Anda di halaman 1dari 9

Dakwah di Tengah Pluralitas Agama dalam

Masyarakat
Salwa Anisah
Komunikasi Penyiaran Islam – Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah
Institut Agama Islam Negeri Parepare
salwaanisah@iainpare.ac.id

Abstrak
Pluralitas didefinisikan sebagai keanekaragaman yang didasari oleh keunikan
dan kekhasan. Dari banyaknya keberagaman yang kita miliki, agama merupakan
salah satu aspek dinilai sebagai sesutau yang penting dalam masyarakat. Adanya
berbagai perbedaan dalam beragama tersebut bukan berarti tidak adanya titik
temu yang dapat menciptakan saling pengertian di antara umat manusia. Umat
Islam sendiri tidak melarang untuk berbuat baik kepada siapapun dari kalangan
bukan Muslim sekalipun. Kehidupan masyarakat yang plural atau tidak lepas
dari adanya perbedaan, merupakan tantangan tersendiri dalam melakukan
dakwah. Dalam hal kemanusiaan, dakwah dapat dijadikan sebagai upaya
membangun kesadaran masyarakat untuk menghargai keberadaan kelompok-
kelompok lain selain umat Islam yang perlu diberi ruang gerak dalam
menjalankan kegiatan keagamaan mereka masing-masing. Dakwah harus
melibatkan dialog bermakna yang penuh kebijakan, perhatian, dan kesabaran.

Kata Kunci : dakwah, pluralitas, masyarakat, agama

Abstract
Plurality is defined as diversity based on uniqueness. Of the many diversity we
have, religion is one of the aspects that is valued as something important in
society. The existence of various differences in religion does not mean that there
is no meeting point that can create mutual understanding between human beings.
Muslims themselves do not forbid doing good to anyone from non-Muslim circles
though. The life of a pluralistic society or inseparable differences is a challenge
in carrying out da'wah. n terms of humanity, da'wah can be used as an effort to
build public awareness to respect the existence of groups other than Muslims who
need to be given space to carry out their respective religious activities. Da'wah
must involve meaningful dialogue full of policy, attention and patience.

Keywords : da’wah, plurality, public, religion

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pluralitas merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari di tengah
masyarakat. Di dalam Al quran surah al-Hujurat ayat 13, Allah berfirman
“Wahai manusia, sungguh kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa”. Istilah plural itu sendiri
sering diartikan sebagai keberagaman, jamak, atau hal yang terdiri dari banyak
atau beberapa jenis.
Indonesia merupakan negara yang terkenal karena pluralitas atau
kemajemukannya. Hal tersebut dikarenakan Indonesia memiliki berbagai suku,
budaya, bahasa serta agama yang beraneka ragam. Keaneka-ragaman atau
perbedaan yang terjadi tersebut tidak jarang menimbulkan adanya suatu
konflik. Konflik yang sering terjadi biasanya dikarenakan adanya perbedaan
etnis, agama, latar belakang sosial, ekonomi dan politik. Konflik perbedaan
agama merupakan salah satu konflik yang seringkali terjadi di Indonesia.
Agama bisa menjadi faktor pemersatu sosial namun di sisi lain dapat pula
menyebabkan adanya konflik sosial. Konflik beragama biasanya muncul
dikarenakan sempitnya pemahaman seseorang dalam beragama. Dengan
demikian sebagai umat beragama, sebaiknya kita menemukan cara yang lebih
efektif dalam hidup beragama di tengah masyarakat yang plural.
Dakwah merupakan kegiatan yang paling dibutuhkan dalam menciptakan
hubungan yang harmonis dalam kehidupan beragama di tengah masyarakat
yang plural. Rasulullah saw. telah mengajarkan metode dakwah yang bukan
hanya mengajarkan tentang tata cara beribadah saja, namun juga bagaimana
hidup penuh toleransi dengan berbagai masyarakat.
Tujuan
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengenali ragam kehidupan
beragama masyarakat serta mengkaji tentang dakwah di tengah pluralitas
masyarakat tersebut sehingga dapat menghindari adanya konflik dalam
kehidupan beragama serta menciptakan kehidupan yang harmonis di tengah
perbedaan yang ada.
Metode Penelitian
Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif,
dengan menggunakan beberapa referensi dari artikel ilmiah, artikel jurnal,
literatur, serta artikel online sebagai bahan pendukung. Adapun teknik
pengolahan data menggunakan metode kualitatif yang menggambarkan
fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat serta kaitannya dengan
penelitian.
PEMBAHASAN
Pengertian Pluralitas dan Pluralisme
Pluralitas berasal dari bahasa Inggris, yakni kata plural yang berarti jamak,
banyak atau lebih dari satu. Pluralitas juga biasa disebut sebagai keragaman.
Keragaman yang dimaksud adalah keragaman dalam masyarakat seperti
keragaman ras, politik, agama serta budaya.
Pluralitas didefinisikan sebagai kemajemukan yang didasari oleh keunikan
dan kekhasan. Pluralitas tidak dapat terwujud atau terbayangkan
keberadaannya kecuali sebagai antitesis dan sebagai obyek komparatif dari
keseragaman dan kesatuan yang merangkum seluruh dimensinya (Muhammad
Imarah, 1999:09)
Pluralitas merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari, terutaman dalam
kehidupan bermasyarakat. Berbicara mengenai pluralitas, terdapat paham yang
dikenal sebagai pluralisme. Pluralisme adalah paham yang bersedia menerima
keberagaman (pluralitas), yakni hidup secara toleran pada lingkungan
masyarakat yang berbeda suku, agama, adat, atau pandangan hidup. Pluralisme
menciptakan tindakan yang bermuara pada kebebasan beragama, kebebasan
berpikir atau memperoleh informasi.
Pluralitas adalah dinamika pemikiran, sedangkan pluralisme adalah
realitas sosial. Alquran telah menjelaskan tentang adanya pluralisme agama,
budaya, suku bangsa. Islam mengajarkan tentang konsep “suuban dan qabail”
bahwa perbedaaan itu untuk saling mengenal “taaruf”, dalam komunikasi
antarpersonal dikenal dengan istilah pembentukan hubungan, penguatan,
pemutusan hubungan dan dalam Islam dikenal dengan istilah : taaruf, tafahum,
taawun. (Muhammad Qadaruddin, 2019:09)

Pluralitas Agama di tengah Masyrakat


Dari banyaknya keberagaman yang kita miliki, agama merupakan salah
satu aspek dinilai sebagai sesuatu yang penting dalam masyarakat. Masyarakat
harus menghadapi kenyataan bahwa adanya berbagai macam agama beserta
dengan umatnya masing-masing.
Agama dapat memperngaruhi cara berelasi masyarakat dengan
lingkunganya. Pluralitas agama bisa menjadi latar belakang munculnya
konflik-konflik yang terjadi di masyarakat. Jika pluralisme tidak dapat
dipahami secara benar, maka agama dapat memunculkan konflik antar-umat
beragama. Cara pandang terhadap pluralitas merupakan sesuatu yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam kehidupan bermasyarakat.
Adanya berbagai perbedaan dalam beragama tersebut bukan berarti tidak
adanya titik temu yang dapat menciptakan saling pengertian di antara umat
manusia. Umat Islam sendiri tidak melarang untuk berbuat baik kepada
siapapun dari kalangan bukan Muslim sekalipun.
Pluralisme bukan tentang menyatukan perbedaan melainkan adalah sikap
toleransi untuk menahan diri agar potensi konflik dapat ditekan. Pluralisme
bukan hanya semata-mata mengenai kemajemukan namun adanya keterlibatan
aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Bahwa tiap pemeluk agama
dituntut bukan saja mengakui hak keberadaan agama lain, tetapi terlibat dalam
usaha memahami perbedaan dan persamaan guna tercapainya kerukunan.
Meskipun demikian tetap ada batasan atau hal-hal yang bersifat absolut yang
tidak dapat dipertemukan atau disamakan di masing-masing agama (Alwi
Shihab, 1999:41-42).
Pandangan Alquran tentang pluralitas telah dinyatakan dalam Surah Al-
Hujurat ayat 13 yang artinya :
“Hai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal”
Ayat tersebut menjadi bukti bahwa keberagaman memang merupakan
ketentuan Allah. Islam sendiri mengakui keberadaaan agama-agama lain.
Kebebasan beragama dan menghormati agama dan kepercayaan orang lain
merupakan ajaran agama Islam.
Setiap agama mengajarkan tentang kebaikan, hal ini dapat kita lihat
konsep keimanan dalam beragama. Beragama bukan hanya sekadar keyakinan
atau kepercayaan kepada Tuhan, melainkan beragama memiliki syariat dan
muamalah, boleh jadi beda syariat dan muamalah akan tetapi aqidah pada
hakikinya menuju Tuhan yang satu. (Muhammad Qadaruddin, 2019:09-10).
Berdasarkan hasil wawancara dengan sistem pengisian kuesioner di media
sosial, beberapa orang menjawab bahwa konflik yang sering mereka dapatkan
dalam kehidupan masyarakat justru banyak terjadi di antara pemeluk agama
yang sama, dalam hal ini ialah agama Islam. Menurut salah satu responden, hal
tersebut terjadi di antara umat Islam dikarenakan adanya beberapa perbedaan
paham atau aliran mengenai persoalan agama. Meskipun sumber agama sama
yaitu Al-quran dan Hadis, namun tetap terjadi perbedaan dalam menafsirkan,
mengartikan atau memahami isi yang terkandung di dalamnya.
Perbedaan yang terjadi di antara manusia memang tidak dapat dihindari.
Perbedaan pendapat bisa menguntungkan dan merugikan. Perbedaan
menguntungkan bila dipahami secara bijaksana. Sebaliknya, perbedaan bisa
merusak dan memecah belah bila dihadapi dengan emosional dan merasa
paling benar sendiri. Sejarah menunjukkan di dalam Islam banyak perbedaan
pendapat. Sampai saat ini, ada empat aliran fikih yang berkembang: mazhab
Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali. Di luar empat mazhab ini sebetulnya
masih ada beberapa mazhab lain yang tidak terlalu populer bagi masyarakat
umum.
Dengan demikian, dalam satu persoalan sangat mungkin terjadi banyak
pendapat. Sekali lagi, ini sudah biasa. Bahkan sudah ada sejak masa Rasul dan
sahabat. Jadi tidak perlu pusing, kaget, dan menolak. Seorang ulama pasti
mengetahui mengapa ulama terdahulu berbeda pendapat terkait suatu
permasalahan. Mereka mengerti argumentasi masing-masing ulama.
Dakwah di tengah Pluralitas Agama
Dakwah berarti mengajak atau menyeru pada jalan yang benar kepada
orang lain. Syekh Ali Mahfudz, dalam bukunya Hidayatul Mursyidin
mendefinisikan dakwah dengan: Menganjurkan atau mendorong manusia agar
melakukan kebaikan dan mengikuti petunjuk, menyuruh mereka berbuat
kebajikan dan melarang mengerjakan kemungkaran agar mereka memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Kehidupan masyarakat yang plural atau tidak lepas dari adanya perbedaan,
merupakan tantangan tersendiri dalam melakukan dakwah. Dalam hal
kemanusiaan, dakwah dapat dijadikan sebagai upaya membangun kesadaran
masyarakat untuk menghargai keberadaan kelompok-kelompok lain selain
umat Islam yang perlu diberi ruang gerak dalam menjalankan kegiatan
keagamaan mereka masing-masing. Dakwah harus melibatkan dialog
bermakna yang penuh kebijakan, perhatian, dan kesabaran. Hanya jika audiens
memiliki hati dan telinga yang terbuka untuk menerima.
Konsep dakwah dialogis dan humanis sangat dianjurkan mengingat
keberadaan masyarakat yang heterogen dan umat Islam sendiri akan menjadi
umat yang secara mendasar mempunyai ajaran mengenai kepatuhan,
kepasrahan dan perdamaian, sehingga dalam komunitasnya, umat Islam
mampu membangun kesepahaman dalam masyarakat, tepo seliro, serta sikap
saling menghargai (Madjid, dkk, 2004 : 178).
Pendekatan dakwah yang cukup tepat untuk menghadapi masyarakat
plural ialah pendekatan dakwah kultural. Dakwah kultural adalah dakwah yang
bersifat akomodatif terhadap nilai budaya tertentu secara inovatif dan kreatif
tanpa menghilangkan aspek substansial agama. Dakwah kultural menjelaskan
bahwa dakwah itu sejatinya adalah membawa masyarakat agar mengenal
kebaikan universal, kebaikan yang diakui oleh semua manusia tanpa mengenal
batas ruang dan waktu.
Hal-hal di atas dan tentu saja ditambah dengan kompetensi personal yang
harus dimiliki seorang da’i, jika dilaksanakan secara sungguh-sungguh maka
akan sangat berguna bagi upaya menjaga harmoni di antara semua penganut
agama. Sebagai tambahan, kompetensi personal yang harus dimiliki seorang
da'i di atas hanya dapat tercapai jika da'i tersebut tidak hanya mempunyai
pengetahuan yang banyak tentang agamanya, tetapi juga memiliki pemahaman
yang benar dalam menterjemahkan pesanpesan moral agama Islam (Maqbul
Arib, 2014: 40)
Selanjutnya menurut Alwi Shihab, ada beberapa sikap yang harus
diperhatikan dan dimiliki oleh seorang dai, agar dakwah menjadi efektif di
tengah masyarakat. Di antara sikap dai itu di antaranya:
a. membersihkan niat jika ingin menampilkan sisi yang dapat dipercaya
semua orang.
b. kata-kata yang diucapkan harus sesuai dengan tindakan.
c. mampu berbicara untuk dirinya sendiri dan memesonakan orang lain
dengan religiusitas dan kesederhanaannya.
d. dapat memecahkan kebutuhan mendasar orang akan jaminan
kesejahteraan, karena hal itu sesuai dengan norma-norma keadilan
sosial dan kerja sama persaudaraan.
e. dakwah harus ditujukan untuk menghidupkan kembali semangat Islam
melalui pendidikan yang layak yang menjadikan setiap Muslim duta
yang potensial bagi Islam.
f. menghindari Ekstrimisme dalam penyampaian dakwah.
g. tasamuh (toleransi), dan ‘adl (keadilan).
h. menghormati norma-norma budaya lokal selama budaya tersebut tidak
bertentangan dengan ajaran dasar Islam.
Dakwah dilakukan dengan niat untuk menyeru kepada kebaikan maka
penyampaian dakwah harus pula dengan cara kebaikan. Bentuk kebaikan yang
dapat dilakukan ialah dengan jalan penuh kedamaian serta toleransi khususnya
di tengah masyarakat yang plural.
Kesimpulan
Pluralisme bukan tentang menyatukan perbedaan melainkan adalah sikap
toleransi untuk menahan diri agar potensi konflik dapat ditekan. Pluralisme
bukan hanya semata-mata mengenai kemajemukan namun adanya keterlibatan
aktif terhadap kenyataan kemajemukan tersebut. Bahwa tiap pemeluk agama
dituntut bukan saja mengakui hak keberadaan agama lain, tetapi terlibat dalam
usaha memahami perbedaan dan persamaan guna tercapainya kerukunan.
Kehidupan masyarakat yang plural atau tidak lepas dari adanya perbedaan,
merupakan tantangan tersendiri dalam melakukan dakwah. Dalam hal
kemanusiaan, dakwah dapat dijadikan sebagai upaya membangun kesadaran
masyarakat untuk menghargai keberadaan kelompok-kelompok lain selain
umat Islam yang perlu diberi ruang gerak dalam menjalankan kegiatan
keagamaan mereka masing-masing. Dakwah harus melibatkan dialog
bermakna yang penuh kebijakan, perhatian, dan kesabaran. Hanya jika audiens
memiliki hati dan telinga yang terbuka untuk menerima.

DAFTAR PUSTAKA
Arib, Maqbul.2014. “Dakwah Di Tengah Keragaman Dan Perbedaan Umat Islam”
dalam Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 15, No. 1, (hlm 35-49)
Ningsih, Yusria dan Aflika, Ulul.2019. “Dakwah di Tengah Heterogenitas
Masyarakat dan Perbedaan Umat” dalam Proceeding of International
Conference on Da’wa and Communication, Vol.1, No.1 (hlm 285-290)
Qadaruddin,Muhammad, Pola Baru Dakwah Plural: Parepare:Kaafah Learning
Center, 2019
Shihab, Alwi, Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama: Bandung:
Penerbit Mizan,1999
Ulum, AC dan Haramain, Muhammad. “Eksistensi Dakwah Dalam Merespon
Pluralisme”

Anda mungkin juga menyukai