Anda di halaman 1dari 33

Hadits Tematik tentang Persaudaraan

Makalah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Hadits Maudhu’i

:Oleh

Thoyyibatus Sa’idah (17210903)

Dosen pengampu

.Sofyan Effendy, SQ, MA

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKUKTAS USHULUDDIN

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA

H / 2019 1440
MKATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
karunia-Nya, rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penyusun
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Hadits Tematik Persaudaraan”
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hadits
Maudhu’i. Serta membantu pembaca agar dapat mengetahui lebih luas lagi
tentang Hadits tematik persaudaraan.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dimana
masih banyak kekurangan, baik dari segi materi maupun dari segi metode
penulisannya. Semua ini tidak terlepas dari keterbatasan baik dari segi
pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan pengalaman. Oleh karena itu,
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
demi perbaikan makalah ini agar dapat dijadikan pedoman demi kesempurnaan
dimasa yang akan datang.

Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua yang membaca dan terutama bagi penyusun.

Pamulang, 8 Desember 2019

Penyusun
Daftar isi

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
BAB I...........................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................2
PEMBAHASAN............................................................................................................2
A. Menyempurnakan iman dengan Mencintai saudara.......................................3
B. Niat yang lurus..................................................................................................5
C. Keutamaan mendoakan saudara tanpa sepengetahuannya............................6
D. Keutamaan cinta karena Allah..........................................................................8
E. Larangan bermusuhan dan saling mengacuhkan...........................................10
F. Menolong saudara yang dzalim dan terdzalimi.............................................12
G. Bersama-sama Merasakan Kesedihan dan kebahagiaan...............................14
H. Hak-hak sesama Muslim.................................................................................15
I. Larangan Saling membenci, mendengki dan bermusuhan...............................18
J. Larangan Menzhalimi Muslim Lain...................................................................21
K. Larangan memaki saudara Muslim..................................................................23
L. perintah Mendahulukan Salam dan Larangan mendiamkan saudara Muslim.24
BAB III.......................................................................................................................27
PENUTUP..................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................28
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup sendiri dan harus dengan
bantuan orang lain, sebab itulah manusia dikatakan makhluk social. Seperti dalam
sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, dikatakan bahwa
‘hubungan antar muslim itu bagaikan anggota tubuh yang tidak bias terpisah satu
sama lain’. Akan tetapi kurang indah kalau ada manusia hidup mempunyai tangan
namun tidak mempunyai kaki. Begitu pula sebaliknya. Apalagi memiliki kaki
namun tidak berkepala. Tentu saja anggota tubuh yang lain seperti tidak ada
gunanya. Ini menggambarkan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri-sendiri.
Tanpa adanya persaudaraan antar sesamanya. Manusia harus berkawan,
bersaudara, dan hidup berdampingan denagn sesama manusia dan juga makhluk
lainnya. Namun dalam pergaulan antar sesamanya, banyak hal yang terkadang
harus membuat renggangnya pergaulan dan terputusnya hubungan pertemanan.

Di Negara Indonesia yang kaya akan perbedaan, kemungkinan besar inilah


yang terkadang justru menjadi factor pemicu terputusnya hubungan antar sesama.
Egoisme masing-masing kepentingan yang terus diertahankan tanpa melihat
bahwa terkadang ada kepentingan yang justru akan membawa kemaslahatan
umat. Oleh karena itu, penyusun mencoba menyusun makalah mengenai etika-
etika yang menjadi acuan untuk meperindah persaudaraan antar sesama.
BAB II

PEMBAHASAN
Persaudaraan karena Allah merupakan satu perkara yang sangat mulia dan
amat dianjurkan dalam Islam. Allah SWT telah menganugerahkannya kepada kamu
Mukmin. Allah berfirman:

ِ ِ ٰ َ ‫ص موا بِحب ِل ال ٰلّ ِه ج ِميع ا َّواَل َت َف َّرُق وا ۖواذْ ُك روا نِ ْعم‬


َ َّ‫ۤء فَ اَل‬
‫ف َب ْي َن‬ ً ‫ت اللّ ه َعلَْي ُك ْم ا ْذ ُك ْنتُ ْم اَ ْع َدا‬ َ ُْ َ ْ ًْ َ ْ َ ْ ُ ِ َ‫َوا ْعت‬
ٰ ِ
َ ِ‫صبَ ْحتُ ْم بِنِ ْع َمتِهٖٓ ا ْخ َوانً ۚا َوُك ْنتُ ْم َع ٰلى َش َفا ُح ْف َرٍة ِّم َن النَّا ِر فَاَْن َق َذ ُك ْم ِّم ْن َه ا ۗ َك ٰذل‬
ُ‫ك ُيَبيِّ ُن اللّ ه‬ ْ َ‫ُقلُ ْوبِ ُك ْم فَا‬
‫لَ ُك ْم ٰايٰتِهٖ ل ََعلَّ ُك ْم َت ْهتَ ُد ْو َن‬

“Dan
berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu
dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga
dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu
berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana.
Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat
petunjuk.” (Q.S. Ali Imran: [3]103).

Allah juga menunjukkan kita akan wajibnya menjaga ukhuwah ini.

‫صلِ ُح ْوا َب ْي َن اَ َخ َويْ ُك ْم َو َّات ُقوا ال ٰلّهَ ل ََعلَّ ُك ْم ُت ْر َح ُم ْو َن‬ ِ ِ ِ


ْ َ‫انَّ َما ال ُْم ْؤمُن ْو َن ا ْخ َوةٌ فَا‬

“Sesungguhnya
orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada
Allah agar kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al-Hujurat: 10)

Oleh karena itu, setiap muslim selayaknya, bahkan wajib untuk menjaga
ikatan tali ukhuwah dengan saudaranya sesame muslim, melestarikan dan
menjaganya dengan segala cara, serta mewaspadai perkara-perkara yang dapat
merusak ukhuwah ini atau mengganggunya.1

Semua ini tidak akan dapat terwujud melainkan dengan berusaha


menegakkan hak-hak ukhuwah dan adab-adab yang terkait dengannya. Dalam
makalah ini akan menyebutkan sebagian adab yang berkaitan dengan ukhuwah, di
antaranya:

A. Menyempurnakan iman dengan Mencintai saudara


ِ ٍ َ‫ادةَ َعن أَن‬
َ ‫س َرض َي اللَّهُ َع ْنهُ َع ْن النَّبِ ِّي‬
ُ‫صلَّى اللَّه‬ ْ َ َ‫ال َح َّد َثنَا يَ ْحيَى َع ْن ُش ْعبَةَ َع ْن َقت‬ َ َ‫َح َّد َثنَا ُم َس َّد ٌد ق‬
َ َ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق‬
‫ال‬ َ ‫س َع ْن النَّبِ ِّي‬
ٍ َ‫ادةُ َع ْن أَن‬ َ َ‫َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َو َع ْن ُح َس ْي ٍن ال ُْم َعلِّ ِم ق‬
َ َ‫ال َح َّد َثنَا َقت‬
‫ب لَِن ْف ِسه‬ ِ ‫ب أِل‬
ُّ ‫َخ ِيه َما يُ ِح‬ َّ ‫َح ُد ُك ْم َحتَّى يُ ِح‬ ِ
َ ‫اَل ُي ْؤم ُن أ‬
“Musaddad menyampaikan kepada kami dari Yahya, dari Syu’bah, dari
Qatadah, dari Anas, dari Nabi; dari Husain al Muallim berkata, Qatadah
menceritakan kepada kami dari Anas dari Nabi Saw, Beliau bersabda: tidak
sempurna iman seseorang dari kalian sehingga dia mencintai saudaranya
sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri (berupa kebaikan).” (H.R. Bukhari)2
‫اَل ُي ْؤِم ُن‬ ((tidak sempurna keimanan) orang yang mengaku beriman.

Apabila dikatakan bahwa seseorang yang melaksanakan perintah dalam hadits ini
(mencintai saudaranya), berarti imannya telah sempurna walaupun tidak
melaksanakan rukun iman yang lain. Jawabnya, pengertian seperti diambil dari
kalimat Li akhihi al muslim melihat sifat-sifatyang lain bagi seorang muslim.

َّ ‫َحتَّى يُ ِح‬
‫ب‬ (sampai mencintai) hal ini bukan berarti bahwa tidak adanya

keimanan menyebabkan adanya rasa cinta.

1
Abdul Aziz bin fathi as sayyid Nada, Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyah, terj. Abu Ihsan Al-
.Atsari, (Jakarta: Putaka Imam Syafi’I, 2017), hlm. 66
2
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, terj. Masyhar dan
Muhammad Suhadi, (Jakarta: Al Mahira, 2013), h. 7
‫ب لَِن ْف ِس ه‬
ُّ ‫َم ا يُ ِح‬ (sebagaiman mencintai diri sendidi) dari kebaikan. Kata

kebaikan mencakup semua ketaatan dan semua hal yang dibolehkan di dunia dan
akhirat, sedangkan hal-hal yang dilarang oleh agama tidak termasuk dalm kategori
kebaikan. Adapun cinta itu sendiri adalah menginginkan sesuatu yang diyakini
sebagai suatu kebaikan.3
Kandungan Hadits:
a. Wajib mencintai untuk saudara seiman apa yang dicintai untuk diri sendiri
b. Seorang Mukmin dan Mukminah wajib menjauhi hasad (dengki, iri) beserta
sifat buruk lainnya. Sebab, sifat tersebut bias mengurangi imannya.
c. Termasuk bagian keimanan membenci untuk saudaranya sesuatu yang
dibenci untuk diri sendiri.
d. Mencinai satu kebaikan untuk seorang Muslim merupakan cabang
keimanan.
e. Di dalam hadis ini terdapat celaan atas sikap egois, membenci orang lain,
hasad, dan balas dendam. Karena orang yang memliki semua sifat ini
berarti ia tidak mencintai untuk saudaranya apa yang dicintainya untuk diri
sendiri, bahkan ia justru berharap nikmat yang diberikan Allah kepada
saudaranya yang mukmin tersebut hilang atau dicabut dari dirinya.
f. Sesungguhnya iman itu bias bertambah dan berkurang. Iman bertambah
dengan sebab berbuat ketaatan, dan ia berkurang sebab melakukan
kemaksiatan.
g. Berlomba-lomba di dalam kebajikan dan ketaatan termasuk kesempurnaan
iman.
h. Islam bertujuan menciptakan masyarakat yang harmonis dan penuh kasih
sayang.

3
Ibu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Syarh Sahih Bukhari, terj. Gazirah Abdi Ummah, (Jakarta:
.Pustaka Azzam, 2014), Jilid 1, h. 95
i. Mengamalkan kandungan Hadis di atas menjadikan tersebarnya perasaan
cinta antar pribadi-pribadi muslim dalam satu masyarakat islami hingga
tercipta tolong menolong serta bahu-membahu dalam kehidupan, sehingg
mereka pun bagaikan satu tubuh.
j. Umat islam diharapkan menjadi seperti satu bangunan dan satu tubuh.
Ibarat ini diambil atau buah dari wujud keimanan yang sempurna, yaitu
mencintai untuk saudara seiman apa yang dicintai untuk dirinya sendiri.4

B. Niat yang lurus


Sesungguhnya niat yang lurus harus selalu ada dalam setiap ucapan dan
perbuatan, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

ُّ ‫ص ا ِر‬ ٍِ َ َ‫الزَب ْي ِر ق‬ ُّ ‫ي َع ْب ُد اللَّ ِه بْ ُن‬ ُّ ‫ْح َم ْي ِد‬


‫ي‬ َ ْ‫ال َح َّد َثنَا يَ ْحيَى بْ ُن َس عيد اأْل َن‬ َ َ‫ال َح َّد َثنَا ُس ْفيَا ُن ق‬ ُ ‫َح َّد َثنَا ال‬
ُ ‫ول َس ِم ْع‬ُ ‫اص اللَّْيثِ َّي َي ُق‬
ٍ َّ‫يم الت َّْي ِم ُّي أَنَّهُ َس ِم َع َع ْل َق َم ةَ بْ َن َوق‬ ِ ِ ِ
‫ت عُ َم َر بْ َن‬ َ ‫ال أَ ْخَب َرني ُم َح َّم ُد بْ ُن إ ْب َراه‬ َ َ‫ق‬
ُ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َي ُق‬
‫ول إِنَّ َم ا‬ ِ َ ‫ت رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ِ َ َ‫ض ي اللَّهُ َع ْن هُ َعلَى ال ِْم ْنب ِر ق‬
ُ َ ُ ‫ال َس م ْع‬ َ
ِ ِ َّ
َ ‫الْ َخطاب َر‬
‫ص ُيب َها أ َْو إِلَى ْام َرأ ٍَة‬ِ ‫ت ِه ْجرتُ هُ إِلَى ُد ْني ا ي‬
ُ َ ٍ
َ ْ َ‫النيَّات َوإنَّ َم ا ل ُك ِّل ْام ِرئ َم ا َن َوى فَ َم ْن َك ان‬
ِ ِ ِ ِّ ِ‫ال ب‬ ُ ‫اأْل َ ْع َم‬
‫اج َر إِل َْي ِه‬ ِ
َ ‫َي ْنك ُح َها فَ ِه ْج َرتُهُ إِلَى َما َه‬
“Al-Humaidi Abdullah bin Az-Zubair menyampaikan kepada kami dari
Sufyan, dari Yahya bin Sa’id al-Anshari, dari Muhammad bin Ibrahim at-Taimi yang
mengabarkan bahwa dia pernah mendengar Alqamah bin Waqqash Al Laitsi
berkata: aku mendengar Umar bin Khattab berkata di atas mimbar: aku
mendengar Rasulullah bersabda, “semua perbuatan tergantung pada niatnya.
Dan (balasan) bagi tiap-tiap orang tergantung pada yang diniatkannya. Orang
yang niat hijrahnya karena dunia atau karena seorang perempuan yang
dinikahinya, maka hijrahnya adalah kepada apa yang dia niatkan itu.” (H.R.
Bukhari)5

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Intisari Arba’in Nawawi memuat 42 Hadits Nabi beserta Kandungan 4
.Haditsnya, (Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafii, 2015), h. 57
Abu Abdullah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, terj. Masyhar dan Muhammad 5
.Suhadi, (Jakarta: Al Mahira, 2013), h. 1
‫( َعلَى ال ِْم ْنبَ ِر‬di atas mimbar) yaitu mimbar masjid nabawi (madinah).

ِ َّ‫الني‬
‫ات‬ ِّ ِ‫ال ب‬
ُ ‫إِنَّ َم ا اأْل َ ْع َم‬ (Tiap-tiap amal prbuatan harus disertai dengan niat).

Setiap pekerjaan harus didasari dengan niat. Al-Khauyi mengatakan, seakan-akan


rasulullah memberi pengertian bahwa niat itubermacam-macam sebagaiman
perbuatan. Seperti orang yang melakukan perbuatan dengan motivasi ingin
mendapat ridha Allah dan apa yang dijanjikan kepadanya, atau ingin menjauhkan
diri dari ancaman-Nya.

ِ َّ‫الني‬
‫ات‬ ِّ ِ‫( ب‬dengan niat). Huruf ba’ menunjukkan arti menyertai, da nada yang
mengartikan menunjukkan sebab. Imam Nawawi mengatakan, bahwaniat berarti
maksud, yaitu keinginan yang ada dalam hati. Tetapi syeikh Al karmani
menambahkan, bahwa keinginan hati adalah melebihi maksud.6

Berkenaan dengan persaudaraan, Hadits di atas menjelaskan bahwa


hendaknya seorang muslim berniat untuk bersaudara dan berkawan dengan orang
yang jujur dan shalih, yaitu orang yang bias menolongnya dalam urusan dunia
maupun agamanya dan dapat membantunya untuk mentaati Allah. Dengan niat
yang lurus ini, Allah akan memberinya taufik berupa kawan-kawan yang
mengajaknya kepada kebaikan, dan Dia kan menjaga ukhuwah serta persahabatan
keduanya.7

Ibu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Syarh Sahih Bukhari, terj. Gazirah Abdi Ummah, (Jakarta: 6
.Pustaka Azzam, 2014), Jilid 1, hlm. 19
7
Abdul Aziz bin fathi as sayyid Nada, Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyah, terj. Abu Ihsan Al-Atsari,
.(Jakarta: Putaka Imam Syafi’I, 2017), hlm. 67
C. Keutamaan mendoakan saudara tanpa sepengetahuannya
‫ْح ةَ بْ ِن‬َ ‫ض ْي ٍل َح َّد َثنَا أَبِي َع ْن طَل‬ َ ُ‫ص الْ َوكِ ِيع ُّي َح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن ف‬ ْ ‫َح َّدثَنِي أ‬
ٍ ‫َح َم ُد بْ ُن عُ َم َر بْ ِن َح ْف‬
‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َم ا‬ ِ ُ ‫ال رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ َ َ‫َّر َد ِاء ق‬ ِ ‫عبي ِد اللَّ ِه ب ِن َك ِري ٍز عن أ ُِّم الد‬
ْ ‫َّر َداء َع ْن أَبِي الد‬
ْ َْ ْ ْ َُ
‫َك بِ ِمثْ ٍل‬
َ ‫ك َول‬ َ َ‫ب إِاَّل ق‬
ُ َ‫ال ال َْمل‬ ِ ‫ِمن عب ٍد مسلِ ٍم ي ْدعو أِل‬
ِ ‫َخ ِيه بِظَ ْه ِر الْغَْي‬ ُ َ ْ ُ َْ ْ
“dari Abu Darda’, dia mendengar Rasulullah bersabda: “Tidaklah seorang Muslim
yang mendoakan saudaranya dengan tanpa sepengetahuannya, melainkan
mailakat berkata:`Dan untukmu seperti itu juga.” (H.R. Muslim).

ِ ‫( أِل‬maksudnya di sini adalah saudara sesama Muslim)


‫َخ ِيه‬

ِ ‫( بِظَ ْه ِر الْغَْي‬berdoa tanpa sepengetahuan orang yang didoakan atau secara


‫ب‬
diam-diam)

‫( بِ ِمثْ ٍل‬seperti yang kamu doakan)

Seorang Muslim adalah saudara bagi Musim lainnya. Dia menjaga


kehormatannya ketika berada dalam kejauhan, membelanya dengan kebenaran di
kala bersama, tidak memiarkannya begitu saja, dan tidak mengecewakannya.
Bahkan Islam menganjurkan umatnya untuk berdoa memohon hidayah dan
petunjuk bagi sebagian lainnya. Juga mendoakan mereka dari kejauhan agar
mendapatkan ampunan, sehingga hati dan lidah mereka selalu disibukkan dengan
kebaikan untuk saudara-saudara mereka. Sebab, apabila anggota tubuh tidak
disibukkan dengan berbuat kebaikan, niscaya ia akan mudah terjerembab dalam
perangkat ghibah dan adu domba.
Kandungan Hadits:
a. Perhatian Islam dalam memperteguh tali persaudaraan antar sesame
orang-orang Mukmin dalam setiap situasi dan kondisi.
b. Memperteguh doa tanpa sepengetahuan orang yang didoakan, karena hal
itu lebih ikhlas dan lebih dihayati oleh hati.
c. Keutamaan doa untuk saudara-saudara seiman tanpa sepengetahuan
mereka.
d. Doa tanpa sepengetahuan orang yang didoakan adalah mustajab dan tidak
ditolak.
e. Disunnahkan bagi seorang Muslim untuk mendoakan dirinya dan
saudaranya dengan kebaikan dunia dan akhirat.
f. Penjelasan sebagian tugas Malikat, bahwa di antara mereka ada yang
ditugaskan untuk pekerjaan semacam ini.
g. Malaikat tidak mengucap Aamin kecuali untuk doa atas kebaikan.
h. Abu Bakar Ath-Thurthusiy berkata di dalam ad-dhua al-Ma’tsur wa
Adabuh halaman 70: “Hadits ini memberi pelajaran yang besar. Sebab,
apabila doa anda untuk saudara yang tidak ada di sisi anda, akan
dikabulkanAllah, maka kita berharap bahwa doa Malaikat untuk anda juga
dikabulkan karena doa Malaikat tidak anad ketahui.”
i. Sebagian kaum salaf apabila hendak berdoa untuk dirinya, maka ia berdoa
untuk saudara-esaudaranya terlebih dahulu dengan doa di atas karena doa
itu mustajab. Sehingga dia akan memperoleh hasil yang sama doanya itu.
Amatlah terpuji perbuatan mereka dan semoga Allah membalas syukur
mereka. Yaa Rabb kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang
telah dahulu beriman, serta janganlah Engkau membiarkan kedengkian di
dalam hati-hati kami kepada orang-orang yang beriman.8

D. Keutamaan cinta karena Allah


‫وب َع ْن أَبِي قِاَل بَ ةَ َع ْن‬ ُ ُّ‫ال َح َّد َثنَا أَي‬َ َ‫الث َق ِف ُّي ق‬
َّ ‫َّاب‬ ِ ‫ال َح َّد َثنَا َع ْب ُد ال َْوه‬
َ َ‫َح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن ال ُْم َثنَّى ق‬
َ‫ث َم ْن ُك َّن فِ ِيه َو َج َد َحاَل َوة‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ ٍِ
ٌ ‫ال ثَاَل‬ َ ‫س بْ ِن َمالك َرض َي اللَّهُ َع ْنهُ َع ْن النَّبِ ِّي‬ ِ َ‫أَن‬

8
Syeikh salim bin ‘Ied al-Hilali, Bahjatun Nadzirin Syarh Riyadus Shalihin, terj. A. Sjinqithy
.Djamaluddin, (Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafi’I, 2016), jilid 4, Hlm. 596
‫ب ال َْم ْرَء اَل يُ ِحبُّهُ إِاَّل لِلَّ ِه َوأَ ْن يَ ْك َرَه‬
َّ ‫اه َما َوأَ ْن يُ ِح‬ ِ
ُ ‫ب إِل َْي ِه م َّما ِس َو‬
َّ ‫َح‬ ِ ِ‫اإْل‬
َ ‫يمان أَ ْن يَ ُكو َن اللَّهُ َوَر ُس ولُهُ أ‬َ
‫ف فِي النَّا ِر‬ َ ‫ود فِي الْ ُك ْف ِر َك َما يَ ْك َرهُ أَ ْن ُي ْق َذ‬
َ ُ‫أَ ْن َيع‬
“Dari Anas, dari Nabi. Beliau bersabda: ada tiga hal yang barang siapa
memilikinya maka dia akan merasakan manisnya iman, yaitu Allah dan Rasul-Nya
lebih dicintai daripada segala yang lainnya., mencintai seseorang yang dicintainya
hanya karena Allah, dan benci untuk kembali ke dalam kekufuran setelah Allah
menyelamatkannya dari kekufuran tersebut sebagaimana dia benci untuk
dilemparkan ke dalam api neraka.” (H.R. Bukhari).

Hadits ini mencakup beberapa dasar cinta hakiki yang darinyalah bercabang
:manisnya iman, yaitu
a. Penyempurnaan cinta ini, yakni Allah dan Rasul-Nya haruslah lebih dicintai
dari pada sesuatu yang lain, karena kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya
tidak cukup hanya dengan dasar cinta, tetapi harus disikapi dengan
kecintaan yang melebihi kecintaan terhadap yang lain baik itu harta, orang
tua, anak, dan bahkan diri sendiri.
b. Bercabangnya cinta ini, yakni dengan mencintai pihak lain demi Allah dan
membenci karena-Nya juga. Maka dia harus mencintai apa yang dicintai
Allah serta mencintai orang yang dicintai oleh-Nya., pun membenci apa
yang dibenci oleh Allah dan termasuk membenci orang yang dibenci-Nya.
c. Menolak kebalikan dari kecintaan ini, yakni dengan membenci lawan dari
keimanan melebihi kebenciannya dilmparkan ke dalam api (neraka).
Kandungan Hadits:
a. Manisnya iman itu dapat dirasakan elaluiketaatan dan kesukaan padanya
serta mendahulukannya atas hawa nafsu.
b. Seseorang harus mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada rasa
cintanya kepada kedua orang tua, anak, atau bahkan dirinya sendiri serta
manusia secara keseluruhan.
c. Hubungan antar mukmin itu atas dasar kecintaan karena Allah.
d. Kebencian kepada kekufuran itu terwujud dengan menjauhkan diri darinya
dan dari berbagai sebabnya serta segala yang mendekatkan diri kepadanya
berupa kemaksiatan maupun bid’ah. 9
Berikut juga hadits yang menjelaskan tentang keutamaan cinta karena Allah:

َّ ‫ئ َعلَْي ِه َع ْن َع ْب ِد اللَّ ِه بْ ِن َع ْب ِد‬ ِ ٍ َ‫ك ب ِن أَن‬ ِ ٍِ


‫الر ْح َم ِن بْ ِن َم ْع َم ٍر‬ َ ‫يما قُ ِر‬
َ ‫سف‬ ْ ِ ‫َح َّد َثنَا ُقَت ْيبَةُ بْ ُن َسعيد َع ْن َمال‬
‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم إِ َّن‬ ِ ُ ‫ال رس‬ ِ ‫اب س ِع‬
َ َ‫يد بْ ِن يَ َس ا ٍر َع ْن أَبِي ُه َرْي َرةَ ق‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َ َ‫ال ق‬ ُ ‫َع ْن أَبِي ال‬
َ ِ َ‫ْحب‬
‫ُظلُّ ُه ْم فِي ِظلِّي َي ْوَم اَل ِظ َّل إِاَّل ِظلِّي‬ ِ ‫ول يوم ال ِْقيام ِة أَين الْمتحابُّو َن بِجاَل لِي الْيوم أ‬
ََْ َ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ ‫اللَّهَ َي ُق‬
“Qutaibah bin Sa’id menceritakan kepada kami dari Malik bin Anas melalui
apa yang dibacakan kepadanya dari Abdullah bin MA’mar, dari Al Hubbab Sa’id
bin Yasar, dari Abu Hurairah, dia berkata, “Rasulullah Saw bersabda,
‘sesungguhnya Allah akan berfirman pada hari kiamat, “Dimanakah orang-orang
yang saling mencintai karena keperkasaan-Ku? Hari ini, aku akan menaungi
mereka dalam nanguan-Ku, yaitu pada hari dimana tiada naungan selain
naungan-Ku.” (H.R. Muslim)

Hadits ini menunjukkan keutamaan cinta karena Allah, dan cinta krena
Allah inilah yang mendatangkan cinta Allah kepada seorang hamba. Hadits ini juga
menjelaskan tentang keutamaan mengunjungi orang-orang yang sholih dan para
sahabat atau teman. Hadis ini bahkan menunjukkan bhwa manusia biasa mungkin
saja dapat melihat malaikat.10

E. Larangan bermusuhan dan saling mengacuhkan


ِ ‫ح َّد َثنَا ابن أَبِي عُم ر ح َّد َثنَا س ْفيا ُن َعن مس لِ ِم ب ِن أَبِي م ريم َعن أَبِي‬
ُ‫ص ال ٍح َس ِم َع أَبَا ُه َرْي َرةَ َرَف َع ه‬
َ ْ َ َْ َ ْ ُْ ْ َ ُ َ ََ ُْ َ
‫ك الَْي ْوِم لِ ُك ِّل‬ ٍ ‫ال فِي ُك ِّل َي ْوِم َخ ِم‬
َ ِ‫يس َوا ْثَن ْي ِن َفَي ْغ ِف ُر اللَّهُ َع َّز َو َج َّل فِي ذَل‬ ُ ‫ض اأْل َ ْع َم‬
ُ ‫ال ُت ْع َر‬
َ َ‫َم َّرةً ق‬

Syeikh salim bin ‘Ied al-Hilali, Bahjatun Nadzirin Syarh Riyadus Shalihin, terj. A. Sjinqithy 9
.Djamaluddin, (Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafi’I, 2016), jilid 2, Hlm. 136
10
Imam An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, terj. Ahmad Khotib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011),
.jilid. 16, hlm. 466
ِ ‫ت بين ه وبين أ‬
ُ ‫َخي ِه َش ْحنَاءُ َف ُي َق‬ ِ ِ
‫ال ْارُك وا َه َذيْ ِن َحتَّى‬ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ‫ْام ِر ٍئ اَل يُ ْش ِر ُك باللَّه َش ْيئًا إِاَّل ْام َرأً َك ان‬
‫صطَلِ َحا‬ ِ ‫ي‬
ْ َ‫صطَل َحا ْارُكوا َه َذيْ ِن َحتَّى ي‬ َْ
“Ibnu Abi Umar menceritakan kepada kami, Sufyan menceritakan kepada
kami dari Muslim bin Abi Maryam, dari Abu Shalih, dia mendengar Abu Hurairah
pernah meriwayatkannya secara marfu’ (sanadnya tersambung sampai kepada
Nabi Muhammad Saw. sehingga apa yang dikatakan Abu Hurairah ini merupakan
sabda Nabi Muhammad saw.). Abu Hurairah berkata,”pada setiap hari senin dan
kamis, semua amal akan dilaporkan. Lalu Allah Azza wa Jalla akan memberikan
ampunan pada hari tersebut kepada setiap orang yang tidak mempersekutukan
Allah dengan sesuatu apapun. Kecuali seseorang yang sedang ada permusuhan
dengan saudaranya. Maka dikatakan, ‘Tangguhkanlah (oleh kalian ampunan),
untuk kedua orang ini, sampai keduanya berdama. Tangguhkanlah (oleh kalian
ampunan), untuk kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.” (H.R. Muslim).

ِ ِ‫ئ َعلَي ِه َعن س هي ٍل َعن أَب‬ ِ ٍ َ‫ك ب ِن أَن‬ ِ ٍِ


َّ ‫يه َع ْن أَبِي ُه َرْي َرةَ أ‬
‫َن‬ ْ ْ َ ُ ْ ْ َ ‫يم ا قُ ِر‬ َ ‫سف‬ ْ ِ ‫َح َّد َثنَا ُقَت ْيبَ ةُ بْ ُن َس عيد َع ْن َمال‬
‫يس َفُيغْ َف ُر لِ ُك ِّل‬
ِ ‫ْجن َِّة َي ْوَم ااِل ْثَن ْي ِن َوَي ْوَم الْ َخ ِم‬
َ ‫اب ال‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ُ ‫ال ُت ْفتَ ُح أ َْب َو‬
ِ َ ‫رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ
‫ال أَنْ ِظ ُروا َه َذيْ ِن َحتَّى‬ُ ‫َخي ِه َش ْحنَاءُ َف ُي َق‬ ِ ‫ت بين ه وبين أ‬ ِ ِ ٍ
َ ْ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ‫َع ْب د اَل يُ ْش ِر ُك باللَّه َش ْيئًا إِاَّل َر ُجاًل َك ان‬
‫صطَلِ َحا‬ ِ
ْ َ‫صطَل َحا أَنْظ ُروا َه َذيْ ِن َحتَّى ي‬
ِ ‫يصطَلِحا أَنْ ِظروا ه َذي ِن حتَّى ي‬
َْ َ ْ َ ُ َ َْ
“Qutaibah bin Sa’id menceritakan kepada kam dari Malik bin Anas melalui
apa yang dibacakan kepadanya dari Suhai, dari ayahnya, ari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah Saw. bersabda: “Pintu-pintu surga dibuka pada hari senin dan hari
kamis, dan setiap orang yang tidak mempersekutukan Allah denagn sesuatu
apapun akan diampuni, kecuali seseorang yang bermusuhan dengan saudaranya.
Dikatakan: ‘Tangguhkanlah (oleh kalian ampunan), untuk kedua orang ini, sampai
keduanya berdamai. : ‘Tangguhkanlah (oleh kalian ampunan), untuk kedua orang
ini, sampai keduanya berdamai.” (H.R. Muslim)

‫س َع ْن ُم ْس لِ ِم بْ ِن‬ٍ َ‫ك بْ ُن أَن‬ ُ ِ‫ب أَ ْخَب َرنَ ا َمال‬ ِ َّ‫ح َّد َثنَا أَب و الط‬
ٍ ‫اه ِر َو َع ْم ُرو بْ ُن َس َّو ٍاد قَ ااَل أَ ْخَب َرنَ ا ابْ ُن َو ْه‬ ُ َ
َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق‬ ِ ِ ‫أَبِي مريم َعن أَبِي صالِ ٍح َعن أَبِي ُهريرةَ َعن رس‬
ُ ‫ض أَ ْع َم‬
‫ال‬ ُ ‫ال ُت ْع َر‬ َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ ْ َ َْ ْ َ ْ َ َْ َ
ِ ِ
ُ‫يس َفُي ْغ َف ُر ل ُك ِّل َع ْب ٍد ُم ْؤم ٍن إِاَّل َع ْب ًدا َب ْينَ ه‬ ِ ‫َّاس فِي ُك ِّل ُج ُم َع ٍة َم َّرَت ْي ِن َي ْوَم ااِل ْثَن ْي ِن َوَي ْوَم الْ َخ ِم‬
ِ ‫الن‬
‫ال ا ْت ُرُكوا أ َْو ْارُكوا َه َذيْ ِن َحتَّى يَِفيئَا‬ ِ ‫وبين أ‬
ُ ‫َخ ِيه َش ْحنَاءُ َفُي َق‬ َ ََْ
“Abu Tahhir dan Amr bin Sawwad menceritakan kepada kami, keduanya
berkata: Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami, Malik bin Anas mengabarkan
kepada kami dari Muslim bin Abi Maryam, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dari
Rasulullah Saw. beliau besabda, “Amal manusia akan dilaporkan pada setiap
pecan sebanyak dua kali, yaitupada hari senin dan kamis, amal-amal akan
dilaporkan. Maka Allah akan memberikan ampunan kepada setiap hamba yang
beriman, kecuali seorang hamba yang sedang terlibat permusuhan dengan
saudaranya. Maka dikatakan, ‘Tangguhkanlah (oleh kalian ampunan), untuk
kedua orang ini, sampai keduanya berdamai. : ‘Tangguhkanlah (oleh kalian
ampunan), untuk kedua orang ini, sampai keduanya berdamai.”(H.R.Muslim)

Ketiga Hadits di atas sama-sama diambil dari kitab Shahih Muslim, namun
matan dan sanadnya berbeda-beda.

ِ ‫ْجن َِّة َي ْوَم ااِل ْثَن ْي ِن َوَي ْوَم الْ َخ ِم‬


‫يس‬ َ ‫اب ال‬
ُ ‫( ُت ْفتَ ُح أ َْب َو‬pintu-pintu surga dibuka pada

hari senin dan hari kamis). Al-Qadhi mengatakan bahwa Al-Baji berkata, “Makna
dibukanya pintu langit adalah banyaknya toleransi, ampunan dan pengangkatan
derajat, serta pemberian pahala yang berlimpah.”
Al-Qadhi berkata, “Namun ada kemungkinan maksudnya adalah sesuai
dengan makna harfiyahnya (dibuka), dan dibukanya pintu langi tersebut
merupakan tanda adanya semua itu (toleransi, ampunan, dst)”

‫ص طَلِ َحا‬
ْ َ‫( ْارُك وا َه َذيْ ِن َحتَّى ي‬Tangguhkanlah oleh kalian ampunan untu kedua
orang ini, sampai keduanya berdamai). Lafadz tersebut dibaca dengan sukun
huruf ra’, dhammah huruh kaf, dan adanya hamzah washal di awal lafazh, dan
artinya tangguhkanlah oleh kalian. Penulis kitab At-Tahriir berkata, “lafadz tersebut
boleh diriwayatkan dengan menjadikan hamzah washal tersebut sebagai hamzah
qatha’ yang berharkat fathah. Ulama lainnya mengatakan bahwa lafadz tersebut
boleh dibaca denagn menggunakan hamzah washal atau hamzah qatha’. Adapun
makna syahna’ maknanya adalah permusuahan, seakan-akan dia membenci
sebagian yang dia tercela.

‫( أَنْ ِظ ُروا َه َذيْن‬nantikan keduanya) lafadz tersebut dibaca dengan hamzah

Qath’I, artinya nantikanlah keduanya, hingga keduanya pulang, maksudnya


kembali pada perdamaian dan kasih sayang.11

F. Menolong saudara yang dzalim dan terdzalimi

ِ ‫ال اقْتَتَ ل غُاَل م‬


َ َ‫الزَب ْي ِر َع ْن َج ابِ ٍر ق‬ ِ َّ ِ
‫ان‬ َ َ ُّ ‫س َح َّد َثنَا ُزَه ْي ٌر َح َّد َثنَا أَبُو‬ َ ُ‫َح َم ُد بْ ُن َع ْبد الله بْ ِن يُون‬ْ ‫َح َّد َثنَا أ‬
ِ ‫اجرو َن ي ا لَل‬ ِ ِ ِ ِ ِ
‫ادى‬ َ ‫ْم َه اج ِر‬
َ َ‫ين َون‬ ُ َ ُ ‫ادى ال ُْم َه اج ُر أ َْو ال ُْم َه‬ َ َ‫ص ا ِر َفن‬ َ ‫غُاَل ٌم م ْن ال ُْم َه اج ِر‬
َ ْ‫ين َوغُاَل ٌم م ْن اأْل َن‬
‫ال َم ا َه َذا َد ْع َوى أ َْه ِل‬ َ ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َف َق‬ ِ ُ ‫ي ي ا لَأْل َنْص ا ِر فَ َخ رج رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ َُ َ َ َ َ ُّ ‫ص ا ِر‬ َ ْ‫اأْل َن‬
‫ْس‬
َ ‫ال فَاَل بَ أ‬َ َ‫َح ُد ُه َما اآْل َخ َر ق‬ َ ‫َن غُاَل َم ْي ِن اقْتَتَاَل فَ َك َس َع أ‬ َ ‫اهلِيَّ ِة قَ الُوا اَل يَ ا َر ُس‬
َّ ‫ول اللَّ ِه إِاَّل أ‬ ِ ‫الْج‬
َ
ِ ِ
ً ُ‫ص ٌر َوإِ ْن َك ا َن َمظْل‬
‫وم ا‬ ْ َ‫وم ا إِ ْن َك ا َن ظَال ًم ا َفلَْي ْن َه هُ فَِإنَّهُ لَ هُ ن‬
ً ُ‫الر ُج ُل أَ َخ اهُ ظَال ًم ا أ َْو َمظْل‬
َّ ‫ص ْر‬ ُ ‫َولَْي ْن‬
ُ‫ص ْره‬
ُ ‫َفلَْي ْن‬
“Ahmad bin Abdillah bin Yunus menceritakan kepada kami, Zuhair
menceritakan kepada kami, Abu Az-Zubair menceritakan kepada kami dari Jabir,
dia berkata, “Dua orang remaja berkelahi, seorang dari kalangan kaum Muhajirin
dan seorang lainnya dari kalangan kaum Anshar. Lalu remaja dari kalangan kaum
Muhajirin berteriak: ‘wahai kaum Muhajirin.’ Sedangkan remaja dari kaum Anshar
berteriak . ‘wahai orang-orang Anshar.’ Rasulullah Saw kemudian keluar dan
bersabda, ‘Seruan ala-ala oranh jahiliyah apa ini?’ mereka menjawab, ‘Tidak ada
apa-apa wahai Rasulullah. Hanya ada dua orang remaja sedang berkelahi, lalu
salah satunya memukul bagian pantat lawannya.’ Rasulullah Saw kemudian
bersabda, ‘Jika demikian, tidak masalah. Hendaknya seseorang menolong
Saudaranya, baik saudaranya itu Dzalim atau terdzalimi. Jika saudaranya itu
dzalim, maka hendaknya ia menghentikan saudaranya itu. Sebab sesungguhnya

11
Imam An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, terj. Ahmad Khotib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), jilid.
.16, hlm. 462
dialah penolong bagi saudaranya. Jika saudaranya itu terdzalimi, maka ia
hendaknya menolongnya.” (H.R. Muslim).
Statemen Nabi Saw. yang menyebut serua seperti itu dengan ‘serua atau
panggilan Jahiliyah’, itu karena beliau tidak menyukai serua atau panggilan seperti
itu. Sebab, salah satu tradisi yang ada pada masa jahiliyah adalah bahu membahu
dalam urusan duniawi dan berbagai hal yang terkait dengannya. Sementara orang-
orang jahiliyah sendiri mengambil hak-haknya berdasarkan semangat kesukuan
dan sektarianisme. Lalu muncullah Islam yang memberangus semua itu dan
menghukumi kasus apapun dengan hokum-hukum syara’. Oleh karena itu, apabila
ada seseorang melakukan pelanggaran terhadap yang lainnya, maka Qadhi lah
yang memutuskan perkara di antara keduanya, dan dialah yang menetapkan
hokum kepada pihak pelanggar sesuai dengan kadar pelanggarannya. Tentunya
putusan ini sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam prinsip-prinsip agama
Islam.12

G. Bersama-sama Merasakan Kesedihan dan kebahagiaan


‫ُس َامةَ ح‬ َ ‫يس َوأَبُو أ‬ ِ ِ ِ َّ ُّ ‫َح َّد َثنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَبِي َش ْيبَةَ َوأَبُو َع ِام ٍر اأْل َ ْش َع ِر‬
َ ‫ي قَااَل َح َّد َثنَا َع ْب ُد الله بْ ُن إ ْدر‬
‫ُس َامةَ ُكلُّ ُه ْم َع ْن ُب َريْ ٍد‬ ِ ِ ِ ٍ ِ
َ ‫و َح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن ال َْعاَل ء أَبُو ُك َريْب َح َّد َثنَا ابْ ُن ال ُْمبَ َارك َوابْ ُن إ ْدر‬
َ ‫يس َوأَبُو أ‬
ِ ‫ول اللَّ ِه صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه وسلَّم الْم ْؤِمن لِلْم ْؤِم ِن َكالْب ْني‬
‫ان‬ َُ ُ ُ ُ َ ََ َ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ال ق‬
َ َ‫وسى ق‬ َ ‫َع ْن أَبِي ُب ْر َدةَ َع ْن أَبِي ُم‬
‫ضا‬ ُ ‫ش ُّد َب ْع‬
ً ‫ضهُ َب ْع‬ ُ َ‫ي‬

“Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Abu Amir Al-Asy’ari menceritakan kepada
kami, keduanya berkata: Abdullah bin Idris dan Abu Usamah menceritakan kepada
kami [rangkaian sanad dari jalur yang lain menyebutkan] , dan Muhammad bin Al-
Ala’ Abu Kurab juga menceritakan kepada kami, Ibnu Mubarak dan Ibnu Idris serta
Abu Usamah menceritakan kepada kami, mereka semua meriwayatkan dari
Buraid, dari Abu Burdah, dari Abu Musa, dia berkata, “Rasulullah Saw. bersabda,

12
Imam An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, terj. Ahmad Khotib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011),
jilid. 16, hlm. 510
‘Seorang Mukmin terhadap Mukmin lainnya adalah seperti sebuah bangunan,
dimana sebagiannya menguatkan sebagian lainnya’.” (H.R. Muslim).

‫الش ْعبِ ِّي َع ْن‬ ِ ‫يع َع ْن اأْل َ ْع َم‬


َّ ‫ش َع ْن‬ ِ ٍ ‫ح َّد َثنَا أَب و ب ْك ِر بن أَبِي َش يبةَ وأَب و س ِع‬
ٌ ‫َش ُّج قَ ااَل َح َّد َثنَا َوك‬
َ ‫يد اأْل‬ َ ُ َ َْ ُْ َ ُ َ
‫اش تَ َكى‬ ِ ‫ول اللَّ ِه ص لَّى اللَّه علَي ِه وس لَّم الْم ْؤِمن و َن َكرج ٍل و‬
ْ ‫اح ٍد إِ ْن‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ان بْ ِن بَ ِش ي ٍر ق‬
َ َ‫ال ق‬ ِ ‫ُّعم‬
َ َُ ُ ُ َ ََ ْ َ ُ َ َ ْ ‫الن‬
ِ ‫اعى لَهُ سائِر ال‬
‫الس َه ِر‬ ُ ‫ْج َسد بِال‬
َّ ‫ْح َّمى َو‬ َ ُ َ َ ‫َرأْ ُسهُ تَ َد‬
“Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Abu Sa’id Al-Asyajj menceritakan kepada
kami, keduanya berkata: Waki’ menceritakan kepada kami dari Al-A’masy, dari Al-
Sya’bi, dari An-Nu’man bin Basyir, dia berkata: RAsulullah Saw. bersabda, ‘Orang-
orang Mukimn itu seperti satu orang. Apabila kepalanya sakit, maka sekujurtubuh
akan saling memanggil (untuk ikut measakannya), dengan demam dan tidak
dapat tidur’.”(H.R. Muslim).

Sabda Rasulullah Saw. ini dengan tegas menyatakan keagungan hak kaum
Muslimin antara sesame mereka. Sabda beliau ini pun menganjurkan agar mereka
saling menyayangi, saling bersikap lembut, dan saling membantu dalam perkara
yang bukan terbilang dosa atau hal yang tidak disukai. Hadits ini juga menjelaskan
tentang diperbolehkannya membuat suatu perumpamaan, agar apa yang
disampaikan bias lebih mudah untuk dipahami melalui perumpamaan tersebut.13
Hendaknya seorang Muslim menampakkan kesedihan ketika sahabatnya
sedang bersedih hati dan membantunya dengan harta dan kata-kata yang baik.
seorang Muslim juga bersama-sama dalam kegembiraan serta menampakkan
kebahagiaan dan keceriaan ketika sahabatnya tengah bergembira. Sebab, hal itu
dapat menguatkan dan mendorong rasa cinta. Di samping itu mendoakan
keberkahan atasnya ketika ia mendapatkan nikmat dan janganlah engkau hasad
terhadapnya.14
Imam An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, terj. Ahmad Khotib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), 13
.jilid. 16, hlm. 516
14
Abdul Aziz bin fathi as sayyid Nada, Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyah, terj. Abu Ihsan Al-Atsari,
.(Jakarta: Putaka Imam Syafi’I, 2017), hlm. 73
H. Hak-hak sesama Muslim
‫ال أَ ْخَب َرنِي‬ َ َ‫اب ق‬ ٍ ‫ال أَ ْخَب رنِي ابْ ُن ِش َه‬ ِ ‫ح َّد َثنا مح َّم ٌد ح َّد َثنا عم رو بن أَبِي س لَمةَ عن اأْل َوَز‬
َ َ‫اع ِّي ق‬
َ ْ َْ َ َ ُْ ُ َْ َ َ َ ُ َ َ
‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ َ ‫ت رس‬
َ ‫ول اللَّه‬ ِ َ َ‫ض ي اللَّهُ َع ْن هُ ق‬
ُ َ ُ ‫ال َس م ْع‬
ِ َّ ِ ِ
َ ‫َس عي ُد بْ ُن ال ُْم َس يَّب أَن أَبَ ا ُه َرْي َرةَ َر‬
ُ‫ْجنَ ائِ ِز َوإِ َجابَ ة‬ َ َ‫الس اَل ِم َو ِعي‬
ِ ‫ادةُ ال َْم ِر‬
َ ‫يض َواتِّبَ اعُ ال‬
ِ ِ
ٌ ‫ول َح ُّق ال ُْم ْس ل ِم َعلَى ال ُْم ْس ل ِم َخ ْم‬
َّ ‫س َر ُّد‬ ُ ‫َي ُق‬
ِ ‫يت الْع‬ ِ َّ
ِ ‫اط‬
‫س‬ َ ُ ‫الد ْع َوة َوتَ ْش ِم‬
Muhammad menyampaikan kepada kami dari Amr bin Abu Salamah, dari
al-Auza’I, dari Ibnu Shihab yang mengabarkan kepadaku dari Sa’id bin Al-
Musayyib bahwa Abu Hurairah berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda,
“Hak seorang Muslim pada Muslim lainnya ada lima: menjawab salam,
menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, ,mengahadiri undangan dan
mendoakan orang yang bersin.” H.R. Bukhari)15

Hendaknya seorang Muslim mengucapkan salam kepada saudaranya saat


bertemu, dan membalas salamnya jika ia mengucapkannya terlebih dahulu. Yaitu
dengan Tahiyyatul (Salam) Islam: Assalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh.

Tidak boleh mengganti lafazh salam tersebut dengan ucapan salam lain
yang terkandung di dalamnya unsur Tasyabuh atau mnyerupai dengan orang-orang
kafir, seperti Bonjour: Good Morning, dan sebagainya. Demikian pula tidak boleh
menggantinya dengan ucapan salam yang lain, misalnya selamat pagi dan
semisalnya. Terkecuali jika dia memulainya dengan ucapan salam islami lalu
menambahnya dengan ucapan salam lain, dengan syarat tidak terkandung di
dalamnya unsur tasyabuh terhadap orang kafir. Namun, yang lebih utama adalah
mencukupkan diri dengan ucapan salam islami, karena itulah yang diamalkan oleh
Rasulullah, para sahabat beliau, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik.16 Hal tersebut sesuai dengan sebuah Hadits:

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari,Shahih Bukhari,terj. Tim Darussunnah, 15


.Ensiklopedia Hadits,(Jakarta: Al-Mahira,2013)
16
Abdul Aziz bin fathi as sayyid Nada, Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyah, terj. Abu Ihsan Al-Atsari,
.(Jakarta: Putaka Imam Syafi’I, 2017), hlm. 73
ِ ‫الرز‬
َ ‫َّاق َع ْن َم ْع َم ٍر َع ْن َه َّم ٍام َع ْن أَبِي ُه َرْي َرَة َع ْن النَّبِ ِّي‬
ُ‫صلَّى اللَّه‬ َّ ‫َح َّد َثنَا يَ ْحيَى بْ ُن َج ْع َف ٍر َح َّد َثنَا َع ْب ُد‬
ِ ‫ال خلَق اللَّه آدم علَى ص‬
‫ب فَ َس لِّ ْم َعلَى‬ ْ ‫ال ا ْذ َه‬ َ َ‫اعا َفلَ َّما َخلَ َقهُ ق‬ً ‫ورت ِه طُولُهُ ِستُّو َن ِذ َر‬ َ ُ َ َ َ ُ َ َ َ َ‫َعلَْيه َو َسلَّ َم ق‬
ِ

َ ِ‫ك َوتَ ِحيَّةُ ذُ ِّريَّت‬


َ ُ‫ك فَِإ َّن َها تَ ِحيَّت‬
َ َ‫استَ ِم ْع َما يُ َحيُّون‬ ِ ِ ِ َّ ‫ك‬ َ ِ‫أُولَئ‬
‫الس اَل ُم‬
َّ ‫ال‬ َ ‫ك َف َق‬ ْ َ‫وس ف‬ ٌ ُ‫الن َف ِر م ْن ال َْماَل ئ َكة ُجل‬
‫ورِة‬
َ ‫ص‬ ُ ‫ْجنَّةَ َعلَى‬
ِ
َ ‫ادوهُ َوَر ْح َم ةُ اللَّه فَ ُك ُّل َم ْن يَ ْد ُخ ُل ال‬ ُ ‫ك َوَر ْح َم ةُ اللَّ ِه َف َز‬
َ ‫الس اَل ُم َعلَْي‬ َّ ‫َعلَْي ُك ْم َف َق الُوا‬
‫ص َب ْع ُد َحتَّى اآْل َن‬ ُ ‫ْق َي ْن ُق‬ ُ ‫آد َم َفلَ ْم َي َز ْل الْ َخل‬
َ
“Yahya bin Ja’far menyampaikan kepada kami dari Abdurrazzaq, dari
Ma’mar, dari Hammam, dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda,”Allah
menciptakan Adam dengan rupanya, tingginya 60 hasta. Ketika Allah
menciptakannya. Dia berfirman, ‘pergilah, lalu ucapkanlah salam kepada para
Malaikat-malaikat itu yang sedang duduk! Dengarkanlah bagaimana mereka
memberikan penghormatan kepadamu! Sungguh, penghormatan tersebut
merupakan penghormatanmu dan penghormatan keturunanmu.’ Kemudian Adam
mengucapkan, ‘Assalamualaikum’. Para malaikat menjawab, ‘assalamualika
warahmatullah’. Mereka menambahkan kata ‘warahmatullah’. Setiap orang yang
masuk ke dalam surga akan memiliki rupa Adam. Penciptaan pun akan terus
berkurang panjang mereka hingga saat ini.”17

Ketika saudaranya bersin seraya memuji Allah, hendaknya ia mengucapkan


Tasymit. Maka ucapkanlah kepadanya: Yarhamukallah (semoga Allah
merahmatimu), sebagaimana tersebut dalam hadits lalu. Hendaknya pula orang
yang bersin tersebut membalasnya dengan mengucapkan: Yahdikumullah wa
yuslihu balakum (Semoga Allah memberikan petunjuk kepadamu dan
memperbaiki keadaanmu).

Hendaknya seorang Muslim menjenguk saudaranya bila ia sakit,


sebagaimana tersebut di dalam Hadits Nabi yang terdahulu. Hal itu akan
membantu mengobati kesedihannya. Orang yang sakit akan merasakan
kedudukannya di sisi saudaranya sehingga abadilah tali kasih sayang di antara

17
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari,Shahih Bukhari,terj. Tim Darussunnah,
.Ensiklopedia Hadits,(Jakarta: Al-Mahira,2013)
mereka. Selain itu, akan menjadi sugesti yang dapat menguatkan mentalnya. 18
Rasulullah Saw. juga bersabda:

ِ ِ ِ ‫يب ال‬
‫اء‬
َ ‫َس َم‬ َ ٍ ِ‫َح َّد َثنَا يَ ْحيَى بْ ُن َحب‬
ْ ‫ْحا ِرث ُّي َح َّد َثنَا يَ ِزي ُد بْ ُن ُزَريْ ٍع َح َّد َثنَا َخال ٌد َع ْن أَبِي قاَل بَةَ َع ْن أَبِي أ‬
ِ َ ‫ال إِ َّن ال ُْم ْسلِ َم إِذَا َع‬
َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
‫َم َي َز ْل‬
ْ ‫َخاهُ ال ُْم ْسل َم ل‬
َ ‫اد أ‬ َ ‫الر َحبِ ِّي َع ْن َث ْوبَا َن َع ْن النَّبِ ِّي‬
َّ
‫ْجن َِّة َحتَّى َي ْرِج َع‬ ِ ِ
َ ‫في ُخ ْرفَة ال‬
“Yahya bin Habib Al-Haritsi menceritakan kepada kami, Yazid bin Zurai’
menceritakan kepada kami, Khalid menceritakan kepada kmai, dari Abi
Qibalahdari Abu Asma Ar-Rahabi, dari Tsauban, dari Nabi Saw, beliau bersabda,
‘sesungguhnya seorang Muslim, apabila dia menjenguk saudaranya sesama
muslim (yang sedang sakit), maka dia sedang berada di pelataran taman shurga,
sampai dia kembali.” (H.R. Muslim)19

I. Larangan Saling membenci, mendengki dan bermusuhan


‫َح َّد َثنَا بِ ْش ُر بْ ُن ُم َح َّم ٍد أَ ْخَب َرنَا َع ْب ُد اللَّ ِه أَ ْخَب َرنَا َم ْع َم ٌر َع ْن َه َّم ِام بْ ِن ُمنَبِّ ٍه َع ْن أَبِي ُه َرْي َرةَ َع ْن النَّبِ ِّي‬
‫سوا‬ ِ ‫ال إِيَّا ُكم والظَّ َّن فَِإ َّن الظَّ َّن أَ ْك َذب الْح ِد‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
ُ‫س‬ َّ ‫سوا َواَل تَ َج‬ ُ‫س‬
َّ ‫يث َواَل تَ َح‬ َ ُ َْ َ
َ َ‫ضوا َوُكونُوا ِعب‬
‫اد اللَّ ِه إِ ْخ َوانًا‬ ُ َ‫اس ُدوا َواَل تَ َد َاب ُروا َواَل َتبَاغ‬
َ ‫َواَل تَ َح‬
“Bisyr bin Muhammad menyampaikan kepada kami dari Abdullah yang
mengabarkan dari Ma’mar, dari Hammam bin Munabbih, dari Abu Hurairah
bahwa Nabi Saw. bersabda, “Jauhilah prasangka, karena sebagian dari prasangka
itu adalah perkataan yang paling dusta. Janganlah kalian saling mencari-cari
kesalahan. Janganlah kalian saling memata-matai. Janganlah kalian saling
mendengki. Janganlah kalian saling bermusuhan. Janganlah kalian saling
membenci dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (H.R.
Bukhari).

18
Abdul Aziz bin fathi as sayyid Nada, Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyah, terj. Abu Ihsan Al-Atsari,
.(Jakarta: Putaka Imam Syafi’I, 2017), hlm. 70
Imam An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, terj. Ahmad Khotib, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), 19
.jilid. 16, hlm. 471
َّ ‫ضي اللَّهُ َع ْن هُ أ‬ِ ٍِ ِ َ َ‫ي ق‬ ِّ ‫الزْه ِر‬ ِ
‫ول‬
َ ‫َن َر ُس‬ َ ‫س بْ ُن َمالك َر‬ ُ َ‫ال َح َّدثَني أَن‬ ُّ ‫ب َع ْن‬ ٌ ‫َح َّد َثنَا أَبُو الْيَ َمان أَ ْخَب َرنَا ُش َع ْي‬
َ َ‫اس ُدوا َواَل تَ َد َاب ُروا َوُكونُوا ِعب‬
‫اد اللَّ ِه إِ ْخ َوانًا َواَل‬ َ ‫ضوا َواَل تَ َح‬ ُ َ‫ال اَل َتبَاغ‬ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ
َ ‫اللَّه‬
‫يَ ِح ُّل لِ ُم ْسلِ ٍم أَ ْن َي ْه ُج َر أَ َخاهُ َف ْو َق ثَاَل ثَِة أَيَّ ٍام‬
“Abu Al-Yaman menyampaikan kepada kami dari Syu’aib dari az-zuhri, dari
Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: “janganlah kalian saling membenci.
Janganlah kalian saling mendengki. Janganlah kalian kalian saling bermusuhan.
Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal bagi seorang
Muslim mendiamkan saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari.” (H.R.
Bukhari).20

‫إِيَّا ُك ْم َوالظَّ َّن‬ (jauhilah prasangka). Al-Khaththabi dan selainnya berkata,

“Maksudnya bukan berarti meninggalkan amalan berdasarkan dugaan yang


dijadikan patokan pada umumnya. Bahkan maksudnya tidak meneliti dan
mengecek prasangka ynag menimbulkan mudharat. Demikian juga yang terbetik
dalam hati tanpa ada buktinya, karena awal prasangka adalah bisikan-bisikan yang
tidak mungkin ditolak. Sedangkan sesuatu yang tidak dapat dihindari niscaya tidak
dibebankan kepada seseorang.
Iyadh berkata, “Hadits ini dijadikan dalil oleh sebagian ulama untuk
melarang beramal dalam bidang hukum berdasarkan ijtihad dan pendapat. Tetapi
para peneliti memahaminya unuk dugaan yang tidak didasari dalil, tidak dibangun
di atas kaidah dasar, dan tidak pula melalui penelaahan mendalam.
Maksud prasangka sebagai pembicaraan yang paling dusta, padahal
sengaja berdusta tanpa prasangka lebih daripada yang diikuti prasangka, adalah
bahwa untuk mengusyaratkan dugaan yang dilarang adalah apa yang tidak
disandarkan kepada sesuatu yang boleh dijadikan sandaran, tetapi ia dijadikan
dasar sebagai suatu kepastian, maka orang yang memastikannya adalah pedusta.
Hanya saja ia dianggap lebih keras daripada pendusta lainnya krena dusta pada
20
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari,Shahih Bukhari,terj. Tim Darussunnah,
.Ensiklopedia Hadits,(Jakarta: Al-Mahira,2013)
dasarnya dianggap buruk dan tidak perlu dicela. Berbeda dengan prasangka
dimana pelakunya mengklaim berpegang pada sesuatu. Oleh karena itu dikatakan
sebagai dusta paling besar. Hal ini untuk menguatkan dan menjauhkan orang dari
perbuatan itu. Sekaligus sebagai isyarat bahwa ia banyak memperdaya manusia
dari pada dusta. Karena pada umumnya prasangka itu tersembunyi sedangkan
dusta adalah jelas dan tampak.

‫س وا‬
ُ‫س‬َّ ‫س وا َواَل تَ َج‬
ُ‫س‬َّ ‫َواَل تَ َح‬ (janganlah kamu saling mencari-cari kesalahan

dan jangan saling memata-matai).

‫اس ُدوا‬
َ ‫( َواَل تَ َح‬jangan saling mendengki). Dengki adalah seseorang

mengharapkan hilangnya nikmat dari orang yang berhak mendapatkannya. Ini


mencakup adanya usaha menghilangkannya atau tidak disertai usaha. Jika diiringi
usaha maka dianggap berbuat aniaya. Jika tidak ada usaha dan menampakkannya
serta tidak menumbuhkan sis-sis negatif pada seorang muslim, maka dalam
kondisi ini perlu diperhatikan; jika yang menghalanginya melakukan hal itu adalah
tidak berdayaan, dimana bila memungkinkan baginya nicaya akan dilakukannya,
maka orang ini berdosa. Adapun jika yang menghalanginya adalah ketakwaan
maka diberi maaf, karena dia tidak mampu menolak bisikan-bisikan jiwa, maka
cukuplah baginya berusaha melawan dengan cara tidak melakukannya dan tidak
pula bertekad melakukannya.

‫ضوا‬
ُ َ‫( اَل َتبَاغ‬Dan jangan saling membelakangi). Maksudnya adalah janganlah
saling memboikot sehingga salah satu orang memboikot saudaranya.

‫ضوا‬
ُ َ‫( َواَل َتبَاغ‬jangan saling membenci). Maksudnya, jangan kalian melakukan
hal-hal yang menimbulkan kebencian. Ini karena benci tidak diperoleh secara
langsung. Dikatakan, maksudnya adalah larangan terhadap hawa nafsu
menyesatkan yang menghantarkan kepada saling membenci. Ibnu Hajar berkata,
bahkan ia lebih luas dari hawa nafsu, karena menuruti hawa nafsu merupakan
salah satu bentuknya. Hakikat saling membenci adalah terjadi dari dua pihak,
tetapi mencakup pula meski dari satu pihak saja dan benci yang tercela adalah
pada perkara selain Allah.

َ َ‫( ُكونُ وا ِعب‬jadilah


‫اد اللَّ ِه إِ ْخ َوانًا‬ hamba-hamba Allah yang bersaudara). Ibnu

Abdil Barr berkata, “ Hadits ini mengandung larangan membenci seorang Muslim,
berpaling darinya, memutuskan hubungan dengannya -setelah sebelumnya
bersahabat- bukan karena dosa menurut syariat. Begitu pula dengki terhadapnya
karena nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Bahkan hendaknya
memperlakukan sesama muslim seperti memperlakukan saudara yang memiliki
hubungan nasab. Hendaknya tidak membeberkan aibnya. Tidak ada perbedaan
dalam hal itu antara orang yang ada dengan orang tidak ada. Bahkan mayit dan
orang hidup bisa bersekutu pada sejumlah perkara tersebut.21

J. Larangan Menzhalimi Muslim Lain


َّ ‫َن َس الِ ًما أَ ْخَب َرهُ أ‬
‫َن َع ْب َد اللَّ ِه بْ َن‬ َّ ‫اب أ‬ٍ ‫ث َع ْن عُ َق ْي ٍل َع ْن ابْ ِن ِش َه‬ ُ ‫َح َّد َثنَا يَ ْحيَى بْ ُن بُ َك ْي ٍر َح َّد َثنَا اللَّْي‬
‫ال ال ُْم ْس لِ ُم أَ ُخ و ال ُْم ْس لِ ِم اَل‬ َ َ‫ص لَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ق‬ ِ َ ‫َن رس‬
َ ‫ول اللَّه‬
ِ
ُ َ َّ ‫عُ َم َر َرض َي اللَّهُ َع ْن ُه َما أَ ْخَب َرهُ أ‬
‫اجتِ ِه َوَم ْن َف َّر َج َع ْن ُم ْس لِ ٍم ُك ْربَةً َف َّر َج‬ ِ ِ ِ ِ ‫يظْلِمهُ واَل يسلِمهُ ومن َكا َن فِي ح‬
َ ‫اجة أَخيه َك ا َن اللَّهُ في َح‬ َ َ ْ ََ ُ ْ ُ َ ُ َ
‫ات َي ْوِم ال ِْقيَ َام ِة َوَم ْن َسَت َر ُم ْسلِ ًما َسَت َرهُ اللَّهُ َي ْوَم ال ِْقيَ َام ِة‬
ِ ‫اللَّهُ َع ْنهُ ُكربةً ِمن ُكرب‬
َُ ْ َ ْ
“Yahya bin Bukair menyampaikan kepada kamidari al-Laits, dari Uqail, dari
Ibnu Shihab, dari Salim yang mengabarkan dari Abdullah bin Umar bahwa
Rasulullah bersabda, “ Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, dia
tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh membiarkannya celaka. Barang siapa
memenuhi kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya;

21
.Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, Terj. Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 275
barang siapa yang meringankan kesusahan orang Muslim, maka Allah akan
meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barang siapa menutupi aib orang
Muslim, maka Allah akan menutupi dosanya pada hari kiamat.”22

(Bab seorang muslim tidak menzhalimi muslim yang lain dan tidak
menyerahkannya). Dikatakan: aslama fulan fulanaan (si fulan menyerahkan si
fulan), artinya dia menjerumuskannya dalam kebinasaan dan tidak melindunginya
dari musuh. Kalimat ini bersifat umum, mencakup semua sikap tidak peduli
dengan keadaan orang lain. Namun, lebih banyak digunakan untuk sesuatu yang
menyebabkan kebinasaan.

‫َخ و ال ُْم ْس لِ ِم‬


ُ ‫( ال ُْم ْسلِ ُم أ‬seorang muslim adalah saudara muslim yang lain). Ini
adalah bentuk ukhuwah (persaudaraan) dalam Islam. Apabila ada dua hal yang
mempunyai kesamaan, maka dinamakan bersaudara. Dalam hal ini tidak ada
perbedaan antara orang yang merdeka, budak, orang dewasa dan anak-anak.

ِ
ُ‫( اَل يَظْل ُم ه‬tidak menzhaliminya). Ini adalah kalimat berita yang bermakna

perintah. Hal itu dikarenakan kezhaliman seorang muslim terhadap muslim lainnya
adalah haram. Sedangkan perkataan ‘tidak menyerahkannya’, yakni tidak
membiarkannya bersama orang yang mengganggunya dan tidak pula membiarkan
pada sesuatu yang menyakitinya. Bahkan seharusnya dia menolong dan membela
saudaranya. Hal ini lebih spesifik daripada sekadar tidak berbuat zhalim
terhadapnya. Membela saudara bisa memiliki tingkatan wajib dan bisa pula
mustahab (disukai), sesuai dengan keadaan.

‫َوَم ْن َسَت َر ُم ْس لِ ًما‬ (barangsiap menutupi seorang muslim). Yakni, melihatnya

berada dalam perbuatan buruk, tetapi dia tidak membeberkannya kepada

22
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari,Shahih Bukhari,terj. Tim Darussunnah,
.Ensiklopedia Hadits,(Jakarta: Al-Mahira,2013)
manusia. Adapun perintah bolehnya seseorang untuk menjadi saksi bagi
saudaranya yang melakukan perbuatan buru, dipahami apabila dia telah
mengingkari dan menasihatinya, tetapi saudaranya itu tidak mau berhenti dan
tetap melakukan perbuatan buruknya, bahkan melakukannya secara terang-
terangan. Hal itu sama dengan perintah menutupi keburukan diri sendiri. Namun,
jika dia pergi ke hadapan hakim dan mengakui perbuatannya, maka hal itu tidak
dilarang.

Nampaknya kata ‘menutupi’ disini berlaku pada kemaksiatan yang telah


berlalu. Sedangkan ‘pengingkaran’ berlaku pada kemaksiatan yang sedang
berlangsung dan senantiasa dikerjakan. Dalam kondisi seperti ini wajib diingkari;
dan jika yang bersangkutan tidak mau menghenikan perbuatan maksiatnya, maka
harus diajukan kepada hakim. Perbuatan ini tidak termasuk ghibah (menggunjing),
bahkan tergolong nasihat yang baik.

Dalam hadits ini terdapat isyarat untuk meninggalkan ghibah, sebab orang
yang menampakkan keburukan saudaranya berarti tidak menutupinya.

‫َسَت َرهُ اللَّهُ َي ْوَم ال ِْقيَ َام ِة‬ (Allah akan menutupinya pada hari kiamat). Hadits ini

menganjurkan sikap saling menolong, memperbaiki pergaulan dan persahabatan.


Selain itu, balasan yang diberikan sesuai dengan ketaatan yang dilakukan.
Barangsiapa bersumpah bahwa si fulan adalah saudaranya (saudara dalam Islam),
maka dia tidak dianggap dosa. 23

K. Larangan memaki saudara Muslim


َ ‫ْت أَبَ ا َوائِ ٍل َع ْن ال ُْم ْرِجئَ ِة َف َق‬
‫ال‬ ُ ‫ال َس أَل‬ َ َ‫ال َح َّد َثنَا ُش ْعبَةُ َع ْن ُزَب ْي ٍد ق‬
َ َ‫َح َّد َثنَا ُم َح َّم ُد بْ ُن َع ْر َع َرَة ق‬
‫سو ٌق َوقِتَالُهُ ُك ْف ٌر‬ ِ ِ َ َ‫َن النَّبِ َّي صلَّى اللَّهُ َعلَي ِه وسلَّم ق‬ َّ ‫َح َّدثَنِي َع ْب ُد اللَّ ِه أ‬
ُ ُ‫اب ال ُْم ْسل ِم ف‬
ُ َ‫ال سب‬ َ ََ ْ َ

23
.Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, Terj. Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 8
“Muhammad bin Ar’arah menyampaikan kepada kami dari Syu’bah, dari
Zubaid yang bercerita, aku pernah bertanya kepada Abu wa’il tentang golongan
Murjiah. Abu Wa’il menjawab, Abdullah menceritakan kepadaku bahwa Nabi
bersabda, “Mencaci sesama Muslim adalah fasik dan memeranginya adalah
kufur.”24

Hadits ini terdapat dalam bab ‘Seorang Mukmin Takut Amalnya Akan
Hilang Tanpa disadari’, maksud ‘amalnya akan hilang’ adalah tidak mendapatkan
pahala amalan yang diekrjakannya, karena pahala akan didapatkan hanya dengan
keikhlasan semata. Pernyataan ini menguatkan pendapat aliran Al-Ihbathiyah yang
mengatakan ‘Kejelekan akan membatalkan kebaikan’.

Al-Qadhi Abu Bakar bin Arabi membantah dan mengatakan, bahwa


pembatalan terbagi menjadi dua. Pertama, membatalkan sesuatu dengan sesuatu
yang lain dan membuang seluruhnya seperti batalnya keimanan karena kekafiran
dan sebaliknya. Kedua, pembatalan dengan cara menimbang yaitu menjadikan
yang jelak di timbangan kiri dan yang baik di timbangan kanan. Barangsiapa yang
kuat kebaikannya, maka dia akan sukses. Sedangkan yang kuat kejelekannya, maka
dia akan berhenti pada kehendak Allah, bisa jadi diampuni dan diadzab.

Ibrahim al-Harbi berkata, bahwa sibabu (memaki) lebih kasar daripada


assabbu (mencela). Secara etimologi, fisqun berarti Al-Khuruj (keluar). Secara
terminology berarti keluar dari taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dalam Hadits ini,
menunjukkan penghormatan hak seorang Muslim. Apabila seseorang memakiny
tanpa bukti, maka hukumannya adalah kefasikan.

َ‫( قِتَالُهُ ُك ْف ٌر‬dan membunuhnya adalah kekufuran). Pemakaian kata kufur ini
bukan berarti kufur yang sebenarnya, yaitu keluar dari agama, tetapi hanya
sebagai peringatan akan perbuatan tersebut. Pendapat lain mengatakan,
24
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari,Shahih Bukhari,terj. Tim Darussunnah,
.Ensiklopedia Hadits,(Jakarta: Al-Mahira,2013)
pemakain kata kufur di sini adalah kufur secara Bahasa saja yang berarti menutupi,
karena hak seorang muslim dengan muslim yang lain adalah menolong dan tidak
saling menyakitinya. Ketika dia membunuhnya seakan-akan tertutup baginya
kebenaran tersebu. Kedua alasan tersebut lebih cocok dengan yang dimaksud Al-
Bukhari.25

L. perintah Mendahulukan Salam dan Larangan mendiamkan


saudara Muslim
‫ َع ْن َع ْب ِد اللَّ ِه بْ ِن‬،‫ َع ْن أَبِي ال َخ ْي ِر‬،‫ َح َّدثَنِي يَ ِزي ُد‬:‫ال‬َ َ‫ ق‬،‫ث‬ ُ ‫ َح َّد َثنَا اللَّْي‬،‫ف‬ َ ‫وس‬ ِ
ُ ُ‫َح َّد َثنَا َع ْب ُد اللَّه بْ ُن ي‬
ِ
َ ‫ «تُطْع ُم الطَّ َع‬:‫ال‬
ُ‫ َوَت ْق َرأ‬،‫ام‬ ُّ ‫ أ‬:‫صلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ َ‫َي ا ِإل ْسالَِم َخ ْي ٌر؟ ق‬ َ ‫َن َر ُجاًل َسأ ََل النَّبِ َّي‬
َّ ‫ أ‬:‫َع ْم ٍرو‬
ْ ‫َم َت ْع ِر‬
»‫ف‬ ْ ‫ َو َعلَى َم ْن ل‬،]53:‫ت [ص‬
َ ْ‫السالَ َم َعلَى َم ْن َع َرف‬
َّ
“Abdullah bin Yusuf menceritakan kepada kami, al-Laits menceritakan
kepada kami, dia berkata: Yazid menceritakan kepadaku dari Abu Al-Khair, dari
Abdullah bin Amr, bahwaseorang laki-laki pernah bertanya kepada Nabi Saw.,
‘Apakah perkara-perkara Islam yang baik?’ Beliau bersabda, ‘Memberi makan dan
mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenal maupun tidak engkau
kenal.” (H.R. Muslim)

ِ ‫ي َعن َعطَ ِاء بْ ِن ي ِزي َد اللَّْيثِ ِّي َعن أَبِي أَيُّوب ر‬ ُّ ‫َح َّد َثنَا َعلِ ُّي بْ ُن َع ْب ِد اللَّ ِه َح َّد َثنَا ُس ْفيَا ُن َع ْن‬
‫ض َي‬ َ َ ْ َ ْ ِّ ‫الزْه ِر‬
ِ ‫ث يلْتَ ِقي‬ ٍ ِ ِ ِ َ َ‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
‫ان‬ َ َ ‫ال اَل يَح ُّل ل ُم ْسل ٍم أَ ْن َي ْه ُج َر أَ َخاهُ َف ْو َق ثَاَل‬ َ ‫اللَّهُ َع ْنهُ َع ْن النَّبِ ِّي‬
ٍ ‫ث م َّر‬ ِ ِ َّ ِ‫ص ُّد َه َذا َو َخ ْي ُرُه َما الَّ ِذي َي ْب َدأُ ب‬
‫ات‬ َ َ ‫الساَل ِم َوذَ َك َر ُس ْفيَا ُن أَنَّهُ َسم َعهُ م ْنهُ ثَاَل‬ ُ َ‫ص ُّد َه َذا َوي‬
ُ َ‫َفي‬
“Ali bin Abdullah menyampaikan kepada kami dari Sufyan, dari az-Zuhri,
dari Atha’ bin Yazid bin Al-Laitsi, dari Abu Ayub bahwa Nabi Saw. bersabda,
“Seorang Muslim tidak boleh mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari!
Mereka berdua saling bertemu tapi mereka mereka berpaling satu sama lain.
Orang yang paling baik dari mereka adalah orang yang memulai mengucapkan
salam.” Sufyan mengatakan bahwa dia mendengar Hadits ini dari Az-Zuhri
sebanyak tiga kali.” (H.R. Bukhari)26

25
.Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, Terj. Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 200
Dua hadits diatas terdapat dalam shahih Bukhari bab salam untuk yang
dikenal dan tidak dikenal. Maksudnya, orang yang dikenal oleh si Muslim atau yang
tidak dikenal. Artinya, salam tidak dikhususkan kepada orang yang dikenal saja dan
tidak kepada yang tak dikenal. Bagian awal judul bab merupakan redak si hadits
yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab ‘Adabul Mufrad’ melalui sanad yang
shahih dari Ibnu Mas’ud bahwa dia pernah melewti seorang laki-laki, lalu dia
berkata, “salam atasmu wahai Abdurrahman.” Maka dia menjawabnya kemudian
berkata, “Sungguh akan datang kepada manusia suatu zaman dimana salam hanya
untuk yang dikenal.”
An-Nawawi berkata, “makna redaksi ‘kepada orang yang dikenal dan tidak
dikenal’ adalah engkau memberi salam kepada orang yang kau temui dan tidak
mengkhususkan hanya kepada orang kenal. Pada yang demikian itu terdapat
keikhlasan amal untuk Allah, bersikap tawadlu, dan menyebarkan salam yang
merupakan syi’ar umat ini.”
Ibnu Hajar berkata, dalam hal ini ada beberapa faidah yang dapat dipetik,
yaitu apabila seseorang tidak mengucapkan salam kepda yang tidak dikenal, amak
akan tampak dia tidak mengenalinya, sehingga bisa menjadikan orang itu kurang
nyaman dengannya. Ini dikhususkan bagi orang Muslim. Maksudnya, bagi muslim
tidak boleh memulai salam kepada orang kafir.
Ibnu Baththal berkata, “Pensyariatan salam kepada orang yang tidak
dikenal merupakan pembuka terjadinya komunikasi dan keakraban agar kaum
mukminin semuanya bersaudara sehingga tidak satu pun merasa tak aman dari
orang lain. sementara pengkhususan salam kepada sebagian orang bisa
menimbulkan rasa tidak aman. Bahkan lebih mirip dengan perilaku orang-orang
saling memboikot satu sama lain.27

Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari,Shahih Bukhari,terj. Tim Darussunnah, 26


.Ensiklopedia Hadits,(Jakarta: Al-Mahira,2013)
27
.Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari, Terj. Amiruddin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 67
BAB III

PENUTUP
Hubungan di antara cinta dan persaudaraan adalah hubungan yang sangat
kuat. Maka setiap orang yang dipertalikan oleh Allah di antara seseorang dengan
yang lainnya dengan hubungan persaudaraan, niscaya ia mendapat hak untuk
mencintai karena Allah. Setiap orang yang telah dipertalikan dengan hubunagn
persaudaraan dalam kecintaan iman, niscaya ia berhak mendapatkan hak
persaudaraan Muslim. Beberapa bagian yang harus diperhatikan dan diketahui
oleh setiap Muslim:

A. Ikatan persaudaraan harus berdasarkan iman dan mengharuskan hak-hak


bagi seorang muslim.
B. Persaudaraan iman sudah seharusnya berada di atas persaudaraan nasab.
C. Standar persaudaraan adalah bahwa seseorang menyukai kebaikan untuk
saudaranya, sebagaimana ia menyukai untuk dirinya sendiri.
D. Cinta karena Allah adalah ikatan yang paling kuat.
E. Orang yang paling utama di antara dua orang yang saling mengasihi
adaalah yang paling cinta di antara keduanya.
F. Di antara keutamaan cinta karena Allah, berhak mendapat cinta-Nya dan
aman di bawah naungan arsy-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Shahih Bukhari. terj. Tim
Darussunnah. Ensiklopedia Hadits.(Jakarta: Al-Mahira,2013).

Al-Asqalani,Ibnu Hajar. Fathul Baari Syarh Sahih Bukhar. terj. Gazirah Abdi
Ummah. (Jakarta: Pustaka Azzam, 2014). Jilid 1.

al-Hilali ,Syeikh salim bin ‘Ied. Bahjatun Nadzirin Syarh Riyadus Shalihin. terj. A.
Sjinqithy Djamaluddin. (Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafi’I, 2016). jilid 4.

Ibnu Hajar Al-Asqalani. Fathul Baari. Terj. Amiruddin. (Jakarta: Pustaka Azzam,
2008).

Imam An-Nawawi. Syarh Shahih Muslim. terj. Ahmad Khotib. (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2011). jilid. 16.

Jawas,Yazid bin Abdul Qadir. Intisari Arba’in Nawawi memuat 42 Hadits Nabi
beserta Kandungan Haditsnya. (Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafii, 2015).

Nada, Abdul Aziz bin fathi as sayyid. Mausuu’atul Aadaab al-Islaamiyah. terj. Abu
Ihsan Al-Atsari. (Jakarta: Putaka Imam Syafi’I, 2017).

Anda mungkin juga menyukai