Shanty Komalasari
Fakultas Dakwah dan Komunikasi IAIN Antasari
Jadi dapat disimpulkan bahwa dakwah Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
adalah kegiatan mengajak, orang yang belajar di perguruan tinggi
mengundang dan menyerukan pada (Tim Penyusun, 2002 : 696). Mahasiswa
orang lain mengenai ajaran-ajaran sebagai generasi muda yang
Islam untuk memeluk, mempelajari dan berpendidikan perlu untuk peduli dan
mengamalkan ajaran-ajaran tersebut. mengaplikasikan kemampuan serta
Berdakwah merupakan tradisi kaum pengetahuannya terutama dalam
muslimin yang telah dilakukan sejak bidang agama Islam. Oleh sebab itu,
era para sahabat, dilanjutkan oleh mahasiswa sebagai tonggak penggerak
tabi’in, dan tabi’ut tabi’in. Para generasi yang dinamis perlu berdakwah dalam
salafus salih memahami urgensi berbagai kesempatan guna
berdakwah sebagai bagian yang tidak mensyiarkan Islam. Berdakwah
terpisahkan dalam menegakkan dienul merupakan aktivitas yang dilakukan
Islam di muka bumi. Sebagaimana kita secara metodologis atau melalui
ketahui, manusia sebagai tempat salah pemanfaatan berbagai pendekatan guna
dan khilaf tentu rentan terjerumus ke menyampaikan ajaran agama Islam
dalam kemaksiatan. Oleh karena itu, kepada umat manusia agar mau
budaya nasehat dan menasehati (baca: menerima, menghayati dan
berdakwah) harus ditegakkan agar mengamalkannya dalam kehidupan
masing-masing saling mengingatkan sehari-hari demi memperoleh
dan menuntun kembali ke jalan kebahagiaan (Gusriani & Faulidi, 2012:
kebaikan. Ketika budaya ini hilang di 20). Namun demikian, tidak semua
masyarakat, salah satunya disebabkan mahasiswa mau berdakwah dengan
oleh paham individualisme yang berbagai alasan. Yang kemudian
menjadikan masyarakat terkotak-kotak menjadi pertanyaan adalah bagaimana
ke dalam urusannya masing-masing motif berprestasi mahasiswa berdakwah
tanpa peduli kerusakan akhlak atau jika ditilik dari perspektif psikologi.
moral di sekitarnya, maka yang terjadi Untuk mengetahui ketertarikan
adalah munculnya kemaksiatan di mahasiswa dalam berdakwah
sana-sini tanpa ada usaha untuk dibutuhkan dorongan baik secara
mencegah secara serius. Akhirnya, internal maupun eksternal, dorongan
kemaksiatan menjadi problem sistemik imilah yang disebut motivasi.
yang membutuhkan kepedulian semua
pihak untuk terlibat di dalamnya, Motif Berprestasi
dengan kembali melaksanakan dakwah Motivasi menurut Weiner (Elliot et
sebagai kewajiban dan pilar pembangun al., 2000) diartikan sebagai keadaan
moral dan spiritual masyarakat Islam. internal yang dapat membangkitkan
Kewajiban berdakwah ini tidak individu untuk melakukan sesuatu,
terbatas pada orang tertentu, tapi dapat mendorong dalam mencapai tujuan
dilakukan oleh siapapun baik itu tua tertentu, serta membuat diri tetap
maupun muda, kaya maupun miskin, tertarik pada kegiatan atau aktifitas
kalangan ulama maupun kalangan tertentu. Sedangkan menurut Uno
mahasiswa. Mahasiswa menurut (2007), motivasi adalah sebuah
maupun prestasi orang lain, dan dilihat 1. Berorientasi kepada hasil, dengan
dari sumber motif itu sendiri.. semangat yang tinggi untuk meraih
Sumber dari motif itu berbeda-beda tujuan dan memenuhi standar,
pada setiap orang, yang disebabkan 2. Menetapkan sasaran yang
adanya perbedaan tempat dan budaya menantang dan berani mengambil
yang dapat mempengaruhi munculnya resiko yang telah diperhitungkan,
motif tersebut. Kekuatan motif itu 3. Mencari informasi sebanyak-
sendiri terletak pada individu yang banyaknya guna mengurangi
menjadi pelaku dalam mewujudkannya, ketidakpastian dan mencari cara
tingkat masyarakat yang berbeda akan yang lebih baik, dan
menunjukkan berbagai variasi motif 4. Terus belajar untuk meningkatkan
berprestasi di kalangan anggota- kinerja mereka.
anggotanya. McClelland (Munandar, 2001)
Kesimpulan dari beberapa pendapat mengatakan bahwa seseorang yang
di atas adalah bahwa motif berprestasi memiliki motif berprestasi yang tinggi
merupakan dorongan atau keinginan akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
yang mengarahkan perilaku seseorang Pertama, berkeinginan kuat untuk
untuk melakukan sesuatu dengan menghasilkan sesuatu yang lebih baik.
sebaik-baiknya untuk mencapai hasil Kedua, mereka mencari kesempatan
yang terbaik dalam upaya peningkatan dimana mereka memiliki tanggung
kualitas diri, sukses dan unggul jawab pribadi dalam menemukan
ditengah situasi persaingan sesuai jawaban terhadap masalah-masalah.
dengan standar yang telah ditetapkan. Ketiga, lebih menyukai tugas-tugas
Dalam kehidupan akademik dimana dimana mereka memiliki tanggung
prestasi merupakan unsur penting yang jawab pribadi, akan memperoleh
diperhitungkan untuk menilai kualitas balikan dan tugas yang memiliki risiko
insan akademik (baca : mahasiswa), sedang (moderate). Keempat, mereka
maka motif berprestasi merupakan tidak suka berhasil secara kebetulan.
dorongan besar yang mendasari pilihan Kelima, menetapkan tujuan dengan
tindakan mahasiswa, salah satunya derajat kesulitan sedang (moderate),
dalam berdakwah. Untuk dapat yang tidak terlalu sulit untuk dicapai.
menanamkan motif berprestasi dalam McClelland (Handoko, 2003)
berdakwah, maka kita perlu lebih melalui risetnya, menemukan bahwa
mengenali ciri-ciri motif berprestasi para usahawan, ilmuwan dan
terlebih dahulu. profesional mempunyai tingkat motivasi
berprestasi di atas rata-rata. Motivasi
Ciri-Ciri Motif Berprestasi seorang profesional tidak semata-mata
Goleman (1999) mengatakan bahwa ingin mencapai keuntungan demi
motif berprestasi merupakan salah satu keuntungan itu sendiri, tetapi karena
keterampilan yang dimiliki oleh setiap dia mempunyai keinginan yang kuat
manusia. Orang yang memiliki motif untuk berprestasi. Keuntungan
berprestasi memiliki ciri-ciri antara lain: hanyalah suatu ukuran sederhana yang
menunjukkan seberapa baik pekerjaan