Anda di halaman 1dari 30

Pelayanan Terhadap Jenazah

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ibadah & Qiraah

Dosen Pengampu Dra. Hj. Mastanah, M.Si.

Disusun oleh :

Kelompok 5

Nailatur Rojaiyah 11200530000034

Zahwa Nabila Puteri 11200530000040

Izza Muzaiyanah 11200530000051

Nur Fadillah 11200530000053

Ahmad Sofiyandi 11200530000055

Aldo Pratama 11200530000065

PRODI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Tak lupa pula
penulis haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul ‘ Pelayanan Terhadap Jenazah ‘ bertujuan untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ibadah & Qiraah . Pada makalah diuraikan beberapa tata cara mengurus jenazah
mulai dari memandikan hingga menguburkan nya. Selain itu, diulas juga doa-doa dalam
pengurusan nya.

Selama proses penyusunan makalah, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada:

1. Dra. Hj. Mastanah, M.Si. selaku dosen mata kuliah Ibadah & Qiraah
2. orang tua yang telah memberikan dukungan Pihak yang tidak dapat disebutkan penulis
satu per satu

Akhirul kalam, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan
penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb

Depok, 24 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................................2
A. Pengertian pelayanan jenazah...............................................................................................2
B. Tata cara melayani jenazah...................................................................................................6
C. Bacaan dan Doa dalam Shalat Jenazah...............................................................................15
D. Ayat-ayat dan hadist tentang pengurusan jenazah..............................................................23
BAB III..........................................................................................................................................25
A. Kesimpulan...........................................................................................................................25
B. Kritik dan Saran.....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kematian adalah suatu kepastian yang tak dapat dihindari oleh manusia. Semua makhluk pasti
akan mengalami kematian, tak peduli tua maupun muda. Kematian, bagi seseorang yang telah
menemui ajalnya, ini merupakan bukanlah akhir dari segala-galanya, melainkan adalah awal bagi
kehidupan di akhirat. Sedangkan bagi yang masih hidup, ada kewajiban yang harus dipikul
terhadap orang yang telah meninggal, diantaranya; memandikan, mengkafani, menshalaykan,
dan menguburkan.
Dalam makalah ini penulis mencoba untuk mengupas segala masalah kewajiban yang harus
dilakukan oleh orang yang masih hidup terhadap jenazah.
Makalah ini kami sajikan sebagai suatu sumbangan kecil kepada para pembaca untuk maksud
tersebut di atas dengan harafan ada faedahnya.
Tegur sapa, kritik dan saran dalam usaha menyempurnakan makalah ini kami ucapkan terima
kasih. Semoga Allah Swt. mengiringi kita semua dengan taufik dan hidayah-Nya. Aamiin.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pelayanan terhadap jenazah ?


2. Bagaimana tata cara pengurusan jenazah mulai dari memandikan hingga menguburkan
nya?
3. Bacaan dan doa-doa apa saja yang terdapat dalam pengurusan jenazah ?
4. Sebutkan dalil-dalil tentang kepengurusan jenazah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bagaimana pengurusan jenazah yang baik dan benar


2. Untuk mengetahui bagaimana pengurusan jenazah berdasarkan dalil-dalil terkait

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian pelayanan jenazah

Setiap makhluk yang diberi nyawa, suatu saat akan kembali pada Rabb-Nya. Umur
manusia pun tidak ada yang mengetahui. Kematian merupakan sebuah misteri dan bisa
datang sewaktu-waktu.

Ketika meninggal, dalam Islam dituliskan aturan, syarat, serta cara dalam mengurus
jenazah. Termasuk di dalamnya bagaimana mengurus jenazah muslimah mulai dari
memandikan, menyolati, hingga menguburkan.Untuk urusan memandikan jenazah
muslimah, maka wajib diserahkan kepada sesama muslimah. Tidak diperbolehkan
seorang laki-laki baik saudara, suami, maupun anak untuk turut serta.
Adapun syarat bagi yang ingin memandikan jenazah adalah muslim, berakal, mumayiz,
terpercaya, amanah, dan paham atas hukum-hukum memandikan jenazah.

Hukum memandikan jenazah ini fardhu kifayah. Berdasarkan hadis dari Abdullah bin
Abbas, "Ada seorang lelaki yang sedang wukuf di Arafah bersama Nabi SAW. Tiba-tiba
ia terjatuh dari hewan tunggangannya lalu meninggal. Maka Nabi bersabda: 'mandikanlah
ia dengan air dan daun bidara. Dan kafanilah dia dengan dua lapis kain, jangan beri
minyak wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan membangkitkannya di hari
Kiamat dalam keadaan bertalbiyah'."

Dikisahkan pula oleh Ummu Athiyyah dalam HR Bukhari, "Salah seorang putri Nabi
SAW meninggal (yaitu Zainab). Maka beliau keluar dan bersabda: 'mandikanlah ia tiga
kali, atau lima kali atau lebih dari itu jika kalian menganggap itu perlu. Dengan air dan
daun bidara. Dan jadikanlah siraman akhirnya adalah air yang dicampur kapur barus, atau
sedikit kapur barus. Jika kalian sudah selesai, maka biarkanlah aku masuk.' Ketika kami
telah menyelesaikannya, maka kami beritahukan kepada beliau. Kemudian diberikan
kepada kami kain penutup badannya, dan kami menguncir rambutnya menjadi tiga
kunciran, lalu kami arahkan ke belakangnya."

2
Beberapa proses atau tahapan memandikan jenazah yaitu pertama jenazah ditempatkan di
tempat pemandian yang tertutup dari pandangan manusia lainnya. Kedua di dalam
pemandian tidak boleh ada orang selain yang akan memandikan jenazah atau membantu
proses pemandian. Selanjutnya meletakkan kain penutup diatas aurat jenazah dari pusar
sampai kedua lutut jika mayat laki-laki dan dari dada sampai kedua lutut jika jenazahnya
perempuan.

Langkah selanjutnya adalah melepaskan seluruh baju dan membungkukkan jenazah


dengan mengangkat kepalanya hampir dalam keadaan duduk. Hal ini dilakukan untuk
membersihkan sisa-sisa kotoran di bagian belakang. Membersihkan kemaluan jenazah
dengan kain lalu mewudhukan jenazah. Setelahnya membersihkan badan dengan sarung
tangan yang lain. Jenazah kemudian disiram dengan buih air sidr (daun sidr).

Dalam memandikan jenazah dimulai dari kanan depan, lalu kanan belakang, kiri depan
lalu kiri belakang yang dilakukan sebanyak tiga kali. Selanjutnya menyirami seluruh
tubuh jenazah dengan menggunakan air dari kapur barus. Mengeringkan jenazah
dilakukan dengan menggunakan handuk.

Bagi jenazah laki-laki rambutnya harus disisir, sementara bagi jenazah muslimah
dikepang tiga kali. Terakhir bagi yang memandikan jenazah dan berwudhu bagi yang
membawa jenazah disunnahkan mandi setelahnya.
Setelah dimandikan, jenazah wajib dikafani. Bagi jenazah wanita, dianjurkan
menggunakan lima helai kain berwarna putih. Mengkafani jenazah adalah sekedar
menutup seluruh tubuhnya dengan bagus. Dalam HR Muslim Nabi bersabda, "Apabila
salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka hendaklah memperbagus
kafannya."

Jumhur ulama berpendapat disunnahkan bagi jenazah wanita menggunakan lima helai
kain kafan. Namun, hadis tentang hal ini lemah. Maka dalam hal ini perkaranya longgar,
boleh hanya dengan 3 helai, namun 5 helai juga lebih utama.

3
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata dalam Asy Syarhul Mumti, "Dalam
hal ini telah ada hadits marfu' (kafan seorang wanita adalah lima helai kain). Akan tetapi,
di dalamnya ada seorang rawi yang majhul (tidak dikenal). Oleh karena itu, sebagian
ulama berkata: “Seorang wanita dikafani seperti seorang lelaki. Yaitu tiga helai kain, satu
kain diikatkan di atas yang lain."

Perihal menyolati jenazah, hukumnya fardhu kifayah. Bagi yang menjalankan, maka akan
menjadi amalan yang besar baginya. Imam Bukhori dari Abu Hurairah menyatakan
bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, "Barangsiapa yang menyaksikan jenazah
sehingga dia menshalatkannya maka baginya satu qirath dan barangsiapa yang
menyaksikannya sehingga menguburkannya maka baginya dua qirath., Lalu Rasulullah
ditanya, 'Seberapakah dua qirath itu?', beliau saw menjawab, 'Seperti dua buah gunung
yang besar'."

Posisi berdiri iman adalah di tengah-tengah jenazah apabila jenazahnya perempuan dan di
kepala jenazah apabila jenazahnya adalah laki-laki. Disyariatkan untuk menshalati
jenazah di kuburan jika jenazahnya tertinggal dan terlanjur dikubur.

Tidak ada larangan bagi wanita untuk ikut melaksanakan shalat jenazah. Ummu Athiyah
dalam HR Muslim berkata, "Kami pernah dilarang untuk mengiringi jenazah namun kami
tidaklah ditekankan (didalam pelarangan itu)."

Dalam HR Muslim lainnya disebutkan zaman dahulu terdapat kisah mengenai wanita
yang melakukan shalat jenazah. "Ketika Sa’ad bin Abi Waqqash meninggal dunia, istri-
istri Nabi SAW meminta agar jenazahnya di bawah ke masjid agar mereka dapat
menshalatkannya, kemudian hal itu mereka lakukan."

Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah ditanya, "Apakah seorang wanita dibolehkan


berkumpul di salah satu rumah wanita, dan mereka shalat jenazah kepada mayat di rumah
itu?" Beliau menjawab, "Ya, tidak mengapa seorang wanita melakukan shalat jenazah.

4
Baik dia shalat di masjid bersama orang-orang. Atau dia shalat (jenazah) di rumah
jenazah. Karena para wanita tidak dilarang menshalati jenazah."1

Pengurusan jenazah korban Covid-19


Majelis Ulama Indonesia (MUI) beberapa waktu lalu mengeluarkan Fatwa Nomor 18
Tahun 2020 tentang Pedoman Pengurusan Jenazah Muslim yang Terinfeksi Virus Corona
SARS-CoV2 (Covid-19). Fatwa tersebut mengatur beberapa hal, salah satunya proses
pengurusan jenazah yang sesuai protokol kesehatan mulai tahap pemandian jenazah,
pengkafanan, penyolatan hingga penguburan.
Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh menekankan, pengurusan jenazah
korban Covid-19 dipastikan memenuhi syariat Islam. "Yang pasti (pengurusan jenazah)
memenuhi syariat, namun harus tetap memenuhi protokol kesehatan untuk tidak
mempunyai potensi penularan diri sendiri dan orang lain," katanya seperti dalam
keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (25/6).
Ia menambahkan tahapan dalam protokol kesehatan pengurusan jenazah yang tercantum
dalam fatwa tersebut. Pertama, dia melanjutkan, tahapan memandikan jenazah korban
Covid-19, bisa dimandikan tanpa harus melepaskan pakaian, saat kondisi normal pun
tidak harus untuk melepas pakaiannya, kuncinya adalah membersihkan najis yang
terdapat dalam tubuhnya. Yang memandikan diupayakan sesuai dengan jenis kelamin
jenazah, namun jika tidak memungkinkan maka tetap dimandikan tanpa harus melepas
pakaiannya.
Berikutnya tahap pengkafanan setelah dimandikan dan disucikan, pengkafanan cukup
satu helai dan dimungkinkan ditutup menggunakan plastik dan dimasukan kedalam peti
untuk mencegah potensi penularan. Kemudian penyolatan cukup diwakilkan oleh orang
Muslim di rumah sakit, di mushala terdekat atau di pemakaman, artinya dimana
pelaksanaan sholat sangat fleksibel.
Terakhir pemakaman tetap dilakukan seperti biasa, petugasnya penting untuk mencegah
potensi penularan dengan menggunakan alat pelindung diri. Asrorun mengungkapkan,
MUI memiliki perhatian sangat tinggi untuk penanggulangan Covid-19 ini dengan
mengajak para ahli dalam merumuskan kebijakan.

1
Zahrotul Oktaviani dan Muhammad Hafil, “Hukum Mengurus Jenazah Muslimah” ,
https://republika.co.id/berita/q85fdf430/hukum-mengurus-jenazah-muslimah
(diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 20.32).

5
"MUI memiliki perhatian sangat tingggi terkait ikhtiar penanganan, pencegahan dan
penanggulangan wabah Covid-19 dengan mengundang berbagai pakar dari BNPB,
Kemenkes dan guru besar UI untuk melakukan pengkajian dan memperoleh informasi
terkait Covid-19," katanya.
Tak lupa ia mengimbau kepada masyarakat, untuk selalu melakukan ikhtiar dalam
mencegah dan menjaga diri dari bahaya, serta mengutamakan kepentingan orang lain. Ia
menegaskan kewajiban pertama untuk ikhtiar mencegah dan memastikan pemulasaran
sesuai ketentuan syariah dan menjaga diri dari bahaya.
"Kemudian ketika ada benturan antara memenuhi syariah dan keselamatan jiwa, maka
kepentingan orang yang hidup didahulukan daripada yang wafat, namun saat ini kita bisa
memenuhi antara hak jenazah dan hak orang yang masih hidup," ujarnya.
Perlu diketahui, merujuk pada Fatwa MUI tersebut, umat islam yang meninggal akibat
Covid-19 dihukumi mati syahid, yaitu syahid akhirat yang berarti muslim yang
meninggal dunia karena kondisi tertentu antara lain karena wabah (tha’un), tenggelam,
terbakar, dan melahirkan yang secara syar’i dihukumi dan mendapat pahala syahid atau
dosanya diampuni dan dimasukkan ke surga tanpa hisab.2

B. Tata cara melayani jenazah

1. Memandikan Jenazah3
Hukum memandikan mayit
Memandikan mayit hukumnya fardhu kifayah. Berdasarkan hadits dari Abdullah bin
Abbas radhiallahu’anhu, beliau berkata:
‫النبي‬
ُّ َ ، ُ‫ص ْته‬
‫فقال‬ َ ‫ أو قال فأ َ ْق َع‬، ُ‫ص ْته‬ َ َ‫ ْإذ َوقَ َع عن راحلتِ ِه فَ َوق‬، َ‫واقف مع النب ِّي صلَّى هللاُ علي ِه وسلَّ َم ب َع َرفَة‬ ٌ ‫بينَا رج ٌل‬
‫ وال تُ َخ ِّمروا‬، ُ‫ وال تُ َحنِّطُوه‬، ‫ ثَوْ بَ ْي ِه‬: ‫ أو قا َل‬، ‫ و َكفِّنُوهُ في ثَوْ بَ ْي ِن‬، ‫ ا ْغ ِسلوهُ بما ٍء و ِس ْد ٍر‬: ‫صلَّى هللاُ علي ِه وسلَّ َم‬
‫فإن هللاَ ي ْب َعثُهُ يو َم القيام ِة يُلَبِّي‬
َّ ، ُ‫رأ َسه‬
Artinya : “Ada seorang lelaki yang sedang wukuf di Arafah bersama Nabi
Shallallahu’alaihi Wasallam. Tiba-tiba ia terjatuh dari hewan tunggangannya lalu
2
Laeny Sulistyawati dan Ani Nursalikah, “MUI:Pengurusan Jenazah Muslim Covid-19 Sesuai Syariat Islam”,
https://republika.co.id/berita/qchfzs366/mui-pengurusan-jenazah-muslim-covid19-sesuai-syariat-islam,
(diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 20.44).
3
Yulia Purnama,”Fikih Pengurusan Jenazah (1) : Memandikan dan Mengkafani”, https://muslim.or.id/43876-fikih-
pengurusan-jenazah-1-memandikan-dan-mengkafani.html, (diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 20.10
WIB)

6
meninggal. Maka Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: mandikanlah ia dengan
air dan daun bidara. Dan kafanilah dia dengan dua lapis kain, jangan beri minyak
wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan membangkitkannya di hari
Kiamat dalam keadaan bertalbiyah” (HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206).
Juga hadits dari Ummu ‘Athiyyah radhialahu’anha, ia berkata:
‫ أو أكث َر من ذلك إن رأيتُ َّن‬، ‫ أو خمسًا‬، ‫ ا ْغ ِس ْلنَها ثالثًا‬: ‫ فخرج فقال‬، ‫ت النب ِّي صلَّى هللاُ علي ِه وسلَّ َم‬ ْ ُ‫ت‬
ِ ‫وفيت إحدى بنا‬
‫ فإذا فرغتُ َّن فآ ِذنَّنِي فلما فرغنا آذناه فألقى إلينا‬،‫كافور‬
ٍ ‫ أو شيئًا من‬، ‫ واجعلنَ في اآلخر ِة كافورًا‬، ‫وسدر‬
ٍ ‫ بما ٍء‬، ‫ذلك‬
‫حقوه فضفرنا شعرها ثالثة قرون وألقيناها خلفها‬
Artinya : “Salah seorang putri Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam meninggal (yaitu
Zainab). Maka beliau keluar dan bersabda: “mandikanlah ia tiga kali, atau lima kali
atau lebih dari itu jika kalian menganggap itu perlu. Dengan air dan daun bidara. Dan
jadikanlah siraman akhirnya adalah air yang dicampur kapur barus, atau sedikit kapur
barus. Jika kalian sudah selesai, maka biarkanlah aku masuk”. Ketika kami telah
menyelesaikannya, maka kami beritahukan kepada beliau. Kemudian diberikan
kepada kami kain penutup badannya, dan kami menguncir rambutnya menjadi tiga
kunciran, lalu kami arahkan ke belakangnya” (HR. Bukhari no. 1258, Muslim no.
939).
Orang – orang yang memandikan jenazah
Yang memandikan mayit hendaknya orang yang paham fikih pemandian mayit. Lebih
diutamakan jika dari kalangan kerabat mayit. Sebagaimana yang memandikan
jenazah Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam adalah Ali radhiallahu’anhu dan kerabat
Nabi. Ali mengatakan:
, ‫ وكان طيبًا حيًّا وميتًا‬, ‫ت فلم أ َر شيئًا‬ ُ ‫ فذه‬, ‫غسلت رسو َل هللاِ صلَّى هللاُ عليه وسلَّم‬
ِ ‫َبت أنظُ ُر ما يكونُ منَ المي‬ ُ
‫رسول‬
ِ ‫ وصال ٌح مولى‬, ‫العباس‬
ِ ُ‫ والفض ُل بن‬, ُ‫ والعباس‬, ‫ب‬ ٍ ‫علي بنُ أبي طال‬ُّ : ٌ‫الناس أربعة‬
ِ َ‫وولي دفنَه وإجنانَه دون‬
‫ب عليه اللبنُ نَصبًا‬ ِ ُ‫هللاِ صلَّى هللاُ عليه وسلَّم وألح َد لرسو ِل هللاِ صلَّى هللاُ عليه وسلَّم لحدًا ون‬
َ ‫ص‬
Artinya : “Aku memandikan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Dan aku
memperhatikan jasad beliau seorang tidak ada celanya. Jasad beliau bagus ketika
hidup maupun ketika sudah wafat. Dan yang menguburkan beliau dan menutupi
beliau dari pandangan orang-orang ada empat orang: Ali bin Abi Thalib, Al Abbas,
Al Fadhl bin Al Abbas, dan Shalih pembantu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam.
Aku juga membuat liang lahat untuk Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam dan di

7
atasnya diletakkan batu bata” (HR. Ibnu Majah no. 1467 dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Ibni Majah).

Perangkat memandikan mayit


Perangkat yang dibutuhkan untuk memandikan mayit diantaranya:
• Sarung tangan atau kain untuk dipakai orang yang memandikan agar terjaga dari
najis, kotoran dan penyakit
• Masker penutup hidung juga untuk menjaga orang yang memandikan agar terjaga
dari penyakit
• Spon penggosok atau kain untuk membersihkan badan mayit
• Kapur barus yang sudah digerus untuk dilarutkan dengan air
• Daun sidr (bidara) jika ada, yang busanya digunakan untuk mencuci rambut dan
kepala mayit. Jika tidak ada, maka bisa diganti dengan sampo
• Satu ember sebagai wadah air
• Satu embar sebagai wadah air kapur barus
• Gayung
• Kain untuk menutupi aurat mayit
• Handuk
• Plester bila dibutuhkan untuk menutupi luka yang ada pada mayat
• Gunting kuku untuk menggunting kuku mayit jika panjang
Dan wajib bagi jenazah laki-laki dimandikan oleh laki-laki. Demikian juga jenazah
wanita dimandikan oleh wanita. Karena Kecuali suami terhadap istrinya atau
sebaliknya. Hal ini dikarenakan wajibnya menjaga aurat. Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam ditanya:
َ ُ‫ك إاَّل من زوجتِكَ أو ما ملكت يمين‬
‫ك‬ ْ َ‫يا رسو َل هَّللا ِ عوراتُنا ما نأتي منها وما ن َذ ُر قا َل احف‬
َ َ‫ظ عورت‬
Artinya : “Wahai Rasulullah, mengenai aurat kami, kepada siapa boleh kami
tampakkan dan kepada siapa tidak boleh ditampakkan? Rasulullah menjawab:
“tutuplah auratmu kecuali kepada istrimu atau budak wanitamu” (HR. Tirmidzi no.
2794, dihasankan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).
Kecuali bagi anak yang berusia kurang dari 7 tahun maka boleh dimandikan oleh
lelaki atau wanita.

8
Cara memandikan mayit
• Melemaskan persendian mayit
Syaikh Abdullah bin Jibrin mengatakan:
‫ وهكذا‬°،‫ ويمد منكبه ثم يثنيه‬،‫ وذلك بأن يمد يده ثم يثنيها‬،‫وأما تليين مفاصله فالحكمة في ذلك أن تلين عند الغسل‬
‫ فيقبض رجله ليثنيها ثم يمدها مرتين أو ثالثا ً حتى تلين عند الغسل‬،‫ وكذلك يفعل برجليه‬،‫يفعل بيده األخرى‬
Artinya : “Adapun melemaskan persendian, hikmahnya untuk memudahkan ketika
dimandikan. Caranya dengan merentangkan tangannya lalu ditekuk. Dan
direntangkan pundaknya lalu ditekuk. Kemudian pada tangan yang satunya lagi.
Demikian juga dilakukan pada kaki. Kakinya pegang lalu ditekuk, kemudian
direntangkan, sebanyak dua kali atau tiga kali. Sampai ia mudah untuk dimandikan”
(Ad Durar Al Mubtakirat Syarah Akhsharil Mukhtasharat, 1/424).
Dan hendaknya berlaku lembut pada mayit. Karena Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa
salam bersabda:
‫ْر ِه َحيًّا‬
ِ ‫ت َك َكس‬ ْ ‫َك ْس ُر ع‬
ِ ِّ‫َظ ِم ْال َمي‬
Artinya : “Memecah tulang orang yang telah meninggal dunia adalah seperti
memecahnya dalam keadaan hidup” (HR. Abu Daud no. 3207, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Abu Daud).
• Melepas pakaian yang melekat di badannya
Namun orang yang meninggal dunia ketika ihram tidaklah boleh ditutup wajah dan
kepalanya, berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma di atas.
Cara melepaskan pakaiannya jika memang sulit untuk dilepaskan dengan cara biasa,
maka digunting hingga terlepas.
• Menutup tempat mandi dari pandangan orang banyak
Syaikh Abdullah bin Jibrin mengatakan:
‫ وال يجوز أن يغسل أمام‬،‫ وال يراه أحد إال الذين يتولون تغسيله‬،‫أن يستر في داخل غرفة مغلقة األبواب والنوافذ‬
‫الناس‬
Artinya : “Mayat ditutup dalam suatu ruangan yang tertutup pintu dan jendelanya.
Sehingga tidak terlihat oleh siapapun kecuali orang yang mengurus pemandian
jenazah. Dan tidak boleh dimandikan di hadapan orang-orang banyak” (Ad Durar Al
Mubtakirat Syarah Akhsharil Mukhtasharat, 1/428).
Kemudian mayit ditutup dengan kain pada bagian auratnya terhadap sesama jenis,
yaitu dari pusar hingga lutut bagi laki-laki dan dari dada hingga lutut bagi wanita.

9
Teknis pemandian
Disebutkan dalam Matan Akhsharil Mukhtasharat:
ْ َ‫نوى وسمى وهما كفي غسل َح ّي ث َّم يرفع راس غير َحا ِمل الى قرب ُجلُوس ويعصر ب‬
‫طنه بِ ِر ْفق َويكثر ال َماء‬
‫ِحينَئِ ٍذ ث َّم يلف على يَده خرقَة فينجيه بهَا َوحرم مس عَو َرة من لَهُ سبع‬
‫ث َّم ي ْدخل اصبعيه َو َعلَ ْيهَا خرقَة مبلولة فِي فَمه فيمسح اسنانه َوفِي َم ْنخ َر ْي ِه فينظفهما بِاَل ادخال َماء ث َّم يوضئه‬
‫َويغسل راسه ولحيته برغوة السدر وبدنه بثفله ث َّم يفِيض َعلَ ْي ِه ال َماء َوسن تثليث وتيامن وامرار يَده كل مرّة على‬
‫اجة وتسريح شعره‬ َ ‫صار على مرّة َو َماء َحار وخالل واشنان بِاَل َح‬ ْ َ‫ب‬
َ ِ‫طنه فان لم ينق َزاد َحتَّى ينقى َوكره ا ْقت‬
‫ارب وتقليم اظفار ان طاال‬ ِ ‫َوسن كافور َوسدر فِي االخيرة وخضاب شعر وقص َش‬
Artinya : “Berniat dan membaca basmalah, keduanya wajib ketika mandi untuk orang
hidup. Kemudian angkat kepalanya jika ia bukan wanita hamil, sampai mendekati
posisi duduk. Kemudian tekan-tekan perutnya dengan lembut. Perbanyak aliran air
ketika itu, kemudian lapisi tangan dengan kain dan lakukan istinja (cebok)
dengannya. Namun diharamkan menyentuh aurat orang yang berusia 7 tahun (atau
lebih). Kemudian masukkan kain yang basah dengan jari-jari ke mulutnya lalu
gosoklah giginya dan kedua lubang hidungnya. Bersihkan keduanya tanpa
memasukkan air. Kemudian lakukanlah wudhu pada mayit. Kemudian cucilah
kepalanya dan jenggotnya dengan busa dari daun bidara. Dan juga pada badannya
beserta bagian belakangnya. Kemudian siram air padanya. Disunnahkan diulang
hingga tiga kali dan disunnahkan juga memulai dari sebelah kanan. Juga disunnahkan
melewatkan air pada perutnya dengan tangan. Jika belum bersih diulang terus hingga
bersih. Dimakruhkan hanya mencukupkan sekali saja, dan dimakruhkan
menggunakan air panas dan juga daun usynan tanpa kebutuhan. Kemudian sisirlah
rambutnya dan disunnahkan air kapur barus dan bidara pada siraman terakhir.
Disunnahkan menyemir rambutnya dan memotong kumisnya serta memotong
kukunya jika panjang”.
Poin-poin tambahan teknis pemandian mayit
• Yang wajib dalam memandikan mayit adalah sekali. Disunnahkan tiga kali, boleh
lebih dari itu jika dibutuhkan

10
• Bagi jenazah wanita, dilepaskan ikatan rambutnya dan dibersihkan. Kemudian
dikepang menjadi tiga kepangan dan diletakkan di bagian belakangnya. Sebagaimana
dalam hadits Ummu Athiyyah di atas
Jika tidak memungkinkan mandi, maka diganti tayammum
Apabila tidak ada air untuk memandikan mayit, atau dikhawatirkan akan tersayat-
sayat tubuhnya jika dimandikan, atau mayat tersebut seorang wanita di tengah-tengah
kaum lelaki, sedangkan tidak ada mahramnya atau sebaliknya, maka mayat tersebut
di tayammumi dengan tanah (debu) yang baik, diusap wajah dan kedua tangannya
dengan penghalang dari kain atau yang lainnya.
“[Jika ada udzur untuk dimandikan, maka mayit di-tayammumi], yaitu karena adanya
masyaqqah. Maka salah seorang memukulkan kedua tangannya ke debu kemudian
diusap ke wajah dan kedua telapak tangannya. Ini sudah menggantikan posisi mandi.
Misalnya bagi orang yang mati terbakar dan jika dimandikan akan rusak dagingnya,
maka tidak bisa dimandikan. Demikian juga orang yang penuh dengan luka dan
kulitnya berantakan. Jika terkena dimandikan dengan air maka akan robek-robek
kulitnya dan dagingnya. Maka yang seperti ini tidak dimandikan” (Ad Durar Al
Mubtakirat Syarah Akhsharil Mukhtasharat, 1/435-436).
Disunnahkan untuk mandi bagi orang yang telah selesai memandikan mayit.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ْ‫َم ْن َغ َّس َل َميِّتًا فَ ْليَ ْغتَ ِسلْ َو َم ْن َح َملَهُ فَ ْليَت ََوضَّأ‬

Artinya : “Barangsiapa yang memandikan mayit, maka hendaklah dia mandi. Dan
barangsiapa yang memikul jenazah, maka hendaklah dia wudhu“. (HR Abu Dawud
no. 3161 dihasankan Al Albani dalam Ahkamul Janaiz no. 71).
Janin yang keguguran
Janin yang mati karena keguguran dan telah berumur lebih dari empat bulan, maka
dimandikan dan dishalatkan. Jika 4 bulan atau kurang maka tidak perlu. Berdasarkan
hadits dari Al Mughirah bin Syu’bah secara marfu’:
‫والسِّقطُ يُصلِّى عليه ويُدعَى لوالدَيه بالمغفر ِة والرحم ِة‬
Artinya : “Janin yang mati keguguran, dia dishalatkan dan dido’akanampunan dan
rahmat untuk kedua orang tuanya” (HR. Abu Dawud no. 3180, dishahihkan Al Albani
dalam Shahih Abu Daud).
Syaikh Abdullah bin Jibrin mengatakan:

11
‫ وليس له حكم‬،‫ وإنما يلف ويدفن في مكان طاهر‬،‫ الصحيح أنه ال يكفن‬:‫السقط الذي عمره دون أربعة أشهر‬
‫ ويصلى عليه‬،‫ ويكفن‬،‫ فيغسل‬،‫ فإذا تمت له أربعة أشهر فإنه يعامل كالحي‬،‫اإلنسان‬
Artinya : “Janin yang mati keguguran jika di bawah empat bulan maka yang shahih ia
tidak dikafani. Namun ia dilipat dan dikuburkan di tempat yang bersih. Dan ia tidak
diperlakukan sebagaimana manusia. Jika sudah berusia 4 bulan (atau lebh) maka
diperlakukan sebagaimana manusia yang hidup, yaitu dimandikan, dikafani dan
dishalatkan” (Ad Durar Al Mubtakirat Syarah Akhsharil Mukhtasharat, 1/435).

2. Mengkafani Jenazah4
Setelah mayat dimandikan, maka wajib bagi tiap-tiap mukmin untuk
mengkafaninya juga. Hukum mengkafani jenazah muslim dan bukan mati syahid
adalah fardhu kifayah. Mengkafani jenazah adalah menutupi atau membungkus
jenazah dengan sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain.
Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai berikut: “Kami hijrah bersama
Rasulullah saw. dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT, maka tentulah akan
kami terima pahalanya dari Allah, karena diantara kami ada yang meninggal
sebelum memperoleh hasil duniawi sedikit pun juga. Misalnya, Mash’ab bin
Umair dia tewas terbunuh diperang Uhud dan tidak ada buat kain kafannya kecuali
selembar kain burdah. Jika kepalanya ditutup, akan terbukalah kakinya dan jika
kakinya tertutup, maka tersembul kepalanya. Maka Nabi saw. menyuruh kami
untuk menutupi kepalanya dan menaruh rumput izhir pada kedua kakinya.” (HR.
Bukhari).
Dalam mengafani jenazah ada beberapa hal yang diutamakan atau disunnahkan
mengenai kain kafannya, diantaranya:
1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, kering
dan menutupi seluruh tubuh mayat. Dalam sebuah hadist diriwayatkan sebagai
berikut :
Artinya: “Dari Jabir berkata, Rasulullah saw. pernah bersabda: “Apabila salah
seorang kamu mengkafani saudaranya, hendaklah dibaikkan kafannya itu.” (HR.
Muslim).

4
Esa Noer Fadhila, “Kepedulian Umat Muslim Terhadap Jenazah”,
http://esanoerfadhila.blogspot.com/2016/10/cara-pengurusan-jenazah.html, (diakses pada 25 November 2020,
20.25 WIB)

12
2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.
3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan bagi
mayat perempuan 5 lapis.
4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah,
kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.
5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.
“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan karena
sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(HR. Abu Dawud).
Catatan :
Kalau kain putih tidak ada, maka boleh mengkafani mayat dengan kain apa saja
yang dapat digunakan untuk mengkafaninya, kemudian dishalatkannya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Mengkafani Jenazah


1. Jenis Kain Kafan
Semua kain yang dipakai oleh mayit ketika masih hidup, boleh dibuat kain kafan.
Mayit laki-laki tidak boleh dikafani dengan kain sutra, sedangkan perempuan
diperbolehkan.
Kain kafan boleh berwarna apa saja. Tetapi yang sunnah adalah kain putih dan
yang sudah dicuci. Adapun yang dimaksud perintah, “Hendaknya memperbagus
kain kafan”, adalah bukan kain yang berharga mahal, tapi kain yang berwarna
putih, tebal dan longgar.
2. Ukuran Kafan
Ukuran kafan bagi mayit laki-laki atau perempuan, minimal satu lembar kain yang
dapat menutupi seluruh tubuhnya. Sedangkan yang sunnah adalah : Bagi mayit
laki-laki dengan lima lapis, terdiri dari dua lembar yang dapat menutupi seluruh
tubuh, ditambah gamis, sorban dam sarung. Untuk mayit perempuan dengan lima
lapis, terdiri dari dua lembar kain yang dapat menutupi seluruh tubuh mayit,
ditambah dengan gamis, kerudung dan sampir (Madura : sampér)

13
Tata Cara Mengkafani Jenazah
Adapun tata cara mengkafankan jenazah, yaitu:
Untuk mayat laki-laki
a. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar
dan luas serta setiap lapisan diberi kapur barus.
b. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan diatas
kain kafan memanjang lalu ditaburi wangi-wangian.
c. Tutuplah lubang-lubang (hidung, telinga, mulut, kubul dan dubur) yang
mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
d. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan seperti ini selembar demi selembar dengan cara
yang lembut.
e. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya di bawah kain kafan tiga
atau lima ikatan.
f. Jika kain kafan tidak cukup untuk menutupi seluruh badan mayat maka
tutuplah bagian kepalanya dan bagian kakinya yang terbuka boleh ditutup dengan
daun kayu, rumput atau kertas. Jika seandainya tidak ada kain kafan kecuali
sekedar menutup auratnya saja, maka tutuplah dengan apa saja yang ada.

Untuk mayat perempuan


Kain kafan untuk mayat perempuan terdiri dari 5 lemabar kain putih, yang terdiri
dari:
a. Lembar pertama berfungsi untuk menutupi seluruh badan.
b. Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung kepala.
c. Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung.
d. Lembar keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Tata cara mengkafani mayat perempuan yaitu:


a. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian
dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain

14
dan letakkan diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau
dengan kapur barus.
b. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
kapas.
c. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
d. Pakaikan sarung.
e. Pakaikan baju kurung.
f. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
g. Pakaikan kerudung.
h. Membungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua
ujung kain kiri dan kanan lalu digulungkan kedalam.
i. Ikat dengan tali pengikat yang telah disiapkan.

C. Bacaan dan Doa dalam Shalat Jenazah

3. Menshalatkan Jenazah5
Tatacara menshalatkan jenazah harus diketahui oleh seluruh umat muslim
terutama kaum laki-laki, karna tatacara melakukananya sangat berbeda dengan shalat-
shalat pada umumnya dikarnakan dalam shalat jenazah kita tidak melakukan rukuk,
sujud, ataupun duduk diantara dua sujud dan takhiyat akhir.
Hukum melaksanakan shalat jenazah adalah fardhu kifayah, yang mana sesuai
kesepakatan para ulama, Fardhu kifayah adalah kewajiban yang dilakukan umat islam
bila telah ada beberapa orang yang melakukannya atau telah ada yang
mewakilkannya maka kewajiban individu untuk melakukan keawiban ini telah telah
gugur. Namun, bila tidak ada satupun yang melaksanakannya, maka seluruh umat
muslim mendapatkan dosa.6
Syarat shalat jenazah

5
Wahyoeni,”shalat jenazah” https://wisatanabawi.com/sholat-jenazah/ , (diakses pada 24 juni 2020, pukul 16.18
WIB)
6
Febriansyah,” Shalat Jenazah: Rukun, Bacaan Doa, Hingga Syarat Sah”
https://tirto.id/shalat-jenazah-rukun-bacaan-doa-hingga-syarat-sah-elEY,(diakses pada 23 November 2020, Pukul
15.48 WIB)

15
Dilansir Risalah Tuntunan Shalat Lengkap dari Moh. Rifa'i, terdapat beberapa syarat
yang perlu dipenuhi dalam salat jenazah, yaitu:
• Salat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus menutup aurat,
suci dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya serta menghadap
qiblat.
• Mayat sudah dimandikan dan dikafani.
• Letak mayat sebelah kiblat orang yang menyalatinya, kecuali kalau shalat
dilakukan di atas kubur atau salat ghaib
Rukun shalat jenazah
• Niat
• Berdiri bagi yang mampu
• Empat kali takbir
• Mengangkat tangan saat takbir pertama
• Membaca Al Fatihah
• Membaca sholawat nabi
• Berdoa untuk jenazah
• Salam

Tatacara melakukan shalat jenazah7


1. Takbir pertama melakukan Takbiratul ihram sambil berniat, lalu baca Surat Al
Fatihah
Sholat jenazah diawali dengan membaca niat. Setelah itu takbiratul ihram, tangan
diletakan diatas pusar sebagaimana dilakukan pada sholat pada umumnya, kemudian
membaca surat Al Fatihah
Niat sholat jenazah untuk jenazah laki-laki
Ushollii ‘alaa haadzal mayyiti arba’a takbirootin fardhol kifaayati ma’muuman
lillaahi ta’aalaa
Yang artinya: Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai
makmum karena Allah Ta’ala.
Niat sholat jenazah untuk jenazah perempuan

7
Mucklisin BK, “Tata Cara Sholat Jenazah, Niat, Bacaan, Doa dan Keutamaan”
https://bersamadakwah.net/sholat-jenazah, (diakses pada 22 November 2020, pukul 16.03 WIB)

16
Ushollii ‘alaa haadzihill mayyitati arba’a takbirootin fardhol kifaayati ma’muuman
lillaahi ta’aalaa
Yang artinya: Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai
makmum karena Allah Ta’ala.
2. Takbir kedua lalu membaca sholawat
Mengangkat tangan sampai telinga atau sejajar bahu, kemudian tangan kembali
diletakan diatas pusar setelah itu membaca Sholawat Ibrahimiyah. Bacaan sholawat
ibrahimiyah sebagai berikut:

َّ َ َ َ ْ َّ َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َّ َ ُ َ َ ! َ َّ ُ َّ َ
‫لى ِآل ِإ ْب َر ِاه ْي َم ِإنـ َك‬ َ ‫لى إ ْب َر ِاه ْي َم َو َع‬
ِ ‫اللهم ص ِّ ـِل على محم ٍد وعلى ِآل محم ٍد كما صليت ع‬
‫لى ِآل‬ َ ‫لى إ ْب َر ِاه ْي َم َو َع‬َ َ َ ْ َ َ َ َ َّ َ ُ َ َ َ َّ َ ُ َ َ ْ َ َّ ُ َّ َ ٌ ْ َ ٌ ْ َ
ِ ‫ح ِميد م ِجيد اللهم با ِرك على محم ٍد وعلى ِآل محم ٍد كما باركت ع‬
َّ
‫ِإ ْب َر ِاه ْي َم ِإنـ َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‬

Artinya: Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi
Muhammad sebagaimana Engkau telah memberikan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya
Allah, berilah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga Nabi Muhammad
sebagaimana Engkau telah memberikan keberkahan kepada Nabi Ibrahim dan
keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
3. Takbir ketiga
Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah. Doa sholat jenazah ini
sebagaimana hadits riwayat Imam Muslim dalam Shahih-nya:
!َ ْ ْ َّ َ ‫ْ ْ مْل‬ ََ َ ُ َْ ْ ُ ْ َ َ ْ َّ
‫اعف َعن ُه َوأك ِر ْم ن ُزل ُه َو َو ِّـ!ِس ْع ُم ْدخل ُه َواغ ِسل ُه ِبا ِاء َوالثل ِج َوال َب َر ِد َون ـِِّق ِه‬‫الل ُه َّم اغ ِف ْر ل ُه َو ْار َح ْم ُه َو َعا ِف ِه و‬
َ َ ً َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ ْ َ َ ْ َّ َ ْ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ
‫س َوأ ْب ِدل ُه َد ًارا خ ْي ًرا ِم ْن َد ِار ِه َوأ ْهال خ ْي ًرا ِم ْن أ ْه ِل ِه‬ ِ ‫ِمن الخطايا كما نقيت الثوب األبيض ِمن الد‬
‫ن‬
َّ َ َ ْ َْ َْْ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ َ ْ ًَْ ً ْ َ َ
‫اب الن ِار‬ ِ ‫ذ‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫م‬ ِ ِ ‫و‬ ‫أ‬ ‫ر‬‫ب‬‫ق‬ ‫ال‬ ‫اب‬
ِ ‫وزوجا خيرا ِمن زو ِج ِه وأد ِخله الجنة وأ ِعذه ِمن ع‬
‫ذ‬

Doa untuk jenazah perempuan


Untuk jenazah perempuan, bacaan sholat jenazah tersebut menjadi:

17
‫ْ‬ ‫َّ ْ‬ ‫ْ ْ مْل َ‬ ‫ََ‬ ‫َْ ُ َ‬ ‫َّ ُ َّ ْ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ُ‬
‫اعف َع ْن َها َوأك ِر ْم ن ُزل َها َو َو ِّـ!ِس ْع ُم ْدخل َها َواغ ِسل َها ِبا ِاء َوالثل ِج َوال َب َر ِد‬ ‫اللهم اغ ِفر لها وارحمها وعا ِفها و‬
‫َ ً َ‬ ‫َ‬ ‫َ ْ‬ ‫َ َ ! َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َّ ْ َ َّ ْ َ َ ْ َ َ َ َّ َ‬
‫س َوأ ْب ِدل َها َد ًارا خ ْي ًرا ِم ْن َد ِار َها َوأ ْهال خ ْي ًرا ِم ْن‬‫ون ـِِّقها ِمن الخطايا كما نقيت الثوب األبيض ِمن الدن ِ‬
‫َّ‬ ‫َْْ َْ ْ َ َ‬ ‫َ ْ َ َ َ ْ ً َ ْ ً ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ ْ َ َ‬
‫اب الن ِار‬ ‫اب القب ِر أو ِمن عذ ِ‬ ‫أه ِلها وزوجا خيرا ِمن زو ِجها وأد ِخلها الجنة وأ ِعذها ِمن عذ ِ‬
‫‪Atau bisa doa yang lebih singkat :‬‬
‫َ ْ ُ ْ‬ ‫ْ َ‬ ‫َّ‬
‫اعف َعن ُه‬‫الل ُه َّم اغ ِف ْر ل ُه َو ْار َح ْم ُه َو َعا ِف ِه و‬

‫‪Artinya: Ya Allah, ampunilah dan rahmatilah dia. Bebaskanlah dan maafkanlah dia.‬‬
‫‪Untuk jenazah perempuan, doa singkat tersebut menjadi:‬‬
‫َّ ُ َّ ْ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ُ‬
‫اعف َع ْن َها‬ ‫اللهم اغ ِفر لها وارحمها وعا ِفها و‬

‫‪4. Takbir keempat‬‬


‫‪Setelah takbir keempat membaca doa sebagaimana hadits riwayat Imam Abu Dawud:‬‬
‫‪Jenazah laki-laki‬‬
‫ْ ََ َ‬ ‫َ َ ْ َّ‬ ‫َ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َّ‬
‫الل ُه َّم ال ت ْح ِر ْمنا أ ْج َر ُه َوال تف ِتنا َب ْع َد ُه َو اغ ِف ْر لنا َول ُه‬

‫‪Jenazah perempuan‬‬
‫ْ ََ َ‬ ‫َ َ ْ َّ‬ ‫َ َ‬ ‫َ َ‬ ‫َّ‬
‫الل ُه َّم ال ت ْح ِر ْمنا أ ْج َر َها َوال تف ِتنا َب ْع َد َها َو اغ ِف ْر لنا َول َها‬

‫‪Artinya: Ya Allah, jangan haramkan kami dari pahalanya dan jangan cobai kami‬‬
‫‪sepeninggalnya. Ampunilah kami dan ampunilah dia.‬‬
‫‪Setelah itu mengucapkan salam:‬‬
‫َ ُ‬ ‫ُ َّ‬ ‫َّ َ َ ُ‬
‫السال ُم َعل ْيك ْم َو َر ْح َمة الل ِه َو َب َركات ُه‬

‫‪Doa setelah shalat jenazah8‬‬


‫الر ْح ٰمن َّ‬ ‫ّٰ‬
‫الر ِح ْي ِم‬ ‫ِ‬
‫الل ِه َّ‬ ‫ِب ْس ِم‬
‫َ ّٰ ُ َّ َ ّ َ ٰ َ ّ َ ُ َ َّ َ َ ٰ ٰ َ ّ َ ُ َ َّ َ ّٰ ُ َّ َ ّ ْ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ مْل َ‬
‫اب ٰهذاا ِّي ِت‬ ‫اللهم ص ِلى على س ِي ِدنامحم ٍدوعلى ا ِل س ِي ِدنامحم ٍد‪.‬ـ اللهم ِبح ِق الف ِتح ِة ِ‪.‬اع ِت ـق ِرقابناو ِرق‬

‫اج َع ْل‬ ‫(هذه امْل َ ّي َتت) َو ْ‬ ‫ٰ‬ ‫النار‪َ ×٣‬ا ّٰلل ُه َّم َا ْنزل َّ ْ َ َ مْل َ ْ َ َ ٰ ٰ َ مْل َ ّ‬ ‫َ َّ‬ ‫ٰ مْل َ ّ َ‬
‫الرح َم ـة وا غ ِف َرةعلى هذا ِي ِت ِ ِ ِ ِ‬ ‫ِِ‬ ‫(ه ِذ ِه ا ِيت ِت) ِمن ِ‬
‫ا(و َعا ِف ِه‬ ‫)ه َ‬ ‫)ها( َو ْار َح ْم ُه َ‬ ‫اغف ْر َل ُه َ‬ ‫َّ َّ ْ‬ ‫ض ًةم َن ْال َج َّنة َ‪.‬و َال َت ْج َع ْل ُه َل ٗه َ(ل َها) ُح ْف َر ًةم َن ّ ْ‬ ‫ََْ ٗ َ َ ْ َ‬
‫الني َر ِان الل ُهم ِ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫قبره(ها)رو ِ‬
‫الث ْلج َو ْال َب َرد َو َن ـ!ِقه َ‬‫َ ْ ُ َ ْ ُ َ َ َ ْ ْ ُ ُ َ ُ َ َ َ ! ْ ُ ْ َ َ ُ َ َ ْ ْ ُ َ مْل َ َ َّ‬
‫)ها( ِم َن‬ ‫ِ ِّ ِ‬ ‫واعف عنه)ها(وأك ِرم نزله)ها(وو ِّـِسع مدخله)ها( واغ ِسله)ها( ِبا ِاء و ِ‬

‫‪8‬‬
‫‪Muhammad Mirza,”Tata Cara Sholat Mayit / Sholat Jenazah Beserta Bacaannya”, https://saintif.com/sholat-‬‬
‫)‪mayit/ ,(diakses pada 23 November 2020, pukul 17.00 WIB‬‬

‫‪18‬‬
‫َ‬ ‫َ َ ً َ‬ ‫َ‬ ‫الد َنس َو َأ ْبد ْل ُه َ‬
‫ض م َن َّ‬ ‫ْ َ َ َ َ َ َ َّ ْ َ َّ ْ َ َ‬
‫)ها( َوأ ْهال خ ْي ًرا ِم ْن أ ْه ِل ِه )‬ ‫)ها( َد ًارا خ ْي ًرا ِم ْن َد ِار ِه‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫األ ْب َي َ‬ ‫الخطايا كما نقيت الثوب‬
‫َّ‬ ‫َْْ َْ ْ َ َ‬ ‫ْ ََ‬ ‫َ َ َ ْ ْ ُ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ ُ َ‬ ‫َ َ َ ْ ً ًَْ ْ َ ْ‬
‫اب الن ِار‬ ‫اب القب ِر أو ِمن عذ ِ‬ ‫‪.‬ها( وزوجا خيرا ِمن زو ِج ِه)ها( وأد ِخله)ها( الجنة وأ ِعذه)ها( ِمن عذ ِ‬

‫‪19‬‬
4.Menguburkan jenazah

Mengubur jenazah hukumnya fardu kifayah. Seandainya sudah ada yang melakukan,
sudah gugur kewajiban bagi yang lainnya. Seandainya tidak ada yang melakukannya sama
sekali maka berdosa semuanya. Jenazah yang dikuburkan sifatnya umum, termasuk jenazah
orang kafir. Ketika perang Badar tahun 2 Hijriah melawan orang kafir Quraisy, dengan izin
Allah umat Islam mendapat kemenangan. Banyak korban yang berjatuhan di kalangan orang
kafir, termasuk tokoh-tokoh mereka, di antaranya adalah Abu Jahal. Setelah selesai
peperangan, Rasulullah SAW memerintahkan para sahabat untuk menguburkan jenazah
orang-orang kafir dan akhirnya jenazah-jenazah mereka dikuburkan ke dalam sumur mati
yang ada di lembah Badar. (Shahih al-Bukhari: 3976)

Demikian pula ketika paman Rasulullah SAW, Abu Thalib meninggal dunia. Beliau
Rasulullah SAW bersabda kepada Ali bin Abi Thalib:

ِ ‫…اِ ْذهَبْ فَ َو‬


‫ار ِه‬

“Pergilah, lalu kuburkanlah dia..” (HR. an-Nasa’i)

Sesuai dengan sunnah bahwa jenazah dikuburkan pada tanah perkuburan, bukan
tempat-tempat yang lainnya. Karena seperti itulah kebiasaan Rasulullah SAW. Beliau selalu
menguburkan jenazah para sahabat di kuburan Baqi’, dan tidak ada berita (yang shahih)
bahwa ada di antara ulama salaf bahwa mereka dikuburkan di luar tanah pekuburan. Kecuali
apa yang telah tersebar beritanya, bahwa Rasulullah SAW dan dua sahabatnya, Abu Bakar
dan Umar dikuburkan di kamar Aisyah. Dan ini merupakan kekhususan untuk mereka.

Dikecualikan pula orang-orang yang mati syahid di medan perang, maka mereka
dikuburkan di tempat mereka meninggal dunia (di medan perang). Hal ini berdasarkan
penjelasan Jabir, dia berkata:

“Tatkala perang Uhud selesai, orang-orang yang terbunuh dibawa untuk dikuburkan
di pekuburan Baqi’. Maka berteriaklah penyeru (yang diperintah) Rasulullah SAW,
‘Sesungguhnya Rasulullah memerintahkan kalian supaya kalian menguburkan orang-orang
yang gugur di tempat terbunuhnya!’” (HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i)9

9
Laudia Tysara, “Tata Cara Menguburkan Jenazah Sesuai Sunnah Rasulullah SAW”,
https://hot.liputan6.com/read/4245548/tata-cara-menguburkan-jenazah-sesuai-sunnah-rasulullah-saw
(diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 21.46).

20
Tata Cara Menguburkan Jenazah

1. Jenazah dikubur dalam sebuah lubang dengan kedalaman setinggi orang berdiri
dengan tangan melambai ke atas dan dengan lebar seukuran satu dzira’ lebih satu jengkal.
Berdasarkan sebuah hadits riwayat Imam Turmudzi berkenaan dengan para sahabat yang
terbunuh pada waktu perang uhud, beliau bersabda:
ُ َ َ
‫ َوأ ْح ِسنوا‬،‫ َوأ ْو ِس ُعوا‬،‫اح ِف ُروا‬
ْ

Artinya: “Galilah liang kubur, luaskan dan baguskan.”

2. Wajib memiringkan jenazah ke sebelah kanan dan menghadapkannya ke arah


kiblat. Sekiranya jenazah tidak dihadapkan ke arah kiblat dan telah diurug tanah maka liang
kubur wajib digali kembali dan menghadapkan jenazahnya ke arah kiblat bila diperkirakan
belum berubah. Disunahkan untuk menempelkan pipi jenazah ke bumi.

3. Bila tanahnya keras disunahkan liang kubur berupa liang lahat. Yang dimaksud
liang lahat di sini adalah lubang yang dibuat di dinding kubur sebelah kiblat seukuran yang
cukup untuk menaruh jenazah. Jenazah diletakkan di lubang tersebut kemudian ditutup
dengan menggunakan batu pipih agar tanahnya tidak runtuh mengenai jenazah. Namun bila
tanahnya gembur maka disunahkan dibuat semacam belahan di bagian paling bawah liang
kubur seukuran yang dapat menampung jenazah di mana di kedua tepinya dibuat struktur
batu bata atau semisalnya. Jenazah diletakkan di belahan liang kubur tersebut kemudian di
bagian atasnya ditutup dengan batu pipih lalu diurug dengan tanah. Bisa penulis gambarkan,
belahan ini bisa jadi semacam parit yang membelah bagian dasar liang kubur. Di parit inilah
jenazah diletakkan. Adapun batu pipih untuk penutup sebagaimana disebut di atas, di
Indonesia barangkali lebih sering menggunakan papan kayu sebagai penutup jenazah agar
tidak terkena reruntuhan tanah.

4. Setelah jenazah diletakkan secara pelan di dasar kubur disunahkan pula untuk
melepas tali ikatannya dimulai dari kepala. Akan lebih baik bila orang yang meletakkan dan
meluruskan jenazah di liang kubur adalah orang laki-laki yang paling dekat dan menyayangi
si mayit pada saat hidupnya. Pada saat meletakkannya di liang lahat disunahkan membaca:
َّ َ ُ َّ َ َّ ُ َ َّ ُ َ َ َ
‫هللا َعل ْي ِه َو َسل َم‬ ‫ص لى‬ ‫ول الل ِه‬
ِ ‫هللا وعلى سن ِة رس‬
ْ
ِ ‫ِبس ِم‬

21
“Bismillâhi wa ‘alâ sunnati Rasûlillâhi shallallâhu ‘alaihi wa sallama.”

Mengikuti sunah Rasulullah sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Imam Abu
Dawud dari sahabat Abdullah bin Umar, bahwa bila Rasulullah meletakkan jenazah di dalam
kubur beliau membaca bismillâhi wa ‘alâ sunnati Rasûlillâhi shallallâhu ‘alaihi wa sallama.
Sementara Syekh Nawawi Banten dalam kitab Kâsyifatus Sajâ menambahkan bahwa ketika
proses mengubur jenazah disunahkan menutupi liang kubur dengan semisal kain atau
lainnya. Ini dimaksudkan barangkali terjadi ada yang tersingkap dari diri jenazah sehingga
terlihat apa yang semestinya dirahasiakan. Juga disunahkan meletakkan jenazah di liang
kuburnya dengan posisi tubuh miring ke sebelah kanan. Bila dimiringkannya pada tubuh
sebelah kiri maka makruh hukumnya. Pada hal ini, dalam konteks wilayah Indonesia yang
arah kiblatnya cenderung ke arah barat sedangkan wajib hukumnya menghadapkan jenazah
ke arah kiblat, maka untuk memiringkan tubuhnya ke sisi kanan ketika jenazah dikubur
posisi kepala berada di sebelah utara. Bila posisi kepala ada di sebelah selatan maka untuk
menghadapkannya ke arah kiblat mesti memiringkan tubuhnya ke sisi kiri. Wallâhu a’lam.10

10
Yazid Muttaqqin, “Tata Cara Mengubur Jenazah Menurut Hukum Islam”,
https://islam.nu.or.id/post/read/85733/tata-cara-mengubur-jenazah-menurut-hukum-islam
(diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 21.53).

22
D. Ayat-ayat dan hadist tentang pengurusan jenazah

 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


َ َ َ َّ ْ ُ َّ َ ْ ُ ُ َ َّ ُ َّ َ ‫ُ ُّ َ ْ َ َ ُ مْل‬
‫س ذٓا ِئقة ا ْو ِت ۗ   َو ِا ن َما ت َوف ْون ا ُج ْو َرك ْم َي ْو َم ال ِق ٰي َم ِة ۗ  ف َم ْن ُز ْح ِز َح َع ِن النا ِر َوا ْد ِخ َل ال َجـنة فق ْد‬
ٍ ‫كل نف‬
ُ ْ َ ‫َ َ َ َ ْ َ ٰ ُ ُّ ْ ۤ اَّل‬
‫الدن َيا ِا َمتا ُع الغ ُر ْو ِر‬ ‫ ۗ  وما الحيوة‬ ‫فاز‬

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah
diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah
kesenangan yang memperdaya." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 185)

 Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:


َ َْ ‫ً اَل‬ َ َۡ ‫َ ُ اَل‬ َ َ َ ُ ُ
‫َو ِلك ِ ّل ا َّم ٍة ا َج ٌل ۚ  ف ِا ذا َج َٓاء ا َجل ُه ْم َي ْستئ ِخ ُر ْون َسا َعة َّو َي ْستق ِد ُم ْون‬

"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak
dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 34)

 Dianjurkan memejamkan mata orang yang baru meninggal dunia11

Dalil hadits dari Ummu Salamah Hindun bintu Abi Umayyah radhiallahu’anha, ia mengatakan:
ُ َ َ
َّ ‫ ثم قال‬. ‫فأغمضه‬ َ
َّ ‫سلمة وقد‬ َّ ُ ‫صلى‬َّ
‫الروح إذا ق ِبض ِتبعهـ‬ ‫إن‬ ُ ‫شق‬
. ‫بصره‬ ‫ـ‬ ‫هللا عليه وسل َم على أبي‬ ‫هللا‬ ُ
ِ ‫رسول‬ ‫دخل‬
ُ
‫البصر‬

“Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam ketika mendatangi Abu Salamah yang telah meninggal,
ketika itu kedua matanya terbuka. Maka Nabi shalallahu ‘alaihi wa salam pun memejamkan
kedua mata Abu Salamah dan bersabda: “Sesungguhnya bila ruh telah dicabut, maka pandangan
matanya mengikutinya” (HR. Muslim no. 920).

 Mendo’akan kebaikan kepada mayit

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam setelah memejamkan mata Abu Salamah, beliau berdo’a:

11
Esa Noer Fadhila, “Kepedulian Umat Muslim Terhadap Jenazah”,
http://esanoerfadhila.blogspot.com/2016/10/cara-pengurusan-jenazah.html, (diakses pada 26 November 2020,
16.24 WIB)

23
‫اللهم اغفر ألبي سلمةـ وارفع درجته في املهديين واخلفه في عقبه في الغابرين واغفر لنا وله يا رب العاملين وافسح‬

‫له في قبره ونور له فيه‬

“Ya Allah ampunilah Abu Salamah, angkatlah derajatnya dan jadikan ia termasuk orang-orang
yang mendapatkan petunjuk, dan berilah ganti yang lebih baik bagi anak keturunannya, dan
ampunilah kami dan dia wahai Rabb semesta alam, luaskanlah kuburnya dan terangilah”

(HR. Muslim no. 920).

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk yang
mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian
khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang
muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh
mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf.

Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:

a. Memandikan

b. Mengkafani

c. Menshalatkan

d. Menguburkan

Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:

a. Memperoleh pahala yang besar.

b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.

c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas
musibah yang dideritanya.

d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.

e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan Allah
SWT dan RasulNya.

25
B. Kritik dan Saran

Kami menyadari bahwa makalah ini bukanlah makalah yang sempurna maka dari itu kami
mengharapkan kritik serta saran yang bermanfaat serta membangun agar kelak dikemudian hari
kami dapat membuat makalah yang lebih baik.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://republika.co.id/berita/q85fdf430/hukum-mengurus-jenazah-muslimah
(diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 20.32)

https://republika.co.id/berita/qchfzs366/mui-pengurusan-jenazah-muslim-covid19-sesuai-syariat-
islam,
(diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 20.44).

https://muslim.or.id/43876-fikih-pengurusan-jenazah-1-memandikan-dan-mengkafani.html,
(diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 20.10 WIB)
http://esanoerfadhila.blogspot.com/2016/10/cara-pengurusan-jenazah.html, (diakses pada 25
November 2020, 20.25 WIB)

https://wisatanabawi.com/sholat-jenazah/ , (diakses pada 24 juni 2020, pukul 16.18 WIB)

https://tirto.id/shalat-jenazah-rukun-bacaan-doa-hingga-syarat-sah-elEY,(diakses pada 23
November 2020, Pukul 15.48 WIB)

https://bersamadakwah.net/sholat-jenazah, (diakses pada 22 November 2020, pukul 16.03 WIB)

https://saintif.com/sholat-mayit/ ,(diakses pada 23 November 2020, pukul 17.00 WIB)

https://hot.liputan6.com/read/4245548/tata-cara-menguburkan-jenazah-sesuai-sunnah-rasulullah-
saw
(diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 21.46).

https://islam.nu.or.id/post/read/85733/tata-cara-mengubur-jenazah-menurut-hukum-islam
(diakses pada tanggal 23 November 2020, pukul 21.53)

27

Anda mungkin juga menyukai