Anda di halaman 1dari 20

Interaksi Sosial Masyarakat Lawe Sigala-Gala Kabupaten Aceh Tenggara:

Suatu Kajian Tentang Toleransi Antar Umat Beragama

Interaksi Sosial Masyarakat Lawe Sigala-Gala Kabupaten Aceh Tenggara:


Suatu Kajian Tentang Toleransi Antar Umat Beragama

Fauzi Ismail
Dosen Tetap pada Fakultas Adab dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Banda Aceh - Indonesia
E-mail: fauziismail@ar-raniry.ac.id

Abstract: The harmony of religious life has a strong foundation in the life of society, whether historically
empirical, ideological, constitutional, operational, or theologies and cultural. This is a strong capital to foster
and foster harmony as a condition for the realization of unity in society. This paper attempts to explain the
process of social interaction in community life in the sub-district of Lawe Sigala-Gala where a harmonious
interrelationship between Muslim and non-Muslim communities has long been happening in their lives. Based
on this fact has created harmonious harmony between the two followers of the religion.

Keywords: Social interaction; religious tolerance; togetherness

Abstrak: Kerukunan hidup umat beragama telah memiliki landasan yang kuat dalam kehidupan masyarakat,
baik secara histories empiric, idiologis, konstitusi, operasional, maupun secara theologies dan kultural. Hal
ini merupakan modal yang kuat untuk memupuk dan membina kerukunan sebagai syarat untuk terwujudnya
persatuan dalam masyarakat. Tulisan ini mencoba menjelaskan proses interaksi sosial dalam kehidupan
masyarakat di kecamatan Lawe Sigala-Gala di mana suatu hubungan timbal balik yang harmonis sasama
warga masyarakat muslim dan non muslim yang telah lama terjadi dalam kehidupan mereka. Berdasarkan
kenyataan ini telah melahirkan kerukunan yang harmonis antar kedua pemeluk agama tersebut.

Kata Kunci: Interaksi sosial; toleransi beragama; kebersamaan

Pendahuluan bahwa menjamin kemerdekaan bagi tiap-tiap


penduduk untuk memeluk agamanya masing-
Kerukunan antar umat beragama belum
masing dan beribadat menurut agama dan
merupakan nilai akhir, tetapi baru merupakan
kepercayaannya itu. Rumusan ini memberi
suatu sarana yang harus ada sebagai landasan
jaminan dan mengupayakan bagi setiap
untuk mencapai tujuan yaitu situasi aman dan
warga Negara memiliki kebebasan memeluk
damai. Hal ini sangat dibutuhkan masyarakat
agama dan ibadat menurut keyakinan dan
untuk pencapaian nilai spiritual dan material
kepercayaan masing-masing.
dalam mencapai tingkat kebutuhan yang lebih
tinggi. Secara yuridis kerukunan antar umat Istilah kerukunan hidup beragama
(toleransi) beragama di Indonesia dilindungi mencakup kerukunan inter umat dalam
oleh Negara. Hal ini dapat dilhat dalam suatu agama dan kerukunan antar umat yang
UUD 1845 pasal 29 ayat 2 yang menyatakan berbeda-beda agama. Hal ini sangat penting

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 81


Fauzi Ismail

dilakukan bagi masyarakat di Indonesia, berbasis agama. Fenomena yang lain yang
karenan bangsa Indonesia merupakan bangsa menonjol dalam kontek kehidupan pluralitas
yang pluralitas yang terdiri bermacam etnis, agama adalah persoalan agama mayoritas dan
suku, bahasa dan agama yang merupakan minoritas apakah kaum minoritas dimarginal
kenyataan dan sekaligus kurnia Allah SWT. dalam pengambilan keputusan, atau mereka
Oleh karenanya kerukunan atau toleransi hanya bersifat partisiatif. Dapatkah mereka
yang harus dijunjung tinggi, karena sering hidup berkembang dengan memberikan jarak
ditemukan kasus memakai kedok agama pada garis demokrasi yang dalam antara minoritas
hal munculnya kasus tersebut berawal dari dan agama mayoritas dan bisakah masyarakat
kecemburuan social dan ketimpangan social hidup dalam berbagai aktifitas jika ada sekat-
ekonomi masyarakat. sekat pemisah jika ada kelompok yang lain atau
antara suatu agama dengan agama yang lain.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas,
daerah Aceh juga terdapat suatu ketetapan Berkenaan dengan hal tersebut di atas
sebagaimana tersebut dalam Undang-Undang Al-Faruqi1 menjelaskan sikap tidak saling
nomor 44 tahun 1999 pasal 4 disebutkan menghargai antara sesama pemeluk agama
bahwa ayat (1) penyelenggraan kehidupan akan menyebabkan disharmonis yang bisa
beragama di daerah diwujudkan dalam saja menimbulkan konflik, sedangkan sikap
bentuk pelaksanaan Syari’at Islam bagi saling menghormati akan menimbulkan suatu
pemeluknya dalam bermasyarkat, ayat (2) kerukunan (kerjasama) yang harmonis. Untuk
daerah mengembangkan dan mengatur mereduksi sikap disharmonis kepada tahapan
penyelenggaraan kehidupan beragama kehidupan relasional yang komunikatif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan dan eksistansial tersebut, Karl Jespers 2
tetap menjaga kerukunan hidup antar umat mengatakan bahwa kehidupan sosial dalam
beragama. Mendekati jumlah mayoritas, keterbukaan diri dengan orang lain merupakan
terutama di daerah yang berbatasan langsung penerangan eksistensi. Hal ini bisa dicapai oleh
dengan Provinsi Sumatra Utara seperti manusia apabila telah membuka diri dengan
Kabupaten Aceh Tenggara khususnya di orang lain. Richard N. Bender 3 menyebutkan
kecamatan Lawe Sigala-Gala. manusia akan bermakna kehidupannya ketika
beriteraksi dengan pribadi-pribadi yang lain.
Pluralitas agama yang ada di Kecamatan
Lawe Sigala-Gala apakah telah terjadi Sehubungan dengan toleransi atau
hubungan dan interaksi sosial keagamaan kerukunan antar umat beragama telah banyak
terhadap kehidupan bersama ataukah selama penelitian dilakukan, seperti “Rumah Benteng
ini terjadi kleim kebenaran suatu agama yang
menganggap dirinya paling benar dari agama Ismail Rajial-Faruqi, Trialogue of the
1

abrahamic faith, (terjemah: Joko Sulistio Kanhar),


yang lain. Berbagai persoalan tentang toleransi Pustaka Progressif, Surabaya, 1994, hal. 11.
umat beragama tersebut merupakan faktor 2
K. Bertens, Filsafat Barat abad XX, jilid I.
penting untuk mewujudkan pembangunan Gramedia, Jakarta, 1983, hal. 134.
pada pengelolaan pemerintah daerah yang
3
Richard N. Bender, A philosophy of life, New
York Philosophical Library Inc, 1961, hal. 29.

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 82


Interaksi Sosial Masyarakat Lawe Sigala-Gala Kabupaten Aceh Tenggara:
Suatu Kajian Tentang Toleransi Antar Umat Beragama

di Kalimantan Tengah Simbol Kerukunan pola-pola hubungan antar umat beragama


Hidup Beragama”, bahwa peran dan kedudukan tersebut baik yang mendukung terwujudnya
Rumah Benteng sebagai wujud terjadinya kerukunan (kerjasama) maupun yang
kerukunan. Begitu juga penelitian di Subak mengarah terjadinya ketidakrukunan (konflik).
“Kerukunan Hidup Beragama Studi Kasus Dengan mengetahui pola-pola hubungan
di Subak Madewi Bali” dimana kerukunan tersebut diatas akan dapat diupayakan
antara umat Hindu dan Islam terwujud pemeliharaan dan peningkatan kerukunan
karena mereka adanya aturan-aturan yang hidup beragama disatu pihak, dan sekaligus
dikenal awing-awing. Sementara penelitian dapat diupayakan untuk menghindari atau
di Maluku “Kerukunan Umat Beragama di mengurangi konflik dipihak lain. Untuk
Maluku” bahwa kerukunan antar umar Islam mengetahui hal tersebut baik tentang realitas
dan Kristen terwujud dikarenakan bahwa kelembagaan maupun perekat kerukunan
dalam lingkungan masyarakat Maluku dikenal antar umat beragama, maka pengkajian dan
suatu adat yang sudah mentradisi disebut penelitian tentang hal tersebut sangat penting
pela. Istilah Pela adalah sebagai simbol atau dilakukan. Hal ini mengingat di Kecamatan
ikatan dan pesan tertentu dan dalam hal ini Lawe Sigala-Gala yang jumlah penduduknya
pela menunjukan kepada ikatan kesatuan 20.225 jiwa dengan berbagai penganut agama
persaudaraan antara dua atau lebih negeri dan multi aliran keagamaan telah membentuk
(desa) yaitu antara negeri Kristen dan Islam. masyarakatnya yang hitrogenitas budaya
dan prilaku yang merupakan cerminan dari
Berkaitan dengan hal tersebut penelitian
toleransi antar umat beragama. Interaksi
lebih di fokuskan kepada aspek sosial
social sebagai proses saling berhubungan
keagamaan, dimana ada beberapa hal yang
antara sesama masyarakat Muslim dan non
menarik untuk pengkajian lebih mendalam
Muslim di Kecamatan Lawe Sigala-Gala yang
di Aceh. Hal ini dikarenakan mayoritas
telah terjalin begitu lama dalam masyarakat.
masyarakatnya beragama Islam dan daerah
Kenyataan terlihat bahwa proses tersebut
Aceh telah dilakukan Syariat Islam. Seperti
telah melahirkan kerukunan yang harmonis
telah dijelaskan bahwa, tidak bisa dipungkiri
antar kedua pemeluk agama tersebut. Hal
ada masyarakat non muslim yang telah lama
ini telah membawa pengaruh yang sangat
mendiami daerah Aceh. Bahkan di daerah-
besar dalam kehidupan masyarakat dan telah
daerah tertentu mereka mendekati jumlah
terbentuk suatu keakraban dan kebersamaan
mayoritas, terutama di daerah yang berbatasan
antar sesama warga masyarakat.
langsung dengan Provinsi Sumatra Utara
seperti Kabupaten Aceh Tenggara khususnya Akhir-akhir ini keberadaan suatu
Kecamatan Lawe Sigala-Gala. agama semakin mendapat perhatian banyak
pihak. Agama mulai dirasakan kepentingan
Penelitian tentang toleransi atau
dan kemamfaatannya dalam kehidupan
kerukunan hidup antar umat beragama dari
masyarakat. Lebih-lebih lagi pada saat
komunitas-komunitas agama di Indonesia
sekarang ini, ketika corak kehidupan yang
yang aman ini perlu diteruskan, agar diketahui

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 83


Fauzi Ismail

semakin materialistik, mendorong orang permasalahan utama yang perlu dijawab


untuk mencari kedamaian yang jauh hiruk dalam penelitian ini yaitu bagaimana
pikuk kehidupan yang serba duniawi. Mereka bentuk adaptasi kultural antara masyarakat
kemudian berlindung dibalik agama untuk muslim dan non muslim di Kecamatan Lawe
menyelaraskan dan menyeimbangkan antara Sigala-Gala. Keanekaragaman suku, bahasa,
kehidupan yang bersifat duniawi dan sementara adat istiadat dan agama dalam kehidupan
dengan sifat yang ukhrawi dan abadi. Berpijak masyarakat merupakan suatu kenyataan
kepada teori tersebut di atas maka penelitian yang harus diterima sebagai suatu kekayaan
ini mencoba mengkaji lebih mendalam suatu bangsa. Namun di samping itu dalam
tentang bagaimana agama bersifat berfungsi keanekaragaman atau pluralitas tersebut
di tengah masyarakat yang pluralisme, mengandung kerawanan-kerawanan yang
khususnya dikecamatan Lawe Sigala-Gala dapat memunculkan konflik kepentingan
yang realitasnya tidak saling berbenturan kelompok yang berbeda-bada tersebut.
dan terciptanya kerukunan yang harmonis.
Agama merupakan faktor integrative baik
Berpijak pada latar belakang masalah individual maupun sosial dalam arti bahwa
tersebut diatas menarik untuk dikaji dan diteliti agama mengintegrasikan dan menyerasikan
dalam mengungkapkan dinamika kehidupan segenap aktifitas manusia baik sebagai orang
masyarakat khususnya mengenai toleransi serang maupun sebagai onggota masyarakat
antar umat beragama antara masyarakat yaitu integrasi keserasian sebagai insani yang
Muslim dan non Muslim di Kecamatan Lawe taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
Sigala-Gala. Berdasarkan hal tersebut dapat integrasi dan keserasian sebagai makhluk
dirumuskan beberapa rumusan masalah sosial dalam hubungannya dengan sesama
antara lain: Bagaimana bentuk adaptasi dan ligkungannya. Dengan demikian integrasi
kultural antara masyarakat Muslim dan non dan keserasian antara mengerjakan kebaikan
Muslim di Kecamatan Lawe Sigala-Gala. Faktor dunia dan kebaikan di akhirat sebagai faktor
apa saja yang menyebabkan toleransi antar integrative sosial mempunyai fungsi sebagai
umat beragama di Kecamatan Lawe Sigala- perekat fungsi kohevis sebagai manusia
Gala dapat berjalan dengan harmonis serta terhadap sesamanya didorong oleh rasa
aspek apa saja yang mempengaruhi terjadinya kemanusiaan, cinta mencintai, kasih sayang
toleransi kehidupan beragama. terhadap sesamaya, altruisme, tenggang rasa,
tepa selera dan lain-lain. Dalam fungsinya
sebagai faktor sosial interaktif itu, agama
Toleransi Antar Umat Beragama Di mengajarkan kehidupan rukun tenteram
Kecamatan Lawe Sigala-Gala damai dan bekerjasama dalam mencapai
kesejahteraan lahir batin.
1. Bentuk Adaptasi Kultural Umat
Beragama Manusia sebagai makhluk sosial yang
dalam kehidupannya tidak dapat hidup secara
Sesuai dengan masalah, maka ada dua
sendiri dan terpisah dari lingkungannya.

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 84


Interaksi Sosial Masyarakat Lawe Sigala-Gala Kabupaten Aceh Tenggara:
Suatu Kajian Tentang Toleransi Antar Umat Beragama

Hubungan antara sesamanya merupakan suatu dikalangan masyarakat Lawe Sigala-Gala


keharusan dan kewajaran. Adanya keinginan bentuk hubungan adaptasi masyarakat yang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya membawa kepada kehidupan kerukunan
mengakibatkan manusia sering berhubungan hidup antar umat Kristen dan umat Islam
antara satu dan yang lainnya. Aristoteles4 terwujud antara lain karena mereka hidup
menyatakan bahwa manusia adalah zoon dilingkungan pedesaan yang sama dengan
poloticont artinya bahwa manusia itu sebagai pengalaman hidup dan tantangan alam yang
makhluk sosial pada dasarnya selalu ingin sama pula. Dan mereka juga meyakini bahwa
berkumpul sesamanya dan sifatnya suka setiap agama yang dianutnya mempunyai
bergaul satu sama lain melaui proses social. aturan-aturan yang mengatur hubungan
Bentuk umum proses sosial adalah melalui manusia dengan Tuhan, manusia dengan
interaksi sosial yang merupakan syarat manusia lainnya dan manusia dengan alam. Di
utama terjadi aktifitas sosial. Interaksi sosial dalam aturan tersebut misalnya diatur bahwa
merupakan hubungan sosial yang dinamis semua masyarakat lawe Sigala-Gala baik Islam
antar kelompok manusia, maupun antara maupun Kristen diberikan kebebasan untuk
orang perorangan dengan kelompok manusia.5 melaksanakan upacara keagamaan masing-
Berkaitan dengan hal tersebut Soerjono6 masing. Antara umat Islam dan Kristen
menyebutkan interaksi social terjadi apabila mengadakan upacara dalam waktu yang
adanya hubungan timbal balik antara dua berbeda sehingga satu sama lain tidak saling
belah pihak dan hal dapat dilihat pada aktivitas menganggu.8
hubungan seperti saling menegur, berjabat
Penelitian ini mengkaji dengan mendalam
tangan, saling berbicara dan sebagainya.
tentang proses interaksi sosial dalam
Sehubungan dengan hal tersebut Islam
kehidupan masyarakat kecamatan Lawe
menganjurkan untuk saling berhubungan
Sigala-Gala di mana suatu hubungan timbal
dan silaturrahmi bukan hanya sesama
balik yang harmonis sasama warga masyarakat
muslim tetapi juga antar umat yang lain.7
muslim dan non muslim yang telah begitu lama
Berdasarkan pernyataan di atas bahwa terjadi dalam kehidupan masyarakat. Dari
4
Syafri Hamid, Azas-azas sosiologi suatu kenyataan yang terjadi bahwa proses tersebut
bahasan teoritis dan sistematis, UI Press, Jakarta, telah melahirkan kerukunan yang harmonis
1999. hal. 75. antar kedua pemeluk agama tersebut. Coffey9
5
Gillin, Cultural sociologie a revision of
menyatakan bahwa hubungan yang kurang
introduction to sociologi, The Macmilan Company,
New York, 1954, hal. 498. harmonis dalam kehidupan bermasyarakat
6
Soejono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar, sering disebabkan oleh perilaku sosial dan
Cet. 21, Raja Grafindo, Jakarta, 2001, hal. 169.
7
Q.S Almuntanah; 8, artinya Allah tidak
melarang kamu (umat Islam) untuk berbuat baik Wawancara dengan Beria Sihombing (46 th)
8

dan berlaku terhadap orang lain (beragama lain) Kepala SMP HKBP Kristen Protestan Desa Lawe
yang tidak memerangi kamu karena agama dan Sigala-Gala Barat, tanggal 16 Mei 2015.
tidak pula mengusirmu. Terdapat juga dalam Q.S 9
Coffey dkk, Human relation law enforcemen in
Alhujarat; 13, yang penekanannya umat Islam change community, American Book Company, New
untuk saling kenal-mengenal satu sama lain. York, 1971, hal. 69.

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 85


Fauzi Ismail

hal ini terjadi karena sifat dasar dari situasi dianggap sah dengan mengikat peran serta
sosial, berlakunya norma sosial, kepribadian manusia itu sendiri. Lembaga yang komplek
manusianya kondisi kejiwaan yang tetap kini secara keseluruhan merupakan suatu
atau sering juga terjadi karena bagaimana sistem dimana setiap bagian saling tergantung
seseorang manfasirkan situasi. dengan lainnya, sehingga perubahan salah
satu bagian akan mempengaruhi bagian yang
Dinamika tersebut dapat dilihat melalui
lain dan pada akhirnya mempengaruhi kondisi
pendekatan teori sistem yang menjelaskan
sistem keseluruhan.12
bahwa masyarakat adalah sebuah system
yang pada hakikatnya saling berkaitan atau Dalam hal ini agama merupakan salah satu
hubungan sebagai sebuah kehidupan sosial. bentuk prilaku manusia yang telah terlembaga.
Shorde 10 menjelaskan bahwa suatu sistem Oleh karenanya penelitian ini mencoba
adalah serangkaian bagian-bagian yang mengkaji sejauh mana sumbangan dan peran
saling berhubungan, bekerjasama dengan masing-masing komplek kelembagaan ini
bebas dan bersama-sama dalam pencapaian dalam mempertahankan sistem. Karena
tujuan utama dalam suatu lingkungan yang setiap agama pembawa kedamaian dalam
komplek. Berkaitan dengan hal tersebut Davis keselarasan hidup, bukan saja antar manusia
11
menyebutkan sikap dan kondisi masyarakat tapi juga sesama makhluk ciptaan manusia
tidaklah sama pada setiap daerah. Hal ini Tuhan. Namun dalam tatanan historisnya misi
sangatlah tergantung pada pengaruh kultur agama tidak selalu artikulatif, selain sebagai
dan subkultur yang mewarnai prilaku sosial alat pemersatu sosial, agamapun sering
masyarakatnya. sebagai pemacu konflik. Bekaitan dengan
tersebut kenyatannya sekarang bagaimana
Interaksi yang terjadi antara masarakat
realitas itu bisa memicu para pemeluk
muslim dan non muslim di Kecamatan Lawe
agama untuk merefleksikan kembali ekspresi
Sigala-Gala telah membawa pengaruh yang
keberagamannya yang sudah sekian mentradisi
sangat besar dalam kehidupan masyarakat
dalam kehidupan masyarakat. Dalam hal
dan telah melahirkan toleransi yang sangat
tersebut Nurcholis Majid 13 menyebutkan
harmonis membawa pengaruh yang sangat
bahwa salah satu yang menjadi problem
besar dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
besar dalam kehidupan beragama dewasa
juga dapat dikaji melalui pendekatan teori
ini yang ditandai oleh kenyataan pliralisme,
struktural fungsional sebagai acuan yang
adalah bagaimana teology suatau agama
memandang masyarakat sebagai suatu lembaga
mendefnisikan diri ditengah-tengah agama
sosial yang berada dalam keseimbangan yang
lain, what shoul one think about religion other
memulakan kegiatan manusia berdasarkan
than ous ? dengan semakin berkembangnya
norma-norma yang dianut bersama dan
10
Shorde (dalam Usman Pelly), teori social Thomas F.O ‘Dea, The sociology of religion,
12

budaya, Proyek Pembinaan Mutu Tenaga Terj. Tim, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hal.
Kependidikan, DIKTI, 1994, hal. 140. 221.
11
Davis, Kingsley, Human cocity, The Macmilan 13
Nurcholis Majid, Agama dan Masyarakat, CV.
Company, New York, 1980, hal. 68. Akademika Pressindo, Jakarta, 1986, hal. 154.

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 86


Interaksi Sosial Masyarakat Lawe Sigala-Gala Kabupaten Aceh Tenggara:
Suatu Kajian Tentang Toleransi Antar Umat Beragama

pemahaman mengenai pluralisme agama di kalangan anak-anak pada jam 8-9 pagi,
berkembanglah suatu paham teologoa remaja 9-10 sedangkan dewasa jam 10-12.30
religionum. Paham ini menekankan semakin dan acara uikumena yaitu acara natal yang
pentingnya dewasa ini untuk berteologi dalam diadakan tiga tahun sekali sekabupaten, kalau
konteks agama artinya bagaimana kita harus diadakan di Gereja tidak muat maka diadakan
mendifinisikan di tengah agama-agama lain di lapangan dalam acara ini dipilih juara I, II
yang juga eksis. dan juara III.16

Dari beberapa informan mengungkapkan Demikian juga masyarakat Islam selalu


bahwa hubungan mereka antara sesama mengadakan aktifitas berupa wirit Yasin pada
warga masyarakat yaitu antara umat Kristen tiap malam jumat bagi kaum bapak dan hari
dan Islam sangat rukun dan damai. Kami kamis untuk kaum ibu. Acara tersebut kami
masyarakat Islam pada saat baik-baik saja, adakan dalam bentuk pengajian, sehingga
dan walaupun bercampur baur dengan umat Islam bertambah keimanan kepada Allah
Kristen tetapi sesama mereka sangat baik dan dapat memperdalam ilmu agama Islam
dalam kehidupan sehari-hari dan begitu juga terutama masalah aqidah dan ibadah, Umat
halnya kami yang beragama Kristen tetap Islam sering megadakan kegiatan hari-hari
saling menghargai dan menghormati sehingga besar Islam seperti Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi,
kondisi masyarakat Kristen berjalan dengan memperingati tahun baru Hijriah dan acara
baik, rukun dan damai.14 Hubungan sesama lainnya, sehingga dengan adanya kegiatan
Kristen dan Islam cukup harmonis, saling keagamaan seperti itu warga yang beragama
menghargai dan menghormati sesamanya, Islam semakin bertambah kesadaran dan
sehingga kami bisa hidup berdampingan pamahaman terhadap ajaran agama dan dapat
dengan orang Kristen saling menjaga dalam memupuk rasa ukhwah yang lebih akrab.17
etika dan tata krama yang telah diterapkan
Begitu juga halnya menyangkut hubungan
dalam masyarakat tersebut.15
antar warga saling membutuhkan. Kami yang
Aktifitas keagamaan yang selama ini kami beragama Kristen bila mengadakan sesuatu
selaku umat Kristen diantarnya partangiangan acara tetap juga membutuhkan orang Islam
(doa bersama) di rumah warga scara bergiliran yang berada di desa kami. Karena mereka juga
dihadiri oleh kaum laki-laki dan perempuan, sebagai warga kami. Seperti bila ada acara
dan doa syukuran yang diadakan sesudah pesta perkawinan, kami tetap mengundang
panen dan kebaktian diadakan di gereja umat Islam sementara masalah konsumsi
seminggu sekali dilakukan secara bertahap diberikan makanan yang sesuai dengan
14
Wawancara dengan Ompuluter Tompu Wawancara dengan K. Siagian (51 th)
16

Bulon (65 th) Tokoh masyarakat Kristen Protestan Pengurus Gereja Khatolik Desa Lawe Sigala Barat,
Desa Lawe Loning I, tanggal 13 Mei 2015 dan hasil tanggal 16 Mei 2015
wawancara dengan Rahidin, S.Ag (43 th) Kepala 17
Wawancara dengan Tgk. Rusli (52 th) Imuem
MIN Lawe Sigala-Gala, tanggal, 14 Mei 2015. Mesjid Darul Aman Desa Loning, tanggal 18 Mei
15
Wawancara dengan Beria Sihombing (46 th) 2015 dan hasil wawancara dengan Muhammad
Kepala SMP HKBP Kristen Protestan Desa Lawe Sasa (50 th) Imum Mesjid al-Muttaqin Desa Lawe
Sigala Barat, tanggal 16 Mei 2015 Sigala Barat, tanggal,19 Mei 2015.

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 87


Fauzi Ismail

makanan orang Islam atau kami kasih beras perkawinan orang Kristen, orang Islam juga
dan ayam untuk dimasak sendiri, sehingga turut membantu.20
mereka tidak makan makanan yang kami
potong di sini. Kami tetap menjaga norma
agama yang berlaku bagi agama Islam.18 2. Faktor Penyebab Keharmonisan
Toleransi Antar Umat Beragama
Demikian juga dengan orang Islam, dimana
masyarakat yang beragama Islam juga saling Keanekaragaman suku, agama dan
membutuhkan karena banyak diantara orang adat istiadat telah merupakan suatu
Islam yang kawin dengan orang Kristen tetapi kenyataan yang harus kita terima, namun
harus diislamkan terlebih dahulu. Disamping dalam keanekaragaman tersebut sering
itu juga bila orang Islam mengadakan pesta terjadi kerawanan-kerawanan yang dapat
tetap mengundang mereka yang baragama memunculkan konflik demi kepentingan
Kristen tapi mereka kalau makan tetap antar kelompok yang berbeda-beda tersebut.
bersama karena mereka makanan orang Islam Berkaitan dengan kerangka kerukunan hidup
sangat diminati. Kalau ada gotong royong juga antar umat beragama atau disebut dengan
saling bahu membahu secara bersama-sama toleransi disumsikan bahwa hal ini akan
sehingga Islam dan Kristen dalam kancah terwujud bilamana disumsikan bahwa jika
sosial tidak menampakkan perbedaan agama masing-masing umat beragama tersebut
karena hal ini dibenarkan dalam agama kita.19 bergerak sendiri-sendiri mengembangkan
agamanya sendiri tanpa melihat lingkungan
Adapun kegiatan yang dilakukan bersama-
masyarakatnya, sehingga tidak mustahil akan
sama antara orang Kristen dan Islam adalah
terjadi benturan atau konflik antar umat
lebih kepada kegiatan yang bersifat sosial
beragama lainnya.
budaya, seperti : gotong royong membersihkan
lingkungan dan persiapan peringatan hari Sekarang ini kita hidup dalam suatu
ulang tahun kemerdekaan. Kegiatan-kegiatan zaman dimana kerukunan tidak dapat
lain yang dilakukan bersama-sama seperti perlu dilaksnakan. Pertama kita tiak hidup
acara pesta perkawinan, apabila kegiatan dalam masyarakat tertutup yang dihuni
tersebut dilakukan orang Islam, maka oleh satu golongan pemeluk agama yang
orang Kristen juga dilibatkan untuk saling sama, tetapi dalam masyarakat modern
membantu dan sebaliknya apabila ada pesta dimana komunikasi dan hidup bersama
dengan golongan beragama lain tidak demi
18
Wawancara dengan T. Tobing (59 th) tokoh kelestarian dan kemajuan masyarakat kita
adat Kristen Protestan Desa Lawe Loning, tanggal
16 Mei 2015 dan Wawancara dengan Ompuluter sendiri. Dengan kata lain kita hidup dalam
Tompu Bulon (65 th) Tokoh masyarakat Kristen Masyarakat plural baik kepercayaan maupun
Protestan Desa Lawe Loning I, tanggal 13 Mei 2015.
19
Wawancara dengan Tgk. Rusli (52 th) Imuem Wawancara dengan Tibul Lembon Torowen
20

Mesjid Darul Aman Desa Loning, tanggal 18 Mei (55 th) Tokoh masyarakat Kristen Protestan Desa
2015 dan hasil wawancara dengan Muhammad Kuta Tengah, tanggal 14 Mei 2015 dan juga hasil
Sasa (50 th) Imum Mesjid al-Muttaqin Desa Lawe wawancara dengan A. Seregar (47 th) Pastur Gereja
Sigala Barat, tanggal,19 Mei 2015. Protestan Desa Lawe Loning I, tanggal, 13 Mei 2015

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 88


Interaksi Sosial Masyarakat Lawe Sigala-Gala Kabupaten Aceh Tenggara:
Suatu Kajian Tentang Toleransi Antar Umat Beragama

kebudayaannya. Kedua kalau keharusan untuk Adapun faktor yang menyebabkan


menciptakan masyarakat agama yang berjiwa kerukunan antar warga masyarakat muslim
kerukunan atas desakan dari ajaran agama dan Kristen disebabkan oleh beberapa hal
akan dikesampingkan atau tidak dihiraukan, yang sangat mempengaruhi dalam kehidupan
maka mau tidak mau kita dihadapkan kepada masyarakat antara lain : selain saling harga
situasi lain. menghargai dan saling hormat menghormati
antar warga, juga disebabkan faktor keluarga
Melihat keadaan sekarang ini kita dituntut
karena ada orang Kristen yang kawin dengan
oleh situasi untuk bekerjasama dengan
orang Islam, faktor marga, banyak orang Islam
semua pemeluk agama untuk bersama-sama
yang mempunyai marga yang sama dengan
menjawab tantangan baru yang berkerukunan
orang Kristen, faktor perbatasan tanah,
antara lain ketidakadilan, terorisme,
banyak tanah orang Kristen dan Islam letaknya
kemiskinan stuktural, sekularisme. Hal
berdampingan.22
tersebut tidaklah mungkin diatasi oleh satu
golongan agama tertentu, tetapi membutuhkan Sedangkan aspek-aspek yang
konsolidasi dari segala kekuatan baik moral, mempengaruhi terwujud kerukunan umat
sritual maupun material dari semua umat beragama di kecamatan Lawe Sigala-Gala
beragama mengalami ujian berat untuk adalah karena antara sesama masyarakat
membuktikan kepada dunia bahwa agama- Muslim dan Kristen saling menghargai, dan
agama masih mempunyai arti relevan bagi dalam menyelesaikan masalah secara bersama
kepentingan umat manusia dan dunianya. dan juga sesama warga saling transparan
dalam dalam memberi informasi artinya tidak
Sesuai dengan permasalahan dalam
ada berbelok dalam satu warga Kristen. Begitu
penelitian ini yaitu mengkaji faktor yang
juga mereka meyakini bahwa setiap agama
menyebabkan toleransi kerukunan antar
yang mereka anut mempunyai aturan-aturan
umat beragama dapat berjalan harmonis
yang hubungan manusia dan Tuhan, manusia
di Kecamatan Lawe Sigala-Gala. Beberapa
dengan manusia lainnya dan manusia dengan
dengan ini beberapa informan mengatakan
alam, dan juga menjelaskan kebebasan dalam
bahwa dikalangan masyarakat Lawe Sigala-
menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan
Gala kerukunan hidup antar umat Kristen
keyakinan masing-masing. Hal inilah yang
dan umat Islam terwujud antara lain karena
telah tertanam pada setiap masyarakat bahwa
mereka hidup di lingkungan pedesaan
masing masing mereka berkeyakinan setiap
yang sama dengan pengalaman hidup dan
tantangan alam yang sama pula. Lebih lanjut
adat Kristen Protestan Desa Lawe Loning, tanggal
dikatan karena kondisi lingkungan dan 16 Mei 2015 dan Wawancara dengan Ompuluter
kondisi alamlah yang membuat masyarakat Tompu Bulon (65 th) Tokoh masyarakat Kristen
membutuhkan dan saling menghargai dan Protestan Desa Lawe Loning I, tanggal 13 Mei 2015.
22
Wawancara dengan Pamingotan (59 th)
pada akhirnya mereka terwujud kesatuan dan Kepala Desa Lawe Sigala Timu, tanggal 19 Mei
persatuan sesamanya.21 2015 dan Wawancara dengan Ompuluter Tompu
Bulon (65 th) Tokoh masyarakat Kristen Protestan
21
Wawancara dengan T. Tobing (59 th) tokoh Desa Lawe Loning I, tanggal 13 Mei 2015.

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 89


Fauzi Ismail

agama mempunyai aturan yang sama yaitu sering belum siap menerima perubahan yang
untuk saling menghormati dan menghargai sangat cepat, sehingga dalam interaksi sosial
pada orang lain, dan juga semua agama terutama kelompok pendatang yang berbeda
terdapat kebebasan dalam menganut agama agama, suku dan pandangan sering terjadinya
sesuai dengan keyakinannya. Oleh karena konflik kecil (tertutup). Hal ini disebabkan
itulah dalam masyarakat Lawe Sigala-Gala para pendatang biasanya lebih siap dalam
khusunya di desa Lawe Loning I mereka saling menghadapi perubahan dibandingkan
hormat menghormati antar sesama warga masyarakat lokal. Oleh karenanya sebagai
walaupun berbeda agama dan keyakinannya. upaya menghindari hal tersebut diciptakan
dan menggalang solidaritas kebersamaan
Faktor lain yang menyebabkan kerukunan
antar warga dan difungsikan identitas suku
antar warga masyarakat yaitu adanya
dengan berbagai upaya yang ditempuh untuk
peraturan yang telah disepakati bersama,
terwujudnya kerukunan (kerjasama) dan
misalnya diatur bahwa masyarakat Lawe
menghindarinya pertentangan.
Sigala-Gala baik Islam maupun Kristen
diberikan kebebasan untuk melaksanakan Interaksi sosial sebagai proses saling
upacara keagamaan masing-masing. Antara berhubungan antar sesama masyarakat
umat Islam dan Kristen dalam mengadakan muslim dan non muslim telah terjadi begitu
upacara, walapun pelaksanaannya dalam watu lama dalam kehidupan masyarakat. Dari
yang berbeda untuk tidak saling mengganggu kenyataan terlihat bahwa proses tersebut
antara satu sama lain. 23 telah melahirkan kerukunan yang harmonis
antar kedua pemeluk agama tersebut, dan
Berdasarkan pengamatan di kalangan
telah membawa pengaruh yang sangat besar
masyarat Kecamatan Lawe Sigala-Gala, bahwa
dalam kehidupan masyarakat dan telah
keharmonis antar umat beragama sebagai
terbentuk suatu keakraban dan kebersamaan
wujud dari kerukunan hidup umat beragama
antar sesama warga msyarakat. Realitas
dari masing-masing komunitas masyarakat,
kelembagaan maupun perekat kerukunan
nampak serasi dan rukun dan saling tolong
antar umat beragama di Kecamatan Lawe
menolong dan saling menghormati sesamanya
Sigala-Gala yang jumlah penduduknya 15 ribu
dengan penuh ikatan persaudaraan. Hal
jiwa dengan berbagai penganut agama dan
tersebut telah menciptakan institusi atau
multi aliran keagamaan telah membentuk
tradisi yang mampu meredam terjadi konflik
masyarakatnya yang hitrogenitas budaya dan
antara umat beragama. Namun ada juga
prilaku merupakan cerminan dari toleransi
sebagian kecil masyarakat terutama tinggal di
antar umat beragama.
pedalaman biasanya dalam kapasitas homogen,
suku dan agama yang relative masih tertutup, Di kalangan masyarakat Kecamatan Lawe
Sigala-Gala, kerukunan hidup yang harmonis
23
Wawancara dengan A. Seregar (47 th) Pastur
Gereja Protestan Desa Lawe Loning I, tanggal, 13
antar umat Islam dan Kristen terwujud antara
Mei 2015 dan hasil Wawancara dengan Ompuluter lain karena mereka hidup dilingkungan
Tompu Bulon (65 th) Tokoh masyarakat Kristen pedesaan yang sama pengalaman hidup dan
Protestan Desa Lawe Loning I, tanggal 13 Mei 2015.

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 90


Interaksi Sosial Masyarakat Lawe Sigala-Gala Kabupaten Aceh Tenggara:
Suatu Kajian Tentang Toleransi Antar Umat Beragama

tantangan alam yang sama pula. Berkaitan keharmonisan antar kehidupan beragama
dengan hal ini masyarakat terdapat suatu secara utuh, Karena masih ada hambatan-
kesepakatan dalam kehidupan bersama hambatan dan penyebab utama bukan
untuk saling menghargai dan menghormati karena inti ajaran yang bersifat intoleran
sesamanya dan adanya kebebasan bagi setiap dan eksklusif tetapi lebih banyak ditentukan
umat beragama dalam melaksanakan upacara dan dikondisikan oleh sosial politik yang
keagamaan masing-masing. Hal ini dapat melingkari komunitas umat berbagai tempat.
dilihat bahwa antara umat Islam dan Kristen Demikian juga untuk mencari titik temu dalam
dalam mengadakan upacara dalam waktu kehidupan masyarakat terutama tentang
yang berbeda antara satu sama lainnya tidak toleransi antar kehidupan umat beragama
saling mengganggu. diperlukan suatu etika dan ini sebagai faktor
utama untuk bisa terciptanya interaksi sosial
Hal lain yang mempengaruhi terwujudnya
yang harmonis antar umat beragama dalam
toleransi antara umat beragama berjalan
suatu komunitas masyarakat secara umum.
harmonis dalam masyarakat Lawe Sigala-Gala,
Menurut teori system bahwa masyarakat
disebabkan sudah lama terikat oleh tradisi
adalah sebuah sistem sosial yang dalam
yang turun menurun, dimana tradisi tersebut
komunitas masyarakat saling berhubungan
tertanam rasa kebersamaan dalam berbagai
dan membutuhkan sesamanya, dan
aspek kehidupan masyarakat terutama dalam
hubungan tersebut tidak saja menghasilkan
bidang sosial budaya, seperti terbentuklah
kebersamaan dan keuntungan, tetapi juga
suatu ikatan pesaudaraan dan kekerabatan
sering menyebabkan pertentangan.
yang kuat, dan saling tolong menolong
dalam berbagai hal dan kegiatan dan selalu Berkaitan dengan hal tersebut dari
menghindari pertentangan dan permusuhan beberapa informan menyatakan bahwa
sesamanya. Kerukunan antar umat beragama toleransi atau kerukunan antar umat
ini terwujud menurut beberapa informan beragama terjadi melalui proses intaraksi
menjelaskan antara umat Islam dan Kristen sosial utuk melahirkan kebersamaan, kesatuan
saling bekerjasama dan tolong menolong dan dan kerjasama antar warga. Namun sering
yang lebih penting lagi adalah saling meghargai dari proses tersebut terjadi perselisihan
sesama warga masyarakat dan bahkan pemahaman yang menyebabkan konflik dan
menganggap saling merasa bersaudara.24 yang perlu dihindari adalah konflik terbuka dan
sering menyebabkan kerusuhan massal dan
Dari hasil pengamatan secara keseluruhan
hal ini sering menghancurkan system sosial
aktifitas keagamaan Di Kecamatan Lawe
dalam masyarakat. 25 Lebih lanjut dikatakan
Sigala-Gala telah memberikan kecerahan
bahwa konflik bersifat tertutup akan selalu
akan tetapi secara realita belum bisa terjamin
terjadi setiap saat dalam setiap interaksi social
24
Wawancara dengan Tibul Lembon Torowen dalam masyarakat. Hal ini tidak bisa dihindari
(55 th) Tokoh masyarakat Kristen Protestan
Desa Kuta Tengah, tanggal 14 Mei 2015 dan hasil Budiyono
25
HD, Membina Kerukunan
wawancara dengan Tgk. Rusli (52 th) Imuem Mesjid Hidup Antar Umat Beragama, Yayasan Kanisius,
Darul Aman Desa Loning, tanggal 18 Mei 2015. Yokyakarta, 1983, hal. 221

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 91


Fauzi Ismail

dalam kehidupan bersama karena merupakan orang-orang miskin dan teraniaya


dinamika masyarakat itu sendiri. Dinamika bersamaan pandangan tersebut
tersebut menurut teori sistem menjelaskan memang memungkinkan berbagai
masyarakat pada hakikatnya saling penganut agama dapat bekerjasama
berhubungan satu sama lain dengan bebas utuk melakukan proyek-proyek dalam
dan bersama-sama dalam pencapaian tujuan rangka penanggulangan kemiskinan
umum dalam suatu lingkungan yang kompleks yang masih banyak terdapat di
sebagai sebuah kehidupan sosial. Kondisi ini masyarakat.
tidak sama pada setiap daerah tergantung
2. Agama-agama di Indonesia
pada pengaruh kultur dan subkultur yang
bersedia mengembangkan wawasan
mewarnai perilaku sosial masyarakatnya.
keagamaan yang inklusif mau
Sedangkan faktor lain yang menyebabkan menerima dan menghargai kehadiran
terwujudnya toleransi beragama di kecamatan agama-agama lain di luar dirinya.
Lawe Sigala-gala adalah adanya aturan tidak
3. Hubungan keakraban dalam
tertulis yang sudah disepakati masyarakat
masyarakat Indonesia dapat
secara bersama-sama antara masyarakat
meredam pertentangan antar agama
muslim dan Kristen dan menyatakan bahwa
yang berbeda.
semua warga masyarakat diberi kebebasan
untuk melaksanakan upacara keagamaan 4. Dalam masyarakat secara tradisional
sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya ada kebiasaan adat istiadat yang
masing-masing dan tidak saling mengganggu. sudah melembaga untuk memelihara
ketertiban masyarakat walaupun
berbeda agama.
3. Peluang dan HambatanTerwujudnya
5. Berbagai upaya Pemerintah yang
Toleransi
telah dilakukan untuk mendekatkan
Dalam kenyataan yang terjadi dalam perbedaan-perbedaan di dalam
masyarakat terdapat beberapa peluang dan masyarakat di dukung oleh semua
kendala dalam rangka pembinaan kerukunan pemuka agama, kegiatan seperti
hidup antar umat beragama di Indonesia musyawarah dan dialog antar agama
selama ini, antara lain sebagai berikut: dapat berjalan dengan baik.

a. Peluang 6. Adanya dampak positif dari globalisasi


informasi dan ekonomi, wawasan
Peluang dalam pembinaan kerukunan
keberagaman masyarakat makin
hidup umat beragama terdapat beberapa
meningkat dan luas, juga adanya
peluang antara lain:
kemudahan bagi pemeluk agama
1. Pada prinsipnya semua agama ingin untuk mendapat pengetahuan agama
mensejahterakan pemeluknya, secara dan media reformasi yang beragam.
universal agama ingin menolong

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 92


Interaksi Sosial Masyarakat Lawe Sigala-Gala Kabupaten Aceh Tenggara:
Suatu Kajian Tentang Toleransi Antar Umat Beragama

b. Hambatannya Dari beberapa informan menyebutkan


bahwa hambatan tersebut dapat disebabkan
Di samping adanya sejumlah peluang
oleh beberapa faktor yang selalu terjadi dalam
dalam pembinaan kerukunan hidup antar
masyarakat antara lain:
umat beragama terdapat pula hambatan dan
kendala yang dapat menggangu terwujudnya a. Di dalam agama masih terdapat
kerukunan umat beragama. Seperti telah sekelompok orang yang berpandangan
dijelaskan di atas bahwa keanekaragaman sempit eksklusif dan mengganggap
suku, bahasa, adat-istiadat dan agama dalam orang lain sebagai ancaman.
kehidupan masyarakat merupakan suatu
b. Di sana sini masih terdengar adanya
kenyataan yang harus diterima seagai kekayaan
keresahan masyarakat terhadap
suku bangsa. Namun di samping itu dalam
praktek-praktek pelaksanaan
keanekaragaman atau pluralitas tersebut juga
penyiaran agama dan pendirian rumah
mengandung kerawanan-kerawanan yang
ibadah.
dapat memunculkan konflik kepentingan atas
kelompok yang berbeda-beda tersebut. c. Masih adanya kesenjangan sosial
diantara kelompok-kelompok agama
Hal tersebut terjadi hanya pada sebagian
atau golongan dan masyarakat. Dalam
kecil masyarakat terutama yang tinggal di
masyarakat yang demikian sangat
pedalaman, yang biasanya hidup dalam
muda timbul salah paham yang dapat
kapasitas homogen dalam suku dan agama
mengakibatkan keresahan sosial yang
yang relative masih tertutup, sering belum
dipicu isu agama dan yang sangat
siap menerima perubahan yang sangat cepat,
membahayakan adanya akumulasi
sehingga dalam interaksi sosial terutama
kebencian tersembunyi dalam
kelompok pendatang yang berbeda agama,
masyarakat karena kesenjangan sosial
suku dan pandangan sering terjadinya kecil
dan ekonomi yang tidak kunjung ada
(tertutup). Hal ini disebabkan para pendatang
jalan keluar.
biasanya lebih siap dalam menghadapi
perubahan dibandingkan masyarakat lokal. d. Diantara kelompok-kelompok
Oleh karenanya sebagai upaya menghindari agama ada yang mengganggap
hal tersebut diciptakan dan menggalang bahwa kerukunan itu hanya semu
solidaritas kebersamaan antar warga dan atau basa-basi saja. Adanya dampak
difungsikan identitas suku dengan berbagai negative dari globalisasi dan ekonomi,
upaya yang ditempuh untuk terwujudnya yaitu perubahan yang sangat cepat
kerukunan (kerjasama) dan menghindari mengakibatkan keresahan bagi
terjadinya pertengkaran. 26 kelompok-kelompok agama dan belum
siap untuk menerima perubahan yang
26
Wawancara dengan Beria Sihombing (46
terjadi. Hal ini data menimbulkan
th) Kepala SMP HKBP Kristen Protestan Desa
Lawe Sigala Barat, tanggal 16 Mei 2015 dan hasil reaksi balik terhadap perubahan,
wawancara dengan Hot Tua (46 th) tokoh agama
Kristen Khatolik Desa Kuta Tengah pada tanggal, 16 Mei 2015.

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 93


Fauzi Ismail

sehingga kelompok-keompok agama menggalang terwujudnya kerukunan antar


tersebut menjadi reaktif dan agresif umat beragama di Kecamatan Lawe Sigala-
yang akhirnya menimbulkan konflik Gala sebagai manifestasi persatuan dan
dalam masyarakat. 27 kesatuan bangsa. Upaya tersebut dapat
dilakukan, pertama dengan menggali dan
mengembangkan ajaran-ajaran agama
4. Upaya Mewujudkan Toleransi Antar masing-masing yang mengandung aspek
Umat Beragama . kebersamaan dan mengandung praktek
hidup dalam kehidupan nyata sehari-hari
Keanekaragaman suku, adat istiadat,
dalam masyarakat. Hal ini dapat dilakukan
bahasa dan agama merupakan suatu
dengan menciptakan suatu kebiasaan yang
kenyataan yang harus kita terima, namun
sudah mentradisi yang mendukung adanya
dalam keaekaragaman tersebut sering
kerukunan antar umat beragama, tanpa
terjadi kerawanan-kerawanan yang dapat
mengganggu iman dan aqidah masing-masing.
memunculkan konflik demi kepentingan
Untuk menetralisasi terjadinya kesenjangan
antara kelompok yang berbeda-beda tersebut
dalam kehidupan antar umat beragama
berkaitan dengan kerangka kerukunan hidup
diperlukan upaya dialog yang konstuktif.
antar umat beragama atau disebut dengan
Hal ini akan menghasilkan konsep-konsep
toleransi disumsikan bahwa hal ini akan
pemikiran yang kreatif dan produktif. Jalan
terwujud bilamana disumsikan bahwa jika
dialog adalah satu-satunya jalan yang paling
masing-masing umat beragama tersebut
mungkin ditempuh sekarang ini. Upaya seperti
bergerak sendiri-sendiri mengembangkan
ini sangat perlu dilakukan demi terwujudnya
agamanya sendiri tanpa melihat lingkungan
keharmonisan antar umat beragama.
social masyarakatnya, sehingga tidak mustahil
akan terjadi benturan akan konflik antara umat Sehubungan dengan hambatan dan
beragama lainnya. Agar hal ini tidak terjadi tantangan yang dihadapi untuk mewujudkan
perlu diberikan bingkai yaitu yang mewadahi kerukunan umat beragama dalam masyarakat,
atau memberikan kerangka baik dari segi maka perlu adanya solusi sebagi upaya untuk
ajaran (teologi) maupun dari segi praktek mengatasi hal tersebut diatas. Adapun upaya
kehidupan sehari-hari dalam kehidupan nyata yang perlu dilakukan sebagai usaha untuk
(social cultural) mewujudkan kerukunan hidup beragama
sudah banyak dilakukan oleh pemerintah,
Berbagai upaya telah dilakukan oleh
tokoh agama, tokoh masyarakat maupun
pemerintah dan tokoh agama untuk
oleh masyarakat itu sendiri dalam rangka
27
Wawancara dengan Beria Sihombing (46 th) menghilangkan kericuhan dan pertentangan
Kepala SMP HKBP Kristen Protestan Desa Lawe
yang muncul dalam masyarakat.
Sigala Barat, tanggal 16 Mei 2015 dan Wawancara
dengan Tgk. Rusli (52 th) Imuem Mesjid Darul
Aman Desa Loning, tanggal 18 Mei 2015 dan
Dalam interaks social antara kelompok-
hasil wawancara dengan Muhammad Sasa (50 th) kelompok pandatang dan penduduk local
Imum Mesjid al-Muttaqin Desa Lawe Sigala Barat, tidak dapat dihindarkan terjadinya bebagai
tanggal,19 Mei 2015.

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 94


Interaksi Sosial Masyarakat Lawe Sigala-Gala Kabupaten Aceh Tenggara:
Suatu Kajian Tentang Toleransi Antar Umat Beragama

konflik kecil (tertutup) maupun besar yang menjadi potensi dan hambatan dalam
(terbuka) antara dua kelompok tersebut. Para mewujudkan kerukunan antar umat beragama
pendatang biasanya sudah lebih siap dalam di suatu deerah. Dalam usaha untuk bisa
menghadapi perubahan, sedangkan penduduk terlaksana semua itu sangat tergantung pada
local biasanya kurang siap dalam menerima pemahaman terhadap ajaran yang dianutnya.
perubahan, oleh karenanya sebagai upaya Kebijaksanaan itu berupa sikap terhadap
mekanisme perahanan diri dari ancaman pemelukan agama yaitu “semua agama
keberadaannya, mereka bereaksi dengan baik, hanya satu yang terbaik itulah yang
ancaman menolak perubahan-perubahan saya anut” semua agama baik artinya setiap
tersebut, menolak kehadiran pendatang dan penganut agama harus menaruh rasa hormat
untuk menggalang solidaritas, diaktifkanlah pada semua agama yang dianaut karena
suku dan atau agama mereka yang biasanya agama dianuutnya itu adalah ciptaan tuhan
berbeda dengan suku atau agama pendatang. meskipun setiap orang hanya menganut satu
agam anumun gama yang tidak dianutya tidak
Berkaitan dengan hal tersebut beberapa
boleh diremehkan atau dipakai sebagai bahan
informan mengatakan bahwa di Kecamatan
ejekan. Apabila membuat klasifikasi agamaku
Lawe Sigala-Gala usaha untuk mewujudkan
ciptaan Tuhan dan agamu buatan manusia
kerukunan itu juga telah dilakukan oleh
biasa.29 Informan lain menyatakan bahwa
pemerintah dan juga oleh tokoh agama
dalam kehidupan sehari-hari hal seperti
serta partisifasi masyarakat secara utuh.
ini sering muncul yang disebabkan oleh
Hal ini sangat penting dilakukan mengingat
kurangnya pemahaman terhadap agamanya.
masyarakat Kecamatan Lawe Sigala-Gala yang
Oleh sebab itu agama harus dipahami sampai
penganut agama hampir seimbang antara umat
ke akar-akar dan jangan sampai kulitnya saja
kisten dengan Islam, dan juga masyarakatnya
yang dipahami dan agama harus dipelajari,
yang homogen maupun hiterogen dalam
dihayati dan diamalkan sepanjang hidup ini.30
agamanya. Salah satu desa di Kecamatan
Lawe Sigala-Gala yang penduduknya Sikap seperti itu jelas tidak dibolehkan
hiterogen seperti, desa Kuta Tengah, di mana oleh semua agama di Indonesia khususnya di
masyarakatnya ada yang menganut agama Nanggroe Ace Darussalam yang melanggar
Islam, Kristen bahkan ada juga yang menganut etika Syari’at Islam. Kita harus menghormati
agama Budha.28 semua agama yang dianut Indonesia meskipun
hanya salah satu yang dianut tidak berarti
Kurukunan hidup beragama di desa-desa
yang lain boleh diremehkan. Agama yang tidak
dalam Kecamatan Lawe Sigala-Gala tercermin
dianut harus tetap dihormatidi samping karena
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat
seperti, aspek social, ekonomi, pertanian
dan sebagainya. Oleh karenanya banyak hal Wawancara dengan Suansari (49 th) Imam
29

Mesjid al-Jihad Desa Lawe Sigala Barat, tanggal,18


Mei 2015.
28
Wawancara dengan H. Asrizal (50 th) Kabag 30
Wawancara dengan Salahuddin (50 th)
Humas Kantor Camat Desa Lawe Sigala-Gala, Imum Menasah al-Mutahirin Desa Loning Aman,
tanggal,10 Mei 2015. tanggal,11 Mei 2015

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 95


Fauzi Ismail

berasal dari Tuhan, juga dianut oleh orang lain sebab jika ekstrim dalam kehidupan beragama
yang patut kita hormati pula sebagai sesame cenderung lebih menggunakan kekerasan
manusia, disamping itu juga kita hormati pula dalam usaha mencapai tujuan dari berbagai
sebagai manusia. Kita harus membuktikan kepentinagnnya. Agama mudah dipakai untuk
bahwa kebaikan agama harus dapat di berkelahi. Padahal jauh lebih mulia jika agama
upayakan medatangkan kebaikan-kebaikan dapat dijadikan sebagai landasan perdamaian
pada seluruh aspek kehidupan manusia di dengan mencegah atau menghentikan perang.
dunia ini. Di samping hal-hal tersebut di
Hal lain yang sangat penting untuk
atas, sikap keagamaan yang dianggap bisa
dihindari demi terwujudnya toleransi
menghambat terwujudnya kerukunan hidup
beragama adalah konflik terbuka yang
beragama seperti, fanatisme, eksklusivinisme
manifest berupa kerusuhan missal, seperti
dan ekstremisme.31
perang yang banyak menjatuhkan korban dan
Fanatisme adalah sikap yang menonjolkan bahkan menghancurkan system social dalam
agamanya sendiri dengan kecendrungan masyarakat. Sementara konflik yang bersifat
menghina dan melecehkan agama lain, dan tertutup tetap saja terjadidalam interaksi
berusaha baik dalam kontek kepentingan social masyarakat dan ini merupakan suatu
strategis maupun politis mengurangi dinamika dalam masyarakat yang tidak bisa
peran dan hak hidup agama lain tersebut. dihindari kehidupan bersama sebagai wujud
Penyebabnya pengetahuan sempit, pembinaan terbentuknya suatu masyarakat.
agama kurang jujur, fanatisme dalam hidup
Dengan demikian perlu dipertimbangkan
beragama sangat berbahaya dan mengancam
beberapa hal untuk tidak terjadi pertentangan
kerukunan yang telah terbina.
antar umat beragama khususnya di Kecamatan
Eksklusvisme tidak jauh berbeda dengan lawe Sigala-Gala yang masyarakatnya sangat
fanatisme sebab dari perasaan fanatisme pluralitas adalah agar agama tidak disejajarkan
tersebut dengan menonjolkan agamanya dengan suku dan ras. Betatapun semangat yang
sendiri, apalagi politis mendapat dukungan terdapat dalam akronim SARA itu mungkin
maka kecendrungan berikutnya adalah dibenarkan, tetapi dari sudut kepentingan
lahirnya sikap yang selalu dinomor satukan yang lebih besar dan berjangka panjang
atau di istimewakan baik didalam perlakuan, sebenarnya sangat merugikan, terutama
memperoleh bantuan, kesempatan pembinaan dalam bidang pengembangan agama. Oleh
dan lain-lain. karenanya dampak negatif agama berupa daya
pecah belah (sentrifugal) atau konflik dapat
Ekstremisme merupakan bentuk paling
di eliminir, sebaliknya dampak positif agama
buruk setelah fanatisme dan eksklusivisme,
berupa daya pemersatu (sentripetal) dapat
di bangun dan di kembangkan. Mengingat
Wawancara dengan K Siagian (51 th)
31

Pengurus Gereja Kristen Khatolik Desa Kuta Tengah


hal tersebut sekaranglah saatnya mencari
pada tanggal, 16 Mei 2015 dan hasil wawancara trobosan baru dalam rangka menciptakan
dengan H. Asrizal (50 th) Kabag Humas Kantor iklim kehidupan beragama yang lebih
Camat Desa Lawe Sigala-Gala, tanggal,10 Mei 2015

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 96


Interaksi Sosial Masyarakat Lawe Sigala-Gala Kabupaten Aceh Tenggara:
Suatu Kajian Tentang Toleransi Antar Umat Beragama

harmonis dan penuh toleransi (tasamuh). dan akhlaqul karimah

Selanjutnya pada sisi ini dirasakan e. Menghindari jauh-jauh sikap egoisme


perlunya memandang istilah toleransi dalam beragama sehingga mengklaim
beragama, karena toleransi diorientasikan dirinya yang paling benar.
padasuatu keadaan kehidupan beragama
sebagaimana yang dimaksud dengan
kerukunan hidup antar umat beragama, yaitu Penutup
saling menghormati, harga menghargai, tidak
Kerukunan hidup umat beragama telah
saling mengganggu, tidak saling menyalahkan
memiliki landasan bergengsi yang kuat
antara satu agama dengan yang lainnya,
dalam kehidupan masyarakat, baik secara
dan dapat bekerja, bergaul dalam satu
histories empiric, idiologis, konstitusi,
kehidupan bersama yang penuh toleransi.
operasional, maupun secara theologis, bahkan
Sebenarnya cara pemahaman dan pengalaman
secara kultural. Hal ini merupakan modal
penganutnya yang sering kali membuat ajaran
yang kuat untuk memupuk dan membina
tersebut menjadi kabur.
kerukunan sebagai syarat untuk terwujudnya
Dengan demikian menurut informan, persatuan dalam masyarakat. Berdasarkan
ada beberapa langkah penting dan strategis hal tersebut, maka di kecamatan Lawe Sigala-
untuk memupuk jiwa dan semangat toleransi gala adanya suatu pola yang telah disepakati
umat beragama dan membudayakan hidup bersama sebagai mekanise interaksi sosial
rukun antar umat beragama. Langkh-langkah masyarakat terhadap hubungan sesamanya,
tersebut antara lain : yang didalamnya terkandung nilai-nilai
persaudaraan, kerjasama, saling tolong-
a. Menonjolkan segi-segi persamaan
menolong dengan tidak terikat perbedaaan
dalam agama dan tidak
suku, agama dan budaya.
memperbedakan segi-segi perbedaan
dalam agama. Konsep ukhwah dan kebebasan beragama
sebagai landasan teologies bagi kerukunan
b. Melakukan kegiatan social yang
hidup beragama, adalah azas pengelaborasian
melibat para pemeluk agama yang
konsep kerukunan dalam kehidupan
berbeda.
bermasyarakat dicerminkan dengan
c. Merubah orientasi pendidikan agama kehidupan social umat beragama. Interaksi
yang menekankan aspek sektoral social sebagai proses saling berhubungan
fiqiyah menjadi pendidikan agama antara masyarakat muslim dan Kristen
yang berorientasi pengembangan di kecamatan Lawe Sigala-gala yang telah
aspek universal rabbaniyah. berlangsung begitu lama dalam kehidupan
masyarkat. Proses tersebut telah melahirkan
d. Meningkatkan Pembina individu yang
kerukunan yang harmonis sesamanya dan
mengarahkan terbentuknya pribadi
telah membawa pengaruh yang sangat besar
yang memiliki budi pekerti yang luhur

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 97


Fauzi Ismail

bagi masyarakat, sehingga telah terbentuk Arinze FA, Basis Teologi Persaudaraan Antar
suatu keakraban dan kebersamaan antar Agama, Kanisius Yokyakarta, 1983.
sesama warga. Hal lain yang menyebabkan
Coffey dkk, Human relation law enforcemen
tleransi berlangsung harmonis disebabkan
in change community, American Book
telah terdapat suatu kesepakatan untuk saling
Company, New York, 1971.
menghargai, menghormati sesamanya dan
bahkan menganggap saling bersaudara serta Coward H, Pluralisme Tantangan Bagi Agama,
adaya kebebasan bagi setiap warga untuk Kanasius, Yokyakarta, 1982.
melaksanakan upacara keagamaan sesuai
Davis, Kingsley, Human cocity, The Macmilan
dengan keyakinan masing-masing dan tidak
Company, New York, 1980.
saling menggangu.
Gillin, Cultural sociologie a revision of
Keanekaragaman agama dan budaya
introduction to sociologi, The Macmilan
merupakan suatu kenyataan yang harus
Company, New York, 1954.
diterima, namun keanekaragaman tersebut
sering menimbulkan pertentangan atau Ismail Rajial-Faruqi, Trialogue of the abrahamic
konflik. Agar hal ini tidak terjadi perlu faith, (terjemah: Joko Sulistio Kanhar),
diberikan bingkai sebagai kerangka dalam Pustaka Progressif, Surabaya, 1994.
upaya mewadahi aspek ajaran (teologi)
K. Bertens, Filsafat Barat abad XX, jilid I.
dan segi praktek kehidupan sehari-hari
Gramedia, Jakarta, 1983.
yang nyata (social cultural). Upaya tersebut
dapat dilakukan pertama, menggali dan Mukti Ali, Islam dan Pluralisme Keagamaan
mengembangkan ajaran agama masing- di Indonesia, Pustaka Pelajar, Yokyakarta,
masing yang mengandung aspek kebersamaan 1996.
dan menghargai kepada perbedaaan. Kedua,
Nurcholis Majid, Agama dan Masyarakat, CV.
mengali dan mengembangkan praktek
Akademika Pressindo, Jakarta, 1986.
kehidupan nyata sehari-hari dalam masyarakat
dengan menciptakan suatu kebiasaan yang Richard N. Bender, A philosophy of life, New
sudah mentradisi dapat medukung kerukunan York Philosophical Library Inc, 1961.
umat beragama, tanpa mengganggu iman dan
Sahibi Naim, Kerukunan Antar Umat Beragama,
akidah masing-masing. Hal ini sangat penting
Gunung Agung Jakarta, 1985.
dilakukan demi terwujudnya keharmonisan
antar umat beragama. Shorde (dalam Usman Pelly), Teori Social
Budaya, Proyek Pembinaan Mutu Tenaga
Kependidikan, DIKTI, 1994.
Daftar Kepustakaan Soejono Soekanto, Sosiologi suatu pengantar,
Cet. 21, Raja Grafindo, Jakarta, 2001.

Alamsyah, Pembinaan Kerukunan Hidup Umat Syafri Hamid, Azas-azas sosiologi suatu
Beragama, Depag RI, Jakarta, 1982. bahasan teoritis dan sistematis, UI Press,

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 98


Interaksi Sosial Masyarakat Lawe Sigala-Gala Kabupaten Aceh Tenggara:
Suatu Kajian Tentang Toleransi Antar Umat Beragama

Jakarta, 1999.

Thomas F.O ‘Dea, The sociology of Religion, Terj.


Tim, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995.

Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan


Beragama dalam Islam, Bina Ilmu
Surabaya, 1980.

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 99


Fauzi Ismail

ADABIYA, Volume 19 No. 2 Agustus 2017 100

Anda mungkin juga menyukai