Anda di halaman 1dari 17

“MAJELIS TAKLIM DAN KEGIATAN DAKWAH”

MAKALAH
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Majelis Taklim.
Dosen Pengampu: Dra. Hj. Mastanah, M.Si.

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4
Marsela Nuril Milad 11200530000030
Dinar Nurhidayat 11200530000047
Nur Fadillah 11200530000053
M. Farhan A 11210530000098

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022

i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan serta kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dam hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah
yang berjudul “Majelis Taklim dan Kegiatan Dakwah”.
Selama proses penyusunan makalah, penyusun mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penyusun berterima kasih kepada Ibu
Dra. Hj. Mastanah, M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Majelis Taklim
yang telah memberikan tugas ini dan juga pihak yang tidak dapat disebutkan penyusun
satu persatu.
Penyusun sadar bahwa penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu kami menghimbau agar para pembaca dapat memberikan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan makalah ini. Akhir kata penyusun berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi pihak-pihak yang
memerlukan.

Jakarta, 29 September 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Majelis Taklim………………………………………………… 3
2. Pengertian Dakwah dan Lembaga Dakwah……………………………… 3
3. Pengertian Kegiatan Dakwah……………………………………………... 5
4. Kegiatan Dakwah di Majelis Taklim……………………………………... 6
5. Ragam Materi Dakwah……………………………………………………. 7
6. Ragam Metode Dakwah………………………………………………….... 8
7. Peran Majelis Taklim sebagai Lembaga Dakwah………………………. 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan………………………………………………………………………. 12
B. Saran………………………………………………………………………........... 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Majelis taklim merupakan institusi pendidikan keagamaan non formal
dan sekaligus sebagai lembaga dakwah yang memiliki peran penting dan strategi
dalam pembinaan kehidupan beragama, terutama dalam mewujudkan learning
society, suatu masyarakat yang memiliki tradisi belajar tanpa dibatasi oleh usia
(long life education), jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan status sosial serta
dapat menjadi wahana belajar pendidikan keagamaan, silaturahim dan wahana
yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan pendidikan keagamaan.1
Sebagai lembaga dakwah majelis taklim memiliki tujuan untuk
membina moral/ mental seseorang ke arah yang sesuai dengan ajaran agama.
Artinya setelah pembinaan itu terjadi, orang dengan sendirinya akan menjadikan
agama sebagai pedoman dan pengendalian tingkah laku, sikap dan gerak-gerik
dalam hidupnya. Apabila ajaran agama telah masuk menjadi bagian dari
mentalnya, yang telah terbina itu, maka dengan sendirinya ia akan menjauhi
segala larangan Tuhan dan mengerjakan segala suruhan-Nya, bukan karena
paksaan dari luar, tetapi karena batinnya merasa lega dalam mematuhi segala
perintah Allah itu, yang selanjutnya akan tercermin nilai-nilai agama dalam
tingkah laku, perkataan, sikap dan moral pada umumnya.
Majelis Taklim sebagai lembaga dakwah yang memiliki peran yang
sangat fundamental dalam pembinaan keagamaan masyarakat dalam berperilaku,
bersikap, dan berbuat sesuai dengan ajaran agama Islam. Dalam hal ini majelis
taklim Sebagai lembaga keagamaan harus mencerminkan dirinya mampu
mengurusi masalah keagamaan umat dalam konteks modernisasi. Dan bukan
hanya sebagai ajang formalitas pengajian dan berkumpul saja. Jauh dari itu semua
Majelis taklim diharapkan menjadi benteng penguatan keagamaan melalui peran-
peran yang dimilikinya dalam pembinaan keagamaan anggota majelis taklimnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa itu Majelis Taklim?
2. Apa itu kegiatan dakwah?
3. Apa hubungan antara majelis ta’lim dengan kegiatan dakwah?
1
Abdul Muin, “Fenomena Pendidikan Keagamaan Masyarakat Tabanan Bali; Kasus Majelis Taklim Al-
Falah”, Jurnal Edukasi Vol. 6, No 3 (Juli- September 2008), Hlm. 68
1
4. Kegiatan dakwah apa saja yang ada di majelis taklim?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam karya tulis ini, antara lain :
1. Mengetahui apa itu majelis taklim
2. Mengetahui kegiatan-kegiatan dakwah
3. Mengetahui hubungan antara majelis taklim dengan kegiatan dakwah
4. Mengetahui kegiatan dakwah apa saja yang ada di majelis

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Majelis Taklim

Menurut Ketua Lembaga Bahtsul Masail Nahdhatul Ulama (LBMNU) KH


Zulfa Mustafa, istilah majelis taklim hanya ada di Indonesia, majelis taklim tidak
dikenal. Secara etimologi, istilah tersebut terdiri dari dua kata yakni majlis. Asal
katanya jalasa dalam bahasa Arab yang artinya ‘duduk’. Majlis adalah bentuk kata
tempat isim makan dari kata dasar ‘duduk’ tersebut. Sedangkan kata taklim berasal
dari kata ta'lim adalah bentuk masdar yang berarti ‘pengajaran’. Asal katanya 'allama.
“Penggabungannya berarti tempat pengajaran,”

Majelis taklim adalah salah satu lembaga pendidikan keagamaan nonformal


yang bertujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Proses
pembelajaran di dalamnya mengarah kepada pembentukan akhlak mulia bagi
jamaahnya, serta mewujudkan rahmat bagi alam semesta.

Majelis taklim merupakan tempat pangajaran atau pendidikan agama Islam


yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu. Sifatnya terbuka. Usia berapa pun,
profesi apa pun, suku apa pun, dapat bergabung di dalamnya. Waktu
penyelenggaraannya pun tidak terikat, bisa pagi, siang, sore, atau malam. Lokasi
taklim pun bisa dilakukan di dalam maupun di luar ruangan.2

Majelis ta'lim dapat dipahami sebagai suatu institusi dakwah yang


menyelenggarakan pendidikan agama yang bercirikan non-formal, tidak teratur waktu
belajarnya, para pesertanya disebut jamaah, dan bertujuan khusus untuk usaha
memasyarakatkan Islam (Siregar & Shofiuddin, 2003: 16).

2. Pengertian Dakwah dan Lembaga Dakwah

Dakwah seperti yang berasal dari bahasa Arab yaitu ‫وة‬HH‫دعوا – دع‬HH‫ا– ي‬HH‫دع‬
(da'a – yad'u – da'watan) yang berarti menyeru, memanggil, mengajak dan
mengundang. Dakwah pada umumnya mengundang atau mengajak kepada seluruh
umat manusia kepada jalan kebenaran yang sudah ada dan ditetapkan dalam AlQur’an
dan hadits.3
2
https://www.republika.co.id/berita/p4suiq313/memahami-istilah-majelis-taklim diakses pada 1 Oktober 2022
pukul 20.20 WIB
3
Saeful Lukman, Yusuf Zaenal Abidin, Asep Shodiqin. “Peranan Majelis Taklim dalam Meningkatkan
Pemahaman Keagamaan Masyarakat” Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam. Vol IV, No. 1, 2019

3
Dakwah dalam pengertian istilah menurut Prof. Toha Yahya Oemar
menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya mengajak umat dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan
dunia dan akhirat (Saputra, 2011:1). Dari pengertian dakwah secara bahasa dan
istilah, dapat dikatakan bahwa dakwah merupakan suatu ajakan kepada seluruh umat
manusia kepada jalan yang benar, berbuat kebajikan serta mencegah dari
kemungkaran sesuai dengan perintah Allah swt, agar mendapatkan kebahagiaan dunia
dan akhirat.

Menurut Syekh Ali Mahfudz, dakwah adalah mengajak manusia untuk


mengerjakan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat baik dan
melarang mereka dari perbuatan jelek agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia
dan akhirat. Dengan mengikuti jalan yang telah ditunjukkan oleh Allah Swt. yang
telah ditetapkan dalam Al-qur’an dan As-sunnah (Munir, 2003:7).

Tujuan dilaksanakannya dakwah adalah mengajak manusia ke jalan Tuhan,


jalan yang benar, yaitu Islam. Disamping itu dakwah juga bertujuan untuk
mempengaruhi cara berpikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan bertindak sesuai
dengan prinsip-prinsip Islam (Rafiudin, 2001:25). Tujuan umum dakwah merupakan
sesuatu yang hendak dicapai dalam seluruh aktifitas dakwah untuk mengajak manusia
kepada jalan Allah swt.

Kegiatan dakwah akan dikatakan berhasil apabila menimbulkan perubahan


yang baik kepada objek dakwah. Karena apa yang diperoleh atau dihasilkan akan
melahirkan respon atau efek, Jalaludin Rahmat memaparkan dengan menggunakan
model komunikasi, suatu dakwah dinilai efektif manakala menimbulkan lima tanda
yaitu: melahirkan pengertian, menimbulkan kesenangan, menimbulkan pengaruh pada
sikap mad’u, menimbulkan hubungan yang makin baik, dan menimbulkan tindakan
atau respon (Nur:2005).

Lembaga dakwah merupakan suatu istilah yang terdiri dari dua kata, lembaga
dan dakwah. Secara umum lembaga adalah wadah atau bentuk refresentatif dari
sebuah kelompok yang bergerak secara bersama untuk mencapai suatu tujuan tertentu
yang sudah disepakati dari awal mula lembaga tersebut berdiri atau dibentuk.13
Sedangkan dakwah adalah proses transformasi ajaran dan nilai-nilai Islam dari
seorang atau sekelompok Da’i kepada seorang atau sekelompok Mad’u dengan tujuan
agar seseorang atau sekelompok orang yang menerima transformasi ajaran dan nilai-

4
nilai Islam itu terjadi pencerahan iman dan juga perbaikan sikap serta perilaku yang
Islami. Secara umum lembaga dakwah sebagai suatu kumpulan orang-orang yang
memiliki komitmen untuk melaksanakan kegiatan usaha dalam dakwah, guna untuk
mencapai tujuan dalam dakwah itu sendiri. Lembaga dakwah ini sangat dibutuhkan
adanya agar kegiatan dakwah lebih terarah dan terorganisir, berkesinambungan serta
memiliki tujuan atau target yang jelas dalam melaksanakan program-program yang
direncanakan. Lembaga dakwah yang berkembang dan terdapat di Indonesia cukup
banyak. Namun secara garis besar, lembaga dakwah tersebut terbagi kedalam empat
macam kelompok lembaga dakwah, yaitu : 1) Badan-badan dakwah, 2) Majelis
taklim, 3) Pengajian, dan 4) Masjid dan Musholla.

3. Pengertian Kegiatan Dakwah

Secara terminologi dakwah mengandung pengertian sebagaimana


dikemukakan oleh H.M.S Nasaruddin Latif adalah setiap usaha atau aktivitas dengan
lisan atau tulisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk
beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis akidah dan syari‟at serta akhlak
Islamiyah.4Allah SWT telah mewajibkan kepada Rasulnya dan orang-orang mu'min
untuk berdakwah kepada Allah, akan tetapi Allah mengikat perintahnya tersebut
dengan syarat harus dikerjakan atas dasar ilmu pengetahuan yang mendalam
(bashirah) dan kebijaksanaan (al-hikmah).5

Kegiatan dakwah bukan hanya mencakup sisi ajakan (materi dakwah), tetapi
juga sisi pelakunya (Da’i) juga pesertanya (Mad’u), ia juga mempunyai metode
beragam yang telah digariskan oleh Al-Qur’an Surah Al-Mujadallah : 11 dan
dipraktikan oleh Rasulullah.

‫ح هّٰللا ُ لَ ُك ۚ ْم َواِ َذا قِ ْي َل ا ْن ُش ُزوْ ا فَا ْن ُش ُزوْ ا يَرْ فَ ِع‬


ِ ‫س فَا ْف َسحُوْ ا يَ ْف َس‬ ِ ِ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قِ ْي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسحُوْ ا فِى ْال َم ٰجل‬
‫ت َوهّٰللا ُ بِ َما تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر‬
ٍ ۗ ‫هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا ِم ْن ُك ۙ ْم َوالَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوا ْال ِع ْل َم َد َر ٰج‬

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-


lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

4
Rafi‟udin dan Maman Abdul Djaliell, Prinsip dan Strategi Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 24
5
Syaikh Abdurrahman Abdul Khaliq, Methode Dan Strategi Da'wah Islam (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996),
h.113

5
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.

Kehidupan berdakwah Rasulullah SAW, dan para sahabatnya, dalam seluruh


dinamikanya, termasuk keberhasilan mereka memunculkan masyarakat madani di
Madinah, yang merupakan koreksi terhadap masyarakat Yastrib yang jahili, adalah
contoh konkret keberhasilan berdakwah dalam pengertian yang komprehensif. Dan itu
semua tidak berlaku begitu saja, melainkan membutuhkan sebagian serangkaian
perjuangan yang panjang yang tidak lepas dari apa yang sekarang biasa disebut
dengan Amaliyyah Al Idariyyah (aktivitas manajerial). sebagai usaha mewujudkan
tujuan-tujuan dakwah dengan mempergunakan tenaga dan memanfaatkannya sumber-
sumber yang ada. 6

4. Kegiatan Dakwah di Majelis Taklim

Kehadiran majelis taklim ini telah memberikan kontribusi yang cukup


signifikan dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam maupun kegiatan dakwah
Islam di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan majelis taklim yang
berlangsung tidak hanya pada golongan atau kelompok masyarakat tertentu saja,
namun hampir seluruh masyarakat muslim dengan berbagai latar belakang masyarakat
baik kelompok usia, jenis kelamin, kultur atau kebiasaan yang berkembanag maupun
berbagai macam kepentingan masyarakat pada lingkungan masing-masing.

Perkembangan majelis taklim sebagai sebuah lembaga dakwah yang secara


menyeluruh menyebar dan berada ditengah masyarakat tidak terlepas dari lembaga-
lembaga sosial masyarakat lainnya yang menggerakkan komponen kehidupan
manusia, yang terdiri dari aspek sosial, aspek ekonomi, kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, politik serta agama itu sendiri.

Majelis taklim sebagai lembaga pendidikan agama Islam maupun sebagai


lembaga dakwah Islam yang dibutuhkan secara mendasar oleh masyarakat Islam.
Setiap aspek-aspek yang ada bergerak dan berkembang saling berhubungan menuju
ke arah tujuan sosial yang telah ditetapkan bersama, dalam rangka untuk mencapai
suatu tujuan yang diinginkan.

a. Kegiatan Mingguan

6
M. Munir dan Wahyu ilaihi, 2006, Manajemen Dakwah, Jakarta, kencana.

6
Majelis taklim mingguan merupakan suatu kegiatan yang diksanakan
satu kegiatan dalam setiap minggu. Artinya kegiatan majelis taklim ini
dilaksanakan 1 kali dalam satu minggu (7 hari) secara rutin atau tetap
dengan menentukan hari dan waktu kegiatan yang disesuaikan. Kegiatan
pengajian mingguan secara menyeluruh hampir dilaksanakan oleh setiap
majelis taklim yang ada. Kegiatan ini secara umum dikenal dengan istilah
yang ditempelkan mengikuti hari kegiatan tersebut dilaksanakan seperti :
Rutin Liqoan, Senenan, Reboan, Kemisan dan sebagainya.

b. Kegiatan Bulanan atau Syahriahan

Dalam hal tujuan yang dimaksud dalam kegiatan pengajian pada


dasarnya sama yakni pembelajaran ilmu agama bagi jamaah. Namun
demikian disamping tujuan tersebut, ada beberapa tujuan lain yang
mengiri dalam pelaksanaan kegiatan pengajian. Pengajian setiap bulan
yang dikenal dengan pengajian bulanan atau syahriahan. Contoh :
Kegiatan silaturahmi antar jamaah yang bertempat tinggal diluar
lingkungan majelis taklim (untuk mengontrol dan memperteguh ikatan
jamaah dalam keanggotaannya dalam lingkungan organisasinya).

c. Kegiatan tahunan atau insidensil.

Kegiatan pengajian yang dilaksanakan tahunan dalam suatu majelis


taklim biasanya disusun sebagai program tahunan majelis taklim yang
sudah rutin dilaksanakan tiap tahun. Dalam program pengajian yang
dilaksanakan tahunan ini biasanya tidak hanya melibatkan jamaah yang
selalu hadir dalam majelis taklim saja, namun juga melibatkan pihak-
pihak luar namun masih berkaitan dengan majelis taklim tertentu.
Contoh : Kegiatan peringatan hari besar Islam, seperti Maulid Nabi,
Isro Mi’raj, tahun baru Islam dan hari-hari besar Islam lainnya
yang sering diperingati.

5. Ragam Materi Dakwah

Materi dakwah (maddah ad da’wah) adalah pesan-pesan dakwah Islam atau


segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu
keseluruhan ajaran Islam yang ada dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul-Nya.

7
Pesan-pesan dakwah yang disampaikan kepada objek dakwah adalah pesanpesan yang
berisi ajaran Islam. Meliputi bidang akidah, syariah (ibadah dan muamalah), dan
akhlak (Saputra, 2011:13).

Seorang da’i dalam menentukan strategi dakwahnya sangat memerlukan


pengetahuan dan kecakapan ilmu untuk memenuhi kebutuhan materi dakwahnya.
Selain itu pola pikir berangkat dari pendekatan sistem, bahwa dakwah merupakan
suatu sistem dan materi merupakan salah satu komponen dan unsur yang ada
didalamnya. Maka materi mempunyai peranan dan kedudukan yang sejajar dengan
unsur-unsur dakwah yang lainnya. Penerapan materi dakwah sangat penting karena
akan menentukan proses ketika dakwah berlangsung.

Untuk menimbulkan efek kepada mad’u dengan tujuan agar mad’u dapat
menyerap ilmu yang telah disampaikan, ini menjadi tugas da’i untuk mengemas
materi sebaik mungkin. Pada dasarnya keseluruhan materi itu dikemas secara
sederhana agar dapat membuat mad’u mudah memahami apa yang disampaikan da’i,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.7

6. Ragam Metode Dakwah

Metode dakwah dalam Qur’an, salah satunya merujuk pada surat Al-Nahl
[16]: 125, “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya. Dan Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” Merujuk pada ayat ini,
terdapat tiga metode dakwah; (1) metode bi-al-hikmah; (2) metode bi-al-maw’izhah
al-hasanah; (3) metode bi-al-mujadalah bi-al-Lati hiya ahsan.

Menurut Imam al-Syaukani, hikmah adalah ucapan-ucapan yang tepat dan


benar, atau menurut penafsiran hikmah adalah argumen-argumen yang kuat dan
meyakinkan. Sedangkan mau’idhah hasanah adalah ucapan yang berisi nasihatnasihat
yang baik dimana ia dapat bermanfaat bagi orang yang mendengarkannya, atau
menurut penafsiran, mau’idhah hasanah adalah argumen-argumen yang memuaskan
sehingga pihak yang mendengarkan dapat membenarkan apa yang disampaikan oleh

7
Saeful Lukman, Yusuf Zaenal Abidin, Asep Shodiqin. “Peranan Majelis Taklim dalam Meningkatkan
Pemahaman Keagamaan Masyarakat” Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam. Vol IV, No. 1, 2019

8
pembawa argumen itu. Sedangkan bil mujadalah adalah berdiskusi dengan cara yang
paling baik dari cara-cara berdiskusi yang ada (Yakub, 2000:21).

Adapun di perkampungan, metode ceramah masih menjadi metode yang tepat


untuk digunakan. Metode ceramah yang berbentuk retorika, dengan merangkai kata
demi kata seindah mungkin masih menjadi yang diinginkan oleh jemaah. Bagi para
jamaah yang terpenting yaitu pesan yang disampaikan da’i dapat dengan mudah
dimengerti, dipahami, dan diterima olehnya. Sehingga ketika jemaah meninggalkan
majelis tersebut ada ilmu yang didapat dari aktivitasnya.

Pertama, dakwah dengan metode bil hikmah, merupakan dakwah yang


disesuaikan dengan kadar pemikiran, bahasa, dan lingkungan yang menjadi sasaran
dakwahnya. Biasanya metode dakwah bil hikmah diaplikasikan kepada masyarakat
yang berilmu tinggi, berwawasan luas, dan mempunyai pengetahuan yang sudah
maju. Penerapan metode bil hikmah ini kebanyakan dipakai di lingkungan komplek,
perkotaan, kampus, dan kelembagaan.

Quraish Shihab menjabarkan mengenai al-hikmah dalam Q.S an-Nahl:125,


kata hikmah (‫( حكمة‬antara lain berarti yang paling utama dari sesuatu, baik
pengetahuan maupun perbuatan. Ia adalah pengetahuan atau tindakan yang bebas dari
kesalahan atau kekeliruan. Hikmah juga diartikan sebagai sesuatu yang bila
digunakan/ diperhatikan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang
besar atau lebih besar serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang
besar atau lebih besar.

Seusai dengan penjabaran Quraish Shihab mengenai metode hikmah yang


secara singkat diartikan pengetahuan atau tindakan yang jika diperhatikan atau
digunakan sebaik mungkin akan mendatangkan kemudahan yang besar. Metode
hikmah diperuntukkan bagi mad’u yang pengetahuannya sudah maju, agar
terealisasikannya pesan dakwah yang disampaikan, materi yang disebarkan juga
sesuai dengan taraf pemikiran mad’u (Quraish 2011:775).

Kedua, dakwah dengan metode mau’izhah hasanah, merupakan metode


dakwah dengan tutur kata yang indah, nasehat yang baik, menyentuh jiwa, sehingga
itu akan menimbulkan kesan dalam diri mad’u. Disesuaikan dengan kondisi dan
keadaan mad’unya. Dakwah dengan metode mau’izhah hasanah paling sering
ditemukan di kampung-kampung, khususnya di masjid-masjid. Pada masyarakat yang

9
berdomisili di kampung sendiri dakwah dengan metode mau’izhah hasanah ini akan
lebih dapat diterima dengan baik dan terbuka. Itu dikarenakan pada masyarakat
kampung sendiri lebih menyukai dan menimbulkan rasa senang dengan
mendengarkan naehat-nasehat yang baik atau kata-kata yang indah.

Ketiga, metode dakwah al-mujadalah, ini merupakan metode dakwah yang


mengedepankan tukar pikiran anatara da’i dan mad’u, berdiskusi, berdebat, dan
berdialog. Selain memerlukan wawasan yang luas yang harus dimiliki oleh da’i,
seorang da’i juga harus pandai dan menguasai ilmu debat yang baik dan bagus.
Karena dalam metode ini mad’u akan mengemukakan pendapatnya dan
pandangannya mengenai apa yang menjadi pemikirannya.8

Pada hakikatnya semua metode yang digunakan dalam berdakwah akan


berhasil dan mencapai apa yang menjadi tujuan dakwahnya itu, jika da’i yang
berperan sebagai subjek dakwah benar dan tepat dalam memilih atau mencocokan
metode dakwah yang dipakai sesuai keadaan dan kondisi mad’unya.

7. Peran Majelis Taklim sebagai Lembaga Dakwah

Keberadaan majelis taklim dalam masyarakat dapat dikatakan sebagai


fenomena yang unik. Pasalnya, selain merupakan produk dan hasil dari kebudayaan
dan peradaban yang telah dicapai oleh umat Islam di abad modern ini, lembaga ini
juga berakar dari Sirah dan dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dahulu.
Bahkan, majelis taklim telah memberikan makna tersendiri dalam dakwah dan
pengembangan umat serta menjadi salah satu bentuk dan cara melakukan sosialisasi
ajaran Islam yang secara menyeluruh masuk kepada lapisan masyarakat yang tidak
hanya di lingkungan masyarakat perkotaan saja, melainkan menyentuh pada lapisan
masyarakat yang paling bawah.

Program-program yang dilaksanakan oleh majelis taklim terencana dan aktual


sesuai dengan kebutuhan masyarakat menjadi daya tarik dan ciri khas tersendiri dari
lembaga majelis taklim bagi kalangan umat Islam untuk memanfaatkan keberadaan
majelis taklim. Dalam hal ini pemerintah Indonesia memberikan kedudukan tersendiri
untuk majelis taklim sebagai bagian dari organisasi lembaga dakwah sebagaimana
keputusan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 6 tahun 1979 tentang susunan
organisasi Departemen Agama. Dalam keputusan tersebut menguraikan bahwa yang
8
Saeful Lukman, Yusuf Zaenal Abidin, Asep Shodiqin. “Peranan Majelis Taklim dalam Meningkatkan
Pemahaman Keagamaan Masyarakat” Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam. Vol IV, No. 1, 2019

10
dimaksud lembaga dakwah meliputi empat kelompok organisasi, yaitu: Pertama,
Badan-badan dakwah yaitu organisasi Islam yang bersifat umum, seperti:
Muhammadiyah, NU, Persis, Aisiyah, Fatayat NU, dan lain sebagainya. Kedua,
Majelis taklim yaitu organisasi penyelenggara pendidikan non formal dalam bidang
agama Islam untuk orang dewasa. Ketiga, Pengajian yang dimaksudkan pada
organisasi lokal umat Islam yang mengelola pengajian. Keempat, Organisasi
kemakmuran masjid dan musholla yang melaksanakan berbagai kegiatan
dilingkungan masjid dan musholla.

Secara strategis majelis taklim menjadi sarana dakwah yang bercorak Islami,
memiliki peran penting pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat Islam
sesuai tuntutan ajaran agama.

Perkembangan majelis taklim sebagai sebuah lembaga dakwah yang secara


menyeluruh menyebar dan berada ditengah masyarakat tidak terlepas dari lembaga-
lembaga sosial masyarakat lainnya yang menggerakkan komponen kehidupan
manusia, yang terdiri dari aspek sosial, aspek ekonomi, kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, politik serta agama itu sendiri. Selo Soemarjan dan
Soelaiman Soemantri dalam Ary Gunawan mengemukakan bahwa lembaga sosial
adalah semua norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu keperluan pokok
dalam kehidupan masyarakat, misalnya lembaga pendidikan, lembaga ekonomi dan
sebagainya.9

9
Jana Rahmat, M. Mansur. “Majelis Taklim sebagai Lembaga Dakwah” Jurnal JAWI. Vol. IV, No. 1, 2021

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Majelis ta’lim juga merupakan lembaga pendidikan masyarakat,yang tumbuh
an berkembang dikalangan masyarakat Islam itu sendiri yang kepentingannya untuk
kemalahatan umat manusia.Oleh karena itu Majelis Ta’lim adalah lembaga swadaya
masyarakat yang hidupnya didasarkan kepada “Ta’awun dan “Ruhama”u bainahum..
Majlis Ta’lim dikalangan masyarakat menunjukkan kebutuhan dan hasrat
anggota masyarakat tersebut akan pendidikan agama. Pada kebutuhan dan hasrat
masyarakat yang lebih luas yakni sebagai usaha memecahkan masalah - masalah
menuju kehidupan yang lebih bahagia. Majelis ta’lim merupakan tempat pengajaran
atau pendidikan islam yang paling fleksibel dan tidak terikat oleh waktu, dan juga
bersifat terbuka terhadap segala usia, lapisan, dan jenis kelamin. Selain sebagai sarana
dakwah majelis ta’lim juga sebagai lembaga pendidikan non formal. Fleksibilitas
inilah yang menjadikannya mampu bertahan dan merupakan lembaga yang paling
dekat dengan masyarakat.
Saran
Sebagai orang muslim kita harus melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
laranganNya. Dan setelah menyusun makalah ini diharapkan kita dapat menambah
wawasan bagi pembaca. Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari
kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran yang membangun

12
DAFTAR PUSTAKA

 Ahmad,Bintu, “Majelis Taklim” . 2 November 2017 diakses dari


http://bintuAhmad.wordpress.com/2012/04/09/majelis-talim-seputarpengertian-
kedudukan-fungsi-dan-tujuan/ Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, 1994.
 Ensiklopedia Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van Haeve
 Dr.Helmawati,S.E.M.Pd.I, 2013.Pendidikan Nasional dan Optimalisasi Majelis
Ta’lim Jakarta:PT Rineka Cipta.
 Ismail,Husin, “Pengertian Majelis taklim & Dasar Hukum Majelis Taklim”. 2
November 2017 diakses dari http://uchinfamiliar.blogspot.co.id /2009/02/pengertian-
majelis-taklim-dasar-hukum.html?m=1,
 NU, “ Majelis Taklim Qolbul Qur’an”. 2 November 2017 diakses dari
http://www.nu.or.id/post/read/49400/bentuk-majelis-taklim-qolbulqurrsquoan.

13
14

Anda mungkin juga menyukai