Anda di halaman 1dari 15

Ceramah, Khotbah dan Pidato.

Secara umum pengertian Ceramah, Khotbah dan Pidhato adalah sama,


Yakni berbicara didepan umum untuk menyampaikan informasi secara
langsung kepada khalayak. Yang membedakan ketiga istilah tersebut adalah
terletak pada tempat, kondisi dan situasi khalayak dan materi yang
disampaikan. Pidato lebih menekankan pada informasi yang bersifat umum
dengan materi yang disesuaikan dengan keadaan khalayak, yang bersifat
informative, persuasif, imperatif, dan sugestif.

Khotbah lebih menekankan pada informasi yang bersifat khusus tentang


keagamaan dengan khalayak yang homogen kepercayaannya dan formal.

Sedangkan ceramah merupakan penyampaian informasi dengan materi


keagaamaan kepada khalayak dengan lebih terbuka dan santai, sehingga
memungkinkan untuk terjadinya interaksi langsung dengan khalayak dengan
cara tanya jawab.

Unsur-unsur Ceramah, pidhato dan khotbah.

1. Penceramah, orator dan pengkhotbah

Yaitu: orang yang menyampaikan materi ceramah, pidhato atau khotbah.


Untuk menjadi penceramah, orator, maupun pengkhotbah seseorang harus
memiliki cukup ilmu dengan materi yang disampaikan kepada pendengar.

2. Pendengar / audiens / khalayak


Yaitu orang yang menyimak / menerima nasihat-nasihat dari penceramah,
orator maupun pengkhotbah. Dalam hal ini, pendengar bisa siapa saja tidak
terbatas status sosial, umur, jenis kelamin, latar belakang, dan lain-lain.

3. Materi

Materi untuk pidato, ceramah dan khotbah sangat berbeda. Yaitu : materi
pidato biasanya umum, materi ceramah mengenai kagamaan dan materi
khotbah juga keagamaan. Akan tetapi, ceramah yang bagus adalah ceramah
yang mampu membuat pendengar tergugah dan terdorong untuk melakukan
nasihat-nasihat yang disampaikan oleh penceramah. Selain itu, materi
hendaknya disusun secara sistematis sehingga materi yang disampaikan
dapat diterima dengan baik oleh pendengar.

4. Metode Ceramah, pidato dan khotbah

Ketiga kegiatan ini memiliki metode yang sama.

Yaitu antara lain :

 Impromptu, yakni metode ceramah tanpa persiapan. Biasanya yang


melakukan metode ini sudah memiliki pengalaman yang cukup banyak.
 Menghafal, yakni dilakukan dengan cara menghafal naskah.
 Membaca naskah, yakni melakukan ceramah dengan membaca naskah
lengkap.
 Ekstemporan, yakni dengan cara menuliskan pokok-pokok pikiran
sebagai catatan pengingat.

5. Media Ceramah, pdhato maupun khotbah


Media adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi kepada
pendengar. Media yang digunakan sangat bervariasi, bisa melalui radio,
televise, langsung tatap muka, media internet dan lain sebag

Struktur Teks Ceramah, Pidato maupun Khotbah

1. Pendahuluan

 Pembuka: bagian ini berisi sapaan, salam pembuka, ucapan


penghormatan, dan ucapan syukur kepada Tuhan Ynag maha Esa.
 Pengantar: bagian ini adalah paragraf pengantar yang mengarah pada
topik. Biasanya pengantar berasal dari informasi atau berita yang
faktual yang masih terkait dengan topik ceramah.

2. Isi Ceramah

 Inti: berisi penjelasan, pandangan umum, ilustrasi dari materi yang


disampaikan.
 Gagasan: berisi ide besar yang ingin disampaikan kepada pendengar.
Materi yang baik berisi satu gagasan besar yang kemudian
dikembangkan dalam subtopik.

3. Penutup

 Simpulan
 Ucapan permintaan maaf
 Salam penutup

Contoh naskah :
1. Naskah Ceramah singkat :

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, marilah kita ucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, karena
telah memberi kita kesempatan untuk berkumpul di masjid besar ini untuk saling
bersilaturahim.

Pada kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan sedikit mengenai sifat dan keutamaan
dari ‘’sabar’’. Pada dasarnya, sabar berasal dari kata sobaro yasbiru yang artinya
menahan.

Menahan disini memiliki pengertian yang sangat luas. Sabar disini bisa saja diartikan
ketika kita berpuasa menahan nafsu untuk ini dan itu. Menahan lapar disini berarti kita
harus bersabar untuk tidak makan hingga waktunya untuk berbuka yaitu pada waktu
adzan maghrib. Selain itu, sabar juga bisa diartikan ketika kita harus bersabar
menghadapi perilaku buruk seseorang kepada kita, sehingga kita harus sabar dari
kezaliman.

Perlu kita ingat, bahwa tidak semua orang bisa mendapatkan kenikmatan dari rasa sabar
yang telah dilakukan tersebut. karena memang dari awalnya sudah tidak bisa
menahannya. oleh karena itu, sangat penting bagi saudara-saudara untuk selalu
mendekatkan diri kepada Allah agar selalu diberi kesabaran yang tiada batasnya.
Sehingga kita bisa mendapatkan pahala yang sebanyak-banyaknya.

Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 153 tentang sabar. Ayat ini
menerangkan bahwa Allah akan selalu memberikan pertolongan kepada hambannya
yang selalu menjalankan semua perintahnya. Pada ayat tersebut dijelaskan Allah SWT
akan menjanjikan pertolongan bagi hambannya yang sedang dalam keadaan kesusahan
jika kita telah mengerjakan sholat wajib dan bisa menahan diri atau rasa sabar.

Karena pada dasarnya menjadi orang sabar tidak semudah yang kita pikirkan. Karena
sabar termasuk ujian, justru karena sabar sangatlah sulit, mak Allah menguji hambannya
untuk mengetahui seberapa besar hambanya bisa lolos dari ujian sabar. Jika kita lolos,
kita akan selalu beristigfar dan selalu berfikir positif terhadap semua ketentuan Allah.
niscaya kita akan mendapat kemuliaan dan keberuntungan yang sangat banyak yang
datang dari pintu manapun.

Semoga apa yang saya sampaikan ini bisa memberi manfaat bagi kehidupan para
jamaah semuannya. Kurang lebihnya saya mohon maaf.

Wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


(dikutip dari moondoggiesmusic.com)

2. Contoh naskah Pidato


CONTOH PIDATO PERSUASIF : KEBERSIHAN LINGKUNGAN

Assalamualaikum wr.wb

Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 5 Surakarta, yang saya hormati
Bapak Ibu guru dan karyawan SMA Negeri  5 Surakarta,  dan teman – teman semua yang
saya cintai. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kita dapat berkumpul pada siang
hari ini dalam rangka memperingati Hari Lingkungan. 
Maka dari itu, perkenankanlah saya menyampaikan sedikit ulasan mengenai pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
Kebersihan lingkungan merupakan hal yang sangat penting guna menjaga kesehatan
diri sendiri dan lingkungan sekitar. Lingkungan yang sehat akan meminimalisir
penyebaran penyakit dan akan memberikan kenyamanan saat berada di lingkungan
tersebut.
Oleh karena itu lingkungan juga merupakan faktor pendorong keberhasilan proses
belajar mengajar di kelas. Siswa dan guru akan melaksanakan kegiatan pembelajaran
secara efektif karena didukung oleh keadaan lingkungan yang nyaman. Maka dari itu,
marilah kita sebagai warga sekolah dapat menjaga kebersihan lingkungan sekolah
dimulai dari diri sendiri, seperti membuang sampah pada tempatnya dan tidak
meninggalkan barang-barang di laci karena dapat menjadi sarang nyamuk.  Dengan
demikian, menjaga kebersihan lingkungan menjadi sangat penting guna menciptakan
lingkungan yang sehat dan nyaman.
Saya rasa cukup sekian pidato yang dapat saya sampaikan, semoga kita semua dapat
menjadi partisipan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan. Terimakasih atas
perhatian yang hadirin berikan, apabila ada salah kata ataupun hal-hal kurang berkenan
saya mohon maaf.

Wassalamualaikum wr.wb
(dikutip dari rinesaa.blogspot.com)

3. Contoh naskah Khotbah

KHUTBAH PERTAMA

ِ ‫ت و ال‬ ِ ِِ
‫َأح َس ُن َع َمالً َو َج َع َل‬ َ َ َ ‫ْح ْم ُد لله الَّذي َخلَ َق ال َْم ْو‬
ْ ‫ْحيَاةَ ليَْبلَُو ُك ْم َأيُّ ُك ْم‬ َ ‫ال‬
‫ك‬ ِ ‫لِلْوصو ِل ِإلَْي ِه طَراِئ َق و‬
َ ْ‫ َأ ْش َه ُد َأ ْن الَّ ِإلَهَ ِإالَّ اهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِري‬.ً‫اض َحةً َو ُسبُال‬ َ َ ُْ ُ
َّ ‫ َوَأ ْش َه ُد‬،ً‫ان ُن ُزال‬
‫ َأ ْق َو ُم‬،ُ‫َأن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه‬ ِ َ‫اد ًة َنرجو بِ َها َعالِي الْجن‬
َ َ ْ ُ ْ َ ‫لَهُ َش َه‬
.ً‫ َو َسلَّ َم تَ ْسلِ ْيما‬،‫ص ْحبِ ِه‬ ِِ ِ
َ ‫صلَّى اهللُ َعلَْيه َو َعلَى آله َو‬ ُ ‫الْ َخل ِْق ِد ْينًا َو َْأه َد‬
َ ،ً‫اه ْم ُسبُال‬
‫أما َب ْع ُد‬:
َّ

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala yang


menjadikan hidup dan mati, untuk menguji hamba-hamba-Nya sehingga
terbedakan siapa yang paling baik amalannya di antara mereka. Begitu
pula kita memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rabb yang menciptakan
manusia untuk beribadah kepada-Nya dan memuliakan hamba-hamba-
Nya yang menaati-Nya. Maka, sungguh berbahagialah orang-orang
yang bertakwa kepada-Nya. Dan sungguh merugilah orang-orang yang
bermaksiat kepada-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
Nabi yang mulia, sayyidina Muhammad ibn ‘Abdillah, keluarganya, para
sahabatnya dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jalannya.

Hadirin rahimakumullah,

Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini ibarat tempat penyeberangan


yang sedang dilalui oleh orang-orang yang hidup di dalamnya. Setiap
orang akan melewati dan meninggalkannya, lalu menuju kehidupan
yang sesungguhnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan dunia ini
sebagai tempat beramal dan akhirat sebagai tempat pembalasan
amalan. Maka setiap orang yang beramal, dia akan melihat balasannya.
Dan orang yang lalai akan menyesali perbuatannya. Setiap orang yang
menjalani kehidupan dunia ini akan ada saat berakhirnya. Hari
pembalasan pasti akan datang, dan apa saja yang akan datang adalah
sesuatu yang dekat. Maka, janganlah kita tertipu dengan gemerlapnya
kehidupan dunia yang sementara ini, sehingga melalaikan dari
kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti.

Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,

Ingatlah, bahwa kematian adalah suatu kepastian yang akan menimpa


seseorang. Kematian akan memisahkan dirinya dari keluarga, harta,
serta tempat tinggalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberitakan
melalui firman-Nya, bahwa di antara manusia ada yang akan
mendapatkan pertolongan dan mendapatkan kabar gembira pada saat
kematiannya, serta ada pula yang merasakan ketakutan yang luar biasa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan keadaan orang-orang yang
bahagia saat kematiannya dalam firman-Nya,

‫ْجن َِّة الَّتِي ُكنتُ ْم‬ ِ ‫ِئ‬


َ ‫َتَتَن َّز ُل َعلَْي ِه ُم ال َْمالَ َكةُ َأآلتَ َخافُوا َوالَتَ ْح َزنُوا َوَأبْش ُروا بِال‬
‫الد ْنيَا َوفِي اَْأل ِخ َر ِة َولَ ُك ْم فِ َيها َماتَ ْشتَ ِهي‬
ُّ ‫ْحيَ ِاة‬ ِ ِ
َ ‫ نَ ْح ُن َْأوليَاُؤ ُك ْم في ال‬. ‫وع ُدو َن‬ َ ُ‫ت‬
‫س ُك ْم َولَ ُك ْم فِ َيها َماتَ َّدعُو َن‬
ُ ‫َأن ُف‬
“Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan, ‘Janganlah
kamu takut dan janganlah merasa sedih dan berbahagialah dengan
surga yang telah dijanjikan Allah kepada kalian.’ Kami adalah penolong-
penolong kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalam (surga)
kalian akan memperoleh apa yang kalian inginkan dan memperoleh
(pula) di dalamnya apa yang kalian minta.” (Fushshilat: 30-31)

Sungguh, kita semua tentu mengharapkan kabar gembira di saat


malaikat maut hendak mencabut nyawa kita. Karena dengan itu
seseorang akan mengawali kehidupan bahagia di alam akhiratnya.
Dimulai dengan kenikmatan di alam kuburnya dan kemudahan-
kemudahan yang akan terus dialami pada kehidupan akhiratnya.
Keutamaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala karuniakan ini akan
dirasakan oleh orang-orang yang menyerahkan dirinya kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga menerima dan menjalankan
syariat-Nya. Yaitu orang-orang yang senantiasa ikhlas dalam beribadah
kepada-Nya dan mengikuti jalan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para ulama yang mengikuti jejaknya. Adapun orang-orang
yang menyerahkan dirinya kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala,
sehingga beribadah kepada selain-Nya dan menyelisihi jalannya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta jalan para ulama yang
mengikutinya, maka dia akan merasakan siksa yang sangat pedih.
Dimulai dari saat kematiannya dan begitu pula ketika berada di alam
kuburnya serta kejadian-kejadian berikutnya.

Jamaah jum’ah rahimakumullah,

Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia ini akan berakhir dan akan datang
saatnya hari kebangkitan. Seluruh manusia, sejak yang pertama kali
diciptakan hingga yang terakhir kali diciptakan akan dibangkitkan dari
alam kuburnya, serta akan dikumpulkan di padang mahsyar.
Selanjutnya, kehidupan akhirat akan berujung pada dua tempat tinggal
yang sesungguhnya, yaitu surga atau neraka. Maka di antara manusia,
sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya, akan menjadi penduduk
surga dan dikatakan kepada mereka:

‫آَأسلَ ْفتُ ْم فِي اَْأليَّ ِام الْ َخالِيَ ِة‬


ْ ‫ُكلُوا َوا ْش َربُوا َهنِيًئا بِ َم‬
“Makan dan minumlah kalian dengan penuh kesenangan disebabkan
amal yang telah kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu (saat di
dunia).” (Al-Haqqah: 24)
Sementara yang lainnya akan menjadi penduduk neraka. A’adzanallahu
waiyyakum minannaar(semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjauhkan
kita dari siksa api neraka). Mereka sebagaimana dalam firman-Nya,
akan menyesal di akhirat kelak dengan mengatakan,

‫ين‬ ِ
‫ر‬ ِ ‫الس‬
‫اخ‬ ‫ن‬ ِ َ‫نت ل‬
‫م‬ ‫ك‬ ‫ن‬‫ِإ‬ ‫و‬ ِ ‫ب‬
‫اهلل‬ ِ ‫ن‬ ‫ج‬ ‫ي‬ ِ‫طت ف‬
ُ ‫اح ْس َرتَى َعلَى َما َف َّر‬
َ َّ َ ُ ُ َ ْ َ َ َ‫ي‬
“Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan
kewajiban) terhadap Allah, dan aku sungguh dahulu termasuk orang-
orang yang memperolok-olokkan (agama Allah).” (Az-Zumar: 56)

Hadirin rahimakumullah,

Akhirnya, marilah kita berlomba-lomba dalam beramal shalih dalam


kehidupan yang singkat ini. Janganlah kita menjadi orang yang memiliki
sifat sombong sehingga menolak kebenaran yang datang kepada kita.
Begitu pula, janganlah kita menjadi orang-orang yang mendahulukan
dunia dan mengikuti hawa nafsunya, sehingga berani berbicara dan
mengamalkan agama tanpa bimbingan para ulama. Sungguh
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan dalam firman-Nya,

‫ َو ََّأما َم ْن‬. ‫يم ِه َي ال َْم َْأوى‬ ِ ‫ فَِإ َّن ال‬. ‫الد ْنيا‬
َ ‫ْجح‬ َ َ ُّ ‫ْحيَا َة‬
َ ‫ َو َءا َث َر ال‬. ‫فَ ََّأما َمن طَغَى‬
‫ْجنَّةَ ِه َي ال َْم َْأوى‬
َ ‫ فَِإ َّن ال‬. ‫س َع ِن ال َْه َوى‬
َ ‫ف‬ْ ‫الن‬
َّ ‫ى‬ ‫ه‬
َ ‫ن‬
َ ‫و‬ ِِّ‫اف م َقام رب‬
َ َ َ َ َ ‫َخ‬
‫ه‬

“Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan


kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan
menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya
surgalah tempat tinggal(nya).” (An-Nazi’at: 37-41)

Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita sebagai


hamba-hamba-Nya yang beruntung, sehingga mendapatkan surga-Nya
dan diselamatkan dari siksa api neraka.

‫الد ْنيَا َح َسنَةً َوفِي اآْل ِخ َر ِة‬ ُّ ‫اج َعلْنَا ِم َّم ْن آ َث ُروا اآْل ِخ َرةَ َعلَى‬
ُّ ‫الد ْنيَا َوآتِنَا فِي‬ ْ ‫اللَّ ُه َّم‬
‫َأص َحابِه‬ ِِ ٍ ِ
ْ ‫صلَّى اهللُ َعلَى نَبِِّينَا ُم َح َّمد َو َعلَى آله َو‬
َ ‫اب النَّار َو‬َ ‫َح َسنَةً َوقنَا َع َذ‬
‫َأج َم ِع ْي َن‬
ْ
KHUTBAH KEDUA

‫ َأ ْش َه ُد‬،‫َأج َر ال ُْم ْح ِسنِْي َن‬ ِ ‫ والَ ي‬،‫ ي ْقبل َتوبةَ التَّاِئبِْين‬،‫ب الْعالَ ِم ْين‬ ِِ
ْ ‫ض ْي ُع‬ ُ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ِّ ‫ْح ْم ُد لله َر‬ َ ‫ال‬
َّ ‫ك لَهُ َوَأ ْش َه ُد‬
ُ‫ َْأر َسلَه‬،ُ‫َأن ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر ُس ْولُه‬ َ ْ‫َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ اهللُ َو ْح َدهُ الَ َش ِري‬
‫الح َّجةَ َعلَى‬ ِ ِ‫ وَأقَام ب‬،‫لسالِ ِكين‬
‫ه‬ َّ ِ‫ضح بِ ِه الْـمح َّجةَ ل‬ َ ‫َأو‬ ‫ف‬
َ ، ‫ن‬ ‫ي‬ ِ َ‫ر ْحمةً لِلْعال‬
‫م‬
ُ َ َ َ ْ ََ َ ْ َ َ َ َ ْ
‫ان ِإلَى َي ْوِم‬
ٍ ‫َأصحابِ ِه ومن تَبِع ُهم بِِإ ْحس‬
َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ‫و‬َ
ِ ِ‫ صلَّى اهلل َعلَي ِه و َعلَى آل‬،‫الْمعانِ ِدين‬
‫ه‬ َ ْ ُ َ َْ َُ
‫ ََّأما َب ْع ُد‬،‫الدِّيْ ِن‬:

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan


senantiasa membersihkan dan menyucikan diri-diri kita, dengan
menjalankan ketaatan kepada-Nya serta tidak mengotorinya dengan
perbuatan kemaksiatan kepada-Nya. Allah Ta’ala menyebutkan dalam
firman-Nya:

‫اها‬
َ ‫اب َمن َد َّس‬ َ ‫قَ ْد َأ ْفلَ َح َمن َز َّك‬
َ ‫ َوقَ ْد َخ‬. ‫اها‬
“Sungguh beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sungguh
merugilah orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams: 9-10)

Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah, berkaitan dengan ayat ini


mengatakan, “Maknanya adalah sungguh telah beruntung orang yang
membersihkan dirinya dengan ketaatan kepada Allah Ta’ala, dan
sungguh merugilah orang-orang yang mengotori dirinya dengan
bermaksiat (kepada-Nya)….”

Saudara-saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,

Ketahuilah, bahwa setiap amalan yang dilakukan oleh seseorang maka


akibatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Baik itu berupa amalan
kebaikan ataupun amalan kejelekan. Allah Ta’alaberfirman,

ِ ِ‫ك بِظَالٍَّم لِّلْعب‬


‫يد‬ َ ُّ‫آء َف َعلَْي َها َو َم َارب‬ ‫َأس‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫و‬ ِ ‫َّمن َع ِمل صالِحا فَلَِن ْف ِس‬
‫ه‬
َ َ َ ْ َ َ ً َ َ ْ
“Barangsiapa mengerjakan amal yang shalih, maka (pahalanya) untuk
dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka
(dosanya) untuk dirinya sendiri.” (Fushilat: 46)
Oleh karena itu, sudah semestinya setiap orang senantiasa
memperbaiki dirinya dengan terus bersemangat dalam mempelajari
agama dan mengamalkannya. Bukan menjadi orang yang sibuk
memerhatikan orang lain sementara dia melupakan keselamatan dirinya.
Ketahuilah, setiap orang selama masih bernyawa dan berakal, tentu dia
akan melakukan berbagai aktivitas. Maka, seseorang yang melakukan
aktivitasnya untuk menjalankan ketaatan, berarti dia telah menjual
dirinya kepada Allah Ta’ala dan akan diselamatkan dari siksa api
neraka. Sedangkan orang yang melakukan aktivitasnya untuk berbuat
kemaksiatan, maka sesungguhnya dia telah mencelakai dirinya sendiri.

Hadirin rahimakumullah,

Ingatlah, bahwa Allah Ta’ala telah memerintahkan kepada masing-


masing orang dua malaikat yang akan mencatat setiap aktivitasnya.
Sebagaimana tersebut dalam firman-Nya,

‫ظ ِمن َق ْو ٍل ِإالَّ لَ َديْ ِه‬


ُ ‫ َّم َايل ِْف‬. ‫ال قَ ِعي ٌد‬
ِ ‫الشم‬ ِ ِ
َ ِّ ‫ِإ ْذ َيَتلَ َّقى ال ُْمَتلَ ِّقيَان َع ِن الْيَمي ِن َو َع ِن‬
‫يب َعتِي ٌد‬ ِ
ٌ ‫َرق‬
“(Yaitu) ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, satu malaikat
ada di sebelah kanan dan yang lain ada di sebelah kirinya. Tiada suatu
ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat
yang mengawasi yang selalu hadir.” (Qaf: 17-18)
Maka, marilah kita berusaha untuk menghitung amalan-amalan kita agar
menjadi orang yang senantiasa memperbaiki diri di dunia ini, sebelum
datangnya hari perhitungan amalan yang penyesalan pada hari itu tidak
lagi memiliki arti. Begitu pula marilah kita berusaha menjaga anggota
badan kita dari melakukan perbuatan yang tidak diridhai Allah Ta’ala,
sebelum datang hari yang pendengaran, penglihatan, dan tubuh yang
lainnya akan berbicara sebagai saksi. Allah Ta’ala berfirman,

ِ ‫ويوم ي ْح َشر َأ ْع َدآء‬


َ ُ‫اهلل ِإلَّى النَّا ِر َف ُه ْم ي‬
‫وها َش ِه َد‬ َ ُ‫اجآء‬ َ ‫ َحتَّى ِإذَا َم‬. ‫وزعُو َن‬ ُ ُ ُ َ َْ َ
‫ود ِه ْم لِ َم‬ ِ ُ‫ وقَالُوا لِجل‬. ‫ود ُهم بِما َكانُوا ي ْعملُو َن‬
ُ َ َ َ َ ُ ُ‫ار ُه ْم َو ُجل‬ ُ‫ص‬ َ ْ‫َعلَْي ِه ْم َس ْمعُ ُه ْم َوَأب‬
‫َش ِهدتُّ ْم َعلَْينَا قَالُوا َأنطََقنَا اهللُ الَّ ِذي َأنطَ َق ُك َّل َش ْى ٍء َو ُه َو َخلَ َق ُك ْم ََّأو َل َم َّر ٍة‬
‫َوِإلَْي ِه ُت ْر َجعُو َن‬

“Dan (ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam


neraka, lalu mereka dikumpulkan semuanya. Sehingga apabila mereka
sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi
saksi terhadap mereka atas apa yang telah mereka kerjakan. Dan
mereka berkata kepada kulit mereka, ‘Mengapa kamu menjadi saksi
terhadap kami?’ Kulit mereka menjawab, ‘Allah yang menjadikan segala
sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata,
dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya
kepada-Nya lah kamu dikembalikan’.” (Fushshilat: 19-21)

Mudah-mudahan Allah Ta’ala menjadikan kita sebagai hamba-hamba-


Nya yang mengikuti petunjuk Rasul-Nya. Karena sebaik-baik petunjuk
‫‪adalah petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sejelek-‬‬
‫‪jelek perkara adalah aturan-aturan ibadah baru yang tidak sesuai‬‬
‫‪dengan petunjuknya. Setiap aturan yang baru dalam ibadah adalah‬‬
‫‪sesat, dan setiap kesesatan tempatnya adalah di neraka.‬‬

‫َأص َحابِ ِه َوالتَّابِ ِع ْي َن‬ ‫ِِ‬


‫ك ُم َح َّمد َو َعلَى آله َو ْ‬
‫ٍ‬ ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َعلَى َع ْب ِد َك َو َر ُس ْولِ َ‬ ‫اللَّ ُه َّم َ‬
‫َأع َّز اِْإل ْسالَ َم َوال ُْم ْسلِ ِم ْي َن َو َِأذ َّل ِّ‬‫ان ِإلى يوم الدِّي ِن‪ ،‬اللَّه َّم ِ‬ ‫ٍ‬
‫الش ْر َك‬ ‫ُ‬ ‫لَ ُه ْم بِِإ ْح َس َ َ ْ َ ْ‬
‫َأصلِ ْح‬ ‫ِ‬ ‫والْم ْش ِركِين‪ .‬ود ِّمر َأ ْع َداء الدِّي ِن وانْ ِ‬
‫ين‪ .‬اللَّ ُه َّم ْ‬ ‫اد َك ال ُْم َو ِّحد َ‬ ‫ص ْر عبَ َ‬ ‫َ ُ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ َْ ََ ْ‬
‫ٍ‬ ‫ال الْمسلِ ِم ِ‬
‫اعهُ َوَأ ِرنَا‬ ‫ْح َّق َح ًّقا َو ْار ُز ْقنَا ِّاتبَ َ‬‫ين في ُك ِّل َم َكان‪ .‬اللَّ ُه َّم َأ ِرنَا ال َ‬ ‫َأح َو َ ُ ْ َ‬ ‫ْ‬
‫ب لَنَا ِم ْن‬ ‫اجتِنَابَهُ‪َ .‬ر َّبنَا الَ تُ ِز ْ‬
‫غ ُقلُ ْو َبنَا َب ْع َد ِإ ْذ َه َد ْيَتنَا َو َه ْ‬
‫ِ ِ‬
‫اْلبَاط َل بَاطالً َو ْار ُز ْقنَا ْ‬
‫آلخ َر ِة َح َسنَةً‬ ‫الد ْنيا حسنةً وفِي اْ ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ك َر ْح َمةً ِإنَّ َ‬‫لَّ ُدنْ َ‬
‫َّاب‪َ .‬ر َّبنَا آتنَا في ُّ َ َ َ َ َ‬ ‫ت ال َْوه ُ‬ ‫ك َأنْ َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ك ر ِّ ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫ين‬
‫ب الع َّزة َع َّما يَص ُفو َن‪َ ،‬و َسالَ ٌم َعلَى ال ُْم ْر َسل َ‬ ‫اب النَّا ِر‪ُ .‬س ْب َحا َن َربِّ َ َ‬ ‫َوقنَا َع َذ َ‬
‫ين‬ ‫له ر ِّ ِ ِ‬ ‫ِِ‬
‫ب ال َْعالم َ‬ ‫ْح ْم ُد ل َ‬ ‫‪.‬وال َ‬ ‫َ‬
‫‪ ‬‬

‫)‪(dikutip dari khotbahjumat.com‬‬

Anda mungkin juga menyukai