MALANG
NIM : 9510621002
NIRM : 21.151.114.R
MALANG
2022
BAB I
PENAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan bangsa yang heterogen, para pendiri bangsa sudah sejak
awal mewariskan suatu kesepakatan dalam berbangsa dan bernegara, yakni pancasila
sebagai dasar dalam kesatuan republik indonesia dan meyatukan semua kelompok etnis,
bahasa, suku, budaya dan agama. Indonesia dicetuskan bersama-sama bukanlah sebagai
negara agama namun nilai-nilai yang termuat dalam setiap agama dijaga, dipelihara,
dipadukan dan disatukan dengan nilai-nilai kearifan lokal dan adat-istiadat serta beberapa
hukum agama yang dilembagakan oleh negara, sehingga pelaksanaan ritual agama dan
budaya berjalan bersama-sama dalam keadaan rukun dan damai. Sebagai salah satu
negara yang majemuk dari segi suku bangsa, budaya dan agama sangat memerlukan
suatu strategi khusus dalam memelihara tatanan kehidupan warga masnyarakat indonesia
untuk secara bebas dalam menentukan kenyakianannya sendiri dan adanya kerukunan
bagi segenap umat beragama. Dengan yang demikian, akan terwujudnya masyarakat
indonesia yang bersatu, damai, sejahtera, aman, dan tentram. Dalam menwujudkannya
sangat diperlukan suatu strategi yang tepat dari para pendiri bangsa dan pemangku
kekuasan di negeri ini. Strategi tersebut ialah adanya moderasi beragama dan sikap
dekatnya Interaksi sosial dimasyarakat. Manusia adalah makluk social yang selalau hidup
bersama dengan orang lain dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam tatanan
hidup bersama dalam suatu kelompok atau suatu wilayah yang sama tentu adanya
Dengan fakta yang sedang terjadi di indonesia, individu atau setiap kelompok masyarakat
rendah hati, kedamaian, ketentraman dalam bingkai toleransi agar tercipatnya interaksi
sosial yang positif dan terhindar gesekan-gesekan ideologi antar umat berbeda agama
manusia yang berkaitan dengan akidah atau ketuhanan yang diyakini. Setiap orang
diberikan kebebasan untuk meyakini serta memeluk agama atau kercayaannya sendiri dan
dalam merawat kebineka Tunggal Ika dan pancasilais sebagai dasar negara kesatuan
republik indonesia. Karena dengan demikian akan terciptanya kerukunan antar umat
saat ini dengan beragam kepecayaan, sangat butuhkan visi, misa dan solusi agar tercipnya
kerukunan dan kedamian setiap warga negara dalam menjalankan kehidupan keagamaan
keragaman tafsir dan tidak terjebak pada sikap intoleransi, ekstreamisme dan radikalisme.
beragama ialah suatu strategi untuk mencari titik temu atau jalan damai dua kutub
ekstrem dalam hidup beragama. Ada beberapa pemeluk agama yang ekstrem yang
menyakini secara mutlak kebenaran suatu teks agama dan menganggap penafsiran dari
agama-agama lain sesatatau tidak benar kelompok ini biasanya sebut dengan kelompok
ultra-konsevatif. Di suatu sisi, ada juga umat beragama yang ekstream yakni
mendewasakan akal pikirnya hingga mengabaikan kesucian agama yang peluknya, atau
mengorbankan kepercayaan dasar ajarannya demi menjunjung tinggi toleransi yang tidak
pada tempatnya terhadap pemeluk dari agama lain. Mereka bisa disebut ekstrem liberal.
perpecahan diantara warga masyarakat. Ada beberapa agama yang diyakini oleh
keanekaragaman aliran. Perbedaan aliran yang dapat menimbulkan pro-kontra bagi tiap-
tiap agama. Perbedaan ajaran, larangan, dan perintah dari setiap agama, membuat para
pengikut dari agama-agama yang ada saling berdebat untuk mebuktikan mana yang benar
dan yang nyata terbukti. Perdebatan tersebut menimbulkan kesalahpahaman antar umat
beragama, dan timbul diskriminasi yang mengakibatkan kekerasan. Konflik agama dapat
terjadi karena adanya perbedaan konsep ataupun praktek yang dijaelankan oleh pemeluk
agama yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah ditetapakan oleh syariat
agama. Sikap yang militan disebabkan oleh materialisme dan sekularisme yang
menawarkan bahwa Tuhan tidak ada, tidak hadir dan tidak dibutuhkan (Firdaus, 2014).
menjadi penyebab dari terjadinya sebuah konflik. Setiap penganut agama memiliki
penyebab terdekat dari sebuah konflik adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan
agama.
Gereja telah menyadari bahwa mayoritas umat manusia memiliki keyakinan yang
Benediktus XVI Meyuarakan “Harapan” kepada umat kristen dan umat muslim di
seluruh dunia agar menemukan dasar bersama yakni menghindari intoleransi dan
agama-agama lain di dunia. Teologi inklusif yang dikembangkan oleh Rahner yang
tanpa harus menjadi penganut agama kristen, mereka bisa menemukan karunia Yesus
dalam agama mereka. Hal ini sejalan dengan penegasan yang di smpaikan dalam konsili
Vatikan II yang merevisi pandangan extra eclessiaan nulla salus (di luar Gereja tidak ada
Kunjungan bersejarah Paus Fansiskus ke Uni Emirat arab (UEA) tepatnya pada
03 Februari 2019, menjadi salah satu tonggak sejarah dalam dialog antar agama dan
sebagai jalan bagi perdamian dalam tatanan kehidupan beragama di dunia. Paus
Fransiskus dan Imam Besar Al-azhar, Sheikh Ahmed el Tayyeb, mengadakan suatu
pertemuan dialog agama untuk membahas masalah-masalah yang terjadi di dunia saat ini,
di dalam pertemuan tersebut menghasilkan sebuah Dokumen Abu Dhabi. Dokumen Abu
Dhabi di tanda tangani oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Al Tayyeb ialah sebagai
Peta atau jalan berharga dalam membangun perdamian dan hidup beragama di dunia.
Dokumen Abu Dhabi menjadi suatu pedoman yang berharga bagi setiap umat beragama
sebagai suatu upaya untuk saling mengahargai antar setiap individu dalam menjunjung
Paus menegaskan di dalam Dokumen Abu Dhabi, bahwa “Iman kepada Alllah
mempersatukan dan tidak memecah belah. Iman itu mendekatkan kita, kendatipun
ada berbagai macam perbedaan, dan menjauhkan kita dari permusuhan dan
kebencian”. Tujuan dari diadakan pertemuan dan penanda tanganan Dokumen Abu
Dhabi sebagai suatu pertimbangan mendasar atas realitas dunia dewasa ini, dengan
malapetaka menyakini dengan teguh bahwa diantara penyebab tersebut tercpta krisis
dunia modern ialah ketidakpekaan hati nurani manusia, penjauhan dari nilai-nilai agama
dan individualisme yang tersebar luas disertai dengan pandangan dari para filsuf yang
material sebagai pengganti prinsip-prinsip tertinggi yang transendel. Dekrasi ini menjadi
suatu rekonsialisasi dan kabar gebira bagi semua umat beriman akan pentingnya kasih
intoleransi antar umat beragama. Tujuan utama dari Dokumen Abu Dhabi ialah untuk
intoleransi antar umat beragama di dunia. Ada satu point penting di dalam Dokumen Abu
Dhabi ialah pentingnya dialog antar umat beragama dalam meningkatkan kerukunan,
sikap saling menghargai dan menepis perdebatan-perdebatan yang produktif agar tidak
menyesatkan kehidupan antar umat beragama serta menjunjung tinggi nilai-nilai
toleransi.
membandingkan dengan ajaran agama lainnya, memberikan penilaian atas agama sendiri
dan agama lainnya. Agama yang prularitas penyebab terdekat dari sebuah konflik adalah
keragaman etnis dan budaya serta agama. Berikut ada beberapa contoh sikap intoleransi
yang sering terjadi di suatu kelompok masyarakat khususnya di Lingkungan St. Yakobus
paroki Maria diangkat Ke Surga, yakni: kurangnya sikap saling menghargai keberagaman
antar kelompok mapun individu, menjelekkan agama suku, ras yang berbeda,
pembangunan.
Berdasarkan latar belakang yang ada penulis ingin menkaji lebih dalam dengan
judul ini “Pentingnya Toleransi dan Moderasi Beragama Menurut Dokumen Abu
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sikap tolerasi beragama menurut Dokumen Abu Dhabi dalam meningkatkan
kerukukan umat di lingkngan St. Yakobus Paroki Maria Diangkat Ke Surga Lely?
2. Bagaimana moderasi beragama menurut dokumen Abu Dhabi dalam meningkatkan
kerukunan umat di lingkungan St. Yakobus Paroki Maria Diangkat Ke Surga Lely?
3. Bagaimana sikap toleransi dan moderasi beragama menurut Dokumen Abu Dhabi dalam
Surga Lely?
Ruang Lingkup dalam penelitian ini kepada umat Allah di Lingkungan St. Yokobus
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejauhmana sikap tolereransi antar umat beragama di Lingkungan St.
2. Untuk Mengetahui sejauhmana moderasi beragama menurut Dokumen Abu Dhabi dalam
3. Untuk Mengetahui sejauhmana toleransi dan moderasi beragama menurut Dokumen Abu
Dhabi dalam meningkatkan kerukunan umat beragama di lingkungan St. Yokobus Paroki
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis pengajuan proposal ini menjadi acuan pemikiran positif bagi kajian
2. Manfaat Praktis
selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Toleransi beragama
1. Pengertian Toleransi
Toleransi merupakan sutu istilah yang modern, baik dari segi nama maupun dari
kandungannya. Istilah toleransi pertama kali muncul di dunia Barat dalam situasi sosial,
politik dan budayanya yang khas. Kata toleransi dalam bahasa Latin, yakni “tolerantia”
yang berarti, kelembutan hati, kelonggaran, keringanan dan kesabaran (Abdullah, 2001).
Toleransi ialah suatu sikap dari seorang individu yang memberikan hak muklat kepada
orang lain untuk bertindak, menyuarakan pendapatnya sekali, walaupun pendapatnya dari
suatu sikap saling menghormati, menghargai antar individu yang bebeda keyakinan atau
kepercayaan dari segi agama, tidak mencampuri urusan yang bersifat privat akan
kepercayaan agama lain dalam rangka membangun kerukunan hidup bersama serta
membangun hubungan sosial yang baik dengan umat yang beragama lain.
kenyakinan tertentu kemudian merubah keyakinan yang dmilikinya atau pindah agama
untuk berbaur dengan keyakinan lain atau mengikuti peribadatan agama lainnya yang
pendiriannya yang diyakininya itu benar, serta harus mengakui kebenaran agama lain,
sehingga dalam dirinya terdapat suatu kebenaran yang dipercayanya sendiri menurut
suara hatinya sendiri serta tidak dipaksaan oleh orang lain atau kelompok-kelompok
Dalam Injil Yohanes 4:1-24, dibahas tentang Perjumpaan terjadinya dialog antara
Yesus dan Perempuan dari samaria di sebuah sumur. Samaria adalah suatu kota yang
terletak diantara Yudea selatan dan Galilea utara. Pada waktu kehadirian Yesus di dunia
kurang lebih 2000an tahun yang lalu terjadinya konflik antara orang-orang samarisa dan
yahudi. Orang- orang Yahudi menggap orang orang samaria kafir sebab kebudayaan yang
anut oleh orang samaria pada waktu itu bebas. Ketika di tengah hari perempuan samaria
mengambil air di sumur, ia bertemu dengan Yesus orang Yahudi yang merupakan musuh
Dari kisah Perjumpaan Yesus dengan perempuan dari Samaria yang dikisahkan
dalam Injil Yohanes, mau menagajarkan kepada semua untuk menjunjung tinggi sikap
toleransi sebagai makluk sosial yang berada di muka bumi. Latar belakang kehidupan
seorang tidak menjadi tolak ukur untuk berdialog, saling membantu, saling menghormati,
dan menghargai antar individu yang bebeda keyakinan atapun berbeda kebudayaan.
Perempuan samaria yang diceritakan dalam Injil Yohanes, memiliki perilaku yang amat
buruk yakni tidak menikah atau tidak memiliki suami dan seringkai bergonta-ganti
pasangan. Namun, Yesus tetap bertemu dan melangsungkan dialog dengannya. Disini
Tuhan Yesus mengajarkan kepada seluruh pengikut-Nya bahwa menerima, bertemu dan
berdialog dengan siapa saja yang ditemui tanpa memandang latar belakang dari orang
lain. Hindarkan prasangkah buruk tentang individu tertentu dan berusalah membangun
relasi sebaik mungkin dengan siapa saja yang ditemui baik di jalan maupun di suatu
Ada dua macam atau tipe dari toleranasi itu sendiri yakni:
Di dalam toleransi aktif, seseorang yang secara tidak sadar melibatkan diri secara
Toleransi pasif yaitu suatu sikap dalam menerima suatu perbedaan di masyarakat
Hakekat dari toleransi itu sendiri ialah semua orang di tuntut untuk hidup bersama
secara berdampingingan, damai dan saling menghargai antar keragaman yang dimiliki
Ada berberapa Tujuan dari sikap toleransi antar umat beragama menurut (Amirullah
sehari-hari.
Adanya sikap toleransi antar umat beragama secara realistik, krisis atau problem
Suatu usaha pembangunan dikatakan sukses atau berhasil apabila didukung atau
dipanggul oleh segenap lapisan masyarakat dalam wilayah tersebut. Namun ketika
berada dalam suatu kelompok masyarakat setiap orang berambisi, bertikai atau
bermusuhan dengan sesamanya maka suatu kegiatan yang yang bersifat awalnya
adanaya sikap terbuka, saling memelihara dan bersatu. Perlunya dalam diri setiap
B. Moderasi beragama
1. Pengertian Moderasi
Arti kata Moderasi berangkat dari bahasa Latin “Moderatio” artinya Kesedangan
atau tidak berlebihan atau pun tidak kekurangan. Kata moderasi juga dapat diartikan
sebagai penguasaan diri mulai dari sikap kelebihan hingga kekurangan. Ada dua
penegertian mendasar tentang apa itu moderasi yakni; Pembatasan Kekerasan dan
Arti Kata Moderasi dalam bahasa inggris yakni “Moderation” kerapkali dipakai di
dalam pencekalan in general (pada umunya), focus (Fokus), tree (pokok) ataupun neutral
(netral). Sedangkan kata moderat artinya memprioritaskan kepadanan baik itu dalam
suatu keyakinan, akhlak, watak, kepribadian saat melayani seseorang sebagai seorang
individu ataupun sedang berhadapan dengan berhadapan dengan tradisi atau suatu
Moderasi dalam bahasa Arab yaitu “wasathiyah”, memiki kesamaan arti dengan
memakai prinsip kata “wasath” ialah sebutan bagi sesorang yang setiap hari memakai
“wasathiyah”, merupakan suatu pilihan terbaik. Semua kata yang digunakan tentunya
menyampaikan maksud yang sama yait, tidak berat sebelah atau sikap adil, dimana
memilih keberadaan diantara semua pilihan yang radikal (Fitriyana et al., 2020).
wasit, hakim dan sebagainya, diskusi, rapat dalam penunjuk jalannya alur dialog tentang
dalam moderasi beragama salah satu prinsip dasar yang dipakai ialah menjaga kenetralan
keyakinan lain. Hal inti atau pokok dari moderasi beragama sendiri ialah seorang harus
menanamkan dalam dirinya sikap adil atau tidak berat sebelah dalam menilai atau
Adapun bentuk-bentuk dari moderasi beraga yang menekankan pada sikap dari
setiap indiviu diantaranya meliputi: setiap individu atau seseorang harusnya memiliki
sikap toleransi antar ras, suku, budaya dan juga kenyakinan tertentu dan mempunyai
sikap terbuka dengan sesama manusia dan tidak memaksakan kehendak dengan cara
kekerasan tertentu.
C. Kerukunan Beragama
1. Pengertian Kerukunan
Kata rukun yang berarti kerukunan, termuat di dalam (KBBI) Kamus Besar
bahasa Indonesia, kata rukun yang berarti suatu peristiwa hidup rukun, perkumpulan
yang saling tolong menolong dan perhasaabatan sejati. Kata rukun yang artinya
Kerukunan, dalam bahasa Arab “ruk nun” artinya rukun, dan dalam bentuk jamaknya
“arkan” artinya; dasar atau asas, contohnya (rukun katolik, asas Katolik atau dasar agama
katolik.
Di dalam (KBBI) Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari kata rukun ialah
sesuatu yang harus terjuwud secara valid akan suatu kewajiban. Kata rukun yang artinya
damai, pasti, mutlak dan tidak berbenturan. Rukun ialah seseorang individu harusnya
hidup rukun dengan orang lain. Kata rukun juga berarti bersepakat atau bersatu hati,
dari bahasa Arab yang berarti: dasar, tiang ataupun sila. Jamaknya kata rukun ialah
arkhan yang merupakan suatu kesatuan yang berada di dalam satu-kesatuan yang berbeda
Terdapat di dalam peraturan Menteri Agama dan Meteri Dalam Negeri. Nomor 8-
9 Tahun 2006 Dikatakan bahwa, kerukunan umat beragama merupakan suatu keadaan
dimana terjalinnya hubungan antar sesama di indonesia yang berdasarkan sikap toleransi
saling mengargai dan saling menghormati akan kesamaan akan keahlihkan ajaran dari
kepercayaanya serta adanya kerja sama di dalam tatanan hidup bersama dalam suatu
bangsa menjunjung tinggi pancasila sebagai dasar NKRI (Negara Kesatuan Republik
sikap dari seorang individu dalam memberikan kebebasan bagi orang lain serta
pengakuan hak-hak asasi manusia atau hak bagi setiap orang untuk berbuat sesuatu di
muka bumi. Kerukukanan juga dapat lihat sebagai suatu kebebasan bagi segenap
masyakarat yang menjunjung tinggi nuansa persaudaraan namun orang lain tersebut
D. Pandangan Dokumen Abu Dhabi tentang Sikap Moderasi dan Toleransi dalam
Dialog antar umat beragama dapat membantu seseorang dalam memhami tujuan dari
agama/kepercayaan yang anutnya tersebut ialah menghormati dan percaya kepada Tuhan
yang ia sembah, maka seorang tersebut diajak supaya melindungi dan menjaga kehidupan
Dialog antar agama merupakan salah satu hal yang amat penting dan seorang individu
diwajibkan untuk mampu berdialog, menghadirkan sikap toleransi dan adanya moderasi
dengan agama atau kepercayaan lain, karena situasi zaman sekarang terdapatnya oknum
atau kelompok tertentu yang dengan menjadikan agama untuk menghasut banyak orang
agar terjerumus di dalam sikap kebencian, peperangan, permusuhana antar suku, ras,
budaya maupun golongan, dan juga agama agama di jadikan sebagaia alat untuk
menghasut orang untuk berbuat kekerasan terhadapat kelompok atau golongan tertentu
Sikap toleransi, dialog dan adanya moderasi beragama dapat dilakokan jikalau setiap
orang tidak lagi membangun dinding atau pemisah, dari agama/kepercayaan tertentu,
namun memampukan diri sendiri untuk keluar dan hadir sebagai penengah akan sikap
kekerabatan dan perdamaian dalam hal melayani keluhuran hidup manusia peka dan
lemah. Umat katolik di tuntut untuk menyadari perannya dalam menghadirkan sikap
toleransi, dialog dan moderasi antaragama seturut Tri tugas suci yakni menjadi Imam,
Nabi dan Raja seperti Yesus Kristus (Sene & Ngongo, 2022).
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang penelitian kualittif, langkah-
Dalam Penyusunan suatu karya ilmiah sangat dibutuhkan data yang akurat untuk
mempermudah peneliti dalam memperoleh data falid sehingga dapat memenuhi syarat
dalam penulisan karya ilmiah atau tesis. Jenis penelitian digunakan ialah metode
deskriptif yakni berupa: ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamatinya.
(Sujarwena, 2014:19). Metode ini dapat digunakan oleh peneliti untuk mencari tahu
situasi sosial yang sedang terjadi di suatu kelompok masyarakat tertentu dengan
berdasarkan data yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengeksplorasi
fenomena-fenomena yang sedang terjadi pada objek yang diteliti sehingga dapat
memperoleh pemahaman yang mendalam dan menemukan sesuatu yang baru dan unik
(Sugiyono, 2017:23). Penelitian ini bertujuan agar peneliti dapat memperoleh informasi
mengenai pentinngya sikap toleransi dan moderasi beragama menurut dokumen Abu
Dhabi dalam meningkatkan kerukunan antar umat beragama di lingkungan St. Yokobus
paroki Maria Diangkat Ke Surga Lely secara mendetail adanya. Dengan adanya
pendekatan kualitatif ini, peneliti dapat mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi
oleh umat dalam meningkatkan kerukunakan antar umat beragama melalui sikap toleransi
dan moderasi.
B. Subjek penelitian
sampling, dimana teknik ini merupakan pengambilan sampel sumber data yang ada, pada
awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan agar dapat mampu
Peneliti akan memilih 10 orang nara sumber di lingkungan St. Yokobus paroki Maria
Diangkat Ke Surga Lely Malang sebagai subyek penelitian. Tujuan pemilihan subjek
penetian ini ialah untuk mengetahui permasalahan yang sedang dihadapi oleh umat dalam
meningkatkan kerukunakan antar umat beragama melalui sikap toleransi dan moderasi.
C. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti ialah instrumen kunci yang menjadi salah satu ciri penelitian
pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti adalah alat pengumpul data
(Moeleng, 2017). Kehadiran hadirnya peneliti sangat penting di Lingkungan St. Yokobus
Paroki Maria Diangkat Ke Surga Lely Malang sebagai (Human Instrument) atau pengamat
informasi dimana kehadirannya diketahui oleh penelti sendiri. Penelitian akan berlansung
D. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana peneliti melansungkan penelitian. Lokasi dalam
penelitian ini ialah Lingkungan St. Yokobus Paroki Maria Diangkat Ke Surga Lely Malang.
Alasan peneliti memilih locus/tempat ini karena peneliti sendiri tinggal atau berdomisili.
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari jawaban narasumber atau para
reesponden melalui kuesioner, Kelompook fokus dan panel atau juga data hasil
wawancara yang di lansungkan oleh peneliti ketika turun ke lapangan. Data primer
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari sumber tambahan lain atau sumber tidak langsung yang
memberikan data pada saat pengumpulan data. Data-data tersebut sudah tersedia dan
Data sekunder ialah data yang diperoleh melalui arsip, studi kepustakaan, dan studi
dokumen, seperti buku-buku, hasil penelitian dan karya ilmiah serta bahan lainnya.
Dalam studi pustaka peneliti berusaha membaca, mempelajari dan memahami buku-
a. Wawancara
Wawancara ialah pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi, dan ide melalui
tanya jawab (Sugiyono; 2017:114). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
wawancara sebagai metode yang paling utama dalam mengumpulkan data. Dengan
begitu peneliti dapat memperoleh informasi atau data yang valid dari narasumber atau
b. Observasi
Pengamatan atau observasi ialah suatu metode pengumpulan data yang digunakan oleh
peneliti dalam melihat atau memantau situasi di lapangan serta mencatat seluruh
informasi yang ada selama berlansugnya penelitian (W. Gulo, 2002). Teknik yang
dipakai oleh peneliti untuk dapat menghimpun semua data dalam penelitian melalui
pengamatan dan penginderaan yaitu teknik observasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan
berusaha terjun langsung ke lapangan secara pasti, dengan mengikuti segala kegiatan
yang ada. Peneliti juga berusaha untuk selalu ingat dan memahami tentang apa yang
diamati dan juga direkam. Peneliti akan melakukan observasi mengenai sikap toleran dan
moderasi antar umat di Lingkungan St. Yakobus Paroki Maria Diangkat Ke Surga Lely
Malang.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu catatan peristiwa yang sudah berlalu. Tujuan digunakannya
Dokumentasi sebagai salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti
dan menjadi pelengkap dari penggunaan metode wawancara dan observasi (Sugiyono:
2017, 124). Dalam penelitian ini teknik tersebut digunakan oleh peneliti untuk dapat
mendukung terkait permasalahan penelitian dan juga dapat dijadikan sebagai bukti untuk
menambah kepercayaan dalam suatu masalah atau kegiatan yang diteliti oleh peneliti di
lapangan.
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi sehingga dapat mudah
dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Teknik ini dilakukan
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan dan juga mudah dipahami oleh
Teknik analisis data menggunakan tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data
1. Reduksi Data
muncul dan diperoleh dari lapangan. Teknik analisis ini diperlukan peneliti agar
tidak perlu sesuai dengan permasalahan yang sedang terjadi lapangan (Sujarweni,
2014: 35).
Teknik ini berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan begitu data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
Tujuan utama dalam penelitian kualitatif adalah pada temuan, maka peneliti
dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak
dikenal, belum memiliki pola justru itulah yang harus dijadikan penelitian peneliti
selanjutnya direduksi atau mereduksi data. Semua data yang diperoleh akan
data yang kurang berhubungan dengan tema yang ada maka data tersebut akan dibuang
2. Penyajian Data
Data yang sudah direduksi semua selanjutnya adalah mendisplaykan data atau
menyajikan data. Bagian ini, penulis menyajikan data-data yang diperoleh dari lapangan
peneliti untuk melihat pola-pola hubungan satu data dengan data yang lain (Sujarweni,
2014: 35).
Mendisplay data maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang
menyajikan data wawancara, dokumen dan observasi yang sudah didapatkan di lapangan
penelitian. Miles dan Hubermant (1984) menyatakan bahwa yang paling sering
digunakan dalam penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif (Sugiyono, 2016: 341). Melalui penyajian data ini akan memudahkan
peneliti dalam memahami segala kendala-kendala yang terjadi dalam moderasi antar
umat beragama dan sikap toleransi dalam meningkat kerukunan umat di lingkungan St.
3. Penarikan Kesimpulan
Data-data yang sudah direduksi dan disajikan secara sistematis akan disimpulkan
begitu peneliti akan memberikan kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan
Penarikan kesimpulan ini merupakan hasil untuk menjawab masalah dan rumusan
masalah berdasarkan hasil analisis data. Masalah dan rumusan masalah dalam penelitian
kualitatif itu bersifat sementara, maka kesimpulan yang diambil bisa juga tidak menjawab
fokus penelitian. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif ini merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum ada. Temuan itu dapat berupa gambaran suatu objek yang sebelumnya
Peneliti memilih metode ini agar bisa memaparkan, menjelaskan dan juga dapat
menguraikan semua data yang dikumpulkan kemudian bisa disusun secara teratur dan
dianalisis untuk kemudian diambil sebuah kesimpulan. Kesimpulan ini bersifat terbuka
dengan tujuan untuk menerima masukan data dari responden lain. Kesimpulan ini juga
akan berubah jika ditemukan bukti-bukti yang kuat dan juga mendukung pada tahap
pengumpulan data yang selanjutnya. Jika kesimpulan yang ditemukan pada tahap bagian
awal, dan juga didukung dengan bukti-bukti yang kuat dan konsisten saat peneliti
oleh peneliti itu ialah kesimpulan yang bersifat kredibel (Sugiyono, 2016: 345).
E. Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data merupakan teknik yang digunakan untuk mengetahui
kebenaran dari penelitian. Pengecekan keabsahan data oleh peneliti dalam penelitian ini
1. Kredibilitas
pada sasaran penelitian. Uji kredibilitas atau dengan kata lain kepercayaan terhadap
yakni: yang
diartikan juga sebagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada
ditentukan, peneliti juga mencari informasi lain dengan menanyakan kebenaran data
yang ada, kemudian melakukan observasi dan mencari dokumen yang berkaitan dengan
penelitian. Dengan demikian diharapkan peneliti bisa mendapatkan data yang jelas dan
pasti pentingnya moderasi dan sikap tolernasi beragama dalam membangun kerukunan
bantu elektronik untuk menangkap keseluruhan data yang diperoleh dari informan dan
tidak ada yang terlewatkan. Alat bantu berupa handycam dan kamera digital untuk
merekam secara visual dan memotret pada saat melakukan pengambilan data.
Ketiga adalah mengadakan membercheck, di mana peneliti mengadakan proses
pengecekan data yang diperoleh dari pemberi data. Tujuannya adalah untuk dapat
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh dan kesesuaian dengan apa yang
2. Pengujian Konfirmabilitas
Dengan kata lain pengujian konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji
objektivitas penelitian. Peneliti berusaha menjauhi prasangka yang disebabkan oleh latar
berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Pengujian ini
dapat dilakukan secara bersamaan, dan jika hasil penelitian merupakan fungsi dari proses
2016:277).
F. Tahap Penelitian
a. Tahap Pra-Lapangan
Tahap pra-lapangan ini terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh
2014:127).
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini peneliti memahami dan memasuki lapangan serta mulai mengumpulkan
data. Peneliti akan mengumpulkan data-data yang akan dibutuhkan dalam penelitian
memahami latar penelitian dan juga persiapan diri, peneliti memasuki lapangan, dan
Bagian tahap analisa data yang akan dibahas adalah mengenai prinsip pokok
namun pembahasan tersebut tidak akan semuanya dibahas secara terperinci tentang
bagaimana cara analis itu dilakukan karena ada bab khusus yang membahasnya.
(Moleong, 2014:148).
Lampiran
Observasi: ……………………….
Waktu: ………………………......
Tempat: ………………………….
Fokus: …………………………..
10
Tabel 3.3 Waktu Penelitian
No
Kegiatan Bulan
1 Wawancara
2 Observasi
3 Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Perjalanan Apostolik Bapa Suci Paus Fransiskus Ke Uni Emirat Arab., (2019). DOKPEN KWI.
Kemetrian Agama RI. (2019b). Moderasi Beragama Badan Litbang dan Diklat
J. casanova. (2018). Umi Sumbulah, Nur Jannah, Pluralisme Agama, Hal. 59-60.
dan R&D
M. Nur Gufron. (2016). Peran Kecerdasan Emosi dalam mengikuti Toleransi Beragama.
sairin, wainata. (2002). kerukunan antar umat beragama pilar utama kerukunan berbangsa.
Sene, M., & Ngongo, Y. H. (2022). Analisis Perwujudan Jati Diri Toleransi Beragama dalam
Perspektif Dokumen Abu Dhabi. Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan, 4(3), 4198–4207.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i3.2788