Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL MODERASI BERAGAMA

Oleh :

Kamelia Arifah NIM 18410157


Natasya Aufia NIM 18410158
Salsa Eka Fitriah R NIM 18410145
Humaira Salma S NIM 18410206
Ilsa Nabila NIM 18410205
Miftahul Huda NIM 18410114
Ahmad Rubani NIM 18620004
Hanin Latifiyah NIM 18620025
Agustin Rahma Y NIM 18620069
M. Hanif Nurzakki NIM 18620076
Yazid Rofi’uddin NIM 18620017
Duwi Lismawati NIM 18110185

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2020
I. Latar Belakang
Moderasi beragama adalah proses memahami sekaligus mengamalkan ajaran
agama secara adil dan seimbang, agar terhindar dari perilaku ekstrem atau berlebih-
lebihan saat mengimplementasikannya. Cara pandang dan sikap moderat dalam
beragama sangat penting bagi masyarakat plural dan multikultural seperti Indonesia,
karena hanya dengan cara itulah keragaman dapat disikapi dengan bijak, serta toleransi
dan keadilan dapat terwujud. Oleh karena itu pemahaman tentang moderasi beragama
harus dipahami secara kontekstual bukan secara tekstual, artinya bahwa Indonesia dalam
beragama di Indonesia bukan Indonesia yang dimoderatkan, tetapi cara pemahaman
dalam beragama yang harus moderat karena Indonesia memiliki banyaknya kultur,
budaya dan adat istiadat. Moderasi dapat menjawab berbagai problematika dalam
keagamaan dan peradaban global, yang tidak kalah penting bahwa muslim moderat
mampu menjawab dengan lantang disertai dengan tindakan damai dengan kelompok
berbasis radikal, ekstrimis dan puritan yang melakukan segala halnya dengan tindakan
kekerasan.

Masyarakat Kota Malang memeluk beragam jenis agama, yaitu Islam. Hindu,
Kristen, Katolik, Budha, Konghuchu, dan lain-lain. Informasi lebih lengkap, dapat dilihat
pada tabel berikut

Sumber : Badan Pusat Statistik 2019

II. Landasan Pemikiran

Berdasarkan kondisi objektif kehidupan keagamaan di kota Malang khususnya


kecamatan Lowokwaru, maka diperlukan adanya usaha untuk membangun kesadaraan
keagamaan yang moderat, yaitu keberagaman yang toleran. Pernyataan KH. Ma’ruf
Amin, Mantan Ketua MUI mengatakan bahwa moderasi merupakan kunci terciptanya
toleransi dan kerukunan baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Menurut beliau,
seseorang dapat dikatakan mempunyai sikap toleransi apabila seseorang tersebut
menerima, menghargai keberadaan orang lain termasuk berkeyakinan dan
mengekspresikan keyakinan agama. Indikator kedua dalam moderasi agama, menurut
KH. Ma’ruf Amin yakni anti kekerasan, termasuk penggunaan cara-cara kekerasan atas
nama agama untuk melakukan perubahan. Selain itu, Ma'ruf Amin juga menyampaikan
bahwa indikator ketiga dalam moderasi agama, yakni komitmen kebangsaan, menerima
Pancasila sebagai ideologi negara, Undang Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi, serta
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai pilihan bentuk negara. Indikator ke-empat,
yaitu pemahaman dan perilaku beragama yang akomodatif ( menyesuaikan diri ) terhadap
budaya lokal atau konteks Indonesia yang multi-kultural dan multi-agama.

Toleransi atau tasamuh dalam islam menurut buku karya Zuhairi Miswari bahwa
di dalam al-Qur’an menulis semua toleransi dalam sikap saling menghargai, menerima,
serta menghormati keragaman budaya dan perbedaan berekspresi. Dalam QS. Al
Mumtahanan ayat 8-9, Allah SWT berfirman agar setiap muslim berperilaku baik kepada
umat beragama lain selama tidak ada sangkut pautnya dalam agama. Hal tersebut juga
menjelaskan bagaimana batasan toleransi dalam islam

III. Tujuan Program


1. Menumbuhkan sikap saling menghargai dan menerima keberadaan orang lain dalam
berkeyakinan
2. Menumbuhkan sikap saling menghormati sesama muslim dalam hal
mengekspresikan diri dengan tidak menggunakan cara-cara kekerasan
3. Menumbuhkan komitmen kebangsaan, menerima Pancasila sebagai ideologi negara,
Undang Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi, serta Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai pilihan bentuk negara.
4. Menumbuhkan pemahaman dan perilaku beragama yang akomodatif atau
menyesuaikan diri ) terhadap budaya lokal pada konteks Indonesia yang multi-
kultural dan multi-agama.

IV. Indikator Keberhasilan Tujuan


A. Sikap saling menghargai dan menerima keberadaan orang lain dalam
berkeyakinan

Orang tua mengajarkan sikap toleransi dalam kehidupan dan rasa cinta kepada
budaya Indonesia kepada anak sedari dini ( dengan begitu anak akan terbiasa dengan
perbedaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat )
B. Sikap saling menghormati sesama muslim dalam hal mengekspresikan diri
dengan tidak menggunakan cara-cara kekerasan
1) Memperkuat ikatan persaudaraan sesama muslim
2) Saling tolong menolong dalam hal kebajikan satu sama lain memberi dan
menerima saran, pendapat, atau nasehat
3) Menghargai hasil karya orang lain untuk medorong seseorang tersebut terus
menghasilkan karya terbaik

C. Komitmen kebangsaan, menerima Pancasila sebagai ideologi negara, Undang


Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi, serta Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai pilihan bentuk negara
Mengamalkan norma-norma sosial dalam bertingkah laku

D. Pemahaman dan perilaku beragama yang akomodatif atau menyesuaikan diri )


terhadap budaya lokal pada konteks Indonesia yang multi-kultural dan multi-
agama.

Setiap pemeluk agama berkomitmen bahwa kerukunan antar umat beragama


tidak menghalagi perayaan agama dan penyiaran agama tidak mengganggu
kerukunan antar umat beragama
V. Pendekatan / Model
Menggunakan model partisipasi masyarakat dan pendekatan berbasis masjid / komunitas

VI. Kegiatan
1) Sikap saling menghargai dan menerima keberadaan orang lain dalam
berkeyakinan

Orang tua mengajarkan sikap toleransi dalam kehidupan dan rasa cinta
kepada budaya Indonesia kepada anak sedari dini ( dengan begitu anak akan terbiasa
dengan perbedaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat )

Kegiatan : sosialisasi tentang pola asuh dan penyebaran angket pola asuh

Sasaran : orang tua ( majlis ta’lim )

Output : lembar angket dan sosialisasi

Outcome : mengetahui perubahan oang tua dalam hal pola asuh dan orang
tua dapat memahami bagaimana mengajarkan sikap toleransi kepada putra-
putrinya

2) Sikap saling menghormati sesama muslim dalam hal mengekspresikan diri


dengan tidak menggunakan cara-cara kekerasan
a) Memperkuat ikatan persaudaraan sesama muslim, ukhuwah islamiyah
b) Saling tolong menolong dalam hal kebajikan satu sama lain memberi dan
menerima saran, pendapat, atau nasehat
c) Menghargai hasil karya orang lain untuk medorong seseorang tersebut terus
menghasilkan karya terbaik

Kegiatan 1
Kegiatan : latihan rutinan banjari dan penampilan sholawat banjari malam
jum’at legi
Sasaran : adek-adek TPQ dan jama’ah jajuli
Output : latihan banjari dan acara sholawat banjari malam jum’at legi
Outcome : antusias jama’ah dalam mensukseskan acara malam jajuli dan
meningkatkan skill banjari

Kegiatan 2
Kegiatan : mengajar TPQ dan ice breaking ( tim psikologi + PAI)
Sasaran : santri TPQ al-Ikhlas
PJ : Duwi dan Hanin
Output : mengaji dan ice breaking
Outcome : santri TPQ lebih rileks dan memperdalam ketauhidan
3) Komitmen kebangsaan, menerima Pancasila sebagai ideologi negara, Undang
Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi, serta Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagai pilihan bentuk negara

Mengamalkan norma-norma sosial dalam bertingkah laku

Kegiatan : Gotong royong kerja bakti

Sasaran : santriwati PP. Al Hikamh al Fatimiyah

Output : kegiatan kerja bakti

Outcome : tumbuh komitmen kebangsaan dan lingkungan yang sehat

4) Pemahaman dan perilaku beragama yang akomodatif atau menyesuaikan diri )


terhadap budaya lokal pada konteks Indonesia yang multi-kultural dan multi-
agama.

Setiap pemeluk agama berkomitmen bahwa kerukunan antar umat beragama


tidak menghalagi perayaan agama dan penyiaran agama tidak mengganggu
kerukunan antar umat beragama

Kegiatan : mauidhoh hasanah oleh ustadz Sudirman “ sikap seorang muslim


seharusnya menghadapi perayaan natal “ sekaligus pengisian angket ( sebelum
dan sesudah )

Sasaran : Jama’ah tahlil laki dan ibu-ibu majlis ta’lim masjid al-Ikhlas

Output : lembar angket dan ceramah

Outcome : tercipta kerukunan antar umat beragama


Kesimpulan

Berdasarkan dari pemaparan program kerja diatas mengenai perihal Moderasi


Beragama, dapat dicapai dengan menumbuhkan sikap saling menghargai dan menerima
keberadaan orang lain dalam berkeyakinan, menumbuhkan sikap saling menghormati
sesama muslim dalam hal mengekspresikan diri dengan tidak menggunakan cara-cara
kekerasan, membangun komitmen kebangsaan dengan cara menerima pancasila sebagai
ideologi negara, Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi, serta Negara Kesatuan
Republik Indonesia sebagai pilihan bentuk negara. Kemudian, membangun pemahaman
dan perilaku beragama yang akomodatif atau menyesuaikan diri terhadap budaya lokal
pada konteks Indonesia yang multikultural dan multiagama.
Bentuk kegiatan yang dilaksanakan meliputi sosialisasi tentang pola asuh dan
penyebaran angket pola asuh kepada orang tua, serta pelaksanaan latihan rutinan banjari
dan penampilan sholawat banjari pada malam jum’at legi oleh para jama’ah, pengajaran
TPQ dan pelaksanaan ice breaking pada santri TPQ Al-Ikhlas, pelaksanaan gotong royong
kerja bakti bersama santri Pondok Pesantren Al-Hikmah, dan Mauidhoh hasanah. Kegiatan
tersebut di atas dilakukan untuk mengimplementasikan Moderasi Beragama bagi
masyarakat khususnya masyarakat yang berdomisili di Kampung Joyosuko, Kelurahan
Merjosari, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang.

Anda mungkin juga menyukai