Makalah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Hadits Maudhu’i
:Oleh
Dosen pengampu
FAKUKTAS USHULUDDIN
H / 2019 1440
MKATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
karunia-Nya, rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Hadits Tematik Persaudaraan”
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hadits
Maudhu’i. Serta membantu pembaca agar dapat mengetahui lebih luas lagi
tentang Hadits tematik persaudaraan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dimana
masih banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun dari segi metode
penulisannya. Semua ini tidak terlepas dari keterbatasan baik dari segi
pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan pengalaman. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi perbaikan makalah ini agar dapat dijadikan pedoman demi kesempurnaan
dimasa yang akan datang.
Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua yang membaca dan terutama bagi penyusun.
Penyusun
Daftar isi
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
BAB I...........................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................2
A. Menyempurnakan iman dengan Mencintai saudara.......................................3
B. Niat yang lurus..................................................................................................5
C. Keutamaan mendoakan saudara tanpa sepengetahuannya............................6
D. Keutamaan cinta karena Allah..........................................................................8
E. Larangan bermusuhan dan saling mengacuhkan...........................................10
F. Menolong saudara yang dzalim dan terdzalimi.............................................12
G. Bersama-sama Merasakan Kesedihan dan kebahagiaan...............................14
H. Hak-hak sesama Muslim.................................................................................15
I. Larangan Saling membenci, mendengki dan bermusuhan...............................18
J. Larangan Menzhalimi Muslim Lain...................................................................21
K. Larangan memaki saudara Muslim..................................................................23
L. perintah Mendahulukan Salam dan Larangan mendiamkan saudara Muslim.24
BAB III.......................................................................................................................27
PENUTUP..................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri dan harus dengan
bantuan orang lain, sebab itulah manusia dikatakan makhluk social. Seperti dalam
sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dikatakan bahwa
‘hubungan antar muslim itu bagaikan anggota tubuh yang tidak bias terpisah satu
sama lain’. Akan tetapi kurang indah kalau ada manusia hidup mempunyai tangan
namun tidak mempunyai kaki. Begitu pula sebaliknya. Apalagi memiliki kaki
namun tidak berkepala. Tentu saja anggota tubuh yang lain seperti tidak ada
gunanya. Ini menggambarkan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri-sendiri.
Tanpa adanya persaudaraan antar sesamanya. Manusia harus berkawan,
bersaudara, dan hidup berdampingan denagn sesama manusia dan juga makhluk
lainnya. Namun dalam pergaulan antar sesamanya, banyak hal yang terkadang
harus membuat renggangnya pergaulan dan terputusnya hubungan pertemanan.
PEMBAHASAN
Persaudaraan karena Allah merupakan satu perkara yang sangat mulia dan
amat dianjurkan dalam Islam. Allah SWT telah menganugerahkannya kepada kamu
Mukmin. Allah berfirman:
“Dan
berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga
dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana.
Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat
petunjuk.” (Q.S. Ali Imran: [3]103).
“Sesungguhnya
orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat: 10)
Oleh karena itu, setiap muslim selayaknya, bahkan wajib untuk menjaga
ikatan tali ukhuwah dengan saudaranya sesame muslim, melestarikan dan
menjaganya dengan segala cara, serta mewaspadai perkara-perkara yang dapat
merusak ukhuwah ini atau mengganggunya.1
Apabila dikatakan bahwa seseorang yang melaksanakan perintah dalam hadits ini
(mencintai saudaranya), berarti imannya telah sempurna walaupun tidak
melaksanakan rukun iman yang lain. Jawabnya, pengertian seperti diambil dari
kalimat Li akhihi al muslim melihat sifat-sifatyang lain bagi seorang muslim.
َّ َحتَّى يُ ِح
ب (sampai mencintai) hal ini bukan berarti bahwa tidak adanya
1
Abdul Aziz bin fathi as sayyid Nada, Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyah, terj. Abu Ihsan Al-
.Atsari, (Jakarta: Putaka Imam Syafi’I, 2017), hlm. 66
2
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, terj. Masyhar dan
Muhammad Suhadi, (Jakarta: Al Mahira, 2013), h. 7
ب لَِن ْف ِس ه
ُّ َم ا يُ ِح (sebagaiman mencintai diri sendidi) dari kebaikan. Kata
kebaikan mencakup semua ketaatan dan semua hal yang dibolehkan di dunia dan
akhirat, sedangkan hal-hal yang dilarang oleh agama tidak termasuk dalm kategori
kebaikan. Adapun cinta itu sendiri adalah menginginkan sesuatu yang diyakini
sebagai suatu kebaikan.3
Kandungan Hadits:
a. Wajib mencintai untuk saudara seiman apa yang dicintai untuk diri sendiri
b. Seorang Mukmin dan Mukminah wajib menjauhi hasad (dengki, iri) beserta
sifat buruk lainnya. Sebab, sifat tersebut bias mengurangi imannya.
c. Termasuk bagian keimanan membenci untuk saudaranya sesuatu yang
dibenci untuk diri sendiri.
d. Mencinai satu kebaikan untuk seorang Muslim merupakan cabang
keimanan.
e. Di dalam hadis ini terdapat celaan atas sikap egois, membenci orang lain,
hasad, dan balas dendam. Karena orang yang memliki semua sifat ini
berarti ia tidak mencintai untuk saudaranya apa yang dicintainya untuk diri
sendiri, bahkan ia justru berharap nikmat yang diberikan Allah kepada
saudaranya yang mukmin tersebut hilang atau dicabut dari dirinya.
f. Sesungguhnya iman itu bias bertambah dan berkurang. Iman bertambah
dengan sebab berbuat ketaatan, dan ia berkurang sebab melakukan
kemaksiatan.
g. Berlomba-lomba di dalam kebajikan dan ketaatan termasuk kesempurnaan
iman.
h. Islam bertujuan menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh kasih
sayang.
3
Ibu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Syarh Sahih Bukhari, terj. Gazirah Abdi Ummah, (Jakarta:
.Pustaka Azzam, 2014), Jilid 1, h. 95
i. Mengamalkan kandungan Hadis di atas menjadikan tersebarnya perasaan
cinta antar pribadi-pribadi muslim dalam satu masyarakat islami hingga
tercipta tolong menolong serta bahu-membahu dalam kehidupan, sehingg
mereka pun bagaikan satu tubuh.
j. Umat islam diharapkan menjadi seperti satu bangunan dan satu tubuh.
Ibarat ini diambil atau buah dari wujud keimanan yang sempurna, yaitu
mencintai untuk saudara seiman apa yang dicintai untuk dirinya sendiri.4
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Intisari Arba’in Nawawi memuat 42 Hadits Nabi beserta Kandungan 4
.Haditsnya, (Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafii, 2015), h. 57
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, terj. Masyhar dan Muhammad 5
.Suhadi, (Jakarta: Al Mahira, 2013), h. 1
( َعلَى ال ِْم ْنبَ ِرdi atas mimbar) yaitu mimbar masjid nabawi (madinah).
ِ َّالني
ات ِّ ِال ب
ُ إِنَّ َم ا اأْل َ ْع َم (Tiap-tiap amal prbuatan harus disertai dengan niat).
ِ َّالني
ات ِّ ِ( بdengan niat). Huruf ba’ menunjukkan arti menyertai, da nada yang
mengartikan menunjukkan sebab. Imam Nawawi mengatakan, bahwaniat berarti
maksud, yaitu keinginan yang ada dalam hati. Tetapi syeikh Al karmani
menambahkan, bahwa keinginan hati adalah melebihi maksud.6
Ibu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Syarh Sahih Bukhari, terj. Gazirah Abdi Ummah, (Jakarta: 6
.Pustaka Azzam, 2014), Jilid 1, hlm. 19
7
Abdul Aziz bin fathi as sayyid Nada, Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyah, terj. Abu Ihsan Al-Atsari,
.(Jakarta: Putaka Imam Syafi’I, 2017), hlm. 67
C. Keutamaan mendoakan saudara tanpa sepengetahuannya
ْح ةَ بْ ِنَ ض ْي ٍل َح َّد َثنَا أَبِي َع ْن طَل َ ُص الْ َوكِ ِيع ُّي َح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن ف ْ َح َّدثَنِي أ
ٍ َح َم ُد بْ ُن عُ َم َر بْ ِن َح ْف
ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َم ا ِ ُ ال رس
َ ول اللَّه ُ َ َ َال ق َ ََّر َد ِاء ق ِ عبي ِد اللَّ ِه ب ِن َك ِري ٍز عن أ ُِّم الد
ْ َّر َداء َع ْن أَبِي الد
ْ َْ ْ ْ َُ
َك بِ ِمثْ ٍل
َ ك َول َ َب إِاَّل ق
ُ َال ال َْمل ِ ِمن عب ٍد مسلِ ٍم ي ْدعو أِل
ِ َخ ِيه بِظَ ْه ِر الْغَْي ُ َ ْ ُ َْ ْ
“dari Abu Darda’, dia mendengar Rasulullah bersabda: “Tidaklah seorang Muslim
yang mendoakan saudaranya dengan tanpa sepengetahuannya, melainkan
mailakat berkata:`Dan untukmu seperti itu juga.” (H.R. Muslim).
8
Syeikh salim bin ‘Ied al-Hilali, Bahjatun Nadzirin Syarh Riyadus Shalihin, terj. A. Sjinqithy
.Djamaluddin, (Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafi’I, 2016), jilid 4, Hlm. 596
ب ال َْم ْرَء اَل يُ ِحبُّهُ إِاَّل لِلَّ ِه َوأَ ْن يَ ْك َرَه
َّ اه َما َوأَ ْن يُ ِح ِ
ُ ب إِل َْي ِه م َّما ِس َو
َّ َح ِ ِاإْل
َ يمان أَ ْن يَ ُكو َن اللَّهُ َوَر ُس ولُهُ أَ
ف فِي النَّا ِر َ ود فِي الْ ُك ْف ِر َك َما يَ ْك َرهُ أَ ْن ُي ْق َذ
َ ُأَ ْن َيع
“Dari Anas, dari Nabi. Beliau bersabda: ada tiga hal yang barang siapa
memilikinya maka dia akan merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya
lebih dicintai daripada segala yang lainnya., mencintai seseorang yang dicintainya
hanya karena Allah, dan benci untuk kembali ke dalam kekufuran setelah Allah
menyelamatkannya dari kekufuran tersebut sebagaimana dia benci untuk
dilemparkan ke dalam api neraka.” (H.R. Bukhari).
Hadits ini mencakup beberapa dasar cinta hakiki yang darinyalah bercabang
:manisnya iman, yaitu
a. Penyempurnaan cinta ini, yakni Allah dan Rasul-Nya haruslah lebih dicintai
dari pada sesuatu yang lain, karena kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya
tidak cukup hanya dengan dasar cinta, tetapi harus disikapi dengan
kecintaan yang melebihi kecintaan terhadap yang lain baik itu harta, orang
tua, anak, dan bahkan diri sendiri.
b. Bercabangnya cinta ini, yakni dengan mencintai pihak lain demi Allah dan
membenci karena-Nya juga. Maka dia harus mencintai apa yang dicintai
Allah serta mencintai orang yang dicintai oleh-Nya., pun membenci apa
yang dibenci oleh Allah dan termasuk membenci orang yang dibenci-Nya.
c. Menolak kebalikan dari kecintaan ini, yakni dengan membenci lawan dari
keimanan melebihi kebenciannya dilmparkan ke dalam api (neraka).
Kandungan Hadits:
a. Manisnya iman itu dapat dirasakan elaluiketaatan dan kesukaan padanya
serta mendahulukannya atas hawa nafsu.
b. Seseorang harus mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada rasa
cintanya kepada kedua orang tua, anak, atau bahkan dirinya sendiri serta
manusia secara keseluruhan.
c. Hubungan antar mukmin itu atas dasar kecintaan karena Allah.
d. Kebencian kepada kekufuran itu terwujud dengan menjauhkan diri darinya
dan dari berbagai sebabnya serta segala yang mendekatkan diri kepadanya
berupa kemaksiatan maupun bid’ah. 9
Berikut juga hadits yang menjelaskan tentang keutamaan cinta karena Allah:
Hadits ini menunjukkan keutamaan cinta karena Allah, dan cinta krena
Allah inilah yang mendatangkan cinta Allah kepada seorang hamba. Hadits ini juga
menjelaskan tentang keutamaan mengunjungi orang-orang yang sholih dan para
sahabat atau teman. Hadis ini bahkan menunjukkan bhwa manusia biasa mungkin
saja dapat melihat malaikat.10
Syeikh salim bin ‘Ied al-Hilali, Bahjatun Nadzirin Syarh Riyadus Shalihin, terj. A. Sjinqithy 9
.Djamaluddin, (Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafi’I, 2016), jilid 2, Hlm. 136
10
Imam An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, terj. Ahmad Khotib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011),
.jilid. 16, hlm. 466
ِ ت بين ه وبين أ
ُ َخي ِه َش ْحنَاءُ َف ُي َق ِ ِ
ال ْارُك وا َه َذيْ ِن َحتَّى َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ْ َْام ِر ٍئ اَل يُ ْش ِر ُك باللَّه َش ْيئًا إِاَّل ْام َرأً َك ان
صطَلِ َحا ِ ي
ْ َصطَل َحا ْارُكوا َه َذيْ ِن َحتَّى ي َْ
“Ibnu Abi Umar menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada
kami dari Muslim bin Abi Maryam, dari Abu Shalih, dia mendengar Abu Hurairah
pernah meriwayatkannya secara marfu’ (sanadnya tersambung sampai kepada
Nabi Muhammad Saw. sehingga apa yang dikatakan Abu Hurairah ini merupakan
sabda Nabi Muhammad saw.). Abu Hurairah berkata,”pada setiap hari senin dan
kamis, semua amal akan dilaporkan. Lalu Allah Azza wa Jalla akan memberikan
ampunan pada hari tersebut kepada setiap orang yang tidak mempersekutukan
Allah dengan sesuatu apapun. Kecuali seseorang yang sedang ada permusuhan
dengan saudaranya. Maka dikatakan, ‘Tangguhkanlah (oleh kalian ampunan),
untuk kedua orang ini, sampai keduanya berdama. Tangguhkanlah (oleh kalian
ampunan), untuk kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.” (H.R. Muslim).
س َع ْن ُم ْس لِ ِم بْ ِنٍ َك بْ ُن أَن ُ ِب أَ ْخَب َرنَ ا َمال ِ َّح َّد َثنَا أَب و الط
ٍ اه ِر َو َع ْم ُرو بْ ُن َس َّو ٍاد قَ ااَل أَ ْخَب َرنَ ا ابْ ُن َو ْه ُ َ
َ َصلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق ِ ِ أَبِي مريم َعن أَبِي صالِ ٍح َعن أَبِي ُهريرةَ َعن رس
ُ ض أَ ْع َم
ال ُ ال ُت ْع َر َ ول اللَّه ُ َ ْ َ َْ ْ َ ْ َ َْ َ
ِ ِ
ُيس َفُي ْغ َف ُر ل ُك ِّل َع ْب ٍد ُم ْؤم ٍن إِاَّل َع ْب ًدا َب ْينَ ه ِ َّاس فِي ُك ِّل ُج ُم َع ٍة َم َّرَت ْي ِن َي ْوَم ااِل ْثَن ْي ِن َوَي ْوَم الْ َخ ِم
ِ الن
ال ا ْت ُرُكوا أ َْو ْارُكوا َه َذيْ ِن َحتَّى يَِفيئَا ِ وبين أ
ُ َخ ِيه َش ْحنَاءُ َفُي َق َ ََْ
“Abu Tahhir dan Amr bin Sawwad menceritakan kepada kami, keduanya
berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, Malik bin Anas mengabarkan
kepada kami dari Muslim bin Abi Maryam, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dari
Rasulullah Saw. beliau besabda, “Amal manusia akan dilaporkan pada setiap
pecan sebanyak dua kali, yaitupada hari senin dan kamis, amal-amal akan
dilaporkan. Maka Allah akan memberikan ampunan kepada setiap hamba yang
beriman, kecuali seorang hamba yang sedang terlibat permusuhan dengan
saudaranya. Maka dikatakan, ‘Tangguhkanlah (oleh kalian ampunan), untuk
kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. : ‘Tangguhkanlah (oleh kalian
ampunan), untuk kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.”(H.R.Muslim)
Ketiga Hadits di atas sama-sama diambil dari kitab Shahih Muslim, namun
matan dan sanadnya berbeda-beda.
hari senin dan hari kamis). Al-Qadhi mengatakan bahwa Al-Baji berkata, “Makna
dibukanya pintu langit adalah banyaknya toleransi, ampunan dan pengangkatan
derajat, serta pemberian pahala yang berlimpah.”
Al-Qadhi berkata, “Namun ada kemungkinan maksudnya adalah sesuai
dengan makna harfiyahnya (dibuka), dan dibukanya pintu langi tersebut
merupakan tanda adanya semua itu (toleransi, ampunan, dst)”
ص طَلِ َحا
ْ َ( ْارُك وا َه َذيْ ِن َحتَّى يTangguhkanlah oleh kalian ampunan untu kedua
orang ini, sampai keduanya berdamai). Lafadz tersebut dibaca dengan sukun
huruf ra’, dhammah huruh kaf, dan adanya hamzah washal di awal lafazh, dan
artinya tangguhkanlah oleh kalian. Penulis kitab At-Tahriir berkata, “lafadz tersebut
boleh diriwayatkan dengan menjadikan hamzah washal tersebut sebagai hamzah
qatha’ yang berharkat fathah. Ulama lainnya mengatakan bahwa lafadz tersebut
boleh dibaca denagn menggunakan hamzah washal atau hamzah qatha’. Adapun
makna syahna’ maknanya adalah permusuahan, seakan-akan dia membenci
sebagian yang dia tercela.
11
Imam An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, terj. Ahmad Khotib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), jilid.
.16, hlm. 462
dialah penolong bagi saudaranya. Jika saudaranya itu terdzalimi, maka ia
hendaknya menolongnya.” (H.R. Muslim).
Statemen Nabi Saw. yang menyebut serua seperti itu dengan ‘serua atau
panggilan Jahiliyah’, itu karena beliau tidak menyukai serua atau panggilan seperti
itu. Sebab, salah satu tradisi yang ada pada masa jahiliyah adalah bahu membahu
dalam urusan duniawi dan berbagai hal yang terkait dengannya. Sementara orang-
orang jahiliyah sendiri mengambil hak-haknya berdasarkan semangat kesukuan
dan sektarianisme. Lalu muncullah Islam yang memberangus semua itu dan
menghukumi kasus apapun dengan hokum-hukum syara’. Oleh karena itu, apabila
ada seseorang melakukan pelanggaran terhadap yang lainnya, maka Qadhi lah
yang memutuskan perkara di antara keduanya, dan dialah yang menetapkan
hokum kepada pihak pelanggar sesuai dengan kadar pelanggarannya. Tentunya
putusan ini sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam prinsip-prinsip agama
Islam.12
“Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Abu Amir Al-Asy’ari menceritakan kepada
kami, keduanya berkata: Abdullah bin Idris dan Abu Usamah menceritakan kepada
kami [rangkaian sanad dari jalur yang lain menyebutkan] , dan Muhammad bin Al-
Ala’ Abu Kurab juga menceritakan kepada kami, Ibnu Mubarak dan Ibnu Idris serta
Abu Usamah menceritakan kepada kami, mereka semua meriwayatkan dari
Buraid, dari Abu Burdah, dari Abu Musa, dia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,
12
Imam An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, terj. Ahmad Khotib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011),
jilid. 16, hlm. 510
‘Seorang Mukmin terhadap Mukmin lainnya adalah seperti sebuah bangunan,
dimana sebagiannya menguatkan sebagian lainnya’.” (H.R. Muslim).
Sabda Rasulullah Saw. ini dengan tegas menyatakan keagungan hak kaum
Muslimin antara sesame mereka. Sabda beliau ini pun menganjurkan agar mereka
saling menyayangi, saling bersikap lembut, dan saling membantu dalam perkara
yang bukan terbilang dosa atau hal yang tidak disukai. Hadits ini juga menjelaskan
tentang diperbolehkannya membuat suatu perumpamaan, agar apa yang
disampaikan bias lebih mudah untuk dipahami melalui perumpamaan tersebut.13
Hendaknya seorang Muslim menampakkan kesedihan ketika sahabatnya
sedang bersedih hati dan membantunya dengan harta dan kata-kata yang baik.
seorang Muslim juga bersama-sama dalam kegembiraan serta menampakkan
kebahagiaan dan keceriaan ketika sahabatnya tengah bergembira. Sebab, hal itu
dapat menguatkan dan mendorong rasa cinta. Di samping itu mendoakan
keberkahan atasnya ketika ia mendapatkan nikmat dan janganlah engkau hasad
terhadapnya.14
Imam An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, terj. Ahmad Khotib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), 13
.jilid. 16, hlm. 516
14
Abdul Aziz bin fathi as sayyid Nada, Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyah, terj. Abu Ihsan Al-Atsari,
.(Jakarta: Putaka Imam Syafi’I, 2017), hlm. 73
H. Hak-hak sesama Muslim
ال أَ ْخَب َرنِي َ َاب ق ٍ ال أَ ْخَب رنِي ابْ ُن ِش َه ِ ح َّد َثنا مح َّم ٌد ح َّد َثنا عم رو بن أَبِي س لَمةَ عن اأْل َوَز
َ َاع ِّي ق
َ ْ َْ َ َ ُْ ُ َْ َ َ َ ُ َ َ
ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ِ َ ت رس
َ ول اللَّه ِ َ َض ي اللَّهُ َع ْن هُ ق
ُ َ ُ ال َس م ْع
ِ َّ ِ ِ
َ َس عي ُد بْ ُن ال ُْم َس يَّب أَن أَبَ ا ُه َرْي َرةَ َر
ُْجنَ ائِ ِز َوإِ َجابَ ة َ َالس اَل ِم َو ِعي
ِ ادةُ ال َْم ِر
َ يض َواتِّبَ اعُ ال
ِ ِ
ٌ ول َح ُّق ال ُْم ْس ل ِم َعلَى ال ُْم ْس ل ِم َخ ْم
َّ س َر ُّد ُ َي ُق
ِ يت الْع ِ َّ
ِ اط
س َ ُ الد ْع َوة َوتَ ْش ِم
Muhammad menyampaikan kepada kami dari Amr bin Abu Salamah, dari
al-Auza’I, dari Ibnu Shihab yang mengabarkan kepadaku dari Sa’id bin Al-
Musayyib bahwa Abu Hurairah berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda,
“Hak seorang Muslim pada Muslim lainnya ada lima: menjawab salam,
menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, ,mengahadiri undangan dan
mendoakan orang yang bersin.” H.R. Bukhari)15
Tidak boleh mengganti lafazh salam tersebut dengan ucapan salam lain
yang terkandung di dalamnya unsur Tasyabuh atau mnyerupai dengan orang-orang
kafir, seperti Bonjour: Good Morning, dan sebagainya. Demikian pula tidak boleh
menggantinya dengan ucapan salam yang lain, misalnya selamat pagi dan
semisalnya. Terkecuali jika dia memulainya dengan ucapan salam islami lalu
menambahnya dengan ucapan salam lain, dengan syarat tidak terkandung di
dalamnya unsur tasyabuh terhadap orang kafir. Namun, yang lebih utama adalah
mencukupkan diri dengan ucapan salam islami, karena itulah yang diamalkan oleh
Rasulullah, para sahabat beliau, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik.16 Hal tersebut sesuai dengan sebuah Hadits:
17
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari,Shahih Bukhari,terj. Tim Darussunnah,
.Ensiklopedia Hadits,(Jakarta: Al-Mahira,2013)
mereka. Selain itu, akan menjadi sugesti yang dapat menguatkan mentalnya. 18
Rasulullah Saw. juga bersabda:
ِ ِ ِ يب ال
اء
َ َس َم َ ٍ َِح َّد َثنَا يَ ْحيَى بْ ُن َحب
ْ ْحا ِرث ُّي َح َّد َثنَا يَ ِزي ُد بْ ُن ُزَريْ ٍع َح َّد َثنَا َخال ٌد َع ْن أَبِي قاَل بَةَ َع ْن أَبِي أ
ِ َ ال إِ َّن ال ُْم ْسلِ َم إِذَا َع
َ َصلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق
َم َي َز ْل
ْ َخاهُ ال ُْم ْسل َم ل
َ اد أ َ الر َحبِ ِّي َع ْن َث ْوبَا َن َع ْن النَّبِ ِّي
َّ
ْجن َِّة َحتَّى َي ْرِج َع ِ ِ
َ في ُخ ْرفَة ال
“Yahya bin Habib Al-Haritsi menceritakan kepada kami, Yazid bin Zurai’
menceritakan kepada kami, Khalid menceritakan kepada kmai, dari Abi
Qibalahdari Abu Asma Ar-Rahabi, dari Tsauban, dari Nabi Saw, beliau bersabda,
‘sesungguhnya seorang Muslim, apabila dia menjenguk saudaranya sesama
muslim (yang sedang sakit), maka dia sedang berada di pelataran taman shurga,
sampai dia kembali.” (H.R. Muslim)19
18
Abdul Aziz bin fathi as sayyid Nada, Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyah, terj. Abu Ihsan Al-Atsari,
.(Jakarta: Putaka Imam Syafi’I, 2017), hlm. 70
Imam An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, terj. Ahmad Khotib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), 19
.jilid. 16, hlm. 471
َّ ضي اللَّهُ َع ْن هُ أِ ٍِ ِ َ َي ق ِّ الزْه ِر ِ
ول
َ َن َر ُس َ س بْ ُن َمالك َر ُ َال َح َّدثَني أَن ُّ ب َع ْن ٌ َح َّد َثنَا أَبُو الْيَ َمان أَ ْخَب َرنَا ُش َع ْي
َ َاس ُدوا َواَل تَ َد َاب ُروا َوُكونُوا ِعب
اد اللَّ ِه إِ ْخ َوانًا َواَل َ ضوا َواَل تَ َح ُ َال اَل َتبَاغ َ َصلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق ِ
َ اللَّه
يَ ِح ُّل لِ ُم ْسلِ ٍم أَ ْن َي ْه ُج َر أَ َخاهُ َف ْو َق ثَاَل ثَِة أَيَّ ٍام
“Abu Al-Yaman menyampaikan kepada kami dari Syu’aib dari az-zuhri, dari
Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: “janganlah kalian saling membenci.
Janganlah kalian saling mendengki. Janganlah kalian kalian saling bermusuhan.
Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang
Muslim mendiamkan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari.” (H.R.
Bukhari).20
س وا
ُسَّ س وا َواَل تَ َج
ُسَّ َواَل تَ َح (janganlah kamu saling mencari-cari kesalahan
اس ُدوا
َ ( َواَل تَ َحjangan saling mendengki). Dengki adalah seseorang
ضوا
ُ َ( اَل َتبَاغDan jangan saling membelakangi). Maksudnya adalah janganlah
saling memboikot sehingga salah satu orang memboikot saudaranya.
ضوا
ُ َ( َواَل َتبَاغjangan saling membenci). Maksudnya, jangan kalian melakukan
hal-hal yang menimbulkan kebencian. Ini karena benci tidak diperoleh secara
langsung. Dikatakan, maksudnya adalah larangan terhadap hawa nafsu
menyesatkan yang menghantarkan kepada saling membenci. Ibnu Hajar berkata,
bahkan ia lebih luas dari hawa nafsu, karena menuruti hawa nafsu merupakan
salah satu bentuknya. Hakikat saling membenci adalah terjadi dari dua pihak,
tetapi mencakup pula meski dari satu pihak saja dan benci yang tercela adalah
pada perkara selain Allah.
Abdil Barr berkata, “ Hadits ini mengandung larangan membenci seorang Muslim,
berpaling darinya, memutuskan hubungan dengannya -setelah sebelumnya
bersahabat- bukan karena dosa menurut syariat. Begitu pula dengki terhadapnya
karena nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Bahkan hendaknya
memperlakukan sesama muslim seperti memperlakukan saudara yang memiliki
hubungan nasab. Hendaknya tidak membeberkan aibnya. Tidak ada perbedaan
dalam hal itu antara orang yang ada dengan orang tidak ada. Bahkan mayit dan
orang hidup bisa bersekutu pada sejumlah perkara tersebut.21
21
.Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, Terj. Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 275
barang siapa yang meringankan kesusahan orang Muslim, maka Allah akan
meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barang siapa menutupi aib orang
Muslim, maka Allah akan menutupi dosanya pada hari kiamat.”22
(Bab seorang muslim tidak menzhalimi muslim yang lain dan tidak
menyerahkannya). Dikatakan: aslama fulan fulanaan (si fulan menyerahkan si
fulan), artinya dia menjerumuskannya dalam kebinasaan dan tidak melindunginya
dari musuh. Kalimat ini bersifat umum, mencakup semua sikap tidak peduli
dengan keadaan orang lain. Namun, lebih banyak digunakan untuk sesuatu yang
menyebabkan kebinasaan.
ِ
ُ( اَل يَظْل ُم هtidak menzhaliminya). Ini adalah kalimat berita yang bermakna
perintah. Hal itu dikarenakan kezhaliman seorang muslim terhadap muslim lainnya
adalah haram. Sedangkan perkataan ‘tidak menyerahkannya’, yakni tidak
membiarkannya bersama orang yang mengganggunya dan tidak pula membiarkan
pada sesuatu yang menyakitinya. Bahkan seharusnya dia menolong dan membela
saudaranya. Hal ini lebih spesifik daripada sekadar tidak berbuat zhalim
terhadapnya. Membela saudara bisa memiliki tingkatan wajib dan bisa pula
mustahab (disukai), sesuai dengan keadaan.
22
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari,Shahih Bukhari,terj. Tim Darussunnah,
.Ensiklopedia Hadits,(Jakarta: Al-Mahira,2013)
manusia. Adapun perintah bolehnya seseorang untuk menjadi saksi bagi
saudaranya yang melakukan perbuatan buru, dipahami apabila dia telah
mengingkari dan menasihatinya, tetapi saudaranya itu tidak mau berhenti dan
tetap melakukan perbuatan buruknya, bahkan melakukannya secara terang-
terangan. Hal itu sama dengan perintah menutupi keburukan diri sendiri. Namun,
jika dia pergi ke hadapan hakim dan mengakui perbuatannya, maka hal itu tidak
dilarang.
Dalam hadits ini terdapat isyarat untuk meninggalkan ghibah, sebab orang
yang menampakkan keburukan saudaranya berarti tidak menutupinya.
َسَت َرهُ اللَّهُ َي ْوَم ال ِْقيَ َام ِة (Allah akan menutupinya pada hari kiamat). Hadits ini
23
.Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, Terj. Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 8
“Muhammad bin Ar’arah menyampaikan kepada kami dari Syu’bah, dari
Zubaid yang bercerita, aku pernah bertanya kepada Abu wa’il tentang golongan
Murjiah. Abu Wa’il menjawab, Abdullah menceritakan kepadaku bahwa Nabi
bersabda, “Mencaci sesama Muslim adalah fasik dan memeranginya adalah
kufur.”24
Hadits ini terdapat dalam bab ‘Seorang Mukmin Takut Amalnya Akan
Hilang Tanpa disadari’, maksud ‘amalnya akan hilang’ adalah tidak mendapatkan
pahala amalan yang diekrjakannya, karena pahala akan didapatkan hanya dengan
keikhlasan semata. Pernyataan ini menguatkan pendapat aliran Al-Ihbathiyah yang
mengatakan ‘Kejelekan akan membatalkan kebaikan’.
َ( قِتَالُهُ ُك ْف ٌرdan membunuhnya adalah kekufuran). Pemakaian kata kufur ini
bukan berarti kufur yang sebenarnya, yaitu keluar dari agama, tetapi hanya
sebagai peringatan akan perbuatan tersebut. Pendapat lain mengatakan,
24
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari,Shahih Bukhari,terj. Tim Darussunnah,
.Ensiklopedia Hadits,(Jakarta: Al-Mahira,2013)
pemakain kata kufur di sini adalah kufur secara Bahasa saja yang berarti menutupi,
karena hak seorang muslim dengan muslim yang lain adalah menolong dan tidak
saling menyakitinya. Ketika dia membunuhnya seakan-akan tertutup baginya
kebenaran tersebu. Kedua alasan tersebut lebih cocok dengan yang dimaksud Al-
Bukhari.25
ِ ي َعن َعطَ ِاء بْ ِن ي ِزي َد اللَّْيثِ ِّي َعن أَبِي أَيُّوب ر ُّ َح َّد َثنَا َعلِ ُّي بْ ُن َع ْب ِد اللَّ ِه َح َّد َثنَا ُس ْفيَا ُن َع ْن
ض َي َ َ ْ َ ْ ِّ الزْه ِر
ِ ث يلْتَ ِقي ٍ ِ ِ ِ َ َصلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق
ان َ َ ال اَل يَح ُّل ل ُم ْسل ٍم أَ ْن َي ْه ُج َر أَ َخاهُ َف ْو َق ثَاَل َ اللَّهُ َع ْنهُ َع ْن النَّبِ ِّي
ٍ ث م َّر ِ ِ َّ ِص ُّد َه َذا َو َخ ْي ُرُه َما الَّ ِذي َي ْب َدأُ ب
ات َ َ الساَل ِم َوذَ َك َر ُس ْفيَا ُن أَنَّهُ َسم َعهُ م ْنهُ ثَاَل ُ َص ُّد َه َذا َوي
ُ ََفي
“Ali bin Abdullah menyampaikan kepada kami dari Sufyan, dari az-Zuhri,
dari Atha’ bin Yazid bin Al-Laitsi, dari Abu Ayub bahwa Nabi Saw. bersabda,
“Seorang Muslim tidak boleh mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari!
Mereka berdua saling bertemu tapi mereka mereka berpaling satu sama lain.
Orang yang paling baik dari mereka adalah orang yang memulai mengucapkan
salam.” Sufyan mengatakan bahwa dia mendengar Hadits ini dari Az-Zuhri
sebanyak tiga kali.” (H.R. Bukhari)26
25
.Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, Terj. Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 200
Dua hadits diatas terdapat dalam shahih Bukhari bab salam untuk yang
dikenal dan tidak dikenal. Maksudnya, orang yang dikenal oleh si Muslim atau yang
tidak dikenal. Artinya, salam tidak dikhususkan kepada orang yang dikenal saja dan
tidak kepada yang tak dikenal. Bagian awal judul bab merupakan redak si hadits
yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab ‘Adabul Mufrad’ melalui sanad yang
shahih dari Ibnu Mas’ud bahwa dia pernah melewti seorang laki-laki, lalu dia
berkata, “salam atasmu wahai Abdurrahman.” Maka dia menjawabnya kemudian
berkata, “Sungguh akan datang kepada manusia suatu zaman dimana salam hanya
untuk yang dikenal.”
An-Nawawi berkata, “makna redaksi ‘kepada orang yang dikenal dan tidak
dikenal’ adalah engkau memberi salam kepada orang yang kau temui dan tidak
mengkhususkan hanya kepada orang kenal. Pada yang demikian itu terdapat
keikhlasan amal untuk Allah, bersikap tawadlu, dan menyebarkan salam yang
merupakan syi’ar umat ini.”
Ibnu Hajar berkata, dalam hal ini ada beberapa faidah yang dapat dipetik,
yaitu apabila seseorang tidak mengucapkan salam kepda yang tidak dikenal, amak
akan tampak dia tidak mengenalinya, sehingga bisa menjadikan orang itu kurang
nyaman dengannya. Ini dikhususkan bagi orang Muslim. Maksudnya, bagi muslim
tidak boleh memulai salam kepada orang kafir.
Ibnu Baththal berkata, “Pensyariatan salam kepada orang yang tidak
dikenal merupakan pembuka terjadinya komunikasi dan keakraban agar kaum
mukminin semuanya bersaudara sehingga tidak satu pun merasa tak aman dari
orang lain. sementara pengkhususan salam kepada sebagian orang bisa
menimbulkan rasa tidak aman. Bahkan lebih mirip dengan perilaku orang-orang
saling memboikot satu sama lain.27
PENUTUP
Hubungan di antara cinta dan persaudaraan adalah hubungan yang sangat
kuat. Maka setiap orang yang dipertalikan oleh Allah di antara seseorang dengan
yang lainnya dengan hubungan persaudaraan, niscaya ia mendapat hak untuk
mencintai karena Allah. Setiap orang yang telah dipertalikan dengan hubunagn
persaudaraan dalam kecintaan iman, niscaya ia berhak mendapatkan hak
persaudaraan Muslim. Beberapa bagian yang harus diperhatikan dan diketahui
oleh setiap Muslim:
Al-Asqalani,Ibnu Hajar. Fathul Baari Syarh Sahih Bukhar. terj. Gazirah Abdi
Ummah. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2014). Jilid 1.
al-Hilali ,Syeikh salim bin ‘Ied. Bahjatun Nadzirin Syarh Riyadus Shalihin. terj. A.
Sjinqithy Djamaluddin. (Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafi’I, 2016). jilid 4.
Ibnu Hajar Al-Asqalani. Fathul Baari. Terj. Amiruddin. (Jakarta: Pustaka Azzam,
2008).
Imam An-Nawawi. Syarh Shahih Muslim. terj. Ahmad Khotib. (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2011). jilid. 16.
Jawas,Yazid bin Abdul Qadir. Intisari Arba’in Nawawi memuat 42 Hadits Nabi
beserta Kandungan Haditsnya. (Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafii, 2015).
Nada, Abdul Aziz bin fathi as sayyid. Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyah. terj. Abu
Ihsan Al-Atsari. (Jakarta: Putaka Imam Syafi’I, 2017).