Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Pluralisme adalah suatu istilah yang tidak terdengar asing dikehidupan kita.
Kehidupan yang beraneka ragam suku, bangsa, kebudayaan, maupun agama. Pandangan arti
pluralisme secara umum diartikan sebagai kejamakan, kemajemukan. Pandangan yang
mengatasnamkan perbedaan. Pandangan para filosofis terhadap pluralisme mengungkapkan
pengartian yang berbeda-beda. Salh satunya adalah Anaxagotas ia berpandangan bahwa
pluralism sebagai jumlah yang berbeda secara kualitatif yang tidak ada batasnya. Dan
menurut pandagan sosial pluralisme dipandang sebagai hubungan ketergantungan dari
beberapa aspek. Sehingga menimbulkan sikap saling ketergantungan, yang menimbulkan
sikap saling menghargai, menghormati satu sama lain.

konflik di Indonesia, daerah luar jawa lebih sering terjadi konflik antar etnis. Seperti
tragedi sampit. Konflik antar suku Madura dengan suku Dayak. Kejadian ini terjadi bukan
hanya karena latar belakang perbedaan suku serta agama, tetapi lebih kompleks lagi,
berkenaan dengan janji pembangunan pada 32 tahun zaman pemerintahan rezim Soeharto.

Iniah yang menjadi permasalahan, orang Indonesia tidak dapat menyikapi akan
adanya sebuah pluralitas. Harusnya pluralitas hadir sebagai subtansi yang menjadikan
kekuatan bangsa yang menjadikan lebih kuat. Kita harus tahu apa makna pluralisme, dan
bagaimana konsep pluralisme. Harusnya ini diketahui bahwa ini bukanlah sesuatu hal yang
asing. Kita hidup di kehidupan yang penuh keanekaragaman, agama , suku serta budaya.
Pluralisme tidak akan pernah menjadi sebuah sumber konflik yang menuju pada perpecahan.
Jika kita bisa menyikapi.
PEMBAHASAN

A.Pluralisme

Pluralisme berasal dari kata pluralis yang berarti jamak, lebih dari satu, atau
pluralizzing sama dengan jumlah yang menunjukkan lebih dari satu, atau lebih dari dua yang
mempunyai dualis, sedangkan pluralisme sama dengan keadaan atau paham dalam
masyarakat yang majemuk bersangkutan dengan system social politiknya sebagai budaya
yang berbeda-beda dalam satu masyarakat1. Dalam istilah lain plualisme adalah sama dengan
doktrin yang menyatakan bahwa kekuasaan, pemerintahan di suatu Negara harus dibagi
bagikan antara berbagai gelombang karyawan dan tidak dibenarkan adanya monopoli suatu
golongan2. (dengan kata lain pluralisme adalah keberagaman yang berpaham dalam berbagai
hal terlebih lagi dalam agama atau kepercayaan) lebih-lebih dalam islam.

Pada umumnya hal yang dijadikan perdebatan dalam pluralisme adalah kesenjangan
tentang keberagaman agama serta ajarannya terlebih dalam ajaran-ajaran umat terdahulu
yaitu yahudi dan nasrani akan tetapi dalam skala konsep besarnya adalah seluruh agama yang
ada diseluruh dunia pada saat ini. Terkadang yang membuat konteks ini sendiri negatif adalah
yang berpaham terlalu keras atau dengan kata lain terdapat fanatisme didalamnya hal itulah
yang membuat adanya penyimpangan sekalipun dalam islam itu sendiri. Pandangan yang
progresif mengenai Islam dan pluralisme agama, datang dari kalangan Islam yang
konservatif, fundamentalis, dan radikal. Hal ini perlu dilihat terkait dengan perkembangan
isu-isu pluralisme di Indonesia dewasa ini. Bagi MUI, pluralisme dianggap sebagai ancaman
teologis terhadap Islam. Pandangan MUI terhadap pluralisme agama sesungguhnya
didasarkan pada anggapan bahwa hal tersebut sama dengan relativisme agama 3. Dalam
pluralisme didalam agama islam serta eranya yang berjalan dari masa kemasa masih banyak
tanda tanya serta perselisihan maupun perbedaan didalamnya yang juga konsepnya masih
termasuk ajaran-ajaran kaum-kaum terdahulu, yakni kaum yahudi dan nasrani, berikut salah
satu kutipan ayat yang InsyaAllah meluruskan pandangan tersebut:
1
Fuad Hasan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke II (Jakarta: Balai Pustaka,1990),777.
2
Prigoo digdo, Ensiklopedi Umum (Yogyakarta: Kanisius,1990),893
3
Suhadi Cholil (ed) Resonansi Dialog Agama dan Budaya: Dari Kebebasan Beragama, Pendidikan
Multikultural, Sampai RUU Anti Pornografi, (Yogyakarta: CRCS, 2008). Hlm.vi dalam Budhy Munawar-
Rachman, Argumen Islam untuk Pluralisme, )Jakarta: PT Grasindo, 2010(, hlm. 106.
ِ ِ ِ ِ ِ ِ َ‫ود ۭيًّا واَل ن‬ ِ ِ ‫ِإ‬
َ ‫صَران ۭيًّا َولَـٰكن َكا َن َحني ۭفًا ُّم ْسل ًۭما َو َما َكا َن م َن ٱلْ ُم ْش ِرك‬
٦٧ ‫ني‬ ْ َ ‫يم َي ُه‬
ُ ‫َما َكا َن ْب َٰره‬

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia
adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia

termasuk golongan orang-orang musyrik.”(QS. Ali Imron:67)

Ayat ini merupakan jawaban bagi perdebatan orang Yahudi dan Nasrani mengenai
agama Nabi Ibrahim. Mereka masing-masing berpendapat bahwa Ibrahim menganut agama
yang dipeluk mereka. Pendapat mereka itu sebenarnya adalah dusta karena tidak didasarkan
pada bukti-bukti yang nyata. Y ang benar ialah keterangan yang didasarkan wahyu yang
diyakini kaum Muslimin, karena umat Islam memeluk agama seperti agama yang dipeluk
oleh Nabi Ibrahim dan agama Islam mempunyai prinsip-prinsip yang dibawa oleh Nabi
Ibrahim. Maka jelaslah bahwa Nabi Ibrahim itu tidak memeluk agama Nasrani dan tidak pula
pemeluk agama Yahudi akan tetapi Nabi Ibrahim itu seorang yang taat kepada Allah, tetap
berpegang kepada petunjuk Allah serta tunduk dan taat kepada segala yang diperintahkanya.

Islam memandang pluralisme sebagai sikap saling menghargai dan toleransi terhadap
agama lain, namun bukan berarti semua agama adalah sama artinya tidak menganggap bahwa
dalam Tuhan yang kami sembah adalah Tuhan yang kalian sembah. Namun demikian Islam
tetap mengakui adanya pluralisme agama yaitu dengan mengakui perbedaan dan identitas
agama masing-masing (lakum dinukum waliyadin), disini pluralisme diorientasikan untuk
menghilangkan konflik, perbedaan dan identitas agama-agama yang ada4.

Dengan memeluk agama manusia berusaha untuk memenuhi kewajiban moralnya


untuk mencapai kesempurnaan. Tanpa agama manusia itu lumpuh dalam bagian paling mulia.
Sekalipun punya bakat istimewa dan prestasi gemilang dalam bidang lain. Agama berbalik
kepada Allah, karena itulah agama berkaitan dengan kekuatan jiwa manusia yang lebih
tinggi.

pengetahuan, kehendak, perasaan. Tapi karena agama yang diamati lebih dari suatu
pemberian diri dari pada pengetahuan. Agama secara istimewa tampak sebagai produk yang
tertanam dalam perasaan dan memandang dalam eksistensi yang mutlak dan diterima sebagai
nilai mutlak.Dengan begitu Negara disatu pihak tidak dapat mencampuri urusan dan
perumusan ajaran-ajaran agama. Namun dilain pihak nagara berkewajiban mengusahakan
penigkatan penghayatan hidup keagamaan warga Negara, dan mewujudkan terciptanya

4
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia,2006),853.
kerukunan antar umat beragama, antara umat beragama, agama dengan pemerintah. Dan
landasan empiris di Indonesia yakni adanya pluralisme agama.

Humanisme naturalis (pemikiran manusia) yang religius ingin memahami dimensi


agama adalah sesuatu yang lumrah serta sebagai sesuatu hal yang sepenuhnya natural, untuk
mengatasi keterasingan yang kita rasakan dalam eksistensi impersonal yang menggambarkan
abad ini adalah, kita harus membangun kesatuan dalam keanekaragaman (serba multi) ini
memaksa kita untuk menangkap kembali nilai bersama dari humanitas zaman modern5.
Sangat penting bagi kita untuk memahami nilai keberagamaan serta kesatuan guna
menghilangkan rasa fanatisme dan arogansi yang menimbulkan perpecahan atau secara tidak
langsung malah merusak nilai agama yang kita anut menurut kepercayaan masing-masing
lebih-lebih lagi agama Rahmatan lil’alamiin ini, banyaknya keberagaman seharurnya
manjadikan kita turut berlomba-lomba dalam memperbaiki nilai religius kita masing-masing
dan bukannya malah memojokkan atau menyudutkan yang lainnya serta kita tidak boleh
menyamakan apa yang mereka anut dan kita anut sesuai didalam Al-Qur’an surat Al-Kafirun,
kita hanya boleh membela apabila kita dicela bukannya malah membenarkan atau
menggalakkan egoisme kita dalam nilai ini.

5
Amin Abdullah, Islam dan Humanisme, aktualisasi Humanisme Islam ditengah-tengah krisis humanisme
universal ( yogyakarta: pustaka pelajar,2007), 188
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pluralisme adalah sebuah kemajemukan, memang kadang sulit menerima perbedaan di
antara manusia. Setiap manusia mempunyai sebuah karakter masing-masing, dan tidak ada
satupun bisa dianggap identik atau sama. Adanya sutu pluralitas merupakan unsur pokok
dalam kehidupan. Kehidupan tidak akan pernah lepas dari yang namanya pergaulan, manusia
sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial, manusia di tuntut untuk tidak
hidup sendiri, sebagai makhluk sossial manusia membutuhkan manusia lain dalam menjalan
kehidupannya.

Berawal dari sebuah kesadaran individu akan pentingntya persatuan. Akan mendorong
suatu sikap aplikasi yang di terapkan pada masyarakat. Dan kita hidup di Negara Indonesia
yang kaya akan perbedaan, mulai dari agama, budaya serta suku dan ras. Jika kita tidak
mempunyai sikap saling mengahrgai satu sama lain, tentunya kacaulah kehiduapn kita.
Seperti yang sudah terjadi konflik antar etnis dan konflik agama yang menimbulkan korban
dan meresahkan warga. Kitapun takkan merasa tenang jika demikian kan?

Oleh karena itulah marilah kita mulai perbaiki diri dengan saling mengharhgai, dan
tenggang rasa satu sama lain. Dan kita harus sadar bahwa kesatuan yang kuat timbul karena
adanya perbedaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://quran.kemenag.go.id/ Diakses 28 Januari 2023
MAKALAH

PLULARISME AGAMA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Maudhui
Dosen Pengampu: Ust. Imron Rosyidi, Lc.,M.Ag

Oleh:

Ainul Achmad Muslich

M Iqbal Baidawi

Ahmad Danil H

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT DIROSAT ISLAMIAH AL-AMIEN PRENDUAN

2023

Anda mungkin juga menyukai