Anda di halaman 1dari 12

ANTI OPRESI DALAM

PRAKTEK PEKERJAAN SOSIAL

( Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam
yang diampu oleh Bapak Idan Ramdani, M.A.)

Disusun Oleh :
Muhammad Thohari (18102050024)
Saeful Hidayat (18102050027)
Silvie Ayu Pramestika (18102050010)
Ririn Kusyani (18102050020)
Shouma Nur Wachidati (18102050017)
Hasnaa Oktafiana Dewi (18102050068)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
2019/2020
Jl. Marsda Adisucipto, Yogyakarta, 55281
Telp. (0274) 515856, Fax. (0274) 552230, Email. fd@uin-suka.ac.id

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Shalawat
dan salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Muhammad Rasulullah SAW. Yang
pertama syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
begitu banyak nikmat dan karunia-Nya sehingga atas segala kehendak dan izin-nya, kami
diberi jalan dan kemudahan guna menyelesaikan penyusunan makalah sebagai pemenuhan
salah satu tugas Pengantar Studi Islam. Tak lupa, penulis juga menghaturkan rasa
terimakasih penulis kepada semua pihak yang terlibat dalam membantu penulis
menyelesaikan makalah ini yaitu kepada :
1. Idan Ramdani, M.A. Selaku pembimbing sekaligus dosen mata kuliah Teori
Pekerjaan Sosial
2. Orang Tua penulis yang telah memberikan banyak dukungan baik itu moril
maupun materil.
3. Teman-teman penulis sekalian serta pihak-pihak lain yang tak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Dalam makalah ini, penulis mencoba menguraikan bagaimana Anti Opresi dalam
Pekerjaan Sosial. Walaupun makalah ini telah selesai pengerjannya, namun masukan dan
saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan. Karena penulis menyadari bahwa
karya ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Semoga karya
tulis sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi semua dan mampu memberikan
sumbangsi bagi dunia intelektual, khususnya Teori Pekerjaan Sosial.

Yogyakarta, 17 September 2019


Penulis,

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4
A. LATAR BELAKANG .............................................................................................. 4
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................... 5
C. TUJUAN PENULISAN............................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
A. Pengertian Anti-Opperessive .................................................................................... 6
B. Bentuk-Bentuk Penindasan Dalam Praktik Pekerjaan Sosial ................................... 7
C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Munculnya Opresi Dalam Praktik Pekerjaan
Sosial ........................................................................................................................ 8
D. Cara Mengatasi Opresi Dalam Praktik Pekerjaan Sosial .......................................... 9
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11
LAMPIRAN...................................................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesejahteraan sosial menurut Perserikaan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah
suatu kegiatan yang terorganisasikan dengan tujuan untuk membantu
penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial
mereka. Adapun tujuan kesejahteraan sosial dapat dicapai dengan teknik dan
metode tertentu untuk memungkinkan individu, kelompok, maupun masyarakat
memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah penyesuaian diri mereka
terhadap perubahan pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan kerja sama
untuk memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi dan sosial.
Dalam praktik kesejahteraan sosial pastinya terdapat teori-teori untuk
menyelesaikan suatu masalah, dimana teori ini perlu dipahami dan dipilih mana
yang tepat dan selayaknya dipakai oleh seorang pekerja sosial dalam
menyelesaikan masalah sosial tersebut agar tidak menimbulkan terjadinya
malpraktik. Teori sendiri merupakan seperangkat konsep keyakinan yang akan
mempengaruhi seseorang dalam melakukan tindakan tertentu, maka dari itu
memahami teori kesejahteraan sosial merupakan hal penting bagi seorang
pekerja sosial.
Fungsi pokok teori sendiri dibagi menjadi empat menurut Mullaly(2002:2)
yaitu: Pertama, menggambarkan (description) yang berarti menggambarkan
sebuah fenomena. Kedua, menjelaskan (explanation) yang berarti menjelaskan
suatu fenomena. Ketiga, memprediskis (prediction) yang berarti teori ini dapat
berfungsi memprediksi suatu fenomena atau kejadian. Keempat,
mengendalikan atau mengatur suatu perubahan , dimana ketika seorang pekerja
sosial mampu memprediksi suatu peristiwa, maka peristiwa tersebut dapat
dikontrol atau dikendalikan sehingga dapat mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan.
Dengan demikian teori bukanlah seperangkat konsep yang abstrak dan
melangit, namun dapat memengaruhi seorang pekerja sosial dalam
mempraktikan metode-metode penanganan masalah sosial. Salah satu teori
yang akan dibahas dalam makalah ini adalah teori anti-oppressive yaitu
mengenai aksi melawan penindasan dalam praktik pekerja sosial.

4
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian teori anti-oppressive?
2. Apa saja bentuk-bentuk penindasan dalam pekerjaan sosial?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan munculnya opresi dalam
pekerjaan sosial
4. Bagaimana cara mengatasi opresi dalam pekerjaan sosial?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui pengertian teori anti-oppressive
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penindasan dalam pekerjaan sosial
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan munculnya opresi
dalam pekerjaan sosial
4. Untuk mengetahui cara mengatasi opresi dalam pekerjaan sosial

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anti-Opperessive
Menurut Mullaly (2002) penindasan atau oppression pada umumnya
dipahami sebagai dominasi terhadap kelompok tertindas dalam masyarakat
oleh kekuatan kelompok yang lain, baik secara politik, ekonomi, sosial, dan
budaya.
Penindasan adalah penggunaan kekuatan untuk melemahkan,
memarginalkan, membungkam atau dengan cara lain menomorduakan satu
kelompok atau kategori sosial seringkali untuk lebih memberdayakan dan atau
mengistimewakan penindas. Penindasan sosial mungkin tidak memerlukan
dukungan organisasi yang didirikan secara formal untuk mencapai efek yang
diinginkan; itu dapat diterapkan atas dasar yang lebih informal, namun lebih
fokus individual. Pekerjaan anti-penindasan berusaha untuk mengenali
penindasan yang ada di masyarakat kita dan upaya untuk mengurangi
dampaknya dan akhirnya menyamakan ketidakseimbangan kekuatan di
masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa anti-opperessive adalah perebutan hak dari
kaum minoritas yang dilakukan hanya untuk keuntungan para kaum mayoritas
atau yang lebih berkuasa. Jika ditinjau dalam agama, bentuk perebutan hak ini
dijelaskan dalam sebuah hadist dari HR.Muslim No 6737 yang berbunyi:

‫ع ْن‬ َ ‫سلَّ َم ِف ْي َما يَ ْر ِو ْي ِه‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ي‬ َ ُ‫ع ْنه‬
ٍِّ ِ‫ع ِن النَّب‬ َ ُ‫ي هللا‬
َ ‫ض‬ِ ‫اري َر‬ ِ َ‫ع ْن أَبِى ذَ ٍّر ال ِغف‬ َ
َ‫علَى نَ ْفسِى َو َجعَ ْلتُهُ بَ ْينَ ُك ْم ُم َح َّر ًما فَال‬ ْ ُّ ُ‫ت‬ ٍّ
َ ‫ يَا ِعبَادِى إِنِى َح َّر ْم الظل َم‬:َ‫عز َو َجل أنهُ قال‬ َ َّ َ َّ َّ َ ‫َربٍِّ ِه‬
ُ‫ضا ٌّل إِالَّ َم ْن َهدَ ْيتُهُ فَا ْست َ ْهد ُونِى أ َ ْه ِدك ْم‬ ُ ُّ
َ ‫ظالَ ُموا يَا ِعبَادِى كلك ْم‬
ُ َ َ‫ت‬

“Wahai hambaku, sesungguhnya aku mengaharamkan kedzaliman atas diriku


dan aku menjadikan kedzaliman itu haram diantara kalian, maka janganlah
kalian saling mendzalimi. Wahai hambaku, kalian semua sesat kecuali orang
yang telah kami beri petunjuk, maka hendaklah kalian minta petunjuk
kepadaku, pasti kau memberinya.”
Dalam hadist ini sangat relevan / erat kaitannya dengan anti opresi karena
hadits diatas menjelaskan mengenai larangan untuk mendzalimi orang seperti
penindasan,dan perebutan hak orang lain. Selain itu hadits tersebut menjelaskan
untuk mengasihi, menghargai, tidak membeda-bedakan orang lain serta
meminta segala petunjuk dari Allah.

6
B. Bentuk-Bentuk Penindasan Dalam Praktik Pekerjaan Sosial
1. Eksploitasi
Eksploitasi terjadi ketika kelompok dominan memanfaatkan kelompok
minoritas untuk mempertahankan dan memperkuat status kekuatan dan
asset yang dimilikinya.
Contoh kasus eksploitasi pada pekerjaan sosial adalah kasus yang terbaru
yang terjadi di Kota Medan, Sumatra Utara. Mengenai sindikat eksploitasi
anak dibawah umur yang berujung pada korban untuk melakukan
pekerjaan sebagai pengemis dan pengamen. Terbukti Polsek Medan
membongkar aksi tersebut dengan setidaknya 20 anak dan 5 orang dewasa
diamankan. Dalam kasus ini Polsek dibantu oleh Dinas Sosial, untuk
melakukan pemberdayaan anak sesuai dengan fungsinya, yaitu kembali
pada ranahnya. Di Dinas Sosial anak akan melalui proses rehabilitasi
sehingga fisik dan psikologisnya membaik kembali.

2. Marginalisasi
Marginalisasi biasanya menimpa kelompok minoritas. Mereka tidak
memiliki kesempatan yang sama karena terhalang oleh aturan-aturan yang
diciptakan baik secara sengaja ataupun tidak.
Contoh kasus marginalisasi pada pekerjaan sosial adalah ketika seorang
difabel ingin melamar pekerjaan di suatu perusahaan, sedangkan
perusahaan tersebut menetapkan syarat untuk pegawainya memiliki fisik
yang normal. Maka dari itu seorang difabel tidak bisa memenuhi
persyaratan tersebut, sehingga pekerja sosial membantu memperjuangkan
hak difabel tersebut untuk memperoleh pekerjaan.

3. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan biasanya dialami oleh masyarakat pekerja terutama
mereka yang tidak professional. Maka dirinya tidak mampu membuat
keputusan untuk dirinya sendiri. Tapi kondisi ini juga disebabkan oleh
sistem yang tidak menghendaki untuk bebas memutuskan sesuatu.
Ketidakberdayaan ketika seseorang ditekan oleh hukum
Contoh kasus ketidakberdayaan pada pekerjaan sosial adalah seorang
buruh yang tidak berdaya sehingga tidak kuasa untuk membuat atau
mengikuti “organisasi serikat buruh”. Karena ada larangan ataupun tekanan
dari sistem kerja.

4. Penjajahan budaya
Terjadi ketika kelompok mayoritas menjadikan pengalaman dan
budayanya sebagai norma umum yang harus digunakan oleh masyarakat.
Contoh kasus penjajahan budaya pada pekerjaan sosial kasus pada zaman
sekarang yaitu adanya pengaruh gaya hidup dan budaya Korea yang
menyebar di kalangan masyarakat muda Indonesia, umumnya tersebar
dikalangan kaum hawa. Secara tidak langsung masyarakat muda Indonesia
terdoktrin untuk melakukan budaya atau gaya hidup Korea. Hal ini dapat

7
mengancam lestarinya budaya Indonesia. Yang mana anak muda Indonesia
lebih senang dengan budaya luar negeri. Dalam kasus ini pekerja sosial
dapat melakukan sosialisasi akan pentinganya melestarikan budaya
Indonesia pada anak, remaja dan dewasa. Seperti yang dilakukan oleh
relawan pekerjaan sosial, P3S bersama mahasiswa UIN Sunan Kalijaga
dalam melestarikan budaya Batik Tradisional Yogyakarta.

5. Kekerasan
Kekerasan baik fisik maupun non-fisik. Kekerasan fisik mungkin semua
orang sepakat untuk menolaknya. Tetapi kekerasan non-fisik tidak semua
orang sensitive terhadapnya.
Contoh kasus kekerasan pada pekerjaan sosial adalah bullying pada
seorang anak Difabel. Diduga korban dianiaya oleh dua anak yang
berhadapan dengan hokum sesame penghuni Pusat Layanan Anak Terpadu
(PLAT) di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Kekerasan ini berakibat
meninggalnya korban karena Bullying Fisik terhadap korban. Pihak terkait
langsung menangani pelaku dan melakukan proses tindak lanjut. Untuk
pekerja di Pusat Layanan diberikan pengarahan dan sosialisasi terhadap
anak Difable yang mana anak sangatlah rentan terhadap Bullying termasuk
Bullying fisik.

C. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Munculnya Opresi Dalam Praktik


Pekerjaan Sosial

1. Tidak terpenuhinya hak-hak seseorang untuk mengembangkan diri


Seseorang yang haknya terabaikan dan mengakibatkan dirinya tidak
bias memperoleh peluang yang sama dengan orang lain untuk mendapatkan
maupun mengembangkan potensi dirinya
2. Kehidupan sosial dibatasi oleh kelompok masyarakat yang lebih dominan
melalui berbagai aturan dan kekuasaan.
Adanya kesenjangan sosial yang menyebabkan kekuasaan masyarakat
manoritas yang lebih sehingga ada beberapa kelompok masyarakat yang
hak nya tidak terpenuhi sedangkan kelompok lainnya dipenuhi bahkan
mendapat hak istimewa.
3. Adanya deskriminasi dalam praktek pekerjaan sosial
Dalam menjalankan praktik pekerjaan sosial seorang pekerja sosial
tidak boleh membeda-bedakan atau memilih-milih seorang klien. Tidak
boleh juga memberi hak istimewa kepada klien lainnya, karena dalam kode
etik seorang pekerja sosial semua klien adalah sama.
4. Adanya rasa egois dan ingin menang sendiri
Bagi kelompok mayoritas yang berkuasa pasti memiliki rasa ingin
menang sendiri dan ingin menjatuhkan kelompok lain yang tidak memiliki
keberdayaan.

8
D. Cara Mengatasi Opresi Dalam Praktik Pekerjaan Sosial

Praktek anti opresi bertujuan untuk memberikan layanan yang lebih tepat
dan sensitive dengan menanggapi kebutuhan orang-orang, terlepas dari status
sosial mereka. Jadi sebagai seorang pekerja sosial kita tidak boleh memilih-
milih klien dan harus bertindak adil kepada semua klien yang kita tangani,
karena itu termasuk dalam kode etik seorang pekerja sosial. Dan pada teori anti-
oppressive sendiri berpijak pada semangat untuk melawan penindasan dalam
berbagai bentuk baik itu secara sosial, politik, ekonomi bahkan kehidupan
beragama. Sehingga teori ini perlu diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial.
Berikut merupakan cara mengatasi opresi dalam praktik pekerjaan sosial:
1. Menjunjung tinggi kode etik,
2. Tidak mendiskriminasi,
3. Mengesampingkan egoisme,
4. Menghargai orang lain.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Penindasan / Oppression


adalah perebutan hak dari kaum minoritas yang dilakukan hanya untuk
keuntungan para kaum mayoritas atau yang lebih berkuasa. Pekerjaan anti-
penindasan berusaha untuk mengenali penindasan yang ada di masyarakat kita
dan upaya untuk mengurangi dampaknya yang akhirnya menyamakan
ketidakseimbangan kekuatan di masyarakat. Praktek anti opresi bertujuan
untuk memberikan layanan yang lebih tepat dan sensitive dengan menanggapi
kebutuhan orang-orang, terlepas dari status sosial mereka. Jadi sebagai seorang
pekerja sosial kita tidak boleh memilih-milih klien dan harus bertindak adil
kepada semua klien yang kita tangani, karena itu termasuk dalam kode etik
seorang pekerja sosial. Dan pada teori anti-oppressive sendiri berpijak pada
semangat untuk melawan penindasan dalam berbagai bentuk baik itu secara
sosial, politik, ekonomi bahkan kehidupan beragama.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah
Anti Opresi Dalam Pekerjaan Sosial.

10
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Miftachul. 2013. Ilmu Kesejahteraan Sosial (Paradigma dan Teori)


Yogyakarta: Samudra Biru.
Mullaly, Bob, (2002), Challenging Oppression A Critical Social Work
Approach, Canada : Oxford University Press.
Tuasikal, Muhammad Abduh. (2019). Hadits Arbain #24: Allah Haramkan
Kezaliman. Diambil pada tanggal 23 September 2019, dari
https://rumaysho.com/20846-hadits-arbain-24-allah-haramkan-
kezaliman.html
Al Alamudi, Arifin. (2019). Diduga Eksploitasi Anak Lima Ibu-Ibu Pengemis
Ditangkap Polisi. Diambil pada tanggal 23 September 2019, dari
https://sumut.idntimes.com/news/sumut/arifin-alamudi/diduga-eks
ploitasi-anak-lima-ibu-ibu-pengemis-ditangkap-polisi/full
Trilaksono, Ivanriadi. (2014). Penjajahan Budaya. Diambil pada tanggal 23
September 2019, dari https://www.pidas81.org/penjajahan-budaya/
Graha Pena Jawa Pos Group Building. (2019). DPR Soroti Kasus bocah.
Diambil pada tanggal 23 September 2019, dari
https://www.jpnn.com/news/dpr-soroti-kasus-bocah-tewas-di-plat-
pontianak?page=2

11
LAMPIRAN

Buku Ilmu Kesejahteraan Sosial Hadits mengenai Larangan Berbuat Kezaliman

Berita mengenai Eksploitasi Berita mengenai Difabel

Berita Mengenai Penjajahan Budaya Berita mengenai Kekerasan

12

Anda mungkin juga menyukai