DARA SALSABILLA
Abstract
Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses bantuan yang berkesinambungan dan
sistematis kepada individu atau kelompok orang yang sedang berjuang secara fisik dan mental
mampu memahami diri sendiri dan memecahkan masalah yang muncul untuk meminta mereka
untuk hidup rukun sesuai dengan peraturan dan petunjuk Allah dan Rasul-Nya untuk mencapai
kebahagiaan duniawi dan Ukhrawian. Untuk alasan apa pun Alasan utama untuk menghadirkan
tuntunan dan nasihat Islam adalah Islam Mereka memiliki ide mereka sendiri tentang orang.
Sumber utama Al-Quran Islam adalah buku teks dengan banyak petunjuk dalam hubungannya
dengan orang. Melalui Al-Qur'an, Allah mengungkapkan rahasia tentang manusia. Oleh karena
itu, Al-Qur'an merupakan sumber yang dapat dijadikan sebagai rujukan ilmu pengetahuan
menghadapi manusia
PENDAHULUAN
METODE
KONSELING ISLAM
Tentang hukum hisbah, para fuqaha berbeda pendapat antara fardlu 'ain dan fardlu
kifayah. Yang pertama mendasarkan pendapatnya pada firman Allah SWT:
“Orang-orang mukmin, laki dan perempuan, yang satu dengan lainnya adalah kekasih
dan orang kepercayaannya, mereka selalu beramar makruf dan nahi munkar”. (QS. Al
Taubah, 71: 71)
“Demi masa. Sesunguhnya manusia senantiasa merugi, kecuali orang yang beriman,
beramal saleh dan saling berwasiat tentang kebenaran dan kesabaran”. (QS. Al-‘Ashr,
103: 1-3).
Khalifah Umar bin Khattab adalah orang pertama yang mengatur pelaksanaan
hisbah sebagai suatu sistem dengan merekrut dan mengorganisir muhtasib (konselor)
dan kemudian menugaskan mereka ke segala pelosok kaum muslimin guna membantu
orangorang yang bermasalah. Khalifah berikutnya juga meneruskan kebijaksanaan
Umar, sehingga ketika itu jabatan muhtasib menjadi jabatan yang terhormat di mata
masyarakat.
Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: barang siapa yang dapat
menghilangkan kesusahan seorang mukmin di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan
kesusahannya kelak diakhiratnya; dan barang siapa yang memudahkan orang yang
mendapatkan kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan kesulitannya di dunia dan di
hari kemudian; dan barang siapa yang merahasiakan keburukan orang Islam, niscaya
Allah akan menutup segala keburukannya di dunia dan di akhiratnya; dan Allah akan
selalu menolong hambanya, selama hambanya itu senantiasa memberikan bantuan
kepada saudaranya; barang siapa menginjakkan kaki di jalan Allah untuk mencari ilmu,
niscaya Allah akan memberikan kemudhan jalan menuju surga. Tidak seorangpun yang
berkumpul dalam suatu majlis di berbagai rumah Allah dengan belajar dan mengkaji
kitab Allah, kecuali di antara mereka itu akan memperoleh ketenangan, meraih rahmat,
memperoleh perlindungan dari para malaikat dan bahkan Allah menyebutkan mereka
dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Barang siapa yang menghapuskan
segala amalnya, maka mereka tidak disebut sebagai kelompok yang dimaksudkan.
Tema utama tentang hadist yang menjadi pokok bahasan ini adalah terkait
dengan aktivitas seseorang yang dilakukan secara sungguh-sungguh untuk
menghilangkan berbagai macam kesedihan dan kesulitan melalui pendekatan dan
metode tertentu demi tercapainya kemudahan, jalan keluar dan kebahagiaan lahir batin.
Imam Nawawi menjelaskan bahwa ruang lingkup hadis tersebut mencakup aneka
ragam pengetahuan, kaedah dan etika, termasuk di dalamnya adalah menguraikan
seputar layanan terhadap berbagai kebutuhan dasar umat Islam, berbagai manfaat yang
dibutuhkannya dengan sesuatu yang dapat meringankan dan mengantarkan
tercapainya pengetahuan, harta kekayaan dan mitra bestari; sebuah petunjuk, isyarat,
bimbingan, nasihat dan sebagainya. Di antara nilai-nilai dasar yang dimaksudkan
andalah sebagai berikut: Pertama, menghilangkan berbagai kesedihan dan kegelisahan,
baik dimensi psikologis, psikosomatik, biologis maupun lainnya sebagaimana
diisyaratkan dalam penggalan hadist yang artinya: dan barang siapa yang
menghilangkan orang yang mendapatkan kesedihan, niscaya Allah akan menghilangkan
kesedihannya di dunia dan di hari kemudian. Kedua, mempermudah dan mencarikan
solusi terhadap orang-orang yang tertimpa kesulitan, sebagaimana diisyaratkan dalam
penggalan hadist yang artinya: barang siapa yang memudahkan orang yang
mendapatkan kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan kesulitannya di dunia dan di
hari kemudian. Makna penggalan hadis ini dapat diidentikkan dengan bantuan dalam
mencari solusi dan pemecahan masalah sebagaimana diisyaratkan dalam hadist lain
yang artinya: barang siapa yang memberikan bantuan dalam pemecahan masalah, maka
Allah akan memberikan jalan keluar kepadanya.
Di antara metode yang sangat urgen dan faktual yang diterapkan oleh Nabi SAW dalam
pembelajarannya adalah metode modelling/keteladan dan etika/akhlak yang mulia. Hal
ini sebagaimana tergambar dalam hadis berikut:
اَّنا بعثت ألمت مكارم األخالق:م. قال رسول هلال ص: عن أيب ىريرة هنع هلال يضر قال.
Bersumber dari Abu Hurairah ra. Berkata, Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya aku
diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulya. ( HR. Al- Baihaqy )
Dalam konteks ini beliau senantiasa melakukan sesuatu sebelum menyeruh orang lain
melakukannya, hal ini merupakan bentuk pemodelan atau keteladanan agar orang lain
akan dapat dengan mudah mencerna dan mengikutinya sebagaimana yang mereka
saksikan dari beliau itu.
KESIMPULAN
Alfiah. 2015. Hadist Tarbawi (Pendidikan Islam Dalam Tinjauan Hadist Nabi) .
(Pekanbaru) Kreasi Edukasi.
Evi Aeni Rufaeda. 2015. Kajian Nilai-Nilai Bimbingan Dan Konseling Islami (Telaah
Berdasarkan Al-Qur’an Dan Al-Hadist). Jurnal Risaalah, Vol . 1 , No. 1
Meimunah S. Moenada. 2011. Bimbingan Konseling dalam Perspektif Al-Qur’an dan Al-
Hadits. Jurnal Al-hikmah Vol. 8, No. 1
Nurihsan, Achmad Juntika. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, Bandung:
PT. Refika Aditama
Prayitno dan Anti, Erman. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Pusat
Perbukuan Depdiknas Kerjasama dengan PT Rineka Cipta