Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PERANAN MAJELIS TA’LIM NURUL ATAUWABU DALAM

MENINGKATKAN PENGETAHUAN PENDIDIKAN ISLAM PADA


MASYARAKAT DESA B. KHALIPAH

Pipi Andriani1, Defi Antika2, Alfiah Hairani3, Khairina Janani4


Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Email: pipiandriani5@gmail.com1, defiantika6@gmail.com2,
alfiahkhairanialfiah@gmail.com3, Khairinajananipasaribu@gmail.com4
Abstrak
Majelis Ta'lim berfungsi sebagai tempat atau sarana informal yang umumnya dihadiri oleh
masyarakat setempat untuk meningkatkan pemahaman agama dan nilai-nilai Islam. Tujuan dalam
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran Majelis Ta’lim Nurul Atauwabu dalam
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pendidikan Islam pada masyarakat setempat dan
mengetahui hambatan-hambatan Majelis Ta’lim Nurul Atauwabu dalam meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman pendidikan Islam pada masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data melibatkan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Adapun hasil penelitian mengenai peranan Majelis Ta’lim Nurul
Atauwabu dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pendidikan Islam pada masyarakat
adalah sebagai wadah dalam meningkatkan pengetahuan keagamaan, sebagai wadah pembelajaran
seumur hidup berdasarkan masyarakat, sebagai jalan terjalinnya jaringan komunikasi dan silaturahim,
dan sebagai wadah pembelajaran tanpa memerlukan biaya (gratis). Pengelola Majelis Ta'lim Nurul
Atauwabu berupaya membina keagamaan masyarakat dengan menjalankan kegiatan pengajian (kajian
ceramah) secara teratur dan terjadwal serta penggalangan dana untuk orang yang membutuhkan.
Hambatan dalam pelaksanaan ta’lim ini muncul pada dua faktor, yakni faktor internal dan faktor
eksternal. Dalam faktor internal, terdapat halangan seperti sakitnya pengasuh atau jama'ah,
permasalahan dalam pendidikan, dan adanya musibah. Sementara itu, faktor eksternal melibatkan
penyelenggaraan hari besar dan kesibukan dalam pekerjaan.
Kata Kunci: Islam, Keagamaan, Majelis Ta’lim, Masyarakat, Peran

Abstract
The Ta'lim Council functions as an informal place or facility which is generally attended by the local
community to increase understanding of religion and Islamic values. The aim of this research is to
find out the role of the Nurul Atauwabu Ta'lim Council in increasing knowledge and understanding of
Islamic education in the local community and to find out the obstacles to the Nurul Atauwabu Ta'lim
Council in increasing knowledge and understanding of Islamic education in the community. This
research uses a qualitative approach with a qualitative descriptive research type. Data collection
techniques involve observation, interviews and documentation. The results of the research regarding
the role of the Nurul Atauwabu Ta'lim Council in increasing knowledge and understanding of Islamic
education in society are as a forum for increasing religious knowledge, as a forum for lifelong
learning based on community, as a way to establish communication networks and friendship, and as a
forum for learning without the need for fee (free). The management of the Majlis Ta'lim, Nurul
Atauwabu, tries to foster community religion by carrying out regular and scheduled recitation
activities (lectures) as well as raising funds for people in need. Obstacles in implementing this ta'lim
arise from two factors, namely internal factors and external factors. In terms of internal factors, there
are obstacles such as illness of the caregiver or congregation, problems in education, and disasters.
Meanwhile, external factors involve organizing big holidays and being busy at work.

Keywords: Islam, Religion, Ta'lim Council, Society, Role

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan semua proses pembelajaran yang terjadi sepanjang hidup, di
berbagai tempat dan situasi, yang memberikan dampak positif pada perkembangan setiap
individu.1 Pendidikan memegang peran yang signifikan dalam membentuk generasi di masa
depan. Melalui pendidikan, diharapkan dapat dihasilkan individu-individu yang memiliki
kualitas, tanggung jawab, dan kemampuan untuk menghadapi masa depan. Pendidikan,
dengan signifikansi yang melibatkan berbagai dimensi, senantiasa mendorong dan ikut serta
dalam transformasi dan kemajuan manusia.2 Oleh karena itu, usaha pendidikan secara
konsisten membimbing dan mengarahkan transformasi serta evolusi kehidupan dan eksistensi
umat manusia.
Pendidikan Islam memegang peran penting dalam membentuk kepribadian dan moral
masyarakat Muslim. Fokus pendidikan Islam adalah untuk meningkatkan keyakinan,
penghayatan, pemahaman, dan praktik ajaran agama Islam. Pendidikan Islam merupakan
upaya yang disengaja, di mana aktivitas pembimbingan, pengajaran, dan latihan dilakukan
oleh pengajar secara terencana dan disadari.3
Menurut Ahmad Supardi, sebagaimana yang dikutip oleh Elihami dan Ahmad Syahid,
pendidikan agama Islam adalah suatu bentuk pendidikan yang didasarkan pada prinsip-
prinsip Islam atau petunjuk agama Islam, yang bertujuan membimbing dan membentuk
karakter individu Muslim.4 Hal ini mencakup pengembangan kesalehan kepada Allah SWT,
penerimaan dan penghargaan terhadap orang tua dan sesama, serta rasa cinta terhadap tanah
air sebagai anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.
Tujuannya adalah dapat mengembangkan dan memperkuat akidah melalui penyampaian,
pembinaan, dan peningkatan pemahaman, penghayatan, penerapan, pembiasaan, serta

1
Desi Pristiwanti et al., “Pengertian Pendidikan,” Jurnal Pendidikan Dan Konseling 4, no. 6 (2022):
7911–15.
2
Ahmad Marzuki, “Dinamika Dan Peran Majelis Ta’Lim Dalam Meningkatkan Pengetahuan
Keagamaan Di Wilayah Suku Tengger,” Mafhum 1, no. 2 (2016), h. 188.
http://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/mafhum/article/download/232/152
3
Abdul Wafi, “Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam,” Edureligia; Jurnal Pendidikan
Agama Islam 1, no. 2 (2017), h. 138, https://doi.org/10.33650/edureligia.v1i2.741.
4
Elihami Elihami and Abdullah Syahid, “Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam
Membentuk Karakter Pribadi Yang Islami,” Edumaspul: Jurnal Pendidikan 2, no. 1 (2018), h. 85,
https://doi.org/10.58218/kasta.v2i3.408.
pengalaman terkait ajaran Islam.5 Hal ini bertujuan untuk menciptakan individu Muslim yang
terus mengembangkan iman dan ketakwaannya kepada Allah SWT, sehingga pada akhirnya
membentuk warga negara Indonesia yang patuh pada ajaran agama dan memiliki moral yang
luhur.
Pada era modern ini, tantangan dalam menjaga keberlanjutan dan kualitas pendidikan
Islam semakin kompleks. Pendidikan Islam melibatkan pembelajaran iman dan praktik amal.
Hal ini disebabkan oleh kandungan ajaran Islam yang melibatkan norma-norma sikap dan
perilaku, yang mengarahkan individu dalam masyarakat menuju kehidupan yang sejahtera,
baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu, pendidikan Islam mencakup aspek
pendidikan individu dan masyarakat. Dalam mencapai tujuan pendidikan agama Islam pada
masyarakat, diperlukan dukungan yang mendukung jalannya proses tersebut.
Belajar bukan hanya terbatas pada anak-anak, tetapi juga bagi orang tua. Orang tua yang
sibuk dengan pekerjaan mungkin menghadapi kendala untuk mendapatkan pengetahuan
tambahan melalui lembaga pendidikan formal. Dalam menghadapi situasi tersebut, para
orang tua tentunya akan mencari cara lain untuk meningkatkan dan mendalami pengetahuan
agama. Mereka tidak hanya terbatas pada pendidikan formal, tetapi dapat juga mengaksesnya
melalui jalur pendidikan nonformal.
Salah satu yang memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan untuk
meningkatkan pengetahuan pendidikan Islam dalam masyarakat adalah Majelis Ta'lim.
Majelis Ta'lim merupakan wadah informal yang umumnya dihadiri oleh masyarakat untuk
memperdalam pemahaman agama dan nilai-nilai ajaran Islam. Majelis ta'lim bukan hanya
ditujukan bagi orang tua saja atau masyarakat, melainkan terbuka untuk semua orang,
melainkan para generasi muda yang berkeinginan untuk mendapatkan pengetahuan melalui
jalur pendidikan nonformal ini.6
Secara sederhana, majelis ta'lim dapat dianggap sebagai wadah pertemuan individu yang
membahas aspek pengetahuan agama. Dalam konteks ini, terbentuknya ikatan silaturrahmi
menjadi tidak terelakkan, dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran
yang penting dari agama dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Abdul Fatah sebagaimana dikutip oleh Ismatul Izzah bahwa ta’lim tidak hanya
melibatkan pengetahuan yang bersifat lahiriah, tetapi juga mencakup pemahaman teoritis dan

5
Nur Ahyat, “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” Edusiana : Jurnal Manajemen Dan
Pendidikan Islam 4, no. 1 (2017), h. 26-27. http://ejournal.stainim.ac.id/index.php/edusiana
6
Ahmad Rifa’i, Ahmad Muzakki, and Muhammad Nasir, “Peran Majelis Ta’lim Inayatut Thalibin
Dalam Meningkatkan Wawasan Dan Pemahaman Keagamaan Masyarakat Desa Sungai Sandung,” Al-Khidma:
Jurnal Pengabdian Masyarakat 3, no. 2 (2023), h. 96, https://doi.org/10.35931/ak.v3i2.993.
penguasaan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Ini mencakup
perintah untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut dan dijadikan sebagai pedoman dalam
menjalani hidup berdasarkan Al-Qur’an dan hadits.7
Dalam kaitannya dengan peningkatan pengetahuan pendidikan Islam, Majelis Ta'lim
memainkan peran yang sangat penting. Majelis ini tidak hanya menyediakan ruang bagi
masyarakat untuk memperoleh pengetahuan agama, tetapi juga dapat menjadi pusat
pembelajaran yang mendalam tentang prinsip-prinsip Islam dalam konteks pendidikan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan analisis mendalam terkait peranan Majelis Ta'lim dalam
meningkatkan pengetahuan pendidikan Islam pada masyarakat.
Selanjutnya, kajian mengenai peranan majelis ta’lim dalam meningkatkan pengetahuan
pendidikan Islam pada masyarakat sudah banyak diteliti oleh sejumlah peneliti, diantaranya
ialah penelitian tentang nilai-nilai Pendidikan Islam dalam kegiatan ta’lim di majelis
Syubbanul Musthofa Bandar Lampung oleh Muhammad Abdurrahman pada tahun 2021,
penelitian tentang peran majelis ta’lim Nur Anisah dalam meningkatkan pengetahuan
Pendidikan agama Islam masyarakat desa Rawamangun oleh Istiqomah pada tahun 2021,
penelitian tentang peran majelis ta’lim Al-Hidayah dalam meningkatkan kualitas Pendidikan
Islam masyarakat desa Lumbewe oleh Nurfadillah, 8 penelitian tentang peranan majelis taklim
Nurul Ikhsan dalam pembentukan sikap keagamaan remaja di desa Baturaja kecamatan
Pondok Kubang oleh Lili Nur Indah Sari, 9 dan penelitian tentang dinamika dan peran majelis
ta’lim dalam meningkatkan pengetahuan keagamaan di wilayah suku Tengger oleh Ahmad
Marzuki.10
Berdasarkan literature review di atas, penelitian sebelumnya telah membahas peran
majelis ta’lim, namun penelitian ini secara khusus mengfokuskan analisis pada Peranan
Majelis Ta’lim Nurul Atauwabu dalam Meningkatkan Pengetahuan Pendidikan Islam pada
Masyarakat Desa B. Khalipah, dengan perbedaan utama terletak pada lokasi penelitian.
Meskipun demikian, tulisan-tulisan tersebut tetap menjadi referensi, mencerminkan
pemikiran, sekaligus berfungsi sebagai sumber informasi yang menginspirasi penulis untuk

7
Ismatul Izzah, “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Masyarakat Madani,”
Pedagogik : Jurnal Pendidikan 5, no. 1 (2018), h. 54.
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik/article/view/219
8
Nurfadillah, Skripsi: “Peran Majelis Ta’lim Al-Hidayah Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Islam Masyarakat Desa Lumbewe Kecamatan Burau” (Sulawesi Selatan: IAIN Palopo, 2018).
9
Lili Nur Indah Sari, Skripsi: “Peranan Majelis Taklim Nurul Ikhsan Dalam Pembentukan Sikap
Keagamaan Remaja Di Desa Baturaja Kecamatan Pondok Kubang Kabupaten Bengkulu Tengah” (Bengkulu:
IAIN Bengkulu, 2018).
10
Ahmad Marzuki, “Dinamika Dan Peran Majelis Ta’Lim Dalam Meningkatkan Pengetahuan
Keagamaan Di Wilayah Suku Tengger,” Mafhum 1, no. 2 (2016).”
menjelajahi secara mendalam topik-topik yang berkaitan dengan permasalahan dalam
penelitian ini.
Dalam konteks inilah, artikel ini bertujuan untuk melakukan analisis terperinci terkait
bagaimana peran Majelis Ta’lim Nurul Atauwabu dalam meningkatkan pengetahuan
pendidikan Islam pada masyarakat? Bagaimana upaya yang dilakukan pengasuh Majelis
Ta’lim Nurul Atauwabu dalam meningkatkan pengetahuan pendidikan Islam pada
masyarakat? Bagaimana hambatan-hambatan Majelis Ta’lim Nurul Atauwabu dalam
meningkatkan pengetahuan pendidikan Islam pada masyarakat? Bagaimana dampak dan
efektivitas peran Majelis Ta'lim Nurul Atauwabu dalam meningkatkan pengetahuan
pendidikan Islam?. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan bukti empiris yang
dapat mendukung kontribusi positif Majelis Ta'lim terhadap peningkatan pengetahuan
masyarakat dalam hal pendidikan Islam. Penelitian ini juga berusaha untuk mengeksplorasi
faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas Majelis Ta'lim dalam mencapai tujuan
pendidikan Islam di tengah dinamika sosial masyarakat modern.

METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif merupakan pendekatan dalam
mendeskripsikan obyek atau fenomena yang terjadi saat penelitian berlangsung secara
sistematis yang dituangkan dalam tulisan yang bersifat naratif dengan berisikan data dan
fakta yang dihimpun berbentuk kata, gambar daripada angka.11 Penelitian ini dilaksanakan di
Desa B. Khalipah. Subjek dalam penelitian ini yaitu masyarakat yang mengikuti atau sebagai
anggota majelis Ta’lim Nurul Atauwabu. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini melibatkan observasi, wawancara dan dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Peran Majelis Ta’lim Nurul Atauwabu dalam Meningkatkan Pengetahuan
Pendidikan Islam Masyarakat Desa Bandar Khalipah
Pembinaan pendidikan Islam (keagamaan) merupakan kewajiban suci yang
diberikan pada setiap Muslim, di mana pun mereka berada. Prinsip ini dijelaskan dalam
al-Quran dan ajaran Rasulullah SAW, yang mewajibkan dakwah untuk menyebarkan dan

11
Albi Anggito and Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jawa Barat: CV Jejak, 2018),
https://www.google.co.id/books/edition/Metodologi_penelitian_kualitatif/59V8DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&d
q=METODOLOGI+PENELITIAN+KUALITATIF+DAN+DESKRIPTIF&printsec=frontcover.
menyampaikan agama Islam kepada masyarakat. 12 Pembinaan keagamaan merujuk pada
upaya atau tindakan yang bertujuan untuk membentuk, mengembangkan, dan
memperkuat aspek-aspek keagamaan dalam diri seseorang atau suatu kelompok. Ini
mencakup berbagai kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman,
keyakinan, dan praktik keagamaan.13
Tujuan dari pembinaan keagamaan dapat bervariasi, termasuk memperkuat iman dan
ketaqwaan, membentuk karakter yang sesuai dengan ajaran agama, mengembangkan
pemahaman yang lebih mendalam terhadap nilai-nilai spiritual, dan mendukung
kehidupan beragama yang aktif dan bertanggung jawab.14
Majelis ta’lim adalah sebuah forum atau pertemuan reguler di mana anggota
masyarakat, khususnya umat Muslim, berkumpul untuk belajar dan mendiskusikan
aspek-aspek keagamaan, seperti ajaran Islam, tafsir Al-Quran, hadis, serta nilai-nilai dan
praktik keIslaman. Majelis ta'lim bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman agama, memperkuat iman, dan membangun komunitas yang lebih
berpengetahuan dan taat agama.15
Pada umumnya, majelis ta'lim diadakan di masjid, langgar, atau tempat-tempat
ibadah lainnya. Kegiatan ini biasanya dipimpin oleh seorang ustadz (pendidik agama)
atau seseorang yang memiliki pengetahuan agama yang memadai. Materi yang dibahas
dalam majelis ta'lim dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat pemahaman
peserta.
Majelis ta'lim tidak hanya memusatkan perhatian pada aspek teoritis keagamaan,
tetapi juga mencoba mengimplementasikan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga, selain sebagai tempat belajar, majelis ta'lim juga sebagai wadah
dalam membangun solidaritas dan kebersamaan dalam masyarakat yang berpegang teguh
pada prinsip-prinsip keagamaan.
Majlis ta‟lim Nurul Atauwabu merupakan tempat sarana belajar mengajar untuk
membina pendidikan agama Islam masyarakat Desa Bandar Khalipah. Sebagaimana

12
Cucu, Revitalisasi Dakwah Pinggiran: Penguatan Profesionalitas Da’i Dan Infrastruktur Dakwah
(Kalimantan Barat: IAIN Pontianak Press, 2017), h. 165. Prosiding Seminar Nasional Manajemen Dakwah IAIN
Pontianak Tahun 2017 - Google Books
13
Amirudin La Dae, Upaya Pencegahan Paham Radikalisme Di Tingkat Madrasah Aliyah (Jawa
Barat: CV. Adanu Abimata, 2023), h. 98. UPAYA PENCEGAHAN PAHAM RADIKALISME DI TINGKAT
MADRASAH ALIYAH - Google Books
14
Ali Sadikin, Gita Jaya: Catatan H. Ali Sadikin, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta,
1966-1977 (Jakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta, 1977), h. 170. Gita Jaya - Google Books
15
Ahyat, “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam…..”
wawancara yang diungkapkan oleh salah seorang pengurus majelis ta’lim Nurul
Atauwabu bernama Ibu Marni:
“Majlis ta‟lim ini didirikan untuk mengisi waktu luang masyarakat setempat
dengan kegiatan yang didalamnya terdapat nilai-nilai keagamaan. Terbentuknya
majelis Nurul Atauwabu dilatarbelakangi oleh kebutuhan masyarakat untuk
memperdalam pemahaman agama Islam. Majelis ta’lim ini didirikan sebagai upaya
dalam menjaga dan memperkuat nilai-nilai agama Islam dalam menghadapi
pengaruh-pengaruh negative dari luar.”
Dengan demikian, latar belakang terbentuknya majelis ta'lim Nurul Atauwabu dapat
dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat untuk memperdalam pemahaman agama,
respons terhadap perkembangan sosial dan budaya, serta inisiatif individu atau kelompok
yang ingin berbagi pengetahuan agama. Majelis ta’lim Nurul Atauwabu menjadi tempat
yang cocok untuk belajar dan memahami ajaran agama Islam secara lebih mendalam
untuk di lingkungan masyarakat kita ini.
Peran pembinaan keagamaan merujuk pada aktivitas dan ajakan yang dilakukan
secara lisan, tertulis, melalui perilaku, dan sebagainya. Hal ini dilakukan dengan sadar
dan terencana, dengan maksud mempengaruhi orang lain baik secara perorangan maupun
dalam kelompok. Tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan kesadaran dalam diri
seseorang terkait sikap penghayatan dan pengalaman terkait dengan ajaran agama Islam.
Pentingnya peran ini terletak pada upaya untuk membentuk kesadaran tersebut tanpa
adanya unsur paksaan dari pihak manapun.16
Peran dalam pembinaan keagamaan, melibatkan aspek-aspek yang sangat beragam,
termasuk mengajak individu yang belum menganut agama Islam untuk mengenal dan
memilih agama ini. Selain itu, upaya untuk mendorong perilaku yang baik, menolak
yang buruk, serta berbagai upaya memperbaiki dan membangun diri menjadi lebih baik.
Hal ini dilakukan dalam rangka mewujudkan ajaran Islam dalam segala aspek
kehidupan.17 Sebagaimana firman Allah SWT. dalam surah An-Nahl ayat 125 yang
artinya:
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmat dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya
Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

16
Munawir Sjadzali, Amal Bakti Departemen Agama R.I., 3 Januari 1946-3 Januari 1996 50 Tahun
Departemen Agama : Eksistensi Dan Derap Langkahnya 1996 (Jakarta: Departemen Agama R.I, 1996), h. 110.
Amal bakti Departemen Agama R.I., 3 Januari 1946-3 Januari 1996 - Google Books
17
Sjadzali….
Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan dengan nuansa Islami seharusnya mendapatkan
perhatian dan dukungan dari kalangan masyarakat, agar dapat membangun generasi yang
memiliki kecerdasan intelektual dan keseimbangan mental spiritual, yang akan
membantu mereka menghadapi era yang terus berkembang. Islam menganggap
pendidikan keagamaan sebagai sesuatu yang memiliki kepentingan besar bagi manusia,
bahkan dianggap sebagai elemen tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Pentingnya
pendidikan agama Islam (keagamaan) tidak hanya dirasakan oleh individu dalam konteks
kehidupan keluarga dan masyarakat, tetapi juga dalam konteks kehidupan berbangsa.
Adapun dalam hal ini, peneliti mendeskripsikan beberapa peran Majlis Ta'lim Nurul
Atauwabu dalam membimbing dan meningkatkan pendidikan Islam pada masyarakat
desa Bandar Khalipah, sebagai berikut:
1. Sebagai Wadah dalam Peningkatan Pengetahuan Keagamaan
Peningkatan pemahaman keagamaan tidak hanya terbatas pada lembaga
pendidikan formal seperti pesantren, namun juga dapat dilakukan melalui
pendidikan informal seperti silaturahmi.18 Menghadiri rapat Tarim mempunyai dua
fungsi pokok. Dengan kata lain, peran pendidikan Islam adalah melestarikan dan
mengembangkan ajaran. Islam SWT bertujuan membentuk masyarakat yang taat
kepada Allah. Di sisi lain, dalam fungsi pendidikannya, Majelis Tarim berfungsi
sebagai wadah kegiatan pembelajaran masyarakat setempat.
Peran Majelis Talim Nurul Atawwab adalah sebagai wadah untuk memperoleh
ilmu pengetahuan Islam dan meningkatkan pemahaman terhadap prinsip-prinsip
utama Islam, seperti fiqh, tauhid, dan tasawuf. Silaturahmi Tarim juga menjadi
tempat berkembang biaknya para penganut agama pemula yang nantinya akan
memberikan ilmu kepada masyarakat.
Oleh karena itu, peningkatan ilmu agama dapat terjadi bila jemaah sungguh-
sungguh mengikuti bacaan-bacaan para pemimpin tarekat Tarim. Hal tersebut
mencerminkan komitmen keagamaan dalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan,
amalan ibadah dan muamalah.
2. Sebagai Wadah Pembelajaran Seumur Hidup Berdasarkan Masyarakat
Dalam era yang terus berkembang dan modern, mengasuh anak tanpa
memberikan pengertian tentang pengetahuan agama dan umum mungkin akan
menjadi kekurangan atau bahkan kegagalan dalam peran pendidikan keluarga. Oleh
18
Kholis Tohir, Model Pendidikan Pesantren Salafi (Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2020), h.
129. MODEL PENDIDIKAN PESANTREN SALAFI - Google Books
karena itu, peran Majelis Tarim sangat penting bagi masyarakat. Selain itu, lembaga
pendidikan non-formal berbasis masyarakat ini dapat dianggap sebagai lingkungan
pembelajaran seumur hidup.
Dalam pelaksanaannya, peserta masyarakat yang menghadiri rapat Majelis
Tarim Nurul Atawwab dan melaksanakan pembacaan tidak terikat dengan komposisi
kelas seperti yang terjadi di sekolah. Tidak ada batasan berdasarkan usia atau
tingkat pendidikan, dan partisipasi masyarakat terbuka untuk semua lapisan
masyarakat. Hal ini membuatnya dapat diakses oleh semua kalangan dan tidak
menjadi hambatan bagi mereka yang ingin berpartisipasi dalam pendidikan agama.
Dengan demikian, pertemuan tarim memberikan alternatif pendidikan bagi
masyarakat, khususnya orang tua yang mempunyai keterbatasan waktu, tenaga,
biaya, dan kesempatan memperoleh ilmu agama dan umum melalui jalur formal.
Majlis Tarim dianggap sebagai lembaga pendidikan yang berhubungan erat dengan
masyarakat dan memberikan kesempatan pendidikan kepada mereka yang tidak
memiliki sumber daya finansial, waktu, atau tenaga untuk memperoleh ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu agama, melalui jalur formal. Majelis Tarim diakui
sebagai wadah pembelajaran seumur hidup berbasis masyarakat karena pelaksanaan
kegiatannya tidak dibatasi oleh batasan waktu. 19 Analisa yang cermat menunjukkan
bahwa Majelis Tarim memberikan kontribusi penting terhadap pengetahuan
masyarakat terhadap ajaran Islam, apalagi mayoritas masyarakat belum memiliki
pemahaman yang mendalam tentang ilmu agama Islam secara keseluruhan.
3. Sebagai Jalan Terjalinnya Jaringan Komunikasi dan Silaturahim
Komunikasi mengacu pada serangkaian tindakan yang menyampaikan pesan
antara satu orang dengan orang lain dengan tujuan memberikan informasi secara
langsung atau tidak langsung dan mengubah sikap, pandangan, dan perilaku. 20
Begitu pula dengan komunikasi antara ustaz atau ustaza dengan jamaah. Di Tarim,
komunikasi yang bertujuan untuk mentransmisikan ilmu agama Islam dilakukan
dengan tujuan untuk memperluas ilmu agama.
Peran majlis ta'lim sebagai tempat yang paling tepat untuk menjalankan
silaturrahim dianggap sebagai cara efektif untuk mencegah perpecahan yang pada

19
Diauddin, Implikasi Manajemen Pembelajaran Dayah Di Aceh (Sumatera Barat: CV. Azka Pustaka,
2022), h. 43. IMPLIKASI MANAJEMEN Pembelajaran Dayah Di Aceh - Google Books
20
Suhaidi and Shabri Shaleh Anwar, Kurikulum Majlis Taklim (Fiqih - Tauhid - Tasawuf) (Riau: PT.
Indragiri Dot Com, 2020), h. 67-68. Kurikulum Majlis Taklim - Google Books
Peran Majlis Tarim sebagai wadah paling tepat bagi terwujudnya silaturahmi pada
umumnya dipandang sebagai cara yang efektif untuk mencegah perpecahan akibat
perbedaan. Kegiatan yang dilakukan di Majlis Tarim merupakan upaya untuk
mempersatukan masyarakat dan mempererat hubungan persahabatan dalam
masyarakat (jamaah).21 Majlis Tarim Nurul Atawab tidak hanya berfungsi sebagai
tempat pembelajaran agama Islam, namun juga berhasil menjadi warna yang
menggalang solidaritas sosial. Kuat di kalangan umat Islam melalui persahabatan.
Oleh karena itu Majlis Tarim dapat menyediakan lingkungan yang cukup luas
untuk menjalankan fungsi pemulihan spiritual melalui pesan moral dan nasehat yang
disampaikan. Dalam keadaan seperti ini, melalui berkumpulnya Tarim, terciptalah
keseimbangan sosial yang dapat dinikmati oleh seluruh anggota masyarakat, dan
dengan demikian sebagai hamba Allah, dengan tujuan untuk memperkaya pikiran
mereka dengan pandangan dan ajaran Islam..
4. Tempat Pembelajaran Tanpa Memerlukan Biaya (Gratis)
Pendidikan tanpa biaya merujuk pada akses pendidikan yang tersedia untuk
individu tanpa memerlukan pembayaran atau biaya yang signifikan. Konsep ini
muncul sebagai respons terhadap tantangan ekonomi yang dihadapi oleh beberapa
masyarakat yang sulit mengakses pendidikan formal akibat keterbatasan finansial.
Pendidikan pada masa kini sering kali melibatkan biaya yang cukup tinggi.
Keterjangkauan pendidikan sering kali bergantung pada kondisi ekonomi
masyarakat, terutama ketika situasi ekonomi sedang sulit. Majelis ta'lim dapat
dianggap sebagai alternatif atau arah yang dapat diandalkan bagi mereka yang
memiliki keterbatasan ekonomi, terutama dalam mencapai pendidikan yang lebih
baik.
Fakta ini sesuai dengan hasil penelitian di majelis ta'lim Nurul Atauwabu.
Lembaga ini juga tidak mengenakan biaya dalam melaksanakan kegiatannya. Biaya
pendidikan menjadi faktor krusial yang menentukan kemungkinan terlaksananya
proses pendidikan, dan pada masa sekarang sedikit pendidikan yang gratis. Akan
tetapi, majelis ta'lim Nurul Atauwabu. menjadi salah satu lembaga pendidikan yang
memahami kebutuhan masyarakat dan menawarkan pendidikan dengan biaya yang
terjangkau.

21
Ali Iskandar, Ikhtiar Memakmurkan Rumah Allah: Panduan Operasional Masjid (Jawa Barat: CV.
Jejak, 2019), h. 59. Ikhtiar Memakmurkan Rumah Allah: Panduan Operasional Masjid - Google Books
B. Upaya Pengelola Majelis Ta’lim Nurul Atauwabu Dalam Membina Pendidikan
Islam Masyarakat Desa Bandar Khalipah
1. Kegiatan Pengajian (Kajian Cermah) Secara Rutin dan Terjadwal
Majelis Ta'lim Nurul Atauwabu mengatur program kegiatan berupa pengajian
yang dilaksanakan secara berkala dua kali dalam seminggu. Kegiatan pengajian ini
merupakan inti dari usaha pengelola Majelis Ta'lim Nurul Atauwabu dalam
membimbing jamaah, dan seringkali diadakan di masjid desa Khalipah atau di
rumah para jamaah. Dalam pengajian rutin tersebut, agenda biasanya melibatkan
pembacaan Yasinan, Asmaul Husna, ceramah agama, dan juga arisan para jama’ah
Majelis Ta'lim. Sebagaimana Ibu Rasini menjelaskan bahwa:
“Ceramah dalam pengajian dapat membahas berbagai topik agama, seperti
akhlak, ibadah, kehidupan Rasulullah, atau kisah-kisah dalam Islam.
Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman dan inspirasi kepada
anggota majelis ta'lim. biasanya mengudang ustadz untuk datang sekitar
sebulan sekali atau dua Minggu sekali.”
Ceramah agama dalam pengajian yang rutin bermaksud memberikan
pemahaman rohaniah kepada jamaah sebagai umat Islam dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah Swt. Materi ceramah bervariasi tergantung permintaan jamaah
dan preferensi penceramahnya. Biasanya, topik yang dibahas melibatkan tafsir,
fiqih, dan aqidah. Dalam sesi ceramah ini, interaksi dua arah diterapkan dengan
adanya tanya jawab, memberikan kesan yang tidak monoton dan membosankan
karena ada umpan balik yang melibatkan ustadz dan para jamaah.22
Dalam studi ilmu fiqh, tujuan dari kegiatan ini adalah agar anggota jama'ah
mampu melakukan ibadah sesuai dengan kaidah-kaidah ajaran yang benar.
Sementara dalam studi ilmu akhlak, upaya dilakukan untuk menanamkan nilai moral
dan berbudi pekerti yang luhur kepada jama’ah.
Fungsi dari pengajian adalah untuk menyampaikan, mengajarkan, dan
memperdalam pengetahuan agama, serta memotivasi dan meningkatkan pemahaman
serta amalan keagamaan dalam rangka mendekatkan diri kepada nilai-nilai spiritual.
Pengajian juga dapat menjadi wadah untuk memperkuat ikatan sosial dan komunitas
dalam konteks keagamaan.

22
Muhamad Munir, “Peran Majelis Ta’lim Selaparang Dalam Pembinaan Keagamaan Masayarakat,”
Jurnal Penelitian Keislaman 15, no. 2 (2020), h. 112, https://doi.org/10.20414/jpk.v15i2.1633.
2. Penggalangan Dana Bagi Orang Yang Membutuhkan
Program ini memiliki tujuan mulia untuk membantu meringankan beban hidup
orang-orang yang tengah menghadapi kesulitan finansial. Para pengurus Majelis
Ta'lim menetapkan berbagai strategi untuk menggalang dana dengan cara yang halal
dan bermanfaat. Beberapa kegiatan yang direncanakan melibatkan partisipasi
seluruh anggota, seperti pengajian amal, bazar amal, dan acara sosial lainnya.
Sebagai bagian dari program ini, para anggota majelis ta'lim Nuru Atawabu
juga mengajak masyarakat sekitar dan pihak-pihak lain yang peduli untuk
berpartisipasi dalam penggalangan dana ini. Selain memberikan dukungan finansial,
program ini diarahkan untuk membangun rasa solidaritas dan kepedulian sosial di
antara warga masyarakat. Melalui kegiatan ini, Majelis Ta'lim Nurul Atauwabu
berharap dapat menjadi agen perubahan positif dalam membantu mereka yang
sedang mengalami kesulitan, sekaligus memperkuat tali ukhuwah di antara
anggotanya dan masyarakat luas.

C. Hambatan-Hambatan Majelis Ta’lim Nurul Atauwabu dalam Meningkatkan


Pengetahuan Pendidikan Islam Masyarakat Desa Bandar Khalipah
Kesuksesan selalu menjadi harapan setiap kali kita terlibat dalam suatu kegiatan.
Namun, tidak dapat diabaikan bahwa hambatan-hambatan dapat muncul dalam
pelaksanaan suatu usaha. Ini berarti bahwa tidak semua kegiatan berjalan sesuai dengan
ekspektasi. Contohnya, dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan Islam di
masyarakat Desa Bandar Khalipah, peran Majelis Ta'lim Nurul Atauwabu memiliki
hambatan. Sebagaimana diuraikan oleh Ibu Rasini, sebagai berikut:
“Kurangnya konsistensi dan disiplin dalam melaksanakan pengajian juga dapat
menjadi faktor penghambat. Jamaah yang tidak melaksanakan pengajian secara
teratur dan tidak memiliki disiplin dalam menjadikannya sebagai rutinitas
mingguan, maka praktik pengajian dapat terhambat. Selain itu, perlunya
menyesuaikan materi yang dipelajari. Yaitu materi yang tidak terlalu tinggi
tingkatnya karena kebanyakan masyarakat masih memiliki pengetahuan yang masih
terbatas.”
Adapun proses pembinaan keagamaan, terdapat tantangan yang dapat muncul baik
dari faktor internal maupun faktor eksternal, sebagai berikut.
1. Faktor Internal
Faktor internal merujuk pada hambatan-hambatan yang dapat menghalangi proses
pemberian bimbingan, yang dialami baik oleh jama'ah maupun pengelola majelis
ta'lim. Contoh faktor internal tersebut meliputi kondisi sakit, terkena musibah, atau
keperluan mendadak yang mungkin dialami oleh pengasuh maupun jama'ah,
sehingga mereka tidak dapat mengikuti pengajian. Faktor-faktor yang menjadi
penghambat dalam pembinaan pendidikan Islam masyarakat desa Bandar Khalipah,
yaitu sebagai berikut:
a. Faktor Pendidikan
Pendidikan yang bervariasi di kalangan masyarakat memiliki dampak besar
terhadap pelaksanaan kegiatan pengajian di majelis ta'lim. Tingkat pendidikan
dasar yang terbatas dapat menjadi kendala dalam menyampaikan materi-materi
yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi. Oleh karena itu, ketika memberikan
materi-materi pengajian, pengelola majelis ta'lim melakukan penyaringan untuk
menyesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat.23
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang dapat menimbulkan hambatan dalam
upaya pembinaan keagamaan masyarakat dan bersumber dari luar atau lingkungan
sekitarnya. Adapun faktor eksternal majelis ta’lim Nurul Atauwabu sebagai berikut.
a. Adanya Perayaan Hari Besar
Pengelola majelis ta'lim menyatakan bahwa pengajian rutin seringkali
dihentikan karena adanya perayaan hari besar yang diselenggarakan oleh
masyarakat. Hal ini memaksa penghentian kegiatan pengajian majelis ta’lim.
b. Kesibukan Masyarakat dalam Pekerjaan
Kesibukan diri dalam dalam pekerjaan tentu membutuhkan upaya dan waktu
yang signifikan dari masyarakat. Secara tidak langsung, kondisi ini
menyebabkan kelelahan pada masyarakat setelah menjalankan pekerjaan. Hal
ini terkadang menjadi kendala bagi masyarakat untuk menghadiri berbagai
kegiatan pembinaan yang diselenggarakan oleh pengasuh majelis ta'lim.

KESIMPULAN
Berdasarkan temuan dan analisis yang telah dijelaskan, peneliti dapat menyimpulkan hal-
hal berikut:
1. Peranan Majelis Ta’lim Nurul Atauwabu dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
pendidikan Islam pada masyarakat adalah sebagai wadah dalam meningkatkan pengetahuan
keagamaan, sebagai wadah pembelajaran seumur hidup berdasarkan masyarakat, sebagai jalan

23
Rifa’i, Muzakki, and Nasir, “Peran Majelis Ta’lim..........h. 101”
terjalinnya jaringan komunikasi dan silaturahim, dan sebagai wadah pembelajaran tanpa
memerlukan biaya (gratis).
2. Upaya pengelola majelis ta’lim Nurul Atauwabu berupaya membina keagamaan
masyarakat dengan menjalankan kegiatan pengajian (kajian ceramah) secara teratur dan
terjadwal, dan penggalangan dana untuk orang yang membutuhkan. Pengelola Majelis
3. Hambatan dalam pelaksanaan ta’lim ini muncul pada dua faktor, yakni faktor internal dan faktor
eksternal. Dalam faktor internal, terdapat halangan seperti sakitnya pengasuh atau jama'ah,
permasalahan dalam pendidikan, dan adanya musibah. Sementara itu, faktor eksternal melibatkan
penyelenggaraan hari besar dan kesibukan dalam pekerjaan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahyat, Nur. 2017. “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.” Edusiana : Jurnal
Manajemen Dan Pendidikan Islam 4, no. 1.
http://ejournal.stainim.ac.id/index.php/edusiana
Anggito, Albi, and Johan Setiawan. 2018. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jawa Barat: CV
Jejak. https://www.google.co.id/books/edition/Metodologi_penelitian_kualitatif/
59V8DwAAQ BAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=METODOLOGI+PENELITIAN+KUALITATIF+DAN+DES
KRIPTIF&printsec=frontcover.
Cucu. 2017. Revitalisasi Dakwah Pinggiran: Penguatan Profesionalitas Da’i Dan
Infrastruktur Dakwah. Kalimantan Barat: IAIN Pontianak Press. Prosiding Seminar
Nasional Manajemen Dakwah IAIN Pontianak Tahun 2017 - Google Books
Dae, Amirudin La. 2023. Upaya Pencegahan Paham Radikalisme Di Tingkat Madrasah
Aliyah. Jawa Barat: CV. Adanu Abimata. UPAYA PENCEGAHAN PAHAM
RADIKALISME DI TINGKAT MADRASAH ALIYAH - Google Books
Diauddin. 2022. Implikasi Manajemen Pembelajaran Dayah Di Aceh. Sumatera Barat: CV.
Azka Pustaka. IMPLIKASI MANAJEMEN Pembelajaran Dayah Di Aceh - Google
Books
Elihami, Elihami, and Abdullah Syahid. 2018. “Penerapan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Dalam Membentuk Karakter Pribadi Yang Islami.” Edumaspul: Jurnal
Pendidikan 2, no. 1. https://doi.org/10.58218/kasta.v2i3.408.
Iskandar, Ali. 2019. Ikhtiar Memakmurkan Rumah Allah: Panduan Operasional Masjid.
Jawa Barat: CV. Jejak. Ikhtiar Memakmurkan Rumah Allah: Panduan Operasional
Masjid - Google Books
Izzah, Ismatul. 2018. “Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Masyarakat
Madani.” Pedagogik : Jurnal Pendidikan 5, no. 1.
https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/pedagogik/article/view/219.
Marzuki, Ahmad. 2016. “Dinamika Dan Peran Majelis Ta’Lim Dalam Meningkatkan
Pengetahuan Keagamaan Di Wilayah Suku Tengger.” Mafhum 1, no. 2.
http://jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/mafhum/article/download/232/152
Munir, Muhamad. 2020. “Peran Majelis Ta’lim Selaparang Dalam Pembinaan Keagamaan
Masayarakat.” Jurnal Penelitian Keislaman 15, no. 2.
https://doi.org/10.20414/jpk.v15i2.1633.
Nurfadillah. 2018. Skripsi: “Peran Majelis Ta’lim Al-Hidayah Dalam Meningkatkan
Kualitas Pendidikan Islam Masyarakat Desa Lumbewe Kecamatan Burau.” Sulawesi
Selatan: IAIN Palopo.
Pristiwanti, Desi, Bai Badariah, Sholeh Hidayat, and Ratna Sari Dewi. 2022. “Pengertian
Pendidikan.” Jurnal Pendidikan Dan Konseling 4, no. 6.
Rifa’i, Ahmad, Ahmad Muzakki, and Muhammad Nasir. 2023. “Peran Majelis Ta’lim
Inayatut Thalibin Dalam Meningkatkan Wawasan Dan Pemahaman Keagamaan
Masyarakat Desa Sungai Sandung.” Al-Khidma: Jurnal Pengabdian Masyarakat 3, no.
2. https://doi.org/10.35931/ak.v3i2.993.
Sadikin, Ali. 1977. Gita Jaya: Catatan H. Ali Sadikin, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu
Kota Jakarta, 1966-1977. Jakarta: Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Gita
Jaya - Google Books
Sari, Lili Nur Indah. 2018. Skripsi: “Peranan Majelis Taklim Nurul Ikhsan Dalam
Pembentukan Sikap Keagamaan Remaja Di Desa Baturaja Kecamatan Pondok Kubang
Kabupaten Bengkulu Tengah.” Bengkulu: IAIN Bengkulu.
Sjadzali, Munawir. 1996. Amal Bakti Departemen Agama R.I., 3 Januari 1946-3 Januari
1996 50 Tahun Departemen Agama : Eksistensi Dan Derap Langkahnya 1996. Jakarta:
Departemen Agama R.I. Amal bakti Departemen Agama R.I., 3 Januari 1946-3 Januari
1996 - Google Books
Suhaidi, and Shabri Shaleh Anwar. 2020. Kurikulum Majlis Taklim (Fiqih - Tauhid -
Tasawuf). Riau: PT. Indragiri Dot Com. Kurikulum Majlis Taklim - Google Books
Tohir, Kholis. Model Pendidikan Pesantren Salafi. Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2020.
MODEL PENDIDIKAN PESANTREN SALAFI - Google Books
Wafi, Abdul. 2017. “Konsep Dasar Kurikulum Pendidikan Agama Islam.” Edureligia; Jurnal
Pendidikan Agama Islam 1, no. 2. https://doi.org/10.33650/edureligia.v1i2.741.

Anda mungkin juga menyukai