Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Berserah Diri Yakin Kepada Allah Dan Yakin


(Pengkajian Bab Yakin dan Tawakkal dalam Kitab Riyadh Al-Shalihin)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadits Maudhu’i
Dosen Pengampu: Dr. Mohammad Fattah, MA

Oleh:
Akhmad Daniel Hidayatullah Pratama.
NIMKO : 20210006048

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT DIROSAT ISLAMIAH AL-AMIEN PRENDUAN
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada kata yang cukup untuk mengungkapkan rasa syukur kita atas
semua karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada hambanya, serta tak lupa pula
sholawat semoga selalu terhaturkan kepada baginda Nabi Muhammad saw, karna dari nikmat
dan karunia-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah berjudul “Yakin dan Tawakkal”
Mata Kuliah Hadits Maudu’i ini dengan lancar.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada Mata Kuliah Hadits Maudu’i. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan serta khazanah dalam berserah diri kepada Allah SWT.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta dan yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini. Sekian salam permbuka saya saya ucapkan terima kasih.

Sumenep, 27 Januari 2023

Penulis

2
PENDAHULUAN.

A. Latar Belakang

Sumber dari segala ilmu pengetahuan tentang ke-Islaman tidak terlepas dari al-Qur‘an
dan Sunnah (Hadits). Siapapun yang membaca, menghayati, dan mengamalkannya tidak
akan pernah celaka dan tersesat dari jalan yang sebenarnya. Al-Qur‘an dan Sunnah
(Hadits) menjadi pembimbing orang-orang yang ingin mengikuti aturannya, dikarenakan
berlandaskan pada hukum islam serta anjuran Nabi Muhammad saw. Dan begitu juga
sebaliknya, bagi orang-orang yang tidak ingin mengikuti ajarannya pasti akan tersesat dan
tidak tahu tujuan hidup yang sebenarnya (dikarenakan tidak adanya landasan) yang pada
akhirnya ia menempuh perjalanan hidup dengan kekacauan dan kebingungan1. Begitu pula
dengan sabda Nabi yang selalu menjadi penguat dalil dari al-Qur’an serta menjadi anjuran
baik serta pengamalan yang bermanfaat.
Salah satu kata yang ada di dalam al-Qur‘an dan banyak disebutkan ialah kata
‘tawakkal’. Dalam kitab Mu’jam al-Mufahros li al-Fazh al-Qur’an menyatakan kalimat
‘tawakkal’ yang terhitung di dalam al-Qur‘an sebanyak 84 kali dalam 22 surat 2. Dan
secara tidak langsung pun Tawakkal memiliki kaitan yang amat sangat erat kaitannya
dengan Yakin dikarenakan keduanya ada didalam satu konsep yang bahkan mungkin sulit
untuk dipisahkan dan jelas terhubung dengan ketauhidan satau keimanan, karena setelah
rukun Islam oarang mukmin diwajibkan memiliki dasar Tauhid yang terdiri dari 6 rukun
Iman dan semuanya tentang kepercayaan seorang hamba yang diharuskan memiliki dasar
tersebut dalam kepercayaan keimanannya. Berikut diantara ayat-ayat tersebut:

‫َّك ْم‬
ُ ‫الد ْن يَ ا ۖ< َو اَل َي غُ َّر ن‬ ُ ‫اس ِإ َّن َو ْع َد اللَّ ِه َح ٌّق ۖ< فَ اَل َت غُ َّر ن‬
ُّ ُ‫َّك ُم ا حْلَ يَ اة‬ ُ َّ‫يَا َأيُّ َه ا الن‬
ِ ِ
ُ ‫ب اللَّ ه الْ غَ ُر‬
‫ور‬

1
‘Aid bin Abdullah Al-Qarni, ‘Ala Ma’idati al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Khazanah Ilmu), 2004, cet. 1, hlm 15
2
Muhammad Fuad Abdul Baqi’, Mu’jam al-Mufahros li al-Fazh al-Qur’an al-Karim (Kaherah: Pustaka Dar al-
Hadis), 1945, hlm. 762-763.

3
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah
kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai
menipu, memperdayakan kamu tentang Allah”

‫ك بِ ٰغَ ِف ٍل‬
َ ُّ‫ٱعبُ ْدهُ َوَت َو َّك ْل َعلَْي ِه ۚ َو َما َرب‬ ِ ِ ‫ٱلس ٰم ٰو ِت وٱَأْلر‬ ِِ
ْ ‫ض َوِإلَْيه يُْر َج ُع‬
ْ َ‫ٱَأْلم ُر ُكلُّهۥُ ف‬ ْ َ َ َ َّ ‫ب‬ ُ ‫َوللَّه َغْي‬
َ‫َع َّما َت ْع َملُون‬

“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi dan kepada-Nya-lah
dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia, dan bertawakkallah
kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan3”

Berdasarkan dan berangkat dari dalil tersebutlah yang mengharuskan bahwasanya kita
semua selaku manusia lebih-lebih lagi seorang hamba, menyandarkan dan berserah diri
kepada-Nya (Allah) karena hanya kepada-Nya lah sebaik-baik tempat bersandar dan berserah
diri.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada hadits Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan tentang yakin dan
tawakkal?
2. Bagaimanakah maksud hadits Nabi Muhammad SAW tentang yakin dan tawakkal?

C. Rumusan Masalah

1. Mengetahui hadits Nabi Muhammad SAW tentang yakin dan tawakkal.


2. Mengupas maksud hadits Nabi Muhammad SAW tentang yakin dan tawakkal.

3
https://tafsirweb.com/3615-surat-fatir-ayat-3-dan-surat-hud-ayat-123.html Diakses 27 Januari 2023

4
PEMBAHASAN

A. Hadits Nabi, Yakin dan Tawakkal.

<,‫ث‬ ِ ‫< َح َّدثَنا َعبْ<<< ُدال َو‬,‫ َح<<< َّدثَنا َع ْب ُدهَّللا ِ ب ُْن َع ْم ٍر َوَأبُ<<<وْ َم ْع َم ٍر‬,‫<<<ر‬
ِ ‫ار‬ َّ ‫َح<<< َّدثَنِي َحجَّا ُج ب ُْن‬
ِ ‫الش<<<ا ِع‬
‫ اَ َّن َر ُس <وْ َل هَّللا ِ ص<<لى‬,‫س‬ ْ َ‫َح َّدث‬
ٍ ‫ َع ِن ا ْب ِن َعبَّا‬,‫ ع َْن يَحْ َي ْب ِن يَ ْع ُم َر‬,َ‫ َح َّدثَنِي اب ُْن ب َُر ْي َدة‬,‫ناال ُح َسي ُْن‬
‫ك‬
َ <ِ‫ْت َوب‬ ُ ‫لت َوِإلَ ْي<<كَ َأنَب‬ُ ‫ك تَ< َو َّك‬
َ <‫ت َو َعلَ ْي‬ ُ ‫ت َوبِ<<كَ آ َم ْن‬ ُ ‫هللا عليه وسلم َكانَ يَقُوْ ُل "اللَّهُ َّم لَ<<كَ َأ ْس<لَ ْم‬
ُ‫ت َو ْال ِج ُّن َواِإل ْنس‬ ُ ْ‫ت اللَّهُ َّم ِإنَّ ْي َأ ُعوْ ُذبِ<<كَ بِ ِع َّزتِ<<كَ الَِإلَ<<هَ ِإالَّ َأ ْنتَ ْال َح ُّي الَّ ِذيْ الَيَ ُم<<و‬
ُ ‫خَاص<< ْم‬
َ
}‫يَ ُموْ تُوْ نَ " {متفق عليه‬4

“ Dari Ibnu Abbas ra juga berkata bahwa Rasulullah saw berdo’a,”(Ya Allah,
kepadaMu aku berserah diri, kepadaMu aku beriman, kepadaMu aku bertawakkal,
kepadaMu aku kembali, dan karenaMu aku bermusuhan.5Ya Allah, aku berlindung
kepada keperkasaanMu yang tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau,
agar tidak menyesatkanku, Engkau-lah yang Mahahidup yang tidak mati, sedangkan jin
dan manusia akan mati semua)” “(Muttafaq ‘alaih, dan ini adalah lafazh Imam Muslim,
dan diriwayatkan secara ringkas oleh Imam Al-Bukhori)6

Serta dengan Hadits lainnya yaitu:

ٍ ِ‫س بْ ِن مال‬ ٍ ِِ
,‫ك‬ َ ِ َ‫ َع ْن َأن‬,‫ َع ْن ثَابِت‬,َ‫ادبْ ُن َسلَ َمة‬ َ َ‫ َح َّد َثن‬,‫اَأب ْو َد ُاو َدالطَّيَالس ُّي‬
ُ ‫اح َّم‬ ُ َ‫ َح َّد َثن‬,‫شا ٍر‬
َّ َ‫َح َّد َثنَ ُام َح َّم ُدبُ ُن ب‬

‫لى النَّبِ ِّي‬ ِ ِ


‫ِإ‬ ُ ‫ف فَ َش َكاال ُْم ْحتَ ِر‬
َ ُ‫ف َأ َخاه‬ َ ‫ال َكا َن َأ َخ َوان َعلَى َع ْهد النَّبِ ِّي صلى اهلل عليه وسلم َو‬
ُ ‫اآلج ُر يَ ْحتَ ِر‬ َ َ‫ق‬

)‫ك ُت ْر َز ُق بِ ِه "(رواه الترمذي بإسنادصحيح على شراط مسلم‬


َ َّ‫ال " ل ََعل‬
َ ‫ صلى اهلل عليه وسلم َف َق‬7
“ Dari Anas ra beliau berkata bahwa dulu pada zaman Nabi Muhammad saw, ada dua
orang bersaudara, salah seorang diantaranya suka mendatangi Nabi Muhammad saw,

4
Imam Muslim, Shahih Muslim No. 2717 ( Maktabah Az zaen) 2010
5
Dengan musuh-musuh agama.
6
Al-Imam An-Nawawi, Riyadhush Shalihin, Penerjemah. Izuddin Karimi, Lc (Jakarta: Darul Haq), 2016, hlm.
114
7
Imam Tirmidzi, Jami’ at-Tirmidhi No. 2345 ( Maktabah Az zaen) 2010

5
sedang satu lagi giat berusaha. Kemudian orang yang giat berusaha itu mengadukan
saudaranya kepada Nabi Muhammad saw, maka Rasulullah saw bersabda “ Barangkali
kamu akan mendapatkan rizki karena saudaramu itu. “ “(HR. At-Tirmidzi dengan sanad
Shahih menurut syarat Muslim).8

B. Kosa Kata.
Berserah (Diri) ‫توكل‬
Tiba, Datang ‫ جاء‬- ‫أتى – يأتى‬
Mengadu ‫ شكيا‬- ‫شكى‬9

C. Penjelasan Hadits.

(Hadits pertama dari Ibnu Abbas ra), Dari Do’a yang dipannjatkan Rasulullah saw
tentunya telah menyiratkan bahwasanya hanya kepada Allah lah kita harus bertawakkal
(berserah diri) semata. Sebab sang Kholiq telah menyandang dan meliputi sifat dari
seluruh kesempurnaan. Segala sesuatu selain Allah akan binasa, sedangkan Allah Maha
kekal, maka hanya kepada-Nya sebaik-baik tempat bersandar. Makna dari kalimat dan
lafadz-lafadz yang menjadi Do’a Rasulullah adalah amalan sunnah, serta makna dari
kalimat tersebut adalah hal yang berkaitan amat sangat erat dengan keyakinan dalam
berserah diri yaitu kesungguhan iman dan puncak keyakinan.10

(Hadits kedua dari Anas ra), bahwa diantara dua orang bersudara yang ada pada
zaman Rasulullah saw salah satunya bekerja dan salah satunya mendatangi Nabi, namun
makna mendatangi dalam Hadits ini bukanlah hanya sekedar mendatangi akan tetapi turut
serta dalam mencari dan mendalami Ilmu kepada Rasulullah saw, sedangkan yang
satunya bekerja, dan seseorang yang bekerja tersebut melaporkannya kepada Rasulullah
saw, akan tetapi Beliau bersabda kepada seseorang yang melaporkan saudaranya itu

8
Al-Imam An-Nawawi, Riyadhush Shalihin, Penerjemah. Izuddin Karimi, Lc (Jakarta: Darul Haq), 2016, hlm.
120
9
Ahmad Warson Munawwir, Al-MunawwirKamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progsesive), 1997
10
Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali, Bahjatun naazhiriin syarh riyaadhish shaalihin terjemah, jilid 1 (Jakarta:
Pustaka As-Syafi’ie), 2005 , hlm. 253

6
bahwa barangkali/mungkin saja seseorang yang bekerja itu akan mendapatkan rizqi dari
saudaranya yang tidak bekerja. Dari sini kita dapat memahami bahwasanya barang siapa
yang bertawakkal dengan memfokuskan diri untuk mencari ilmu dan memahami hukum-
hukum agama dalam rangka menjaga syariat Allah, maka sesungguhnya Allah akan
menyediakan baginya orang yang akan mengurusnya dan mencukupi kebutuhannya,
didalam Hadits tersebut juga terdapat anjuran bagi orang-orang yang berilmu dan
mencarinya serta pengangungan dalam urusan agama harus lebih banyak dilakukan
ketimbang pengagungan dalam urusan dunia.11
Korelasi dalam hadits pertama dan kedua adalah, bila dilihat secara langsung mungkin
seakan-akan amat sangat berbeda akan tetapi bila kita dalami dengan rinci maka kita akan
menemukan bahwayang pertama adalah penyandaran diri seorang hamba secara hakiki
kepada Rabbnya sehingga bisa mendjadi do’a sedangkan yang kedua ialah secara
penggambaran yang bermula dari saudara yang melaporkan dan mengeluhkan saudara
yang satu lagi kepada Rasulullah yang secara tidak langsung bahwa jawaban dari
Rasulullah saw yang seakan menegur saudara yang satu lagi bahwa jangan sampai kita
mengeluhkan hal apabila kita sudah menyandarkan diri/bertawakkal kepada Allah.

PENUTUP
11
Ibid, 268

7
A. Kesimpulan.
Dari isi pembahasan yang telah kita ulas secara agak mendalam mengenai dua
Hadits tersebut adalah makna kata atau kalimat tawakkal menjurus atau berujung pada
artian berserah diri atau dengan kata lain bersandar dimana pada konsep ini tentu saja
hanya kepada Allah lah kita wajib berserah diri atau bersandar karena hanya Allah lah
yang memiliki segala sesuatu dan sampai kapan pun tidak akan pernah binasa,
sedangkan kalimat atau kata Yakin disini memiliki kaitan erat kepada Tawakkal
karena tanpa adanya rasa Yakin atau keimanan kita tidak akan bisa bertawakkal
kepada Allah SWT, karena pada dasarnya agama kita yakni agama Islam adalah
agama yang berdiri atas dasar kepercayaan dan keyakinan yaitu iman, dan tentu saja
dengan iman kita bisa bertawakkal kepada Allah dengan sebaik-baik iman serta
keyaqinan.

B. Saran.
Sebagai ummat Islam serta golongan yang InsyaAllah Mu’min sudah
sewajibnya hanya bersandar kepada Allah SWT dan bertawakkal (berserah diri)
kepada-Nya serta yakin kepada-Nya karena tiada sesuatu yang pantas dijadikan
tempat berserah diri dan yakin kecuali hanya pada-Nya, dengan begitu InsyaAllah kita
termasuk orang-orang yang beriman, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk
yang mudah mengeluh maka sudah sewajarnya kita terkadang mengeluh akan tetapi
dilarang berputus asa karena hanya dengan berserah diri kepada Allah lah yag dapat
menjadikan manusia memiliki kepercayaan yang sesungguhnya atau dengan kata lain
keimanan.

8
DAFTAR PUSTAKA

‘Aid bin Abdullah Al-Qarni, (2004) ‘Ala Ma’idati al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Khazanah
Ilmu),

Muhammad Fuad Abdul Baqi’, (1945) Mu’jam al-Mufahros li al-Fazh al-Qur’an al-Karim
(Kaherah: Pustaka Dar al- Hadis),

https://tafsirweb.com/3615-surat-hud-ayat-123.html Diakses 27 Januari 2023

Imam Muslim, Shahih Muslim No. 2717 ( Maktabah Az zaen) 2010


Imam Tirmidzi, Jami’ at-Tirmidhi No. 2345 ( Maktabah Az zaen) 2010

Imam An-Nawawi, (2016) Riyadhush Shalihin, Penerjemah. Izuddin Karimi, Lc (Jakarta:


Darul Haq),

Ahmad Warson Munawwir, (1997) Al-MunawwirKamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka


Progsesive),

Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali, (2005) Bahjatun naazhiriin syarh riyaadhish shaalihin
terjemah, jilid 1 (Jakarta: Pustaka As-Syafi’ie),

Anda mungkin juga menyukai