
kebutuhan akan kontak sosial.

Fungsi dari terbentuknya sebuah tim secara tidak langsung dalam


organisasi dakwah adalah:

1. Dapat mempertahankan dan memperkuat norma atau etika tingkah


laku yang diharapkan dan nilai-nilai yang dimiliki bersama para
anggotanya.
2. Memberikan sebuah kepuasaan, status, serta kenyamanan sosial oleh
para anggotanya.
3. Membantu kelompok organisasi dalam menjalin komunikasi.
4. Dan kelompok ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan
permasalahan organisasi.

Namun pada dasarnya tim yang bersifat formal maupun informal


dalam sebuah organisasi dimaksudkan agar terjadi sebuah kekompakan
dan keharmonisan dalam menjalankan tugas-tugas organisasi.

Ada beberapa cara untuk menciptakan sebuah lingkungan tersebut,


yaitu:

a. Meningkatkan ketertarikan pribadi.


b. Meningkatkan interaksi.
c. Menciptakan sebuah tujuan bersama dan rasa seperjuangan.

Menurut Richardo Guzzo dan Grogory Shea bahwa; efektivitas


sebuah kelompok dalam sebuah organisasi merupakan suatu fungsi dari
tiga variable, yaitu:

1. Interdependensi tugas, sejauh mana pekerjaan kelompok


menuntut para anggotanya untuk saling bertinteraksi.
2. Rasa potensi, yaitu sebuah keyakinan kolektif dari suatu
kelompok bahwa kelompok itu bisa efektif dan akan maju.

10
3. Interdependensi hasil, yaitu beberapa dari pekerjaan suatu
kelompok yang memiliki konsekuensi yang dirasakan oleh
para anggotanya.
F. Penyelenggaraan Komunikasi
Dalam proses kelancaran dakwah komunikasi, yakni suatu proses
yang digunakan oleh manusia dalam usaha untuk membagi arti lewat
transmisi pesan simbolis merupakan hal yang sangat penting. Karena tanpa
komunikasi yang efektif anatara pemimpin dengan pelaksana dakwah,
maka pola hubungan dalam sebuah organisasi dakwah akan mandek, sebab
komunikasi akan mempengaruhi seluruh sendi organisasi dakwah. Dalam
proses komunikasi ini akan terjadi sebuah proses yang melibatkan orang,
yang mencoba memahami cara manusia saling berhubungan.
Dalam aktivitas dakwah, komunikasi yang efektif dan efisien dapat
dimanfaatkan untuk mempengaruhi tindakan manusia (mad’u) ke arah
yang diharapkan. Paling tidak ada dua alasan mengapa diperlakukan
sebuah komunikasi yang efektif para pemimpin dakwah terhadap para
anggotanya, yaitu :
1. Komunikasi akan menyediakan sebuah channel umum dalam proses
manajemen, yaitu dalam merencankan, mengorganisasikan pemimpin,
serta mengendalikan. Pemimpin dakwah dapat mengembangkan sebuah
rencana dan strategi dakwah yang baik kepada anggotanya dalam sebuah
organisasi dalam mendistribusikan bahwa kewajiban tersebut
menumbuhkan sebuah motivasi yang kemudian diaktifkan lewat kegiatan
dakwah secara sistematis.
2. Keterampilan komunikasi yang efektif dapat membuat para pemimpin
dakwah menggunakan berbagai keterampilan serta bakat yang di milikinya
dalam dunia orgamisasi. Terlebih aktivitas dakwah sangat diperlukan
dalam akses komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Semakin baik
komunikasi yang dilakukan oleh seorang manajer dakwah atau seorang
da’i sendiri, maka akan semakin baik pula job performance dan hasil
pekerjaan mereka.

11
Walau demikian, ada kendala-kendala yang harus diperhatikan oleh
organisasi atau lembaga dakwah dalam pemanfaatan komunikasi. Karena
itu harus melihat bahwa apa yang terjadi pada masyarakat (mad’u)
cenderung akan lebih selektif, lebih aktif, krisis dalam menerima pesan-
pesan yang akan ditunjukan kepadanya. Karena masyarakat tidak lagi terus
menjadi sasaran objek, tetapi akan menjadi mitra, setara dengan
komunitator. Oleh karenanya, komunitator harus menyadari bahwa tidak
akan selalu menjadi pemanah melainkan akan menjadi pelayan pesan yang
ditawarkan oleh organisasi berdasarkan kebutuhan minat, selera, tingkat
intelektualitas dan pendidikan, profesi sistem nilai, agresi pengalaman
hidup, serta lingkungan.
Dalam perkembangan seperti diatas, efektivitas komunikasi antar
organisasi atau lembaga dakwah dan mad’u tidak tergantung pada
kepiawaian komunikator (da’i) melainkan juga pada semua unsur yang
terkait dalam komunikasi, yakni komunikator, isi pesan, komunikan, dan
saluran komunikasi. Dari sini diperlukan sebuah proses komunikasi yang
efektif. Perbedaan komunikasi yang efektif dan tidak efektif dalam
aktivitas dakwah dapat dilacak melalui :
1. Perbedaan persepsi, hal ini merupakan suatu hambatan komunikasi yang
umum dijumpai dalam aktivitas dakwah. Ini mungkin bisa terjadi akibat
dari sifat heterogen manusia yang berlatar belakang pengetahuan serta
pengalaman yang berbeda. Dalam konteks ini diperlukan kemampuan
para dai dalam mempelajari latar belakang para mad’u yang akan diajak
berkomunikasi. Disamping itu, harus mampu berempati melihat situasi
dari sudut pandang orang lain.
2. Reaksi emosional, ini bisa dalam bentuk marah, benci, mempertahankan
persepsi, malu, takut yang akan mempengaruhi cara dai dalam
memahami pesan yang disampaikan dalam mempengaruhi madu.
Pendekatan yang terbaik untuk berhubungan dengan emosi adalah
menerimanya sebagai dari proses komunikasi. Dalam kepemimpinan
dakwah, jika para anggota berlaku agresif atau tersinggung, maka
pemimpin dakwah harus mampu berbicara pada mereka mengenai apa

12
yang mereka pikirkan serta memberi perhatian pada apa yang mereka
katakan.
3. Kecurgiaan. Seorang penerima mempercayai atau mencurigai suatu
pesan pada umumnya merupakan fungsi kredibilitas dari pengirim dan
pemikiran dari penerima pesan. Kredibiltas pengirim dalam hal ini
adalah para pelaku dakwah sangat dipengaruhi lingkungan dalam
konteks dia mengirim pesan. Dalam dunia organisasi, kredibiltas
seorang manajer akan tinggi jika di anggep oleh orang lain
berpengetahuan dan brwawasan luas, dapat dipercaya dan tulus
menyangkut kesejahteraan orang lain.
Sebagai konsekuensi logis dari komunikasi itu sendiri, menurut R.
Kreitner menyatakan, bahwa terdapat emapat macam hambatan yang
sering terjadi dalam komunikasi, yaitu :
1. Hambatan proses, ini terjadi karena komunikasi yang berlangsung
melalui beberapa tahap yang merupakan sebuah proses yang
disebabkan faktor pemberi, hambatan ungkapan, bahasa, hambatan
sarana, hambatan memahami ungkapan, serta hambatan umpan
balik.
2. Hambatan fisik, ini bisa terjadi karena disebabkan faktor jarak,
media yang tidak memadai, dan lain sebagainya.
3. Hambatan semantik, hampir semua proses kegiatan komunikasi itu
tidak dapat menghindari dari penggunaan kata-kata. Hambatan
semantik biasanya timbul disebabkan karena salah memahami atau
mengartikan kata-kata yang dipergunakan.
4. Hambatan psikososial, hambatan inilah yang cenderung lebih banyak
terjadi dibanding dengan hambatan-hambatan lainnya. Ini
dilatarbelakangi oleh sifat heterogen dari masing-masing orang yang
disebabkan latar belakang persepsi, nilai-nilai, kecenderungan,
kebutuhan, serta harapan yang berbeda.5

5
M Munir dan Wahyu Ilahi, Manajemen Dakwah, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2006) hlm,
141-166

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam preoses dakwah, penggerakan (Actuating) dakwah itu mempunyai
arti dan peranan yang sangat penting. Sebab diantara fungsi managemen
lainnya, penggerakan merupakan fungsi yang secara langsung
berhubungan dengan manusia (pelaksana). Dengan fungsi penggerakan
inilah maka ketiga fungsi managemen dakwah yang lain baru akan efektif.
Jelaslah bahwa penggerakan itu merupakan fungsi yang sangat penting,
bahkan menentukan jalannya proses dakwah. Sehingga dapat dikatakan
bahwa penggerakan itu merupakan intinya managemen dakwah. Sebab
managemen dakwah yang berarti proses penggerakan para pelaku dakwah
untuk melakukan aktivitas dakwah.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat. Terima kasih atas antusias dari
pembaca yang telah penyempatkan membaca ini. Menyadari bahwa isi
makalah masih jauh dari kata sempurna, kedepannya akan lebih focus dan
lebih baik dalam menjelaskan diatas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

14
DAFTAR PUSTAKA
M Munir, M dan Ilahi, Wahyu. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kharisma
Putra Utama.
Kayo Pahlawan Khatib. 2007. Manajemen Dakwah. Jakarta: Sinar Grafika Offset
Tisnawati Ernie dan Saefullah Kurniawan. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta:
Kencana,

15

Anda mungkin juga menyukai