Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASWAJA 3
“AKHLAK MAMUDAH DAN AKHLAK MAZMUMAH”

OLEH KELOMPOK I

IMRAN SAINAL 17011014007


VERAWIDY ANENGSI 18011014008
IRMAN ADIPUTRA 18011014009

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

ِ‫ْــــــــــــــــــم‬
ِ ‫ْمِالر ْح َمنِالل ِهبِس‬
َّ ‫الرحِ ي‬
َّ

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
kamiِdapatِِmenyelesaikanِtugasِkelompokِmataِkuliahِAswajaِ3ِyangِberjudulِ“Akhlak
mahmudah & Akhlak Mazmumah (tidak terpuji) “ِ.

Dalam penyelesaian makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak, untuk itu melalui kata pengantar ini penulis mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini. Dan tidak pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
mata kuliah Aswaja 3.

Sebagai bantuan dan dorongan serta bimbingan yang telah diberikan kepada penulis dapat
diterima dan menjadi amal sholeh dan diterima Allah sebagai sebuah kebaikan. Semoga makalah
ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya .

Makassar , 30 Oktober 2020

Tim Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ajaran islam adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Qur’anِ dalamِ
penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam Islam
mendapat perhatian yang sangat besar. Berdasarkan bahasa, akhlak berarti sifat atau tabiat.
Berdasarkan istilah, akhlak berarti kumpulan sifat yg dimiliki oleh seseorang yang melahirkan
perbuatan baik dan buruk.
Konsep Akhlak menurut Al-Ghazali adalah sifat yg tertanam dalam jiwa seseorang,
darinya lahir perbuatan yang mudah tanpa pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Akhlak meliputi
jangkauan yang sangat luas dalam segala aspek kehidupan. Akhlak meliputi hubungan hamba
dengan Tuhannya (vertikal) dalam bentuk ritual keagamaan dan berbentuk pergaulan sesama
manusia (horizontal) dan juga sifat serta sikap yang terpantul terhadap semua makhluk (alam
semesta).
Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat
yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar,
kasih sayang, atau malah sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga
memutuskan hubungan silaturahmi.
Bagi seorang muslim, akhlak yang terbaik ialah seperti yang terdapat pada diri Nabi
Muhammad SAW karena sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada dirinya adalah sifat-sifat
yang terpuji dan merupakan uswatun hasanah (contoh teladan) terbaik bagi
seluruh kaum Muslimin.
Dalam Ajaran islam adalah ajaran yang bersumber pada wahyu Allah, Al-Qur’anِdalamِ
penjabarannya terdapat pada hadis Nabi Muhammad SAW. Masalah akhlak dalam Islam
mendapat perhatian yang sangat besar.
Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi yang
terhormat dan tinggi. Atas dasar itulah kami menyusun makalah ini, agar kita semua sebagai
makhluk Allah, tidak tersesat dalam menjalani hidup, dan dapat menjadikan Rasulullah sebagai
idola kita, karena sesungguhanya pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kita.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian akhlak Mahmudah (terpuji) ?
1.2.2 Apa macam-macam akhlak mahmudah ?
1.2.3 Mengapa akhlak Mahmudah penting dalam kehidupan Manusia ?
1.2.4 Apa pengertian akhlak Mazmumah ?
1.2.5 Apa perbedaan akhlak mazmumah dengan akhlak Mahmudah ?
1.2.6 Apa bahaya yang ditimbulkan oleh akhlak mazmumah dalam kehidupan ?
1.3 Maksud Dan Tujuan
1.3.1 Untuk menjelaskan pengertian ahlak mahmudah (terpuji)
1.3.2 Untuk mengetahui macam-macam akhlak mahmuda
1.3.3 Untuk mengetahui Pentingnya akhlak mahmudah dalam kehidupan manusia
1.3.4 Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan pengertian akhlak mazmumah
1.3.5 Untuk dapat membedakan akhlak mazmumah dengan akhlak mahmudah
1.3.6 Untuk mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh akhlak mazmumah dalam
kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN
Ada dua penggolongan akhlak secara garis besar yaitu : akhlak mahmudah (fadilah) dan
akhlah mazmumah (qabihah). Imam al-Ghazaliِ menggunakanِ istilahِ “ِ munjiyat”ِ untukِ akhlakِ
mahmudahِdanِ“muhlihat”ِuntukِakhlakِmazmumah. Dikalangan ahli tasawuf, mengenal sistem
pembinaan mental dengan istilah : takhalli, tahalli dan tajalli.
Takhalli adalah menggosokan atau membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercel, larema sifat-
sifat tercela mengotori jiwa manusia. Sedangkan tahalli adalah mengisi jiwa (yang telah kosong
dari sifat-sifat tercela) dengan sifat yang terpuji (mahmudah).
2.1 Akhlak mahmudah
Akhlahِmahmudahِdalamِbahasaِbisaِdiartikanِ“Baik”ِdalamِbahsaِarab disebutِ“khair”,ِ
dalamِ bahasaِ inggrisِ disebutِ “good”.ِ Dariِ beberapaِ kamusِ danِ ensiklopediaِ diperolehِ
pengertianِ“baik”ِsebagaiِberikut:
 Baik berarti sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.
 Baik berarti yang menimbulkan rasa keharuan dalam keputusan, kesenangan persesuaian.
 Baik berarti sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan dan
member keputusan.
 Sesuatu yang dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberperasaan senang atau
bahagia, bila ia dihargai secara positif.
Jadi, akhlakkul karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda
kesempurnan iman seseorang kepada Allah. Akhlakul karimah dilahirkan berdasarkan sifat-sifat
yang terpuji. Orang yang memiliki akhlak terpuji ini dapat bergaul dengan masyarakat luas
karena dapat melahirkan sifat saling tolong menolong dan menghargai sesamanya. Akhlak yang
baik bukanlah semata-mata teori yang muluk-muluk, melainkan ahklak sebagai tindak tanduk
manusia yang keluar dari hati. Akhlak yang baik merupakan sumber dari segala perbuatan yang
sewajarnya.
2.2 Adapun macam-macam ahlak mahmudah adalah sebagai berikut :
 Ikhlas
Ikhlas menurut bahasa adalah suci, bersih, murni, atau tidak tercampur dengan apapun.
Sedangkan menurut istilah adalah mengerjakan perbuatan(ibadah atau amal lainnya) semata-
mata mengharapkan ridho ALLAH SWT. Amal/ibadah akan sia-sia tanpa ikhlas dalam surat An
Nisa ayat 146 :
‫ٱَّللُ ٱلْ ُمؤْ ِمنِي َن أَجْ ًرا عَظِ ي ًما‬ َٰٓ ۟ ‫ٱَّلل َوأ َ ْخلَص‬ ۟ ‫ص ُم‬ ۟ ‫صلَ ُح‬ ۟ ُ‫إِ اَّل ٱلاذِينَ ت َاب‬
‫ت ا‬ ِ ‫ف يُ ْؤ‬ َ ‫َّلل فَأ ُ ۟ولَئِكَ َم َع ٱ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ َو‬
َ ‫س ْو‬ ِ ‫ُوا دِينَ ُه ْم ِ ا‬ ِ ‫وا بِ ا‬ َ َ ‫عت‬
ْ ‫وا َوٱ‬ ْ َ ‫وا َوأ‬
“Kecualiِ orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada
(agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu
adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-
orangِyangِberimanِpahalaِyangِbesar”.(QSِAnِNisaِ146)
Adapun pengertian ikhlas lainnya. Menurut al-Qurtubi, ikhlas pada dasarnya berarti
memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi
mengemukakanِ artiِ ikhlasِ denganِ menampilkanِ sebuahِ riwayatِ dariِ Nabiِ Saw,ِ “Akuِ pernahِ
bertanyaِkepadaِJibrilِtentangِikhlas.ِLaluِJibrilِberkata,ِ“Akuِtelahِmenanyakanِhalِituِkepadaِ
Allah,”ِ laluِ Allahِ berfirman,ِ “(Ikhlas)ِ adalahِ salahِ satu dari rahasiaku yang Aku berikan ke
dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hamba-hamba-Ku.”
Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Anggota
masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai kebaikan lahir-bathin dan dunia-
akhirat, bersih dari sifat kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta
kesejahteraan.
 Amanah
Secara bahasa amanah bermakna al-wafa’ِ (memenuhi)ِ danِ wadi’ahِ (titipan)ِ sedangkanِ
secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya. Hal ini didasarkan
pada firman Allah SWT:
‫اس أَنْ ت َ ْحكُ ُموا ِبا ْلعَ ْد ِل إِ ان ا‬
َ ‫َّللاَ نِ ِع اما يَ ِعظُكُ ْم ِب ِه إِنا ا‬
‫َّللا كَانَ سَمِ يعًا‬ ِ ‫َّللاَ يَأ ْ ُم ُركُ ْم أَنْ ت ُ َؤدُّوا األ َمانَا‬
ِ ‫ت إِلَى أ َ ْهلِ َها َوإِذَا َح َك ْمت ُ ْم بَ ْي َن النا‬ ‫إِنا ا‬
‫يرا‬
ً ‫َب ِص‬
“SesungguhnyaِAllahِmemerintahkanِkalianِuntukِmengembalikanِtitipan-titipan kepada yang
memilikinya,ِdanِjikaِmenghukumiِdiantaraِmanusiaِagarِmenghukumiِdenganِadil…”ِ(QSِ
4:58).
Dalam ayat lainnya, Allah juga berfirman:
َ ‫سا ُن ِإناهُ كَا َن‬
‫ظلُو ًما َج ُهوَّل‬ ْ َ ‫ض َوا ْل ِجبَا ِل فَأَبَ ْي َن أَنْ يَحْ ِم ْلنَ َها َوأ‬
َ ‫شفَ ْقنَ ِم ْن َها َو َح َملَ َها اإل ْن‬ ِ ‫األر‬
ْ ‫ت َو‬
ِ ‫اوا‬ َ َ‫ضنَا األ َمانَة‬
‫علَى ال ا‬
َ ‫س َم‬ ْ ‫ِإناا ع ََر‬
“SesungguhnyaِKamiِtelahِmenawarkanِamanahِkepadaِlangit,ِbumiِdanِgunung-gunung, maka
mereka semua enggan memikulnya karena mereka khawatir akan mengkhianatinya, maka
dipikullahِamanahِituِolehِmanusia.ِSesungguhnyaِmanusiaِituِamatِzalimِdanِbodoh…”ِ(QS.ِ
33:72)
 Adil
AdilِberasalِdariِbahasaِArabِ“al-‘Adl”ِmempunyaiِpengertianِmeletakkan sesuatu pada
tempatnya. Keadilan akan menjaga kedamaian, ketentraman, keharmonisan hubungan, dan
kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya ketidakadilan akan menimbulkan ketidak percayaan,
ketidak senangan, kebencian, dendam, permusuhan, peperangan dan lain sebagainya. Dalam al
qur’anِperintahِuntukِberlakuِadilِ:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan. (QS. Al-Nahl:
90). Sifat adil dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu:
a. Berlaku adil dalam menetapkan hukum.
b. Berlaku adil terhadap istri.
c. Berlaku adil pada anak-anaknya.
d. Berlaku adil dalam kesaksian, baik dalam bentuk kata-kata atau tulisan.
e. Berlaku adil dalam mendamaikan orang-orang yang sedang berselisih.
Keadilan akan menciptakan ketenangan, ketentraman, dan kedamaian dalam kehidupan
dirinya, keluarganya, dan masyarakat di sekitarnya.
 Tawakal
Hakikatِ tawakalِ adalahِ menyerahkanِ segalaِ urusanِ kepadaِ Allahِ ‘Azzaِ waِ Jallaِ
membersihkannya dari ikhtiar yang keliru, dan tetap menapaki kawasan-kawasan hukum dan
ketentuan. Tawakal merupakan gambaran keteguhan hati dalam menggantungkan diri hanya
kepada Allah SWT. Al-Ghazali mengaitkan tawakal dengan tauhid, dengan penekanan bahwa
tauhid sangat berfungsi sebagai landasan tawakal.
Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah SWT untuk
mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemudaratan, baik menyangkut urusan dunia
maupun akhirat. Allah berfirman:
Artinya:ِ“Kemudianِapabilaِengkauِtelahِmembulatkanِtekadِmakaِbertawakallah kepada Allah.
Sungguh Allah mencintai orang-prangِyangِbertawakal”.ِ(AliِImran:ِ159)
 Pemaaf
IstilahِpemaafِberasalِdariِbahasaِArabِ“al-afwu”ِyangِberartiِmemberiِmaaf,ِberlapangِ
dada terhadap kesalahan atau kekeliruan orang lain dan tidak memiliki atau menyimpan rasa
dendam dan sakit hati kepada orang yang berbuat kesalahan kepadanya. Memberi
maaf merupakan perbuatan yang sangat berat, tetapi sangat mulia. Memberi maaf harus
dilakukan dengan cara yang ikhlas, bersifat lahir batin dan bukan karena terpaksa. Memberi
maaf harus dilakukan oleh setiap muslim pasa setiap kesempatan, baik dalam lingkungan
keluarga, antar keluarga, linkungan kerja maupun dalam kehidupan masyarakat yang yang lebih
luas (bertetangga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara) tanpa menunggu permintaan maaf
dari pihak lainnya.
 Rasa malu
”Berbuatlah sekehendakmu, tapi ingatlah bahwa segala perbuatan itu akan dimintakan
pertanggungjawaban”
Rasa malu merupakan rem atau pengekang dari segala bentuk kemaksiatan. Sepanjang
rasa malu ini ada terpelihara pada jiwa seseorang maka dirinya akan terjaga dari segala godaan
syetan yang mengajak kepada perbuatan dosa. Dengan memiliki rasa malu, orang akan terjaga
akhlaknya. Oleh karena itu semua agama samawi mengajarkan kepada umatnya untuk berakhlak
mulia yang salah satunya adalah memlihara rasa malu.
Sabda Rosulullah s.a.w, "Sesungguhnya setiap agama mampunyai akhlak, dan akhlak Islam
adalah rasa malu," (Riwayat Imam Malik)
Allah berfirman :
ْ ‫علَ ْينَا أَفَ َمنْ يُ ْلقَى فِي النا ِار َخيْ ٌر أ َ ْم َمنْ يَأْتِي آ ِمنًا يَ ْو َم ا ْلقِيَا َم ِة ا‬
ِ ‫ع َملُوا َما‬
‫شئْت ُ ْم إِناه ُ بِ َما‬ َ َ‫إِنا الاذِي َن ي ُ ْلحِ دُونَ فِي آيَاتِنَا َّل يَ ْخفَ ْون‬
‫ت َ ْع َملُو َن بَ ِصي ٌر‬
“ Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak tersembunyi dari
Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam neraka lebih baik ataukah orang-
orang yang datang dengan aman sentosa pada hari kiamat? Perbuatlah apa yang kamu
kehendaki; sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”. (Fushshilat Ayat : 40)
Kalau tidak merasa malu, manusia dipersilakan oleh Allah untuk berbuat apa saja, tapi
harus ingat bahwa segala perbuatan itu tidak ada yang terlepas dari pengawasan Allah SWT dan
kelak akan dimintakan pertanggungjawaban.
Dengan kurangnya rasa malu, orang akan berbuat apa saja tanpa mempertimbangkan
halal dan haram. Hilangnya rasa malu akan mengakibatkan rusaknya akhlak dan rusaknya akhlak
mengakibaatkan rusaknya iman. Itulah sebabnya dikatakan oleh Rosululla s.a.w, "Malu itu
bagian dari iman."
Orang yang tidak memiliki rasa malu, sering disebut dengan ungkapan tebal kulit muka.
Karena kalau orang merasa malu, biasanya akan memerah mukanya. Orang yang tidak pernah
memerah mukanya adalah orang yang kurang rasa malunya karena itu disebut tebal kulit muka.
Tentu ini hanya peribahasa saja, bukan berarti bahwa kulit mukanya setebal kulit badak.
Rosulullah bersabda: "Malu itu bagian dari keimanan, dan keimanan itu dapat
memasukkan seseeorang ke surga, sedangkan sifaat yang keji adalah sifat kasar, dan sifaat
kasar itu menyebabkan masuk neraka (Riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi).
Timbulnya berbagai penyakit sosial di tengah-tengah masyarakat kita, tentu disebabkan
karena orang tidak atau kurang memiliki rasa malu. Tidak malu dijatuhi hukuman oleh negara,
bahkan penjara hanya dianggap sebagai tempat istirahat dan rekreasi. Keluar dari penjara, tidak
malu berbuat pelanggaran lagi karena sudah siap masuk penjara berulang kali.
Kalau masih memiliki rasa malu, berarti orang akan terhindar dari segala tindakan
kejahatan, keserakahan, korupsi, mengambil yang bukan haknya dan lain-lain. Marilah kita jaga
diri kita dari segala bentuk kema'siatan yang akan membawa kepada kehancuran pribadi dan
kehancuran masyarakaat, bangsa dan nengara.
2.3 Pentingnya Akhlak mahmuda dalam kehidupan manusia
Bidang akhlak adalah bidang yang amat penting dalam sIstem hidup manusia. Ini
disebabkan oleh nilai manusia itu pada hakikatnya terletak pada akhlak dirinya. Semakin tinggi
nilai akhlak diri seseorang itu maka makin tinggi pula nilai kemanusian pada dirinya. Akhlak ini
jugalah yang membedakan antara insan dengan hewan dari segi perilaku, tindak-tanduk dan
tanggungjawab dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang tidak berakhlak adalah sama
tarafnya dengan hewan malah lebih rendah dari itu. Firman Allah subhaanahu wa taaala:
“Danِ sesugguhnyaِ kamiِ telahِ sediakanِ untukِ nerakaِ banyakِ sekaliِ golonganِ jinِ danِ manusiaِ
yang mana mereka mempunyai hati tetapi tidak mau mengerti dengannya, mempunyai mata
tetapi tidak mau melihat dengannya, mempunyai telinga tetapi tidak mau mendengar dengannya,
mereka itu seperti binatang malah lebih sesat, mereka ialah orang-orangِ yangِ lalai.”ِ (Al-
Araf:179).
Akhlak mempunyai kedudukan paling tinggi dalam hirarki tamaddun ummat manusia.
Oleh itu, masyarakat yang tidak mempunyai nilai akhlak tidak boleh dianggap sebagai
masyarakat yang baik dan mulia walaupun mempunyai kemajuan yang dalam bidang ekonomi,
teknologi dan sebagainya.
Akhlak mahmudah seperti beribadah kepada Allah, mencintai-Nya dan mencintai
makhluk-Nya karena Dia, dan berbuat baik serta menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang
dibenci Allah dan memulai berbuat sholeh dengan niat ikhlas, berbakti kepada kedua orangtua
dan lainyya. Akhlak mahmudah adalah sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan akhirat, yang
meridhoilah Allah dan mencintailah keluarga dan seluruh manusia dan diantara kehidupan
mereka kepada seorang muslim.
2.4 Pengertian Akhlak Mazmumah (Tercela)
Akhlak Mazmumah (tercela) adalah perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama (Allah
dan RasulNya). Contohnya : hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas,
durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa,
marah, fasik, dan murtad, kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak,
takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa
besar (seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israaf, tabdzir.
Adapun macam-macam akhlak mazmumah diantara nya:
 Penyakit hati antara lain disebabkan karena ada perasaan iri
Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain mendapat kebaikan atau
keberuntungan. Sikap ini kemudian menimbulkan prilaku yang tidak baik terhadap orang lain,
misalnya sikap tidak senang, sikap tidak ramah terhadap orang yang kepadanya kita iri atau
menyebarkan isu-isu yang tidak baik. Jika perasaan ini dibiarkan tumbuh didalam hati, maka
akan muncul perselisihan, permusuhan, pertengkaran, bahkan sampai pembunuhan, seperti yang
terjadi pada kisah Qabil dan Habil.
 Penyakit hati disebabkan karena perasaan dengki
Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kenikmatan dan
berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta merasa
senang kalau orang lain mendapat musibah. Sifat dengki ini berkaitan dengan sifat iri. Hanya
saja sifat dengki sudah dalam bentuk perbuatan yang berupa kemarahan, permusuhan, menjelek-
jelekkan, menjatuhkan nama baik orang lain.
 Hasud
Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap sesama. Menghasud
adalah tindakan yang jahat dan menyesatkan, karena mencemarkan nama baik dan merendahkan
derajat seseorang dan juga karena mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus
ditutupi. Saudaraku (sidang pembaca) tahukah antum, bahwa iri, dengki dan hasud itu adalah
suatu penyakit. Pada mulanya iri yaitu perasaan tidak suka terhadap kenikmatan yang dimiliki
orang lain. Kemudian, jika dibiarkan tumbuh, iri hati akan berubah menjadi kedengkian.
Penyakit kedengkian jika dibiarkan terus akan berubah menjadi penyakit yang lebih buruk lagi,
yaitu hasud.
 Ghibah dan Namimah
Ghibah dalam bahasa kita disebut mengumpat dan mengunjing, Ghibah adalah menyebut
atau memperkatakan seseorang diblakang dirinya dengan apa yang dibencikan (menggosip
negativ), Ghibah terjadi disebabkan dari dengki, mencuri muka ata berolok olok dengan tujuan
untuk menjatuhkan martabat orang yang diumpat.
Namimah atau Adu domba adalah menyampaikan perkataan seseorang atau menceritakan
keaadan seseorang atau mengabarkan pekerjaan seseorang kepada orang lain dengan maksud adu
domba antara keduanya atau merusakkan hubungan baik antara mereka.
Rasa dendam, memberitahukan keburukan orang dan mengadu domba merupakan
penyakit hati yang dapat membawa kepada berburuk sangka, suka menyelidiki keburukan orang
lain, yang merupakan perbuatan yang dibenci islam.
2.5 Perbedaan Akhlak mahmumah dengan akhlak mahmudah
Perbedaan antara akhlak mazmumah dengan akhlak mahmudah adalah akhlak
mazmumah merupakan perilaku seseorang yang tercela dan akan memberikan dampak negatif
bagi orang yang melakukannya, Sedangkan akhlak mahmudah merupakan perilaku seseorang
yang terpuji dan akan memberikan dampak positif bagi orang yang melakukannya. Oleh karena
itu jika kita termasuk orang yang mau berpikir maka sudah pasti kita akan berperilaku sesuai
dengan perilaku yang tergolong dalam akhlak mahmudah.
2.6 Bahaya yang ditimbulkan oleh akhlak mahmumah dalam kehidupan
Dengan memiliki sifat ahklak mazmumah tentunya akan ada dampak yang timbulkan dan
mendatangkan pada perbuatan dosa. Apa saja bahayanya?
1. Terhalangnya rezeki,ِ sesuaiِ denganِ hadistِ yangِ diِ riwayatkanِ Imamِ Ahmadِ “ Seorang
hamba bisa terhalang rezekinya karena dosa yang menimpanya”. Siapa pun yang memiliki
akhlak buruk dalam menjalani kehidupan sehari-hari, niscaya Allah SWT mempersulit
rezekinya.
2. Kemaksiatan hanya akan menyebabkan kehinaan, dan inspirasi akan melahirkan kebanggaan
dan juga kejayaan.
3. Dengan melakukan tindakan maksiat dapat memperpendek umur dan menghapus
keberkahan, maksudnya yaitu jika kita menjalankan salah satu dari akhlak tercela hanya akan
membawa kita pada ketidakberahan dalam hidup.
4. Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu cahaya yang diberikan allah di dalam hati, tertutup
oleh maksiat yang mematikan itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akhlak islamiyah dibagi menjadi dua akhlak mahmudah (fadilah) yaitu akhlak yang
terpuji dan, macam-macam dari sifat terpuji ada ikhlas, pemaaf, tawakal, adil, rasa malu dan
lainnya. Sedangkan akhlah mazmumah (qabihah) yaitu akhlak yang tercela, macam-macam
seperti Penyakit hati antara lain disebabkan karena ada perasaan iri, dengki, hasud, ghibah dan
namimah. Dan untuk menghindari sifat tercela tersebut sebaiknya kita harus Perbanyak
beribadah, biasakan berbagi, bersyukur atas nikmat allah, pahami keterbatasan manusia dan
menjaga silaturahmi.
3.2 Saran
Setelah melakukan pembahasan dan penjabaran mengenai akhlak mahmudah dan akhlak
mazmumah, maka daro kami memberikan saran yang diantaranya sebagai berikut :
 Kiranya kita dalam berperilaku dan berbuat selalu mengarahkan diri kita kepada akhlak
mahmudah atau akhlak terpuji.
 Untuk bisa menghindari perilaku – perilaku tercela atau akhlak mazmumah.
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta. 1996. Raja Grafindo Persada.


Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), (Terj),ِFaridِM’aruf,ِdariِjudulِasli al-Akhlak, Jakarta. 1983.
Bulang Bintang.

Anwar, Rosiwon dan Abdul Rozak. Akhlak Tasawuf, Bandung. 2003. Pustaka Setia
Mustofa, Drs. H. A., akhlak tasawuf, Bandung; 1999, pustaka setia
http://cintalia.com/kehidupan/perbuatan-salah/cara-menghindari-perilaku-tercela
http://manfaat.co.id/manfaat-perilaku-terpuji
http://www.hamba-allah.com/2013/10/pengertian-akhlak-mahmudah-dan-akhlak.html

Anda mungkin juga menyukai