Dosen Pengampu:
Dr. Ermis Suryana, S.Ag., M.Pd.I
Disusun Oleh:
2
PENDEKATAN METODE DAN TEHNIK BIMBINGAN KONSELING DI SEKOLAH
A. Pendahuluan
Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial tentu setiap individu manusia membutuhkan
keberadaan orang lain atas keadaan yang sedang merundungnya. Setiap manusia pasti
pernah memiliki kesulitan dan masalah hidup dalam setiap langkah perjalananya, baik
masalah yang mudah diatasi maupun yang sulit diatasi. Rata -rata permasalahan yang
dihadapi itu akan dibicarakan dengan keluarga, guru atau teman bahkan ahli agama,
walaupun tidak semua dapat meyelsesaikannya. Dan terkadang manusia juga pernah
berada pada posisi dimana dihadapkan pada lebih dari satu masalah dalam waktu yang
bersamaan sehinggabanyak yang mengalah pada keadaan dan terpuruk dalam keputus
asaan. Dalam kondisi itu perlu adanya proses pemulihan dengan bantuan bimbingan
konseling.1
Setiap individu memiliki berbagai masalah dalam hidup baik yang terlihat
secara langsung maupun tidak. Bimbingan dan konseling memberikan sebuah upaya
untuk mereka agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi, melalui cara
pengembangan potensi ataupun cara lainnya.
Dalam bimbingan dan konseling memiliki beberapa ragam pendekatan,teknik,
dan metode antara konselor dengan klien. Pendekatan,teknik, dan metoode inilah
yang dapat terlihat lebih membantu bimbingan konseling tersebut dalam upaya
memecahkan masalah-masalah kliennya.
Beradasarkan latar belakang permasalahan yang sering dihadapi oleh seorang
pembimbing maupun konselor, Maka akan menjelaskan beberapa pendekatan, tehnik
dan metode yang bisa pembimbing maupun konselor gunakan dalam menangani
permasalahan – permasalahan tersebut.
1
Wiwik Dyah Andriyani and others, ‘Ragam Pendekatan Bimbingan Konseling’, Jurnal
Pendidikan Indonesia : Teori, Penelitian, Dan Inovasi, 2.4 (2022)
<https://doi.org/10.59818/jpi.v2i4.234>.
3
B. Pembahasan
1. Pengertian bimbingan
Beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian bimbingan:
Menurut Deni Febriani, bimbingan dapat diartikan suatu bagian integral dalam
keseluruhan program pendidikan yang mempunyai fungsi positif, bukan hanya
sesuatu kekuatan kolektif. Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya
mengatasi setiap krisis yang dihadapi oleh anak, tetapi juga merupakan suatu
pemikiran tentang perkembangan anak sebagai pribadi segala kebutuhan, minat dan
kemampuan yang harus berkembang.2
Menurut Syamsul Yusuf, bimbingan memiliki makna bahwa bimbingan
merupakan serangkaian suatu proses yang berkesinambungan. Bimbingan merupakan
serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan berencana kepada pencapaian
tujuan dan kegiatan ini tidak terjadi seketika atau secara kebetulan.3
Jadi dapat di simpulkan bahwa, bimbingan merupakan bentuk dari pengarahan
yang diberikan secara terencana dan terus menerus kepada seseorang sehingga
tercapainya suatu tujuan yang dimaksud dari seorang konselor.
2. Pengertian konseling
Beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian konseling:
Menurut Sofyan S. Willis, konseling adalah upaya bantuan yang diberikan
seorang pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu yang
membutuhkannya agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal.4
Pendapat dari Deni Febriani, konseling adalah usaha membantu klien secara
tatap muka (melalui wawancara) oleh seorang konselor dengan tujuan agar klien
dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah
khusus, dengan kata lain teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.5
Jadi dapat di simpulkan, Konseling adalah serangkaian hubungan langsung
dengan individu yang bertujuan untuk membantu dia dalam merubah sikap dan
tingkah lakuny, konseling juga merupakan hubungan yang bersifat membantu dalam
2
Deni Febriani, Bimbingan Konseling (Yogyakarta: Teras, 2014).
3
Syamsul Yusuf, Landasan Bimbingan Dan Konseling (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2016).
4
Sofyan s Willis, Konseling Individual (Teori Dan Praktek) (Bandung: Cv. Alfabet, 2013).
5
Ibid.
4
pemberian nasihat kepada seseorang untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi.
Nasihat yang diberikan berasal dari pengetahuan ataupun keterampilan seseorang
untuk menyelesaikan suatu persoalan.
a. Pendekatan Religius
Manusia sebagai mahluk homo religious atau homo dipinans (mahluk
bertuhan) hamba Allah yang diciptakannya dengan kelengkapan-kelengkapan
dasar, antara lain baka beragama dan bakat berbakti kepada Maha Pencipta.
Dalam diri pribadi manusia telah ditanamkan benih yang disebut insting
agama yang menurut Al-Qur'an disebut kecenderungan ke arah beragama yang
dapat dikembangkan melalui pendidikan atau bimbingan yang cukup baik".
Maka jelaslah bahwa pengaruh bimbingan yang dipadu dengan pengaruh dasar
yang disebut fitrah dapat menjadikan manusia itu hamba Allah yang mampu
berjalan di dalam jalan yang benar sesuai dengan petunjuk-Nya. Dengan kata
lain, manusia meskipun telah diberi fitrah diniah, bila tanpa memperoleh
kesempatan pendidikan atau bimbingan dan konseling yang cukup memadai ia
sudah pasti tidak akan mampu mencapai titik optimal perkembangannya yang
positif dan konstruktif. Oleh karena itulah pendekatan ini dipandang sebagai
pendekatan yang paling penting bagi pelaksanaan bimbingan dan konseling,
sedangkan pendekatan yang lainnya harus dapat dijadikan pendukung
suksesnya program bimbingan dan konseling.
6
Dr. Ermis Suryana, Bimbingan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah (Palembang: NoerFikri, 2023).
5
b. Pendekatan Kependidikan (Paedogogis)
Sistem pendekatan lainnya adalah kependidikan yang memandang
manusia sebagai mahluk yang harus dididik karena potensi kejiwaan yang
memiliki kemungkinan pendekatan berkembang ke arah kematangan yang
perlu pengarahan melalui pendidikan yang tepat. Tanpa dituntun atau
dibimbing, potensi kejiwaan tersebut tidak akan sampai pada titik optimal
perkembangannya yang menguntungkan diri anak bimbing. Pemahaman
bimbingan dan konseling merupakan bagian terpadu telah muncul sejak lama.
Crow & Crow' mengemukakan bahwa bimbingan menyediakan unsur-unsur di
luar individu yang dapat dipergunakan untuk memperkembangkan diri. Dalam
artinya yang luas bimbingan dapat dianggap sebagai suatu bentuk upaya
pendidikan.
Meskipun terdapat banyak sistem pendekatan akan tetapi perlu
dijadikan pegangan oleh para pembimbing ialah suatu pandangan bahwa anak
bimbing sebagai makhluk Tuhan yang sedang bertumbuh dan berkembang itu
selalu membutuhkan bimbingan dari orang dewasa, terutama pada saat
menghadapi kesulitan-kesulitan hidup, baik waktu belajar maupun waktu-
waktu berhubungan dengan orang lain, dengan masyarakat serta alam
sekitarnya.7
7
Ibid.
6
bertujuan membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan
sehubungandengan tindakan memilih diri dan menerima kenyataan bahwa
dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministik di luar
dirinya.8
8
Nugraheni Prafitra, ‘Modul 5 Strategi Layanan Responsif’, Modul Belajar Mandiri, 2021,
149–236 <https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/BimbinganKonseling/Modul Pembelajaran/Bimbingan
Konseling - PB5.pdf>.
7
terlahir dengan membawa kebutuhan dasar tertentu. Kemudian, melalui
kemampuan mengendalikan dirinya, mereka bertindak untuk memenuhi
kebutuhannya tersebut.terutama dengan menyajikan sistem WDEP dalam
melaksanakan konseling realita.9
9
Ibid.
10
Eka Wahyuni and Gantina Komalasari, Teori Dan Tehnik Konseling (Jakarta: Indeks, 2011).
11
Lihat Suhesti and Endang Eriati, Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap, Pustaka Be
(Yogyakarta, 2015).
8
1) Counselor-centered method (metode yang berpusat pada konselor)
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Edmond G
Williamson yang di kutip dari buku Samsul Munir Amin, dengan tujuan
membantu konseling mengaktualisasikan potensi baik yang dimiliki,
terutama klien yang kurang memperoleh pengalaman lingkungan untuk
memenuhi tujuan dan keinginannya. Seorang konseling mungkin belum
memahami motif sebenarnya yang mendasari tingkah lakunya atau belum
memahami bakat dan minat yang sesungguhnya. Oleh karena itu konselor
yang mengerti motif konseli yang sebenarnaya akan menjelakan hal
tersebut, sejak awal konselor harus berusaha mencipatakan hubungan baik
dengan konseli yang ditandai atau didasari rasa empati.12
Metode ini disebut juga dengan pendekatan langsung dan
dikenal sebagai pendekatan terpusat pada konselor untuk menunjukkan
bahwa dalam interaksi ini konselor lebih banyak berperan dalam
menentukan sesuatu. Konselor dengan pengetahuan dan pengalamannya
memahami keadaan klien dan membantunya mengatasi masalah dan
menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak menyenangkan. Untuk bisa
memberikan bantuan, konselor harus melakukan analisi, menentukan suatu
gejala, memberikan penerangan dan memperjelas keadaan. Sebaliknya,
peran klien atau konseli sangat pasif dan cenderung menerima serta
diharapkan menyetujui dan melaksanakan nasihat, saran, dorongna sesuai
dengan petunjuk yang diberikan konselor.13
Jadi dapat di simpulkan bahwa Metode (Counselor-centered)
atau metode yang berpusat pada konselor adalah pendekatan yang
menempatkan fokus utama pada konselor, bukan pada klien. Dalam
pendekatan ini, konselor memiliki kontrol atas proses konseling dan lebih
mendominasi dalam mengarahkan sesi konseling.
Dalam metode Counselor-Centered, konselor mungkin lebih
cenderung menggunakan teknik atau teori tertentu tanpa memperhatikan
sepenuhnya pengalaman, perasaan, atau kebutuhan klien. Pendekatan ini
12
Samsul Munir Amin, Bimbingan Dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2017).
13
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islam (Kyai Dan Pesantren (Elsaq Press, 2012).
9
dapat kurang empatik dan kurang menekankan pemahaman diri klien
dibandingkan dengan metode Pusat Klien (Client-Centered).
14
Ibid., 68.
10
membantu klien menjelajahi perasaan, pemikiran, dan pengalaman mereka
sendiri. Tujuan utama adalah membantu klien mencapai pemahaman diri
yang lebih baik dan pertumbuhan pribadi.
15
Hidayatul Khasanah, Yuli Nurkhasanah, and Agus Riyadi, ‘Metode Bimbingan Dan
Konseling Islam Dalam Menanamkan Kedisiplinan Sholat Dhuha Pada Anak Hiperaktif Di Mi Nurul
Islam Ngaliyan Semarang’, Jurnal Ilmu Dakwah, 36.1 (2017), 1
<https://doi.org/10.21580/jid.v36i1.1623>.
11
5. Pengertian Tehnik dan Macam-macam Tehnik Dalam Bimbingan Konseling
dan Jenis-jenisnya
a. Pengertian Tehnik Bimbingan Konseling
Teknik merupakan cara-cara dan alat yang digunakan oleh guru dalam
rangka mencapai suatu tujuan, langsung dalam pelaksanaan pelajaran pada
waktu itu. W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia.16
Menurut Oemar Hamalik Bimbingan ialah penolong individu agar
dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya.17
Jadi Dapat di simpulkn Konseling merupakan upaya bantuan
yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan
kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki
tingkah lakunya pada masa yang akan datang.
16
W.J.S Poerwadaminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999).
17
Oemar Malik, Pendidikan Guru: Berdasrkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi Aksara, 2016).
18
Endah Puspita Sari, Sri Hartati, and Rini Siswanti, ‘Teknik-Teknik Bimbingan Dan
Konseling Dalam Mengurangi Prokrastinasi Akademik Siswa’, Jurnal Pendidikan Tambusai, 6.2
(2022), 11896–905.
12
3) Advice (Nasihat)
Bantuan yang diberikan konselor kepada konseli dalam proses
konseling agar konseli dapat mengembangkan potensi dirinya, mampu
mengatasi masalah yang dialaminya, dan mendapatkan kejelasan atau
kepastian tentang hal yang hendak
dilakukannya. Mungkin banyak konseli yang mengira bahwa
konseling adalah wadah pemberian nasihat sehingga tanpa nasihat, mereka
menganggap konseling tidak ada gunanya. Padahal konseling bukan hanya
untuk wadah pemberian nasihat, tetapi lebih luas daripada itu, yaitu
mengembangkan potensi konseling dan membantu dia agar mampu
mengatasi masalahnya sendiri. Pemberian nasehat dilakukan konselor
apabila konseling membutuhkan penjelasan atau kepastian tentang hal
yang hendak dilakukannya. Pemberian nasihat disesuaikan dengan usia,
kedewasaan, kemampuan, kondisi emosional, tingkat kesulitan, norma-
norma sosial, dan nilai agama yang dianut konseli. Nasihat yang diberikan
konselor kepada konseli dapat berbentuk langsung (direct advice),
persuasif (persuasive advice), dan alternatif (alternative advice).
a) Nasihat langsung diberikan konselor bilamana konseli tidak
mengetahui sama sekali hal yang hendak dilakukannya. Misalnya,
“Kamu boleh menanyakan ke Pak Ali, kalau kamu belum
mengetahui bagaimana cara memperoleh beasiswa.”
b) Nasihat persuasif diberikan bilamana konseli sudah mengetahui
alasan-alasan logis atas rencananya. Misalnya, “Oke kalau kamu
sudah mengetahui cara memperoleh beasiswa, sekarang coba urus
secepatnya.”
c) Nasihat alternatif diberikan konselor setelah konseling mengetahui
kelebihan dan kelemahan setiap alternatif. Misalnya, “setelah
kamu mengidentifikasi untung ruginya menikah sebelum
menyelesaikan studi; coba pikirkan sekali lagi sebelum kamu
mengambil keputusan akhir.19
19
Rizky Cahyaningtyas and others, ‘Teknik Bimbingan Konseling Dalam Membantu
Perkembangan Anak Sekolah Dasar’, TA’LIM: Jurnal Pendidikan Agama Islam Dan Manajemen
Pendidikan Islam, 2.1 (2023), 1–8.
13
4) Advocacy (Pendampingan)
Sebagai teknik konseling, advokasi adalah unjuk perbuatan atau
perkataan selaku contoh bagi konseli yang tidak berdaya atau tidak tahu
cara melindungi diri sendiri. Advokasi sering diikuti dengan dukungan
berlipat ganda yang ditampilkan atau dikerahkan oleh konselor dalam
membantu konseli yang mengalami krisis atau menghadapi situasi krisis.20
c) Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan tehnik yang baik dalam bimbingan,
karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk
berpatisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak kegiatan tertentu
20
Alimuddin Mahmud and Kustiah Sunarty, Mengenal Teknik-Teknik Bimbingan Dan
Konseling, Badan Penerbit UMN, 2012.
14
yang lebih berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Untuk
mengembangkan bakat-bakat dan menyalurkan dorongan-
dorongan. Juga dapat menembangkan tanggungjawab. Tehnik
sosiometri dapat banyak menolong dalam pembentukan
kelompok.21
d) Organisasi Siswa
Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun
dilingkungan masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah
individual maupun kelompok dapa diselesaikan. Dalam organisasi
murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenal berbagai
aspek kehidupan sosial. Mengaktifkan murid dalam
mengembangkan bakat kepemimpinan disamping memupuk rasa
tanggungjawab dan harga diri.
e) Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu teknik didalam
memecahkan masalah-masalah sosial dengan melalui kegiatan
bermain peranan. Di dalam sosiodrama ini individu akan
memerankan suatu peranan tertentu dari suatu masalah sosial. 22
f) Psikodrama
Psikodrama adalah tehnik untuk memecahkan masalah-masalah
psychis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu
peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya
dapat dikurangi atau dihindari. Kepada sekelompok murid
dikemukakan suatu cerita yang didalamnya tergambarkan adanya
ketegangan psychis yang dialami individu
g) Remedial teaching
21
Masdudi, ‘BIMBINGAN DAN KONSELING Prespektif Sekolah’, Nurjati Press, 2015, 215.
22
Ahmad Susanto, Bimbingan Dan Konseling. Konsep,Teori,Dan Aplikasinya, 2018.
15
Bentuk penambahan pelajaran, pengulangan kembali, latihan-
latihan, penekanan aspek-aspek tertentu. Hal ini tergantung dari
jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami siswa. 23
b) Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral
yang memfokuskan bantuan untuk menenangkan klien dari
23
Jaja Suteja, ‘Pendekatan Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Masalah Dan
Memaksimalkan Potensi Siswa Di Sekolah’, Edueksos: Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, 2.1
(2016), 1–19 <http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/edueksos/article/view/638/0>.
16
ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk
rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan perilaku yang
diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang
berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
Denganpengkondisian klasik respon-respon yang tidak
dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi
sistematis hakekatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan
untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya
merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang
berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan.
c) Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan
buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan
klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya
dengan kebalikan stimulus tersebut. Stimulus yang tidak
menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara
bersamaan dengan munculnya perilaku yang tidak dikehendaki
kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi
antara perilaku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang
tidak menyenangkan.24
24
Ibid., 24-27.
17
e) Permainan Dialog
Teknik ini dilakukan dengan cara klien dikondisikan untuk
mendialogkan dua kecenderungan yang saling bertentangan,
yaitu kecenderungan top dog dan kecenderungan under dog,
misalnya: Kecenderungan orang tua lawan kecenderungan anak.
Kecenderungan bertanggung jawab lawan kecenderungan masa
bodoh. Kecenderungan “anak baik” lawan kecenderungan “anak
bodoh”. Kecenderungan otonom lawan kecenderungan
tergantung. Kecenderungan kuat atau tegar lawan kecenderungan
lemah. Melalui dialog yang kontradiktif ini, menurut pandangan
Gestalt pada akhirnya klien akan mengarahkan dirinya pada suatu
posisi di mana ia berani mengambil resiko. Penerapan permainan
dialog ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknik “kursi
kosong”.25
25
Jahju Hartanti, M. Nafis Wahyudiansah, and Moesarofah, ‘Dialog Socrates Dalam
Layanan Bimbingan Dan Konseling’, Prosiding Seminar & Lokakarya Nasional Bimbingan Dan
Konseling 2022, 2022, 45–50.
18
membantu meningkatkan kesadaraan klien akan perasaan-
perasaan yang mungkin selama ini diingkarinya”.26
g) Bermain Proyeksi
Tekhnik ini yaitu memantulkan kepada orang lain perasaan-
perasaan yang ada dalam dirinya sendiri dan tidak mau melihat
atau menerimanya. Mengingkari perasaan-perasaan sendiri
dengan cara memantulkannya kepada orang lain. Sering terjadi,
perasaan-perasaan yang dipantulkan kepada orang lain
merupakan atribut yang dimilikinya. Dalam teknik bermain
proyeksi konselor meminta kepada klien untuk mencobakan atau
melakukan hal-hal yang diproyeksikan kepada orang lain.
h) Teknik Pembalikan
Gejala-gejala dan perilaku tertentu sering kali mempresentasikan
pembalikan dari dorongan-dorongan yang mendasarinya. Dalam
teknik ini konselor meminta klien untuk memainkan peran yang
berkebalikan dengan perasaan-perasaan yang dikeluhkannya.
Misalnya : konselor memberi kesempatan kepada klien untuk
memainkan peran “ekshibisionis” bagi klien pemalu yang
berlebihan. 27
26
Waskam Ashari, ‘Pengembangan Model Konseling Dengan Tehnik Pengelolaan Diri’,
Jurnal Bimbingan Konseli, 2016, 129.
27
Ibid.
19
untuk bertahan dengan ketakutan atau kesakitan perasaan yang
dialaminya sekarang dan mendorong klien untuk menyelam lebih
dalam ke dalam tingkah laku dan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.
Untuk membuka dan membuat jalan menuju
perkembangan kesadaran perasaan yang lebih baru tidak cukup
hanya mengkonfrontasi dan menghadapi perasaan-perasaan yang
ingin dihindarinya tetapi membutuhkan keberanian dan
pengalaman untuk bertahan dalam kesakitan perasaan yang ingin
dihindarinya itu.
k) Adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan
membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan
28
Gerald Corey, Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi (Bandung: Refika Aditama, 2015).
20
dirinya dengan perilaku yang diinginkan. Latihan-latihan yang
diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri klien.
m) Imitasi
Teknik untuk menirukan secara terus menerus suatu model
perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan
perilakunya sendiri yang negatif.29
29
Ibid.
21
C. Penutupan
Kesimpulan
Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan
melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor)
kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan
berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok
individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang
optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk
mencapai kesejahteraan hidup.
Pendekatan Bimbingan dan Konseling adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
seorang konselor untuk mendekati kliennya sehingga klien mau menceritakan
masalahnya.
Metode bertujuan membantu konseling mengaktualisasikan potensi baik yang
dimiliki, terutama klien yang kurang memperoleh pengalaman lingkungan untuk
memenuhi tujuan dan keinginannya. Seorang konseling mungkin belum memahami
motif sebenarnya yang mendasari tingkah lakunya atau belum memahami bakat dan
minat yang sesungguhnya. Oleh karena itu konselor yang mengerti motif konseli yang
sebenarnaya akan menjelakan hal tersebut, sejak awal konselor harus berusaha
mencipatakan hubungan baik dengan konseli yang ditandai atau didasari rasa empati.
Sedangkan tehnik adalah suatu cara (kepandaian, pengetahuan dll) untuk
membuat atau melakukan sesuatu. Jadi Tehnik Bimbingan dan Konseling adalah
Suatu cara yang harus digunakan oleh seorang konselor dalam melaksanakan kegiatan
Bimbingan dan Konseling.
Manfaat pendekatan teknik bimbingan dan konseling yaitu untuk membantu
konselor mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk
mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli. Dan memberikan kemudahan
kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi,
selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli. Juga Menolong konseli
memahami dirinya, menjernihkan serta merefleksikan kembali perasaan-perasaan dan
sikap-sikap yang dinyatakan konseling.
22
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir, Bimbingan Dan Konseling Islam (Jakarta: Amzah, 2017)
Andriyani, Wiwik Dyah, Iis Salsabila, Yeti Suparmika, Helmi Khalid Syammach, and Nur
Cahyaningtyas, Rizky, Anny Fitria Devi, Aprilia Dwi, and Kurnia Utomo, ‘Teknik
Jurnal Pendidikan Agama Islam Dan Manajemen Pendidikan Islam, 2.1 (2023), 1–8
Corey, Gerald, Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi (Bandung: Refika Aditama,
2015)
Hartanti, Jahju, M. Nafis Wahyudiansah, and Moesarofah, ‘Dialog Socrates Dalam Layanan
Bimbingan Dan Konseling’, Prosiding Seminar & Lokakarya Nasional Bimbingan Dan
Khasanah, Hidayatul, Yuli Nurkhasanah, and Agus Riyadi, ‘Metode Bimbingan Dan
Konseling Islam Dalam Menanamkan Kedisiplinan Sholat Dhuha Pada Anak Hiperaktif
<https://doi.org/10.21580/jid.v36i1.1623>
Lubis, Saiful Akhyar, Konseling Islam (Kyai Dan Pesantren (Elsaq Press, 2012)
23
Malik, Oemar, Pendidikan Guru: Berdasrkan Pendekatan Kompetensi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2016)
Masdudi, ‘BIMBINGAN DAN KONSELING Prespektif Sekolah’, Nurjati Press, 2015, 215
Poerwadaminta, W.J.S, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999)
Prafitra, Nugraheni, ‘Modul 5 Strategi Layanan Responsif’, Modul Belajar Mandiri, 2021,
149–236 <https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/BimbinganKonseling/Modul
Puspita Sari, Endah, Sri Hartati, and Rini Siswanti, ‘Teknik-Teknik Bimbingan Dan
Suhesti, Lihat, and Endang Eriati, Bagaimana Konselor Sekolah Bersikap, Pustaka Be
(Yogyakarta, 2015)
NoerFikri, 2023)
<http://www.syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/edueksos/article/view/638/0>
Wahyuni, Eka, and Gantina Komalasari, Teori Dan Tehnik Konseling (Jakarta: Indeks, 2011)
Willis, Sofyan s, Konseling Individual (Teori Dan Praktek) (Bandung: Cv. Alfabet, 2013)
Yusuf, Syamsul, Landasan Bimbingan Dan Konseling (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2016)
24