Anda di halaman 1dari 3

Pluralisme agama sebagai keniscayaan sosial

Pengertian
Pluralisme berasal dari kata “plural” yang berarti jamak atau lebih dari satu. Isme artinya paham
yang berarti beragam pemahaman, atau bermacam-macam paham. Sedangkan pluralis artinya
bersifat jamak (banyak). Jadi pengertian Pluralisme adalah pandangan filosofis yang tidak
mereduksikan segala sesuatu pada satu prinsip terakhir, melainkan menerima adanya keragaman.

Menurut Alwi Shihab, pengertian pluralisme dapat dibedakan menjadi 4 yaitu:


1. Pluralisme tidak semata menunjuk pada kenyataan tentang adanya kemajemukan.
2. Pluralisme harus dibedakan dengan kosmopolitanisme.
3. Konsep pluralisme tidak dapat disamakan dengan relativisme.
4. pluralisme agama bukanlah sinkretisme.

Pluralisme mengandung konsep sosiologis dan sekaligus juga teologis. Pluralisme melindungi
kesetaraan dan menumbuhkan rasa persaudaraan di antara manusia baik sebagai individu
maupun kelompok. Pluralisme adalah bahwa semua manusia dapat menikmati hak dan
kewajibannya setara dengan manusia lainnya. Kelompok-kelompok minoritas dapat berperan
serta dalam suatu masyarakat sama seperti peranan kelompok mayoritas.

Pluralisme juga dijamin oleh negara bagi masyarakat yang berbeda-beda yang merupakan hak
asasi manusia dalam UUD 1945. Gus Dur tokoh besar Islam adalah tokoh yang konsisten untuk
memperjuangkan pluralisme di Indonesia ini.

Pluralisme ini menjadi pondasi penting dalam kehidupan dan kemanusiaan yang digagas Gus
Dur adalah bagian penting dalam usaha mencita-citakan bangsa ini hidup rukun dan aman dalam
kebhinekaannya, sebab sebuah bangsa yang begitu majemuk seperti Indonesia ini jika salah
dalam mengelola berbagai perbedaan paham keagamaan, aliran, suku, dan lain-lain akan
memunculkan ketegangan, permusuhan, dan kekerasan sosial yang mengarah pada disintregasi
bangsa.
Dialog Antar Umat Beragama

Pengertian
Menurut bahasa, dialog berasal dari bahasa Yunani yaitu dia dan logos yang artinya
bicara antara dua pihak atau dwicara. Jadi dialog merupakan percakapan antara dua orang atau
lebih guna mencapai tujuan yang hendak dicapai.
Sedangkan menurut Mukti Ali, Dialog antar umat beragama adalah
mempertemukan antara orang-orang atau kelompok dari agama atau ideologi yang berbeda untuk
sampai pada pengertian bersama tentang berbagai isu tertentu untuk setuju atau tidak setuju
dengan sikap yang penuh apresiasi dan untuk kerjasama dengan mereka untuk menemukan
makna kehidupan ini.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa dialog antar umat beragama bukan hanya saling
memberi informasi mengenai agama yang diyakini, dialog agama juga tidak sama dengan usaha
dari orang untuk menjadikan dirinya yakin akan agama yang ia yakini dan menjadikan orang lain
memeluk agama yang ia yakini.

Menurut Azyumardi Azra, ada beberapa model dialog antar umat beragama yaitu :
1. Dialog parlementer, yakni dialog yang melibatkan ratusan peserta.
2. Dialog kelembagaan, yakni dialog diantara wakil–wakil institusional berbagai organisasi
agama.
3. Dialog teologi, yakni dialog yang mencakup pertemuan-pertemuan reguler maupun tidak,
untuk membahas persoalan-persoalan teologis dan filosofis.
4. Dialog dalam masyarakat (dialog kehidupan) yakni dialog yang berkonsentrasi pada
penyelesaian “hal-hal praktis dan aktual” dalam kehidupan yang menjadi perhatian bersama
dan berbangsa dan bernegara.
5. Dialog kerohanian, yaitu dialog yang bertujuan untuk menyuburkan dan memperdalam
kehidupan spritual di antara berbagai agama.
Manfaat Dilakukannya Dialog Antar Umat Beragama
1. Dapat membantu seseorang untuk tumbuh lebih kukuh dan mantap dalam agamanya sendiri
ketika berjumpa dengan orang atau kelompok yang memiliki kepercayaan yang berbeda
dengannya.
2. Dapat meningkatkan kerja sama, saling pengertian dan saling menghormati antar manusia.

Syarat-syarat Dialog Antar Umat Beragama


1. Dialog haruslah berdasarkan pengalaman religius seseorang dan klaim yang kokoh tentang
kebenaran.
2. Dialog harus didasarkan pada keyakinan bahwa religi lain sangat mungkin memiliki
kebenaran pula.
3. Dialog harus didasari keterbukaan pada kemungkinan perubahan yang tulus.

Faktor Pendukung dan Penghambat Dialog Antar Umat Beragama


Faktor Pendukung
a. Adanya sikap saling terbuka antar sesama.
b. Adanya sikap toleransi, yaitu saling menghormati, menghargai antar sesama.
c. Adanya kesamaan unsur budaya, sehingga akan mempermudah individu untuk melakukan
dialog.
Faktor Penghambat
a. Sikap saling mencurigai antar umat beragama.
b. Sikap menyamakan semua agama.
c. Merasa agamanya yang paling baik dan hanya agamanyalah yang bisa membawa orang
menuju pada keselamatan.
d. Kebiasaan lama yang menjadikan agama sebagai salah satu kendaraan dalam berpolitik.

Anda mungkin juga menyukai