Anda di halaman 1dari 5

Nama : Jazilatul Hikmiyah

Nim : 933103117

Matkul : Hubungan Antar Agama

Dosen : Dr. Limas Dodi, M.Hum

Prodi : Studi Agama-Agama

Fakultas : Ushuluddin dan Ilmu Dakwah

“DIALOG dan KERJASAMA ANTAR UMAT BERAGAMA”

Dalam sejarah modern, terdapat begitu banyak konflik yang terjadi atas nama keyakinan
diberbagai belahan dunia. Fenomena konflik atas nama agama juga bisa kita lihat di berbagai
belahan dunia lainnya: Mesir, Jerman, Italia, Prancis, Inggris, Peru, Jepan dan Palestina, Riyadh,
Chechnya, dan Casablanca.1

Di Indonesia, pada penghujung abad 20, Nurcholish Madjid (Cak Nur) pun sudah memiliki
keprihatinan atas berbagai kerusuhan baik yang bernuansa agama maupun etnik. Cak Nur
melihat ada sesuatu yang bersifat kontradiktif bahkan anomali dalam kehidupan antar umat
beragama di Indonesia. Kita bangsa Indonesia yang selama ini dikenal sebagai bangsa yang
toleran dan rukun, tapi justru terjadi kerusuhan keagamaan, baik intern satu agama maupun
antara agama-agama yang berbeda. Karena itu, menurut Cak Nur persoalan kerukunan antar
umat beragama perlu ditinjau kembali dan dicarikan solusinya.2

Dialog adalah percakapan. Dialog atau musyawarah sebagai salah satu cara untuk mencari
mufakat, kebaikan, kedamaian bagi umat manusia. tentu diperlukan kearifan dan kedewasaan
dikalangan umat beragama untuk memelihara keseimbangan antara kepentingan kelompok dan
kepentingan nasional. Guna mewujudkan hal tersebut umat beragama tidak bisa berjalan sendiri-
sendiri. Abu Al-Kalam Azad mengungkapkan agama tetap satu dari syariat yang berbeda-beda.
Petunjuk Tuhan tetap sama pada setiap zaman, dalam keadaan apapun petunjuk-petunjuk itu

1
Zuhairi Misrawi, Pandangan Muslim Moderat (Jakarta: Kompas, 2010), hlm. 109.
2
Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF (ed.), Passing Over (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm.
xxvii-xxviii.
disampaikan kepada manusia dengan cara yang sama. Pesan yang disampaikan hanyalah bahwa
manusia harus beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbuat baik sesuai dengan iman.
Itulah yang dimaksud dengan agama. .3

Konsep dialog agama adalah pemikiran dasar yang digunakan sebagai pedoman dalam
bermusyawarah oleh umat manusia untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari,
baik secara personal maupun komunal, secara spontanitas ataupun terprogram yang ada dalam
internal maupun eksternal agama. Lebih luas lagi mencakup permasalahan seluruh agama yang
bertujuan untuk menciptakan kerukunan serta menyatukan umat manusia dalam wadah agama
yang berbeda. Serta tidak memaksakan kehendak agama yang satu kepada agama yang lainnya.
pemikiran dialog antar agama yang dimaksud adalah pemikiran mendasar yang dijadikan
landasan pencarian mufakat dengan tujuan menyelesaian permasalahan yang terjadi dalam
kehidupan beragama. Ini pemikiran dialog antar agama menawarkan berbagai pemikiran yang
mendasar dalam tujuan menyatukan umat manusia tanpa terkecuali, meski dalam wadah agama-
agama yang berbeda. Mengutamakan sikap toleransi, membudayakan keterbukaan, saling
pengertian, mengembangkan rasa saling menghormati dengan menghormati hak-hak setiap
manusia yang tidak bisa diganggu gugat, terkecuali dengan adanya peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah setempat.

Kerukunan hidup umat beragama mengandung tiga unsur penting. Pertama, kesediaan
untuk menerima adanya perbedaan keyakinan dengan orang atau kelompok lain. Kedua,
kesediaan membiarkan orang lain untuk mengamalkan ajaran agama yang diyakininya. Ketiga,
kemampuan untuk menerima perbedaan dan selanjutnya dapat menikmati suasana kesahduan
yang dirasakan oleh orang lain ketika sedang mengamalkan ajarannya tersebut.4

Ketika kepentingan antar kelompok yang berbeda itu bertentangan antara satu dengan yang
lain, maka konflik akan terjadi. Konflik biasanya diartikan sebagai hubungan antara dua pihak
atau lebih, pada tataran individu ataupun kelompok, yang memiliki atau yang merasa memiliki
kepentingan-kepentingan yang tidak sejalan. Ada yang menganggap bahwa pertentangan
kepentingan ini tidak akan bisa diatasi kecuali semua pihak atau paling tidak sebagian besar

3
Junaidi Idrus, Rekonstruksi Pemikiran Nurchoish Madjid, (Jogjakarta: Logung Pustaka, 2004). hlm. 106.
4
Abdurrahman Mas’ud Dan Salim Ruhana, Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan
Umat Beragama, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012), hlm. 40-43.
memiliki kepentingan atau sasaran yang sama. Sebagaian yang lain justru melihat bahwa
perbedaan kepentingan itu justru dapat menjadi suatu energi yang menuntun kepada pemahaman
yang lebih luas dan kaya terhadap suatu permasalahan dan bagaimana memperbaiki situasi yang
sedang dihadapi bersama.5

Sementara itu Peter Suwarno mengidentifikasi faktor-faktor penyebab konflik di kalangan


pemeluk agama sebagai berikut:

1. Meningkatnya konserfatisme dan fundamentalisme keagamaan.


2. Pendirian tunggal terhadap multitafsir dan kebenaran mutlak.
3. Ketidak dewasaan para pemeluk agama.
4. Kurangnya dialog antar umat beragama
5. Kurangnya ruang publik.
6. Ketergantungan pada kekuasaan.
7. Tidak terpisahnya antara agama dan Negara.
8. Tidak adanya kebebasan beragama.
9. Tidak adanya hukuman terhadap kekerasan agama.
10. Kemiskinan dan kertidak adilan.
11. Akhlak lebih penting dari fikih. Yang dimaksud dari pernyataan ini ialah fikih lebih
dominan dari pada akhlak sehingga rawan konflik.6

Dialog antar agama seperti dipersepsikan selama ini tidak akan pernah bisa mencapai apa
yang menjadi tujuannya. Kerjasama antar (jemaat) agama, atau minimal mencegah terjadinya
konflik sesama manusia, sebagai agama simbolik yang sudah sangat jauh terdistorsi itu, maka
dalam hubungan satu dengan yang lain tidak ada agenda kecuali konflik, konflik yang
antagonistik.

Konstruksi kerukunan antar umat bergama yang hanya berhenti pada level dialog dan tidak
melanjutkan pada kerjasama merupakan dialog setengah hati, bahkan terperangkap dalam
verbalisme semata: dengan mengatakan sesuatu, maka merasa telah melakukannya.7

5
Irfan Abubakar Dan Chaider S. Bamualim, Resolusi Konflik Agama Dan Etnis Di Indonesia, (Jakarta: Pusat
Bahasa Dan Budaya, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004), hlm. 38.
6
Ibid, h. 57.
7
Madjid, et al., Fikih Lintas Agama (Jakarta: Paramadina, 2004), hlm. 238.
Pelaksanaan dialog antar agama ada tujuan yang ingin dicapai, minimal ada dua hal penting
yang didapatkan dari dialog. Pertama, terkikisnya kesalah pahaman yang bersumber dari adanya
perbedaan bahasa dari masing-masing agama. kedua, dialog dimaksudkan guna mencari respon
yang sama terhadap semua tantangan yang dihadapi oleh agama.8

Tujuan berdialog adalah pemeluk semua agama meyakini Tuhan dan agama Tuhan itu adalah
satu. Syurga dan neraka yang dijanjikan Tuhan dan agamanya. Berdialog adalah penting untuk
menempatkan Tuhan dan segala ajarannya itu adalah satu adanya. Tuhan bagi pemeluk tertentu
adalah juga Tuhan yang diyakini oleh pemeluk agama lain. Surga Tuhan yang ingin dicapai
diakhir kehidupan itupun adalah syurga yang diyakini oleh pemeluk semua agama. disinilah
pentingnya pengembangan bahwa Tuhan yang satu dan syurga-Nya yang satu itu adalah Tuhan
dan syurga bagi semua orang dengan beragam agama, beragam pemahaman keagamaan,
beragam suku bangsa, dan nasionalitas.9

8
Muhammad Ali, Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan, Menjalin Kebersamaan, (Jakarta: PT.
Kompas Media Nusantara, 2003), hlm. 186.
9
Abdul Munir Mulkan, Dilema Manusia Dengan Diri Tuhan, dalam Th. Soemartana, dkk., pluralisme, Konflik, dan
Pendidikan Agama di Indonesia, (Yogyakarta: Interfidei, 2005), hlm. xvii.
REFERENSI

Munir, Abdul. Dilema Manusia Dengan Diri Tuhan, dalam Th. Soemartana, dkk., pluralisme,
Konflik, dan Pendidikan Agama di Indonesia, (Yogyakarta: Interfidei) 2005.

Misrawi, Zuhairi. Pandangan Muslim Moderat (Jakarta: Kompas) 2010.

Ali, Muhammad. Teologi Pluralis Multikultural: Menghargai Kemajemukan, Menjalin


Kebersamaan, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara) 2003.

Abu Bakar Irfan Dan Bamualim Chaider, Resolusi Konflik Agama Dan Etnis Di Indonesia,
(Jakarta: Pusat Bahasa Dan Budaya, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) 2004.

Idrus, Junaidi. Rekonstruksi Pemikiran Nurchoish Madjid, (Jogjakarta: Logung Pustaka) 2004.

Abdurrahman Mas’ud Dan Salim Ruhana, Kompilasi Kebijakan Dan Peraturan Perundang-
Undangan Kerukunan Umat Beragama, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan) 2012.

Komaruddin Hidayat dan Ahmad Gaus AF (ed.), Passing Over (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama) 2001.

Zaprulkhan, Dialog dan kerjasama antar umat beragama dalam perspektif NurCholis Madjid :
Jurnal Dakwah dan Pengembangan sosial Kemanusiaan, Vol.09 No.2 20 Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai